Gambar 12 . Hasil uji iritasi primer pada kulit punggung kelinci 48 jam
Hasil uji iritasi yang terdapat pada gambar tidak menunjukkan adanya iritasi. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya eritema dan edema yang terjadi
pada kulit kelinci setelah diolesi emulgel.
C. Formulasi Emulgel dengan Kombinasi Lama Pencampuran dan
Kecepatan Putar Mixer
Minyak cengkeh diketahui memiliki kandungan eugenol yang dapat berfungsi sebagai antimikroba. Konsentrasi minyak cengkeh 15 sudah dapat
menghambat pertumbuhan
Staphylococcus epidermidis,
mikroorganisme penginduksi munculnya jerawat Kusuma, 2010. Berdasarkan data tersebut, maka
minyak cengkeh memiliki peluang untuk dapat diformulasikan menjadi sediaan yang dapat berfungsi sebagai obat jerawat.
Bentuk sediaan emulgel dipilih karena zat aktif yang digunakan, yaitu minyak cengkeh memiki acceptability yang rendah bila diaplikasikan di kulit
muka yang berjerawat. Sensasi oily saat digunakan dan kurangnya kemudahan untuk dicuci dengan air akan tidak menyenangkan bagi pemakai. Selain itu,
jerawat merupakan peradangan yang terjadi pada kulit karena adanya sumbatan di pori-pori kulit yang disebabkan oleh peningkatan ekskresi sebum oleh kelenjar
sebasea Dwikarya, 2011. Dengan adanya minyak akan dapat semakin menutup pori-pori kulit sehingga memperparah terjadinya jerawat. Oleh karena itu minyak
cengkeh diformulasikan menjadi bentuk emulsi tipe MA dengan fase eksternal air yang lebih acceptable bagi pemakainya.
Alasan stabilitas menjadi pertimbangan bagi pemilihan bentuk sediaan emulgel. Emulsi MA yang sudah terbentuk akan lebih stabil jika ditambahkan
gelling agent untuk membentuk sistem gel di dalamnya. Sediaan bentuk emulgel lebih stabil dan merupakan pembawa yang lebih baik bagi obat yang bersifat
hidrofobik atau tidak larut air Deveda et al., 2010. Droplet-droplet minyak akan lebih stabil dan tidak terjadi koalesen karena akan berada dalam sistem gel yang
dihasilkan oleh polimer-polimer gelling agent. Gelling agent dapat meningkatkan konsistensi dan juga berfungsi sebagai pengental sehingga meningkatkan
viskositas emulgel. Kondisi kental ini membuat droplet-droplet menjadi susah untuk bergerak sehingga kemungkinan terjadinya koalesen semakin kecil.
Bahan yang digunakan antara lain minyak cengkeh, carbopol 940, triethanolamin, parafin cair, tween 80, span 80, gliserin, metil paraben, dan propil
paraben. Minyak cengkeh digunakan sebagai zat aktif yang mengandung eugenol yang berfungsi sebagai obat jerawat. Selain itu, minyak cengkeh bersama parafin
cair berfungsi sebagai fase minyak. Parafin cair juga dapat berfungsi emolien,
yang mencegah dehidrasi pada saat sediaan diaplikasikan ke kulit Anonim, 2012.
Fungsi moisturizer juga ditunjukkan oleh adanya gliserin sebagai humektan, yang dapat menjaga kelembaban, baik kelembaban dari sediaan
emulgel sendiri maupun kelembaban kulit saat emulgel diaplikasikan. Mekanisme gliserin sebagai humektan adalah dengan cara membentuk ikatan hidrogen antara
gugus –OH pada gliserin dengan air yang terdapat pada lingkungan Prankerd, 2004.
Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulsifying agent. Kombinasi emulsifying agent dipilih karena dapat menghasilkan tipe emulsi yang
diinginkan, yaitu MA sesuai dengan proporsi tween dan span yang digunakan Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1983. Emulsi yang dibuat memiliki nilai
HLB 13,66 Lampiran 4 yang merupakan emulsi tipe MA Allen Jr, 2011. Prinsip kerja kombinasi tween dan span ini adalah bagian hidrokarbon
molekul span sorbitan monooleat berada dalam globul minyak dan radikal sorbitan berada dalam fase air. Kepala sorbitan yang besar pada molekul span
mencegah ekor-ekor hidrokarbon bergabung rapat dalam fase minyak. Ketika tween polioksietilen sorbitan monopalmitat ditambahkan, senyawa ini mengarah
pada antarmuka dengan ekor hidrokarbonnya berada dalam fase minyak, sedangkan sisa rantainya, bersama dengan cincin sorbitan dan rantai
polioksietilen, berada dalam fase air. Rantai hidrokarbon molekul tween teramati berada dalam globul minyak di antara rantai span, dan orientasi ini menghasilkan
tarik-menarik Van der Waals yang efektif. Dengan cara ini, selaput antarmuka
diperkuat dan stabilitas emulsi MA ditingkatkan terhadap penggabungan partikel Sinko, 2006.
Gambar. 13. Skema tetesan minyak dalam emulsi minyak air, menunjukkan orientasi molekul tween dan span pada antarmukanya Sinko, 2006
Carbopol 940 digunakan sebagai gelling agent dengan konsentrasi 0,5- 2 Rowe, et al., 2009. Carbopol termasuk dalam salah satu polimer sintetik
yang di dalam air akan mengembangkan rantai-rantai polimernya membentuk struktur random coil. Carbopol dalam air bersifat asam pH kira-kira 3 dan perlu
dinetralkan dengan penambahan basa. Mekanisme gelasi tergantung pada netralisasi gugus asam karboksilat untuk membentuk garam yang larut. Sebelum
netralisasi, carbopol di dalam air akan ada dalam bentuk tak terion pada pH sekitar 3. Pada pH ini, polimer sangat fleksibel dan strukturnya random coil.
Penambahan basa akan menggeser kesetimbangan ionik membentuk garam yang
larut. Hasilnya adalah ion yang tolak menolak dari gugus karboksilat dan polimer menjadi kaku dan rigid, sehingga meningkatkan viskositas Osborne, 1990.
Gambar 14. Struktur skematik Carbopol sebelum netralisasi kiri dan sesudah netralisasi dengan basa Noveon, 2002
Preservative yang digunakan pada pembuatan emulgel ini adalah metil paraben dan propil paraben. Konsentrasi untuk penggunaan topikal bagi metil
paraben untuk penggunaan topikal adalah 0,02-0,3, sedangkan propil paraben adalah 0,01-0,6 Rowe, et al., 2009. Alasan digunakannya kombinasi dua
preservative adalah karena metil paraben lebih larut pada fase air dan propil paraben lebih larut pada fase minyak sehingga diharapkan dapat mencegah
kontaminasi bakteri pada tiap-tiap fase dalam emulgel. Faktor yang akan dilihat pengaruhnya adalah lama pencampuran dan
kecepatan putar. Lama pencampuran pada level rendah dan level tinggi adalah 10 menit dan 30 menit. Tabel IV menunjukkan bahwa lama pencampuran 6 menit
sampai 34 menit menghasilkan emulgel dengan respon daya sebar yang dikehendaki, yaitu 3 cm - 5 cm. Pada respon viskositas, mulai lama pencampuran
10 menit menghasilkan respon viskositas yang dikehendaki 200 d.Pa.s-300 d.Pa.s dan pada 30 menit pencampuran masih menghasilkan respon viskositas
yang dikehendaki. Oleh karena itu, dipilih lama pencampuran 10 menit dan 30 menit.
Tabel IV. Sifat fisik emulgel dengan variasi lama pencampuran
Waktu pencampuran menit Daya sebar cm
Viskositas dPas 6
3,70 190
10
3,45 210
14 3,45
220
18 3,45
220
22 3,50
225
26 3,45
220 30
3,48 220
34 3,68
190
Gambar 15. Profil kurva variasi lama pencampuran terhadap daya sebar
Gambar 16. Profil kurva variasi lama pencampuran terhadap viskositas
3,40 3,50
3,60 3,70
3,80
10 20
30 40
d a
y a
s e
b a
r c
m
lama pencampuran menit
Profil Lama Pencampuran terhadap Daya Sebar
185 195
205 215
225 235
10 20
30 40
v is
k o
s it
a s
d P
a s
lama pencampuran menit
Profil Lama Pencampuran terhadap Viskositas
Kecepatan putar pada level rendah dan level tinggi adalah 200 rpm dan 500 rpm. Penentuan ini juga didasarkan pada orientasi yang dilakukan. Orientasi
dilakukan dengan mengambil 6 titik kecepatan putar mulai dari 100 rpm sampai 600 rpm. Pada respon daya sebar, kecepatan putar 100 rpm sampai dengan 600
rpm menghasilkan respon daya sebar sesuai dengan kriteria yang dikehendaki yaitu 3-5 cm. Pada respon viskositas, mulai pada kecepatan 200 rpm
menghasilkan respon viskositas yang dikehendaki. Pada kecepatan 100 rpm, viskositasnya kurang dari 200 d.Pa.s sehingga tidak memenuhi kriteria. Pada
kecepatan putar 600 rpm sudah menunjukkan respon daya sebar dan viskositas yang konstan Tabel V, gambar 17 dan 18 . Hal ini menunjukkan bahwa sudah
tidak ada perubahan respon akibat penambahan kecepatan putar. Kecepatan putar 500 rpm lebih dipilih untuk tujuan efisiensi energi.
Tabel V. Sifat fisik emulgel dengan variasi kecepatan putar
Kecepatan putar rpm
Daya sebar cm Viskositas dPas
100 3.73
160
200 3.60
200 300
3.53 225
400 3.55
225
500 3.48
220 600
3.48 220
Gambar 17. Profil kurva variasi kecepatan putar terhadap daya sebar
Gambar 18. Profil kurva variasi kecepatan putar terhadap viskositas
D. Uji pH