61
Tabel 4.6 Nilai Motivasi Akhir Siswa
Interval Kategori
∑ Siswa Motivasi Akhir
81 – 100 Sangat Tinggi
16 66,67
66 – 80 Tinggi
7 29,17
56 – 65 Cukup
1 4,17
46 – 55 Rendah
- 0 - 45
Sangat Rendah -
Tabel di atas menunjukkan tingkat motivasi akhir siswa setelah tindakan penelitian. Dari data tersebut tampak bahwa persentase siswa
yang memiliki motivasi belajar dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 66,67 dan siswa yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 30
sedangkan siswa memiliki motivasi cukup adalah 4,17. Daftar skor motivasi akhir siswa dapat dilihat pada lampiran 25.
B. Analisis Data
Analisis yang peneliti gunakan untuk melihat keberhasilan penelitian adalah dengan analisis komparatif. Analisis komparatif digunakan untuk
membandingkan antara motivasi awal dan motivasi akhir, hasil belajar dari siklus I dan siklus II.
1. Motivasi Belajar Siswa Peningkatan motivasi belajar siswa setelah menggunakan media animasi
diukur melalui peningkatan motivasi belajar siswa pada akhir tindakan. Dari motivasi belajar pada akhir tindakan bahwa penggunaan media
animasi ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat
62
terlihat dari meningkatnya motivasi belajar siswa setelah menggunakan media animasi. Berikut ini disajikan tabel hasil analisis data motivasi
awal dan motivasi akhir.
Tabel 4.7 Analisis Motivasi Belajar Siswa
Kategori Motivasi Awal
Motivasi Akhir Rata-rata Skor Motivasi
78,23 81,15
Sangat Tinggi 37,5
66,67 Tinggi
62,5 29,17
Cukup 4,17
Rendah Sangat Rendah
2. Hasil Belajar Siswa a. Aspek Afektif dan Psikomotor
Dari hasil analisis observasi penelitian, pada aspek afektif selama proses pembelajaran siklus I dan siklus II diperoleh hasil sebagai
berikut.
Tabel 4.8 Analisis Aspek Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II
Kriteria Pencapaian Hasil Belajar Siklus I
Siklus II Rata-rata Skor Afektif Siswa
75,28 77,71
Tinggi T 75
100 Sedang S
25 Rendah R
63
Tabel 4.9 Analisis Aspek Psikomotor Siswa Siklus I dan Siklus II
Kriteria Pencapaian Hasil Belajar
Siklus I Siklus II
Rata-rata Skor Psikomotor Siswa 77,43
85,42 Tinggi T
79,17 100
Sedang S 20,83
Rendah R
b. Aspek Kognitif Peningkatan hasil belajar siswa tentang sistem pencernaan makanan
dengan menggunakan media animasi diukur melalui tes hasil belajar siswa. Berikut ini disajikan tabel perbandingan tes hasil belajar siswa
siklus I dan siklus II.
Tabel 4.10 Analisis Hasil Tes Kognitif Siswa
Komponen Siklus I
Siklus II
Rata-rata 67,21
79,21 KKM
75 100
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 9 Sendawar Kutai Barat dengan menggunakan media animasi
pada materi sistem pencernaan, terbukti dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Peningkatan dilihat dari tiga aspek yaitu aspek afektif, aspek
psikomotor, dan aspek kognitif. Selain itu juga, dari hasil pengukuran
64
motivasi belajar Biologi materi sistem pencernaan menggunakan media animasi diperoleh hasil bahwa siswa kelas XI IPA tergolong dalam motivasi
tinggi. 1. Motivasi Belajar
Peningkatan motivasi belajar siswa diukur menggunakan lembar kuesioner. Kuesioner diberikan pada akhir tindakan penelitian.
Tanggapan siswa pada kegiatan pembelajaran menggunakan media animasi sangat bervariasi. Terjadi peningkatan motivasi siswa dalam
belajar dari motivasi awal rata-rata 78,23 dan motivasi akhir 81,15. Rata-rata skor motivasi siswa nampak pada gambar 4.6 dibawah ini.
Gambar 4.6 Grafik Rata-rata Skor Motivasi Siswa
78.23 81.15
20 40
60 80
100
Motivasi Awal Motivasi Akhir
Rata-rata Skor
65
Gambar 4.7 Grafik Kategori Motivasi Siswa
Dari gambar 4.7 di atas dapat dilihat motivasi awal, pada masa sebelum tindakan menggunakan media animasi, 37,5 siswa masuk
dalam kategori sangat tinggi, 62,5 siswa masuk kategori tinggi, sedangkan pada kategori cukup, rendah, dan sangat rendah adalah 0.
Motivasi akhir, setelah menggunakan media animasi 66,67 siswa masuk dalam kategori sangat tinggi, 29,17 siswa masuk kategori
tinggi, 4,17 siswa masuk kategori cukup, sedangkan pada kategori rendah, dan sangat rendah adalah 0. Dari hasil tersebut berarti siswa
telah termotivasi dalam hal belajar. Walaupun masih ada 4,17 siswa yang masuk kategori cukup, siswa tersebut kurang memperhatikan
pertanyaan yang ada pada kuesioner dan ada beberapa item yang terlewatkan.
37.5 62.5
66.67
29.17 4.17
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Sangat Tinggi
Tinggi Cukup
Rendah Sangat
Rendah Motivasi Awal
Motivasi Akhir
66
Selama proses pembelajaran tidak ada siswa yang jenuh dan pasif serta bersifat individual. Siswa berani bertanya, siswa tidak melamun,
ngantuk, ngobrol sendiri bahkan memainkan handphone, siswa sangat aktif saat diskusi dalam kelompok, serta kerja sama saat mengamati
animasi dan mengerjakan LKS. Secara garis besar, siswa senang dan tertarik mengikuti mengikuti pembelajaran menggunakan media animasi,
karena menggunakan animasi saat proses pembelajaran merupakan hal yang baru dialami oleh siswa. Selain itu siswa memperhatikan guru
ketika menjelaskan, mengerjakan tugas dengan sikap jujur, penuh semangat dan bertanggung jawab.
2. Aspek Afektif Berdasarkan analisis hasil observasi, Tabel 4.8 yang dilakukan selama
penelitian adanya peningkatan skor rata-rata, pada siklus I sebesar 72,78 pada siklus II menjadi 77,71 tentang sikap siswa. Rata-rata
skor aspek afektif siswa nampak pada Gambar 4.8 dibawah ini.
Gambar 4.8 Grafik Rata-rata Skor Aspek Afektif Siswa
72.28 77.71
20 40
60 80
100
Siklus I Siklus II
Rata-rata Skor
67
Gambar 4.9 Grafik Kategori Aspek Afektif Siswa
Dari gambar 4.9 di atas dapat dilihat sikap siswa, pada siklus I sebesar 75 siswa masuk kategori tinggi T dan 25 siswa masuk
kategori sedang S. Sedangkan pada siklus II persentase skor mengalami peningkatan menjadi 100 kategori tinggi T, kategori sedang S dan
rendah R 0. Dari data yang telah diperoleh dapat dinyatakan bahwa pencapaian hasil belajar aspek afektif siswa sudah melampaui indikator
keberhasilan. 3. Aspek Psikomotor
Berdasarkan analisis hasil observasi, Tabel 4.9 yang dilakukan selama penelitian adanya peningkatan skor rata-rata, pada siklus I sebesar
77,43 pada siklus II menjadi 85,42 tentang kinerja siswa. Rata-rata skor aspek psikomotor siswa nampak pada gambar 4.8 dibawah ini.
75
25 100
20 40
60 80
100
Tinggi T Sedang S
Rendah R
68
Gambar 4.10 Grafik Rata-rata Skor Aspek Psikomotor Siswa
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa aspek psikomotor kinerja siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan
siklus I.
Gambar 4.11 Grafik Kategori Aspek Psikomotor Siswa
Dengan hasil persentase skor pada siklus I sebesar 79,17 siswa masuk kategori tinggi T dan 20,83 siswa masuk kategori sedang S.
Sedangkan pada siklus II persentase skor mengalami peningkatan menjadi 100 kategori tinggi T. Dilihat dari rata-rata skor afektif siswa
77.43 85.42
20 40
60 80
100
Siklus I Siklus II
Rata-rata Skor
75
25 100
20 40
60 80
100
Tinggi T Sedang S
Rendah R
69
pada siklus I sebesar 77,43 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi sebesar 85,42. Dari data yang telah diperoleh dapat dinyatakan
bahwa pencapaian hasil belajar aspek psikomotor siswa sudah melampaui indikator keberhasilan.
4. Aspek Kognitif Berdasarkan analisis hasil tes siswa, Tabel 4.9 yang dilakukan pada akhir
siklus I dan siklus II, persentase pencapaian KKM nampak pada gambar 4.9 dibawah ini.
Gambar 4.12 Grafik Pencapai KKM
Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat perolehan skor rata-rata dan pencapaian KKM. Skor rata-rata siklus I sebesar 67,21
sedangkan skor rata-rata siklus II meningkat menjadi 79,21. Dari segi persentase KKM atau ketuntasan secara klasikal, juga menunjukan
adanya peningkatan dimana persentase pencapaian KKM siklus I sebesar 75 dan persentase pencapaian KKM siklus II menjadi 100. Indikator
target keberhasilan dalam penelitian ini adalah siswa mencapai nilai 75
100
20 40
60 80
100
Siklus I Siklus II
KKM
70
kriteria ketuntasan minimal ≥ 60 sebanyak 75 artinya peroses
pembelajaran telah berhasil. Dari hasil peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dalam
pelajaran Biologi materi sistem pencernaan setelah proses penelitian ini, maka proses ini menunjukkan bahwa penggunaan media animasi
merupakan salah satu media yang tepat terutama pada mata materi sistem pencernaan yang bersifat abstrak. Mata Pelajaran Biologi pada materi
sistem pencernaan yang bersifat abstrak terutama proses-proses pencernaan makanan yang terjadi di dalam tubuh, sering membuat siswa
merasa bosan dalam belajar. Sehingga dengan adanya media animasi siswa lebih termotivasi untuk mengamati proses-proses yang terjadi di
dalam tubuh dan pengetahuan lebih meningkat. Peningkatan persentase motivasi siswa menunjukkan perubahan
motivasi ekstrinsik siswa yaitu disebabkan adanya pengaruh media animasi. Penggunaan media animasi membuat siswa membuat siswa
lebih senang belajar Biologi dan membantu siswa memahami pelajaran Biologi dengan santai dan aktif namun tetap bersungguh-sungguh.
Penggunaan media animasi ini sangat membantu siswa dalam belajar. Materi yang banyak dan bersifat abstrak itu dapat diringkas dengan
animasi sehingga materi cepat disampaikan dan mudah diingat. Berdasarkan uraian di atas, sarana dan prasarana sekolah seperti jaringan
internet, LCDproyektor dan sarana penunjang lainnya sangat penting guna membantu siswa dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar.
71
Untuk itu sarana didalam kelas atau inventaris sekolah dalam mengajar sangatlah
dibutuhkan. Proses
mengajar bukanlah
mentransfer pengetahuan tetapi juga melibatkan interaksi antara guru dan siswa.
Proses penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kedekatan antara guru dan siswa melalui keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran
melalui penggunaan media animasi yang disertai dengan pemberian nilai plus sebagai nilai keaktifan tersebut sekaligus dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar Biologi sistem pencernaan. Sarana dan prasarana yang dimiliki siswa serta kreativitas guru itulah yang dapat
menentukan keberhasilan penelitian ini.
72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN