Penggunaan media animasi dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kasihan Bantul pada materi sistem saraf pada manusia.

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI DALAM MENINGKATKAN

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KASIHAN BANTUL PADA MATERI SISTEM SARAF PADA MANUSIA

Fransiskus Tuli Repi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma

Motivasi dan hasil belajar siswa SMA kelas XI SMA Negeri 1 Kasihan Bantul pada materi sistem saraf pada manusia rendah. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 6 SMA Negeri 1 Kasihan Bantul pada materi Sistem Saraf pada manusia.

Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Masing-masing siklus dikelola melalui tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, obsevasi atau pengamatan, evaluasi dan refleksi. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 April 2015 sampai 22 April 2015. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI MIA 6 SMA Negeri 1 Kasihan Bantul yang berjumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data secara tes dan non tes. Tes terdiri dari hasil post-test 1 dan 2. Non tes terdiri dari kuisioner motivasi, observasi kegiatan siswa, dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari rata-rata nilai 72,16 dengan ketuntasan 56,6%menjadi 79 dengan ketuntasan 80%. Motivasi belajar siswa yang awalnya 73,37% meningkat menjadi 75,13% yang masuk dalam kategori tinggi.

Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan media animasi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 6 SMA Negeri 1 Kasihan Bantul pada materi Sistem Saraf pada Manusia.

Kata kunci: Motivasi Belajar, Hasil Belajar, Media Animasi, Sistem Saraf


(2)

ABSTRACT

THE USE OF ANIMATION IN INCREASING 11th STUDENTS OF SMA NEGERI 1 KASIHAN BANTUL MOTIVATION AND LEARNING RESULT IN HUMAN NERVE SYSTEM MATERIAL

Fransiskus Tuli Repi Biology Education Sanata Dharma University

Motivation and learning result of the students from 11th grade in SMA Negeri 1 Kasihan Bantul in human nerve system material were low. This classroom research is aimed to increase 11th MIA 6 students of SMA Negeri 1 Kasihan Bantul motivation and learning result in human nerve system material.

The research consists of two cycles and each cycle consists of two meetings. Each cycle was managed through the steps of planning, implementing, observing, evaluating and reflecting. The research was done from April 8 to 22, 2015. The subjects of the research were thirty 11th MIA 6 students of SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. The data were gathered by using test and non-test. The test consist’s of the result of first and second post-test. Non-test consist’s of motivation questionnaire, students' activity observation and interview. The data analysis used descriptive quantitative method.

The research result showed that the average of students' learning result increased from 72.16 to 79. Students' motivation was also increased fron 73.37% to 75.13% which was considered as high.

The conclusion of the study was implementation of animation media could increase 11th MIA 6 students of SMA Negeri 1 Kasihan Bantul motivation and result in human nerve system material.

Keywords: Learning motivation, Learning result, Animation media, Human


(3)

PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KASIHAN BANTUL PADA MATERI SISTEM SARAF PADA MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Fransiskus Tuli Repi

NIM: 111434001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KASIHAN BANTUL PADA MATERI SISTEM SARAF PADA MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Fransiskus Tuli Repi

NIM: 111434001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karyaku yang sederhana ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria Orang Tua

Oma dan Opa Kakak tercinta Keponakan tersayang Keluarga dan sanak saudara

Para Sahabat

Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma


(8)

v

MOTTO

Tak ada soal tanpa Jawaban

Tak ada ujian tanpa Jalan Keluar

Yakinlah dibalik kegagalan ada kerberhasilan


(9)

(10)

(11)

viii

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI DALAM MENINGKATKAN

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KASIHAN BANTUL PADA MATERI SISTEM SARAF PADA MANUSIA

Fransiskus Tuli Repi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma

Motivasi dan hasil belajar siswa SMA kelas XI SMA Negeri 1 Kasihan Bantul pada materi sistem saraf pada manusia rendah. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 6 SMA Negeri 1 Kasihan Bantul pada materi Sistem Saraf pada manusia.

Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Masing-masing siklus dikelola melalui tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, obsevasi atau pengamatan, evaluasi dan refleksi. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 April 2015 sampai 22 April 2015. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI MIA 6 SMA Negeri 1 Kasihan Bantul yang berjumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data secara tes dan non tes. Tes terdiri dari hasil post-test 1 dan 2. Non tes terdiri dari kuisioner motivasi, observasi kegiatan siswa, dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari rata-rata nilai 72,16 dengan ketuntasan 56,6%menjadi 79 dengan ketuntasan 80%. Motivasi belajar siswa yang awalnya 73,37% meningkat menjadi 75,13% yang masuk dalam kategori tinggi.

Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan media animasi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 6 SMA Negeri 1 Kasihan Bantul pada materi Sistem Saraf pada Manusia.

Kata kunci: Motivasi Belajar, Hasil Belajar, Media Animasi, Sistem Saraf


(12)

ix

ABSTRACT

THE USE OF ANIMATION IN INCREASING 11th STUDENTS OF SMA NEGERI 1 KASIHAN BANTUL MOTIVATION AND LEARNING RESULT IN HUMAN NERVE SYSTEM MATERIAL

Fransiskus Tuli Repi Biology Education Sanata Dharma University

Motivation and learning result of the students from 11th grade in SMA Negeri 1 Kasihan Bantul in human nerve system material were low. This classroom research is aimed to increase 11th MIA 6 students of SMA Negeri 1 Kasihan Bantul motivation and learning result in human nerve system material.

The research consists of two cycles and each cycle consists of two meetings. Each cycle was managed through the steps of planning, implementing, observing, evaluating and reflecting. The research was done from April 8 to 22, 2015. The subjects of the research were thirty 11th MIA 6 students of SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. The data were gathered by using test and non-test. The test consist‟s of the result of first and second post-test. Non-test consist‟s of motivation questionnaire, students' activity observation and interview. The data analysis used descriptive quantitative method.

The research result showed that the average of students' learning result increased from 72.16 to 79. Students' motivation was also increased fron 73.37% to 75.13% which was considered as high.

The conclusion of the study was implementation of animation media could increase 11th MIA 6 students of SMA Negeri 1 Kasihan Bantul motivation and result in human nerve system material.

Keywords: Learning motivation, Learning result, Animation media, Human


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Media Animasi Dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kasihan Bantul Pada Materi Sistem Saraf Pada Manusia”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dorongan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah memberikan rahmat kehidupan, penyertaan, kekuatan, kesehatan, dan selalu mendengarkan semua doa-doa penulis.

2. Bapak Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4. Romo Dr.Ir.P.Wiryono Priyotamtama,SJ. Selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan tulus membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi.

5. Ibu Sulastri,S.Pd. selaku guru mata pelajaran biologi kelas XI MIA 6 SMA Negeri 1 Kasihan Bantul

6. Segenap staf guru dan karyawan serta siswa kelas XI MIA 6 SMA Negeri 1 Kasihan Bantul

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Biologi yang telah membimbing dan mengajari penulis selama perkuliahan di Pendidikan Biologi.

8. Segenap staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan melayani segala keperluan akademik penulis.


(14)

xi

9. Orang tua, saudariku, dan segenap keluarga yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun material kepada penulis untuk mendukung penulis dalam menjalankan tugas studi.

10.Saudari Helena Tri Saktiningsih yang selalu setia membantu dan memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menjalankan tugas studi dan skripsi dengan baik.

11.Saudara-saudari seperjuangan Thomas, Galuh, Ricca, Bang Jimmi, Chintya yang telah bersedia menjadi observer selama penulis melakukan kegiatan penelitian di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul.

12.Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2011 yang selalu bersama-sama berjuang, memberikan semangat, dukungan, waktu, perhatian selama melaksanakan studi di Pendidikan Biologi dari awal masuk perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

13.Seluruh mahasiswa Pendidikan Biologi yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi dan skripsi.

14.Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi dunia pendidikan dan bagi pembaca umumnya.


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Hipotesis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Belajar dan Pembelajaran ... 7

1. Pengertian Belajar ... 7

2. Tujuan Belajar ... 12

3. Beberapa Jenis Belajar ... 16


(16)

xiii

B. Motivasi dalam Belajar ... 24

1. Pengertian Motivasi ... 24

2. Fungsi Motivasi Dalam Belajar ... 27

3. Perspektif atas Motivasi ... 28

4. Macam-macam Motivasi ... 31

C. Media Pembelajaran ... 33

D. Media Animasi ... 37

E. Hasil Belajar ... 41

F. Sistem Saraf pada Manusia ... 46

G. Hasil Penelitian yang Relevan ... 47

H. Kerangka Berpikir ... 48

BAB III METODE PENELITIAN... 51

A. Jenis Penilitian ... 51

B. Setting Penelitian ... 51

C. Rancangan Tindakan ... 52

1. Siklus I ... 53

2. Siklus II ... 56

D. Instrument Penelitian ... 58

1. Instrument Pembelajaran ... 58

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 58

E. Analisis Data ... 62

1.Analisis Kuantitatif ... 62

1.Analisis Kualitatif ... 62

F. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 67

A. Pelaksanaan Penelitian ... 67

B. Hasil Penelitian ... 67

1. Siklus I ... 67


(17)

xiv

C. Hasil Analisa ... 82

1. Motivasi Belajar ... 82

2. Hasil Belajar Siswa ... 83

3. Hasil Wawancara ... 84

D. Pembahasan ... 87

1. Motivasi Belajar ... 87

2. Hasil Belajar ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Skor Ketuntasan Individu ... 63

Tabel 3.2 Kriteria Hasil Persentase Observasi Aspek Afektif Siswa... 64

Tabel 3.3 Kategori Motivasi Siswa ... 65

Tabel 3.4 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 66

Tabel 4.1 Data Kuisioner Motivasi Awal Siswa ... 70

Tabel 4.2 Hasil Pre-test Siswa ... 70

Tabel 4.3 Hasil Observasi Kelompok Siswa Siklus I ... 73

Tabel 4.4 Pengkategorian Hasil Observasi Setiap Kelompok ... 74

Tabel 4.5 Hasil Post-test Siklus I ... 74

Tabel 4.6 Data Kuisioner Motivasi Akhir Siswa ... 79

Tabel 4.7 Hasil Observasi Kelompok Siswa Siklus II ... 80

Tabel 4.8 Pengkategorian Hasil Observasi Setiap Kelompok ... 80

Tabel 4.9 Hasil Post-tes Siklus II ... 81

Tabel 4.10 Analisis Motivasi Belajar Siswa ... 82

Tabel 4.11 Nilai Hasil Observasi Kelompok Siswa ... 83

Tabel 4.12 Persentase Aspek Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II ... 83

Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Post-tes Siklus I dan Siklus II ... 84


(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Desain siklus PTK model Kemmis S dan Mc. Taggart... 52

Gambar 4.1 Siswa Mengamati Video Animasi ... 71

Gambar 4.2 Siswa Melakukan Diskusi Kelompok ... 71

Gambar 4.3 Siswa Menuliskan Hasil Diskusi ... 72

Gambar 4.4 Siswa Mengamati Video Animasi ... 76

Gambar 4.5 Siswa Melakukan Kegiatan Diskusi ... 77

Gambar 4.6 Siswa Menuliskan Hasil Diskusi ... 78

Gambar 4.7 Siswa Mengerjakan Post-test ... 78

Gambar 4.8 Grafik Rata-rata Skor Motivasi Siswa ... 88

Gambar 4.9 Grafik Kategori Motivasi Siswa ... 88

Gambar 4.10 Grafik Rata-rata Skor Aspek Afektif Siswa ... 91

Gambar 4.11 Grafik Kategori Aspek Afektif Siswa ... 91


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Ijin Penelitian ... 104

Surat Pernyataan Menyerahkan Hasil Penelitian ... 106

Silabus ... 107

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ... 112

Lembar Kerja Siswa 1 ... 123

Lembar Kerja Siswa 2 ... 125

Lembar Kerja Siswa 3 ... 127

Lembar Kerja Siswa 4 ... 129

Materi Sistem Saraf pada Manusia ... 130

Kuisioner Motivasi Siswa ... 141

Lembar Observasi Siswa ... 142

Kisi-Kisi Soal Pretest ... 143

Kisi-Kisi Soal Posttest Iklus I ... 144

Kisi-Kisi Soal Posttest Siklus II ... 145

Kunci Jawaban Pretest ... 146

Kunci Jawaban Posttest Siklus I ... 146

Kunci Jawaban Posttest Siklus II ... 147

Soal Pretest ... 148

Posttest Siklus I ... 155

Posttest Siklus I ... 163

Hasil Pretest ... 170

Hasil Posttest I ... 178

Hasil Posttest II ... 188

Hasil Observasi Siswa ... 196

Hasil Kuisioner Motivasi Awal Siswa ... 204

Hasil Kuisioner Motivasi Akhir Siswa ... 206

Hasil Lks 1 ... 208

Hasil Lks 2 ... 210

Hasil Lks 3 ... 212


(21)

xviii

Perhitungan Motivasi Awal Siswa ... 215

Perhitungan Motivasi Akhir Siswa ... 216

Perhitungan Observasi Siswa Siklus I ... 217

Perhitungan Observasi Siswa Siklus II ... 218

Daftar Nilai Pretesst ... 219

Daftar Nilai Post-test I ... 220

Daftar Nilai Post-test II ... 221


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh semua orang

untuk memperdalam dan mengembangkan pengetahuannya. Pendidikan juga

tidak hanya berlangsung pada jenjang SD, SMP, SMA, maupun Perguruan

Tinggi saja tetapi pendidikan berlangsung seumur hidup dan tidak ada

batasnya. Pendidikan memegang peran penting dalam pembangunan serta

kemajuan suatu negara. Menurut undang-undang No.20 Tahun 2003,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan diri.

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak

faktor antara lain guru sebagai fasilitator dan motivator, sarana dan prasarana

yang digunakan, dan juga adanya keaktifan dari siswa itu sendiri. Untuk

mencapai hasil yang optimal dibutuhkan adanya kontribusi yang maksimal

dari semua unsur-unsur tersebut. Sebagai fasilitator dan motivator, guru

memegang peranan yang sangat penting. Dorongan dan dukungan dari guru

dengan berbagai metode didukung dengan sarana prasarana lainnya akan

sangat membantu siswa untuk terdorong menjadi aktif. Faktor lain juga dapat


(23)

nyaman dan menyenangkan. Situasi seperti ini akan membuat proses belajar

mengajar menjadi menyenangkan bagi siswa.

Berdasarkan pengalaman PPL di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul, awalnya

saat praktikan menanyakan mengenai motivasi para siswa terhadap mata

pelajaran biologi, banyak siswa berpendapat bahwa biologi merupakan

pelajaran yang sulit dan membosankan karena banyak hafalan serta dalam

proses pembelajaran guru hanya memberikan ceramah sehingga suasananya

sangat membosankan. Pernyataan dari para siswa menunjukkan bahwa

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran biologi sangat rendah.

Berdasarkan hasil wawancara pada Ibu Sulastri S.Pd yang merupakan

salah satu guru pengampu mata pelajaran biologi kelas XI diperoleh bahwa

materi biologi yang masih dianggap sulit oleh siswa dari tahun ke tahun

adalah materi sistem saraf pada manusia. Materi ini dianggap sulit karena

metode yang digunakan kurang bervariasi yaitu dalam proses pembelajaran

masih didominasi dengan metode ceramah sehingga saat mengajar banyak

siswa yang merasa bosan dan tidak memperhatikan penjalasan guru, bermain

handphone dan gadged, mengobrol dengan teman sebangku mengenai hal-hal

di luar materi sistem saraf pada manusia sehingga berakibat pada menurunnya

hasil belajar siswa. Berdasarkan data yang diperoleh pada ulangan harian

sistem saraf tahun sebelumnya yaitu tahun ajaran 2013/2014 persentase

kelulusan adalah 46% dengan jumlah siswa yang lulus dan memenuhi nilai

KKM yaitu ≥ 75 sebanyak 13 siswa dari jumlah siswa seluruhnya yaitu 28 siswa. Selain metode pembelajaran yang hanya mengutamakan ceramah, guru


(24)

juga menggunakan media yang kurang bervariasi untuk mendukung anak

dalam meningkatkan minat dan pemahaman mengenai materi tersebut. Media

yang sering digunakan yaitu Powerpoint, buku dan model otak. Guru

mengharapkan adanya media tambahan untuk mempermudah pemahaman

siswa terutama mengenai proses-proses yang berkaitan dengan sistem saraf.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, peneliti mencoba

membantu kesulitan belajar siswa dengan menerapkan media animasi

pembelajaran. Media animasi dapat membantu menjelaskan suatu proses yang

abstrak dan rumit tidak hanya berdasarkan cerita biasa atau ceramah. Media

animasi merupakan salah satu media penunjang pembelajaran karena dapat

menarik perhatian belajar siswa, menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan dan dapat memberi pesan yang dapat diterima dengan baik

oleh siswa dan membangkitkan kemauan siswa untuk belajar. Jika siswa

memiliki kemauan belajar yang tinggi maka dapat meningkatkan hasil

belajar. Pada umumnya siswa lebih senang belajar dengan monoton dari pada

mendengarkan penjelasan dari guru. Penerapan media animasi ini diharapkan

dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem saraf


(25)

B. Rumusan Masalah

Apakah Pembelajaran Menggunakan Media Animasi dapat

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1

Kasihan Bantul pada Materi Sistem Saraf pada Manusia?

C. Batasan masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas maka permasalahan

perlu dibatasi sebagai berikut:

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA (Matematika dan Ilmu

Alam) 6 SMA Negeri 1 Kasihan Bantul sebanyak 30 orang

2. Motivasi

Motivasi yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah berkaitan dengan

kemauan positif siswa dalam mengikuti proses pembelajaran berupa

perhatian, mendengarkan, mencatat, mengerjakan tugas dan mempelajari

kembali materi yang disampaikan.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar pada penelitian ini kemampuan siswa pada aspek kognitif

yaitu dari hasil post-test dan aspek afektif dari hasil observasi.

4. Media Animasi

Media animasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa film animasi

gerak mengenai sistem koordinasi pada manusia yang dibuat sendiri oleh


(26)

5. Materi Pokok

Materi yang diajarkan tentang sistem saraf yaitu pada kompetensi dasar

3.10 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ

pada sistem koordinasi dan mengaitkannya dengan proses koordinasi

sehingga dapat menjelaskan peran saraf dan hormon dalam mekanisme

koordinasi dan regulasi serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada

sistem koordinasi manusia melalui studi literatur, pengamatan,

percobaan, dan simulasi. Kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum

2013.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui

pengaruh Pembelajaran Menggunakan Media Animasi dalam Meningkatkan

Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIA 6 SMA Negeri 1 Kasihan

Bantul pada Materi Sistem Saraf pada Manusia.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini bermanfaat untuk menyelesaikan tugas akhir dalam

memperoleh gelar sarjana pendidikan

b. Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh pada

perkuliahan

c. Memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran


(27)

2. Bagi Guru

Guru memperoleh strategi pembelajaran baru dengan bertambahnya

variasi penggunaan media yang menarik dalam meningkatkan motivasi

dan hasil belajar siswa

3. Bagi Siswa

a. Siswa dapat termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran

biologi dengan menggunakan media yang menarik

b. Siswa dapat memahami pelajaran biologi dengan baik dan hasil

belajar siswa menjadi meningkat.

4. Bagi Sekolah

Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat bermanfaat bagi sekolah dalam

membantu meningkatkan kualitas pembelajaran biologi.

F. Hipotesis

Penerapan pembelajaran menggunakan media animasi dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 6 SMA Negeri


(28)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah key term, „istilah kunci‟ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada

pendidikan. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian

terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajar pun diarahkan pada

tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses

perubahan manusia itu. Belajar yaitu setiap perubahan yang relatif

menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan dan

pengalaman. Atau belajar adalah perubahan kepribadian sebagai pola

baru yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian/suatu

pengertian.

Abin Syamsudin Makmun dalam Rohmah (2012) mengatakan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang

berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Sedangkan menurut

Muhibbin Syah belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan

(psikologi kognitif). Belajar juga diartikan pula sebagai suatu perubahan

kemampuan bereaksi atau relatif langgeng sebagai hasil latihan yang


(29)

karakteristik belajar antara lain:

a) Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman (perubahan karena

pertumbuhan atau kematangan bukan merupakan hasil belajar,

contoh perubahan seorang bayi).

b) Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman, berarti perubahan

tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan,

adaptasi/kepekaan seseorang yang biasanya hanya berlangsung

sementara bukan merupakan hasil belajar.

c) Perubahan tingkah laku itu menyangkut berbagai aspek kepribadian

(fisik dan psikis) seperti perubahan pengertian, berpikir,

keterampilan, kebiasaan, sikap, dan lain-lain.

Disamping itu ada beberapa ahli yang berusaha merumuskan tentang

belajar. Di bawah ini dikemukakan beberapa rumusannya.

1) Walker dalam Rohmah (2012) mengemukakan arti belajar dengan

kata-kata yang singkat, yakni”Perubahan-perubahan sebagai akibat dari pengalaman”.

2) C.T.Morgan dalam Rohmah (2012) merumuskan belajar sebagai

“Suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu”. Menurut Morgan, berbagai perubahan tingkah laku yang bisa diamati pada

perkembangan seorang bayi hingga dewasa, terdapat 3 hal yaitu:

a. Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses fisiologis,


(30)

b. Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses

pematangan (maturation).

c. Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses belajar.

3) Crow & Crow dalam Rohmah (2012) menyatakan bahwa belajar

adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.

Menurut mereka hal-hal yang dirumuskan di atas meliputi cara-cara

yang baru digunakan melakukan suatu upaya memperoleh

penyesuaian diri terhadap situasi yang baru. Belajar alam pandangan

Crow & Crow menunjuk adanya perubahan yang progresif dari

tingkah laku. Belajar dapat memuaskan minat individu untuk

mencapai tujuan.

4) Hintzman dalam Rohmah (2012) mengatakan belajar ialah suatu

perubahan yang terjadi dalam diri organisme disebabkan pengalaman

tersebut yang bisa mempengaruhi tingkah laku organisme itu.

Dengan demikian perubahan yang disebabkan pengalaman tersebut

baru bisa dikatakan belajar kalau mempengaruhi organisme. Lebih

lanjut Hintzman menjelaskan bahwa pengalaman hidup sehari-hari,

dalam bentuk apapun amat memungkinkan diartikan sebagai belajar,

mengapa demikian? Sebab bagaimanapun juga pengalaman yang

dialami oleh tiap makhluk hidup/manusia akan memberikan

pengaruh terhadap pembentukan kepribadiannya.

5) Laurine dalam Rohmah (2012) mengemukakan,” Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”.


(31)

Menurut pengertian ini belajar merupakan proses, kegiatan yang

bukan merupakan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,

tetapi lebih luas dari itu dan bukan hanya penguasaan dari latihan,

melainkan perubahan kelakuan.

6) Atkinson dan kawan-kawan dalam Rohmah (2012) mendefinisikan

belajar sebagai perubahan yang relatif permanen pada perilaku yang

terjadi akibat latihan. Atkinson tidak memasukkan perubahan

perilaku yang terjadi karena maturasi (bukan latihan), atau

pengondisian sementara suatu organisme (seperti kelelahan atau

akibat obat). Mereka berpendapat semua kasus belajar tidaklah sama.

7) Hilgard & Bower dalam Rohmah (2012) mengemukakan belajar itu

berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap

situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang

berulang-ulang dalam situasi itu, dan perubahan tingkah laku tersebut tidak

dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respons pembawaan,

kematangan atau keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan atau

pengaruh obat).

Berdasarkan beberapa rumusan definisi di atas, bisa dikemukakan

beberapa unsur penting yang menjadi ciri/karakteristik atas pengertian

dan perilaku mengenai belajar yaitu:

a. Situasi belajar mesti bertujuan, dan tujuan-tujuan tersebut diterima,


(32)

b. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dan

perubahan itu bisa mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, akan

tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih

buruk.

c. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan

pengalaman, dalam arti, perubahan-perubahan yang disebabkan oleh

pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.

Atau bisa dikatakan pula sebagai perubahan intensional; dalam arti

pengalamn atau praktik atau latihan itu dilakukan dengan sengaja

dan disadari bukan secara kebetulan; dengan demikian, perubahan

karena kemantapan dan kematangan atau keletihan atau kerena

penyakit tidak dapat dipandang sebagai perubahan hasil belajar.

d. Untuk bisa disebut belajar, perubahan itu harus relatif menetap,

harus merupakan akhir dari pada periode waktu yang cukup panjang,

dan berlangsungnya waktu ini sulit ditentukan lamanya, bisa

berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ini berarti harus

dikesampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan

oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau

kepekaan seseorang yang biasanya yang berlangsung sementara.

Atau bisa pula dikatakan bahwa perubahan itu efektif, dalam arti

membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar itu

(setidak-tidaknya sampai batas waktu tertentu) relatif tetap dan setiap saat


(33)

pemecahan masalah, baik dalam ujian, ulangan dan sebagainya

maupun dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam

rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.

e. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

aspek-aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:

perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah,

keterampilan, kecakapan, sikap, ataupun kebiasaan.

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur

yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan tiap jenis dan jenjang

pendidikan.

2. Tujuan belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya

sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Sistem

lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau akan dipengaruhi oleh berbagai

komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi.

Komponen-komponen itu misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,

materinya, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam

hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan

prasarana belajar yang tersedia.

Tujuan belajar (Rohmah, 2012) itu ada 3 jenis antara lain:

1) Unuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan


(34)

dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan

kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya

kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah

yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya dalam

kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih

menonjol.

Adapun jenis interaksi atau cara yang digunakan untuk

kepentingan pada umumnya dengan model kuliah (presentasi),

pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan cara demikian anak

didik/siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah

pengetahuannya dan sekaligus akan mencarinya sendiri untuk

mengembangkan cara berpikir dalam rangka memperkaya

pengetahuannya.

2) Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan

suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jasmaniah

dan rohani. Keterampilan jasmaniah adalah

keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan

menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota

tubuh seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal ini

masalah-masalah “Teknik” dan “Pengulangan”. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan


(35)

ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut

persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan berpikir serta kreativitas

untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

Jadi semata-mata bukan soal ”Pengulangan”, tetapi mencari jawab yang cepat dan tepat.

Keterampilan memang data dididik, yaitu dengan banyak

melatih kemampuan. Demikian juga mengungkapkan perasaan

melalui bahasa tulis dan lisan, bukan soal kosakata atau tata bahasa,

semua memerlukan banyak latihan. Interaksi yang mengarah pada

pencapaian keterampilan itu akan menurut kaidah-kaidah tertentu

dan bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru.

3) Pembentukan sikap

Pembentukan sikap dan mental dan perilaku anak didik, tidak

terlapas dari soal penanaman nilai-nilai Oleh karena itu guru tidak

sekedar sebagai “Pengajar” yang tugasnya hanya transfer ilmu tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu

kepada anak didiknya melalui pemberian contoh-contoh yang baik

dalam setiap pola interaksinya baik dengan siswa, sesama guru

maupun dengan masyarakat luas, sehingga dari sini nantinya

diharapkan terjadi proses internalisasi yang dapat menumbuhkan

proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian


(36)

tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktikkan segala

sesuatu yang telah dipelajarinya.

Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan

pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai.

Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan, hasil belajar.

Relevan dengan uraian mengenai tujuan belajar tersebut, hasil

belajar itu meliputi:

a. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, kosep atau fakta (kognitif)

b. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif)

c. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan

(psikomotorik)

Ketiga hasil belajar diatas dalam pengajaran merupakan tiga hal

yang secara perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam

kenyataannya dalam diri siswa akan merupakan satu kesatuan yang

utuh dan bulat. Ketiganya itu dalam kegiatan belajar-mengajar,

masing-masing direncanakan sesuai dengan butir-butir bahan

pelajaran (content). Karena semua itu bermuara pada anak didik,

maka terjadi proses internalisasi, terbentuklah suatu kepribadian

yang utuh. Dan untuk semua itu, diperlukan system lingkungan yang

mendukung.

Dari ketiga tujuan tersebut yang menjadi fokus penelitian ini

yaitu utuk mendapatkan pengetahuan (kognitif) dan pembentukkan


(37)

3. Beberapa Jenis Belajar

Jenis-jenis belajar dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan dan hasil

belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar, cara atau proses yang

ditempuh dalam belajar, teknik atau metode belajar, dan sebagainya.

Perkembangan atas pengelompokan jenis belajar ini muncul dalam dunia

pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga

bermacam-macam.

Dilihat dari tujuan dan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan

belajar, menutut para ahli (Saodih & Surya; Effendi dalam Rohmah,

2012) umunya mengemukakan delapan jenis belajar berikut:

1) Belajar Abstrak (Abstract Learning)

Belajar abstrak pada dasarnya adalah belajar dengan menggunakan

cara-cara abstrak. Tujuannya adalah memperoleh pemahaman serta

pemecahan yang tidak nyata. Dalam hal ini peranan rasio atau akal

sangatlah penting. Begitu pula penguasaan atas prinsip-prinsip dan

konsep-konsep. Termasuk dalam jenis ini, misalnya belajar

astronomi, kosmografi, kimia dan matematika.

2) Belajar Keterampilan (Skill Learning)

Belajar keterampilan merupakan proses belajar yang bertutujuan

memperoleh keterampilan tertentu dengan menggunakan

gerakan-gerakan motorik. Dalam belajar jenis ini, proses pelatihan yang

intensif dan teratur sangatlah diperlukan. Termasuk belajar dalam


(38)

elektronik. Bentuk belajar jenis ini juga sering disebut latihan atau

training.

3) Belajar Sosial (Social Learning)

Belajar sosial adalah belajar yang bertujuan memperoleh

keterampilan dan pemahaman terhadap masalah-masalah sosial,

penyesuaian terhadap nilai-nilai sosial dan sebagainya. Termasuk di

sini misalnya belajar memahami masalah keluarga, konflik antara

etnis atau antara kelompok, dan masalah lainnya yang bersifat sosial.

4) Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Dalam hal ini pada dasarnya adalah belajar untuk memperoleh

keterampilan atau kemampuan memecahkan berbagai masalah

secara logis dan rasional. Tujuannya ialah memperoleh kemampuan

atau kecakapan kognitif guna memecahkan masalah secara tuntas.

Untuk itu, kemampuan individu dalam menguasai berbagai konsep,

prinsip, serta generalisasi amat diperlukan.

5) Belajar Rasional (Rational Learning)

Yaitu belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis

atau sesuai dengan akal sehat. Tujuannya ialah memperoleh beragam

kecakapan menggunakan prinsip-prinsip, konsep-konsep. Jenis

belajar ini berkaitan erat dengan belajar memecahkan masalah.

Dengan belajar rasional, individu diharapkan memilki kemampuan


(39)

dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis dan

sistematis.

6) Belajar Kebiasaan (Habitual Learning)

Belajar kebiasaan ialah proses pembentukan kebiasaan baru atau

perbaikan kebiasaan tang telah ada. Belajar kebiasaan selain

menggunakan perintah, keteladanan, serta pengalaman khusus, juga

menggunakan hukum dan ganjaran. Tujuannya agar individu

memperoleh sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat

dan lebih positif, dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan

waktu atau besifat kontekstual.

7) Belajar Apresiasi (Apreciation Learning)

Belajar apresiasi pada dasarnya adalah belajar mempertimbangkan

nilai atau arti penting suatu obyek. Tujuannya agar memperoleh dan

mengembangkan kecakapan ranah rasa (effective skills), dalam hal

ini kemampuan menghargai secara tepat, arti penting obyek tertentu,

misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan apresiasi seni lukis.

8) Belajar Pengetahuan (Study)

Belajar pengetahuan dimaksudkan sebagai belajar untuk

memperoleh sejumlah pemahaman, pengertian informasi dan

sebagainya. Belajar pengetahuan juga dapat diartikan sebagai sebuah

program belajar terencana untuk menguasai materi pembelajaran

dengan melibatkan kegiatan investigasi atau penelitian dan


(40)

menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan

tertentu, yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus

dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat

laboratorium (Rohmah, 2012).

Jenis belajar yang difokuskan pada penelitian ini yaitu belajar

abstrak, belajar sosial, belajar rasional dan belajar pengetahuan

kerena dalam penelitian ini siswa belajar abstrak melalui video,

belajar sosial melalui kegiatan diskusi kelompok, belajar rasional

melalui presentasi dengan berbagai tanggapan dan masukkan agar

memperoleh keragaman pemahaman dan konsep kemudian siswa

belajar pengetahuan agar dapat memahami dan menguasai materi

pembelajaran yang dilaksanakan.

4. Sistem Pembelajaran

Sistem bermanfaat untuk merancang atau merencanakan suatu proses

pembelajaran. Perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat

membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Oleh karena itulah,

proses perencanaan yang sistematis dalam proses pembelajaran memiliki

beberapa keuntungan, di antaranya:

a. Melalui sistem perencanaan yang matang, guru akan terhindar dari

keberhasilan secara untung-untungan, dengan demikian pendekatan

sistem memiliki daya ramal yang kuat tentang keberhasilan suatu

proses pembelajaran, karena memang perencanaan disusun untuk


(41)

b. Melalui sistem perencanaan yang sistematis, setiap guru dapat

menggambarkan berbagai hambatan yang mungkin akan dihadapi

sehingga dapat menentukan berbagai strategi yang dapat dilakukan

untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

c. Melalui sistem perencanaan, guru dapat menentukan berbagai

langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang

ada untuk ketercapaian tujuan.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses

sistem pembelajaran di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat

dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.

a. Faktor Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam

implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru,

bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu

tidak mungkin dapat diaplikasikan. Guru, dalam proses pembelajaran

memegang peran yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk

siswa pada usia pendidikan dasar, tidak mungkin dapat digantikan

oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, komputer dan lain

sebagainya. Sebab siswa adalah organisme yang sedang berkembang

yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.

Menurut Dunkin dalam Sanjaya, ada sejumlah aspek yang dapat


(42)

yaitu: teacher formative experience, teacher training experience, and

teacher properties.

Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta

semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial

mereka. Yang termasuk ke dalam aspek ini di antara, meliputi

tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya dan

adat istiadat, keadaan keluarga dari mana guru itu berasal, misalkan

apakah guru itu berasal dari keluarga yang tergolong mampu atau

tidak, apakah mereka berasal dari keluarga harmonis atau bukan.

Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman

yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan

guru, misalnya pengalaman latihan profesional, tingkatan

pendidikan, pengalaman jabatan dan lain sebagainya.

Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan sifat yang dimiliki guru misalnya sikap guru terhadap

profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan atau intelegensi

guru, motivasi dan kemampuan mereka baik kemampuan dalam

pengelolaan pembelajaran termasuk di dalamnya kemampuan dalam

merencanakan dan evaluasi pembelajaran maupun kemampuan

dalam penguasaan materi pelajaran.

b. Faktor Siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai


(43)

perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan teta[pi tempo dan

irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak

selalu sama. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang

siswa yang menurut Dunkin disebut pupil formative experience serta

faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil properties).

Aspek latar belakang, meliputi jenis kelamin siswa, tempat

kelahiran dan tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa,

dari keluarga yang bagaimana siswa berasal dan lain sebagainya,

sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan

dasar, pengetahuan dan sikap. Sikap dan dan penampilan siswa di

dalam kelas juga merupakan aspek lain yang dapat mempengaruhi

proses pembelajaran.

c. Faktor Sarana dan Prasana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung

terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media

pembelajaran, alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah dan lain

sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara

tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran,

misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan

lain sebagainya. Terdapat beberapa keuntungan bagi sekolah yang

memiliki kelengkapan sarana dan prasarana. Pertama, perlengkapan


(44)

mengajar. Mengajar dapat dilihat dari dua dimensi yaitu sebagai

proses penyampaian materi pelajaran dan sebagai proses pengaturan

lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Kedua, kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan

berbagai pilihan pada siswa untuk belaar. Siswa yang bertipe auditif

akan lebih mudah belajar melalui pendengaran, sedangkan tipe siswa

yang visual akan lebih mudah belajar melalui penglihatan.

d. Faktor Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat

mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas

dan faktor iklim sosial-psikologis.

Faktor organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa

dalam satu kelas merupakan aspek penting yang dapat

mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu

besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas berkecenderungan:

1) Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan

jumlah siswa sehingga waktu yang tersedia akan semakin

sempit.

2) Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan

menggunakan semua sumber daya yang ada. Misalnya, dalam


(45)

akan memakan waktu yang banyak pula sehingga sumbangan

pikiran pikiran akan sulit didapatkan dari setiap siswa.

3) Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun karena

mendapatkan pelayanan terbatas dari guru.

4) Perbedaan individu antara anggota akan semakin tampak,

sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan.

5) Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan

makin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama

maju mempelajari materi pelajaran baru.

6) Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin

banyak siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap

kegiatan kelompok (Sanjaya, 2008)

Dari ketiga faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran

tersebut, semuanya digunakan dalam penelitian ini karena untuk

mencapai keberhasilah belajar dibutuhkan peran guru sebagai

fasilitator dan motivator, sarana dan prasarana yang mendukung

khususnya dalam pemutaran video animasi, peran siswa yang aktif

dalam kegiatan pembelajaran dan lingkungan siswa yang meliputi

kelompok diskusi yang mendukung.

B. Motivasi dalam Belajar 1. Pengertian Motivasi

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya


(46)

penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat

diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata

“motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang yelah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama

bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.

Menurut Mc. Donald dalam Santrock (2009), motivasi adalah

perubahan energi dalam diri sesorang yang ditandai dengan munculnya

“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung elemen

penting.

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa

beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.karena menyangkut perubahan

energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri

manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau ”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan

persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan

tingkah-laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam


(47)

Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi

kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain,

dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal

kebutuhan.

Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi

itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan

terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga

akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan, dan juga

emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu .

Dalam kegiatan belajar mengajar apabila ada seorang siswa,

misalnya tidak bebuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan maka perlu

diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam,

mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan

lain-lain. Hal ini berarti dalam diri anak tidak terjadi perubahan energi,

tidak terangsang efeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak

memilki tujuan atau kebutuhan belajar.Keadaan semacam ini perlu

dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-musebabnya

kemudian mendorong seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan

yang seharusnya dilakukan yakni belajar, dengan kata lain siswa perlu

diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau

singkatnya perlu diberi motivasi.

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat


(48)

merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki

motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan

belajar. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat.

Bergayut dengan ini maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja

mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil

dalam memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan

kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi tugas guru bagaimana

mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi (Santrock,

2009)

2. Fungsi Motivasi dalam Belajar

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan

motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demokian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.

Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi


(49)

suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam

belajar akan menunjukkan hasil yang baik (Santrock, 2009)

3. Perspektif atas Motivasi

a. Perspektif ilmu perilaku, menekankan penghargaan dan hukuman

eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi seorang siswa.

Insentif adalah stimulus atau kejadian positif atau negatif yang dapat

memotivasi perilaku seorang siswa. Pendukung dari penggunaan

insentif menekankan bahwa insentif dapat menambahkan minat atau

rangsangan kepada kelas serta mengarahkan perhatian pada perilaku

yang tepat dan menjauhi perilaku yang tidak tepat. Insentif yang

digunakan guru di kelas termasuk nilai numerik dan huruf yang

memberikan umpan balik mengenai kualitas kerja siswa. Insentif

lainnya termasuk memberikan pengakuan kepada siswa sebagai

contoh dengan memamerkan hasil kerja mereka, memberi mereka

sertifikat prestasi, menempatkan mereka pada daftar nama

kehormatan dan secara verbal menyebutkan pencapaian mereka.

b. Perspektif humanistis, menekankan kapasitas siswa untuk

pertumbuhan pribadi kebebasan untuk memiliki nasib mereka

sendiri dan kualitas-kualitas positif seperti bersikap sensitif pada

orang lain. Perspektif ini diasosiasikan secara dekat dengan

keyakinan menurut Abraham Maslow dalam Santrock bahwa


(50)

lebih tinggi dapat dipuaskan. Menurut hierarki kebutuhan Maslow,

kebutuhan individu harus dipuaskan dalam urutan berikut:

1) Fisiologis: lapar, haus, tidur

2) Rasa aman: memastikan kelangsungan hidup, seperti

perlindungan dari perang dan kriminal

3) Cinta dan rasa memiliki: keamanan, afeksi, dan perhatian dari

orang lain

4) Harga diri: merasa senang terhadap diri sendiri

5) Aktualisasi diri: mewujudkan potensi diri

Jadi dalam pandangan maslow siswa harus memuaskan kebutuhan

mereka akan makanan sebelum mereka dapat berprestasi. Abraham

Maslow mengembangkan hierarki kebutuhan manusia untuk

memperlihatkan bagaimana kita harus memuaskan kebutuhan dasar

tertentu sebelum kita dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang

lebih tinggi.

c. Perspektif kognitif, menurut perspektif kognitif mengenai motivasi,

pemikiran siswa mengarahkan motivasi mereka. Minat ini berfokus

pada gagasan-gagasan seperti motivasi internal siswa untuk

berprestasi, atribusi mereka (persepsi mengenai penyebab

keberhasilan atau kegagalan, khususnya persepsi bahwa usaha

merupakan faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan bahwa

mereka dapat mengontrol lingkungannya secara efektif. Perspektif


(51)

perencanaan dan pemantauan kemajuan menuju suatu sasaran.

Selanjutnya perspektif kognitif tentang motivasi cocok dengan

gagasan R.W. White dalam Santrock (2009), yang mengajukan

konsep motivasi kompetensi, gagasan bahwa orang termotivasi

untuk menangani lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia

mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan

bahwa orang melakukan hal ini karena mereka termotivasi secara

internal untuk berinteraksi secara efektif dengan lingkungan. Konsep

motivasi kompetensi menjelaskan mengapa manusia termotivasi

untuk mencapai inovasi ilmiah dan teknologi.

d. Perspektif sosial, kebutuhan akan afiliasi atau hubungan adalah motif

untuk berhubung secara aman dengan orang lain. Hal ini termasuk

membangun, mempertahankan, serta memulihkan hubungan pribadi

yang hangat dan akrab. Kebutuhan siswa akan afilasi atau hubungan

tercemin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu

bersama teman-teman sebaya, sahabat mereka, kasih sayang mereka

kepada orangtuanya, dan keinginan mereka untuk mempunyai

hubungan positif dengan guru mereka. Siswa yang berada di sekolah

dengan hubungan iterpesonal yang penuh perhatian dan dukungan,

mempunyai sikap dan nilai akademis yang lebih positif dan merasa

lebih puas terhadap sekolah. Salah satu faktor penting dalam

motivasi dan prestasi siswa adalah persepsi mereka tentang


(52)

adalah nilai bahwa siswa sekolah menengah yang mengikuti

matematika meningkat ketika mereka mempunyai guru yang mereka

nilai banyak memberikan dukungan (Santrock, 2009)

Perspektif atas motivasi yang menjadi fokus dalam penelitian ini

yaitu perspektif kognitif dan perspektif sosial karena perspektif

kognitif harus ditanamkan oleh siswa dalam mendukung pencapaian

keberhasilan belajar dan perspektif sosial ditanamkan siswa untuk

berhubungan baik dengan siswa lain untuk membangun dan

mempertahankan hubungan pribadi dengan siswa lain. Perspektif

sosial dapat dilihat pada kegiatan diskusi kelompok.

4. Macam-macam Motivasi

a. Motivasi Intrinsik

Yang dimaksudkan dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif

yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari

luar, karena dalam diri setiap individu suda ada dorongan untuk

melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang

membaca, tidak usah menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin

mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari

segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar)

maka yang dimaksudkan dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin

mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu

sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu melakukan


(53)

atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara

konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Perlu diketahui

bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan

menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam

bidang studi tertentu.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalan motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh

seseorang itu belajar, karena tahunya besok pagi akan ujian dengan

harapan mendapatkan nilai baik sehingga akan dipuji oleh temannya.

Jika kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak

secara langsung bergayut esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh

karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk

motivasi yang ada di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan

diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu ditegaskan, bukan berarti

bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik atau tidak penting. Dalam

kegiatan belajar mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar

keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin

komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang

kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik


(54)

Pada penelitian ini, motivasi intrinsik dan ekstrinsik sangat

diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran. Motivasi

intrinsik merupakan motivasi yang tumbuh dari dalam diri siswa

cintohnya suka membaca atau suka belajar berkelompok.. Motivasi

ektrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar diri siswa guna

mendukung motivasi intrinsik siswa. Motivasi ektrinsik dapat

berasal dari guru, siswa lain dan sarana dan prasarana. jika motivasi

intrinsik siswa tinggi dan motivasi ektrinsik juga mendukung dengan

baik maka siswa proses pembelajaran akan terlaksana secara baik

dan memperoleh hasil yang baik dan sesuai dengan indikator yang

akan dicapai.

C. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiahberarti

„tengah‟,‟perantara‟ atau „pengantar‟. Menurut Gerlach & Ely dalam Arsyad (1996) menyatakan bahwa media apabilah dipahami secara garis besar adalah

manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa

mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan , atau sikap. Dalam

pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media.

Secara khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung

diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis (Arsyat, 1996).

Fungsi media pembelajaran

Analisis terhadap fungsi media pembelajaran ini lebih difokuskan pada


(55)

pada penggunanya. Pertama, analisis fungsi yang didasarkan pada media

terdapat tiga fungsi media pembelajaran, yakni;

1. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar

Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar.

Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung, dan lain-lain.

2. Fungsi semantik

Yakni kemampuan media dalam menambah pemberdaharaan kata

(symbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak

didik (tidak verbalistik).

3. Fungsi manipulatif

Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum

yang dimilikinya. Berdasarkan karakteristik umum ini, media memiliki

dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan

mengatasi keterbatasan inderawi. Pertama, kemampuan media

pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu, yaitu;

a. Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit

dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti peristiwa bencana alam,

ikan paus melahirkan anak, dan lain-lain.

b. Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita

waktu panjang menjadi singkat seperti proses metamorfosis, proses


(56)

c. Kemampuan media mengahdirkan kembali objek atau peristiwa yang

telah terjadi.

Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan

inderawi manusia, yaitu;

a. Membantu siswa dalam memahami objek yang sulit diamati karena

terlalu kecil, seperti molekul, sel, atom, dan lain-lain, yakni dengan

memanfaatkan gambar, film, dan lain-lain.

b. Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu

lambat atau terlalu cepat, seperti proses metamorfosis.

c. Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan

kejelasan suara, yakni dengan memanfaatkan kaset (tape recorder).

d. Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks,

misalnya dengan memanfaatkan diagram, peta, grafik, dan lain-lain.

4. Fungsi psikologis

a. Fungsi atensi

Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap

materi ajar. Media pembelajaran yang tepat guna adalah media

pembelajaran yang mampu menarik dan memfokuskan perhatian

siswa.

b. Fungsi afektif

Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat

penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Media


(57)

penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu. Dengan adanya media

pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk menerima

beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju kepada

pelajaran yang diikutinya.

c. Fungsi kognitif

Siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh

dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili

objek-objek yang dihadapi, baik objek-objek itu berupa orang, benda atau

kejadian/peristiwa.

d. Fungsi imajinatif

Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan

imajinasi siswa.

e. Fungsi motivasi

Motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah guru

untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan siswanya secara

sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

5. Fungsi sosio-kultural

Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan

sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran.

Pada penelitian ini, fungsi media yang lebih difokuskan yaitu fungsi

manipulatif dan fungsi psikologis. Fungsi manipulatif ditunjukkan pada video

animasi yang menjelaskan sesuatu yang abstrak dan tidak bisa dilihat secara


(58)

dipelajari. Fungsi psikologis ditunjukkan dengan pemutaran video animasi

dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, atensi, imajinatif dan

motivasi belajar siswa.

D. Media Animasi

Menurut Ariadi dalam Hasrudin, media animasi merupakan peralatan

elektronik digital yang dapat memproses suatu masukan untuk menghasilkan

suatu keluaran yang bekerja secara digital. Penggunaan animasi merupakan

salah satu contoh pemanfaatan teknologi dalam pendidikan. Animasi menjadi

pilihan untuk menunjang proses belajar yang menyenangkan dan menarik

bagi siswa, memperkuat motivasi, menanamkan pemahaman, meningkatkan

kemampuan berpikir dan daya ingat pada siswa tentang materi yang

diajarkan. Keunggulan animasi adalah kemampuannya untuk menjelaskan

suatu kejadian secara sistematis dalam tiap waktu perubahan. Hal ini sangat

membantu dalam menjelaskan prosedur dan urutan kejadian.

Berkaitan dengan media animasi, maka menurut Mayer dan Moreno

dalam Sukiyasa mengemukakan bahwa animasi merupakan satu bentuk

presentasi bergambar yang paling menarik, yang berupa simulasi gambar

bergerak yang menggambarkan perpindahan atau pergerakan suatu objek.

Penggunaan animasi dalam proses pembelajaran sangat membantu dalam

meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pengajaran, serta hasil

pembelajaran yang meningkat. Selain itu, penggunaan media pembelajaran

khususnya animasi dapat meningkatkan daya tarik, serta motivasi siswa


(59)

Dalam penelitian ini saya menggunakan animasi yang diharapkan dapat

membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru dan

dapat memotivasi siswa untuk belajar sehingga prestasi belajar siswa dalam

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik bisa maksimal sesuai tujuan yang

diharapkan. Kelebihan dari media animasi adalah:

a. pembelajaran lebih inovatif dan interaktif;

b. membawa obyek yang sukar didapat atau dibawa dalam lingkungan

belajar;

c. menampilkan obyek yang tidak bisa dilihat secara langsung;

d. menampilkan obyek yang terlalu besar ke dalam kelas.

Adapun kekurangan dari media animasi adalah aktifitas siswa terbatas,

siswa yang kurang paham dalam menggunakan multimedia akan mengalami

kesulitan, bagi siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik akan merasa

bosan, belum memadainya infrastruktur didaerah tertentu, biaya yang

dikeluarkan cukup mahal (Rahayuningsih, 2013).

Media animasi merupakan pengembangan dari penggunaan komputer

yang dimanfaatkan dalam bidang pendidikan. Menurut Wojowasito dalam

Dona (2013), animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan benda mati

yang diberikan dorongan kekuatan, semangat, dan emosi untuk menjadi hidup

dan bergerak, atau hanya berkesan hidup. Media animasi berisi kumpulan

gambar yang diolah sedemikian rupa dan menghasilkan gerakan sehingga

berkesan hidup serta menyimpan pesan-pesan pembelajaran. Menurut


(60)

animasi adalah memvisualisasikan konsep abstrak yang tidak dapat diamati

indera penglihatan secara langsung. Proses-proses biologi yang kompleks

seperti proses fotosintesis, respirasi aerob, siklus nitrogen dan berbagai proses

dalam sistem organ tubuh manusia dapat dijelaskan dengan konkrit kepada

siswa. Meskipun manfaaat media animasi besar dalam proses pembelajaran,

namum kurangnya sarana pendukung multimedia di sekolah-sekolah dan

lemahnya kemampuan guru dalam menggunakan serta menciptakan media

pembelajaran menyebabkan penggunaan media animasi masih belum

diterapkan secara efektif dalam menyajikan konsep biologi.

Penggunaan media animasi dapat membantu guru dalam menjelaskan

materi dan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Penyajian

media animasi membuat siswa dapat mengamati tahapan-tahapan suatu

proses yang bersifat abstrak dan seolah-olah berhadapan dengan objek yang

sebenarnya. Siswa terbantu dalam mempelajari materi mekanisme sistem

gerak pada manusia karena penyajian materi menggunakan gambar bergerak

disertai teks berwarna. Sentuhan animasi tersebut tampil menarik sehingga

dapat memperjelas pemahaman konsep mekanisme sistem gerak dan

meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat

Utami dalam Dona, yang menyatakan penggunaan media animasi yang

divisualkan kepada siswa dapat meningkatkan retensi (daya ingat) dan

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, siswa dapat

memahami konsep yang dipelajari secara nyata. Animasi membantu siswa


(61)

harus membaca dan mendengar penjelasan guru. Menurut Lowe dalam Dona

menemukan bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal rendah akan

cenderung untuk lebih memperhatikan perubahan animasi yang menarik

secara perseptual (Dona, 2013)

Penggunaan media film animasi mampu memberikan pengaruh yang

lebih besar terhadap peningkatan pemahaman belajar siswa dari pre-test ke

post-test bila dibandingkan dengan kelompok kontrol atau tanpa penggunaan

media film animasi. Hal itu terjadi karena penggunaan media animasi dapat

memberikan pembelajaran bermakna sehingga membuat pemahaman siswa

lebih meningkat. Menurut Mohapatradan Reena Mohapatra dalam

Gustinawati yang menunjukkan bahwa penggunaan media animasi dapat

memberikan pembelajaran bermakna. Berkaitan dengan kelebihan media film

animasi, film animasi mengandung media audiovisual sekaligus yang mampu

menarik perhatian siswa menurut teori tingkat pengolahan, dalam faktor yang

meningkatkan daya ingat jangka panjang, disebutkan bahwa makin banyak

perhatian yang diberikan pada bagian-bagian tertentu, makin banyak

pengolahan mental yang dilakukan atas bagian tertentu, maka makin besar

pula kemungkinan bagian-bagian tertentu tersebut diingat. Hal itulah yang

menjadi salah satu faktor film animasi mampu memberikan dampak positif

yang lebih kuat. Diketahui selanjutnya, film juga yang melibatkan legenda

tokoh, yang ternyata juga mampu meningkatkan retensi memori jangka


(62)

Film animasi sebagai media pembelajaran memiliki banyak kelebihan.

Disamping film animasi mampu merekam suatu proses, lebih

mengkonkretkan konsep yang abstrak, dapat diputar ulang jika dibutuhkan,

film animasi juga memiliki nilai hiburan tersendiri bagi peserta didik.

Sehingga siswa merasa tertarik dan materi yang disampaikan dapat terekam

dan dipahami dengan baik oleh siswa. Maka, berdasarkan olah data dan

pembahasan yang didapat, disimpulkan bahwa penggunaan media film

animasi berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa pada konsep sistem

mekanisme pertahanan tubuh (Gustinawati,2014)

Media animasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu animasi stop

motion. Media animasi stop mation merupakan media animasi yang dibuat

dengan menggabungkan beberapa foto kemudian diedit menggunakan

aplikasi movie maker.

E. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku

setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar

dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes

hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan

bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengaaran. Walaupun

demikian, tes dapat digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar di

bidang afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2009)


(63)

1. Untuk mengetahui tingkatan penguasaan peserta didik terhadap materi

yang telah diberikan;

2. Mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik

terhadap program pembelajaran;

3. Untuk mengetahui tingkatan kemajuan dan kesesuaian hasil belajar

peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

telah ditetapkan;

4. Mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat dijadikan acuan

untuk memberikan bantuan dan bimbingan;

5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai

dengan jenis pendidikan tertentu.;

6. Menentukan kenaikan kelas;

7. Menempatkan peserta didik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

(Arifin,2009).

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu;

1. Faktor pada diri siswa diantaranya intelegensi, kecemasan (emosi),

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,

ketekunan, dan faktor fisik dan psikis;

2. Faktor di luar diri siswa, seperti ukuran kelas, suasanya belajar (termasuk

di dalamnya guru), fasilitas dan sumber belajar yang tersedia.

Menurut Benyamin S. Bloom, dkk dalam Arifin (2009) hasil belajar


(1)

217

Perhitungan Observasi Siswa Siklus I

Pertemuan I

No. Kelompok Indikator Skor Nilai

1 2 3 4 5 6 7

1 I 2 3 3 3 3 2 3 19 90

2 II 2 3 3 3 3 3 3 20 95

3 III 2 3 3 3 3 3 3 20 95

4 IV 2 3 3 3 3 3 3 20 95

5 V 2 3 3 3 3 2 3 19 90

6 VI 3 3 3 3 3 2 2 19 90

Jumlah 13 18 18 18 18 15 17

Rata-rata 2,1 3 3 3 3 2,5 2,8

Pertemuan II

No. Kelompok Indikator Skor Nilai

1 2 3 4 5 6 7

1 I 2 3 3 3 3 2 3 19 90

2 II 2 3 3 3 3 2 3 19 90

3 III 3 3 3 3 3 3 3 21 100

4 IV 3 3 3 3 3 3 3 21 100

5 V 3 3 3 3 3 3 3 21 100

6 VI 3 3 3 2 3 3 3 20 95

Jumlah 16 18 18 17 18 16 18


(2)

218

No. Kelompok Indikator Skor Nilai

1 2 3 4 5 6 7

1 I 3 3 3 3 3 3 3 21 100

2 II 2 3 3 3 3 3 3 20 95

3 III 3 2 3 3 3 3 2 19 90

4 IV 2 2 2 3 3 2 2 16 76

5 V 3 3 2 3 3 3 3 20 95

6 VI 2 3 3 3 3 3 3 20 95

Jumlah 15 16 16 18 18 17 16

Rata-rata 2,5 2,6 2,6 3 3 2,8 2,6

Pertemuan IV

No. Kelompok Indikator Skor Nilai

1 2 3 4 5 6 7

1 I 2 3 3 3 3 3 3 20 95

2 II 3 3 3 3 3 3 3 21 100

3 III 3 3 3 3 3 3 2 20 95

4 IV 2 3 3 3 3 3 3 20 95

5 V 3 3 3 3 3 3 3 21 100

6 VI 3 3 3 3 3 3 3 21 100

Jumlah 16 18 18 18 18 18 17


(3)

Daftar Nilai pretesst

No. Nama Peserta L / P Hasil Tes Objektif Nilai Akhir

Keterangan Benar Salah Skor

1 Siswa 1 P 9 11

45

45

Tidak Tuntas

2 Siswa 2 L 11 9

55

55

Tidak Tuntas

3 Siswa 3 L

4 Siswa 4 P

5 Siswa 5 P 8 12

40

40

Tidak Tuntas

6 Siswa 6 P 11 9

55

55

Tidak Tuntas

7 Siswa 7 P 10 10

50

50

Tidak Tuntas

8 Siswa 8 P

9 Siswa 9 P 11 9

55

55

Tidak Tuntas

10 Siswa 10 L

11 Siswa 11 L 10 10

50

50

Tidak Tuntas

12 Siswa 12 P 9 11

45

45

Tidak Tuntas

13 Siswa 13 P 11 9

55

55

Tidak Tuntas

14 Siswa 14 P

15 Siswa 15 L 12 8

60

60

Tidak Tuntas

16 Siswa 16 P 11 9

55

55

Tidak Tuntas

17 Siswa 17 L

18 Siswa 18 L 6 14

30

30

Tidak Tuntas

19 Siswa 19 P 9 11

45

45

Tidak Tuntas

20 Siswa 20 P 8 12

40

40

Tidak Tuntas

21 Siswa 21 P 13 7

65

65

Tidak Tuntas

22 Siswa 22 P 7 13

35

35

Tidak Tuntas

23 Siswa 23 L 8 12

40

40

Tidak Tuntas

24 Siswa 24 P 8 12

40

40

Tidak Tuntas

25 Siswa 25 P 8 12

40

40

Tidak Tuntas

26 Siswa 26 P 6 14

30

30

Tidak Tuntas

27 Siswa 27 P 8 12

40

40

Tidak Tuntas

28 Siswa 28 P 13 7

65

65

Tidak Tuntas

29 Siswa 29 P 11 9

55

55

Tidak Tuntas

30 Siswa 30 P 8 12

40

40

Tidak Tuntas

Jumlah Peserta Tes 24 Jumlah nilai 1130

Jumlah yang Tuntas 0 Nilai Terendah 30

Jumlah yang Belum Tuntas 24 Nilai Tertinggi 65 Presentase Peserta Tuntas 0%

Rata-rata 47,08

Presentase Peserta Belum Tuntas 100 %


(4)

Daftar nilai post-test I

No. Nama Peserta L / P Hasil Tes Objektif Nilai Akhir

Keterangan Benar Salah Skor

1 Siswa 1 P 16 4

80

80

Tuntas

2 Siswa 2 L 15 5

75

75

Tuntas

3 Siswa 3 L 14 6

70

70

Tidak Tuntas

4 Siswa 4 P 15 5

75

75

Tuntas

5 Siswa 5 P 15 5

75

75

Tuntas

6 Siswa 6 P 15 5

75

75

Tuntas

7 Siswa 7 P 14 6

70

70

Tidak Tuntas

8 Siswa 8 P 15 5

75

75

Tuntas

9 Siswa 9 P 11 9

55

55

Tidak Tuntas

10 Siswa 10 L 8 12

40

40

Tidak Tuntas

11 Siswa 11 L 14 6

70

70

Tidak Tuntas

12 Siswa 12 P 16 4

80

80

Tuntas

13 Siswa 13 P 13 7

65

65

Tidak Tuntas

14 Siswa 14 P 15 5

75

75

Tuntas

15 Siswa 15 L 15 5

75

75

Tuntas

16 Siswa 16 P 13 7

65

65

Tidak Tuntas

17 Siswa 17 L 14 6

70

70

Tidak Tuntas

18 Siswa 18 L 14 6

70

70

Tidak Tuntas

19 Siswa 19 P 19 1

95

95

Tuntas

20 Siswa 20 P 9 11

45

45

Tidak Tuntas

21 Siswa 21 P 18 2

90

90

Tuntas

22 Siswa 22 P 13 7

65

65

Tidak Tuntas

23 Siswa 23 L 13 7

65

65

Tidak Tuntas

24 Siswa 24 P 16 4

80

80

Tuntas

25 Siswa 25 P 16 4

80

80

Tuntas

26 Siswa 26 P 15 5

75

75

Tuntas

27 Siswa 27 P 14 6

70

70

Tidak Tuntas

28 Siswa 28 P 16 4

80

80

Tuntas

29 Siswa 29 P 16 4

80

80

Tuntas

30 Siswa 30 P 16 4

80

80

Tuntas

Jumlah Peserta Tes 30 Jumlah nilai 2165

Jumlah yang Tuntas 17 Nilai Terendah 40

Jumlah yang Belum Tuntas 13 Nilai Tertinggi 95 Presentase Peserta Tuntas 56,6%

Rata-rata 72,1

Presentase Peserta Belum Tuntas


(5)

Daftar Nilai post-test II

No. Nama Peserta L / P Hasil Tes Objektif Nilai Akhir

Keterangan Benar Salah Skor

1 Siswa 1 P 15 5

75

75

Tuntas

2 Siswa 2 L 16 4

80

80

Tuntas

3 Siswa 3 L 17 3

85

85

Tuntas

4 Siswa 4 P 17 3

85

85

Tuntas

5 Siswa 5 P 12 8

60

60

Tidak Tuntas

6 Siswa 6 P 18 2

90

90

Tuntas

7 Siswa 7 P 14 6

70

70

Tidak Tuntas

8 Siswa 8 P 17 3

85

85

Tuntas

9 Siswa 9 P 16 4

80

80

Tuntas

10 Siswa 10 L 13 7

65

65

Tidak Tuntas

11 Siswa 11 L 17 3

85

85

Tuntas

12 Siswa 12 P 18 2

90

90

Tuntas

13 Siswa 13 P 17 3

85

85

Tuntas

14 Siswa 14 P 16 4

80

80

Tuntas

15 Siswa 15 L 15 5

75

75

Tuntas

16 Siswa 16 P 16 4

80

80

Tuntas

17 Siswa 17 L 12 8

60

60

Tidak Tuntas

18 Siswa 18 L 17 3

85

85

Tuntas

19 Siswa 19 P 18 2

90

90

Tuntas

20 Siswa 20 P 14 6

70

70

Tidak Tuntas

21 Siswa 21 P 17 3

85

85

Tuntas

22 Siswa 22 P 15 5

75

75

Tuntas

23 Siswa 23 L 17 3

85

85

Tuntas

24 Siswa 24 P 15 5

75

75

Tuntas

25 Siswa 25 P 15 5

75

75

Tuntas

26 Siswa 26 P 15 5

75

75

Tuntas

27 Siswa 27 P 15 5

75

75

Tuntas

28 Siswa 28 P 18 2

90

90

Tuntas

29 Siswa 29 P 18 2

90

90

Tuntas

30 Siswa 30 P 14 6

70

70

Tidak Tuntas

Jumlah Peserta Tes 30 Jumlah nilai 2370

Jumlah yang Tuntas 24 Nilai Terendah 60

Jumlah yang Belum Tuntas 6 Nilai Tertinggi 90

Presentase Peserta Tuntas 80%

Rata-rata 79


(6)

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MEDIA ANIMASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 11 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015.

0 4 20

Pemanfaatan media animasi dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMAK Frateran Ndao Ende pada materi sistem ekskresi.

0 1 209

Meningkatkan motivasi dan hasil belajar tentang sistem pencernaan dengan menggunakan media animasi pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 9 Sendawar Kutai Barat.

0 0 2

Meningkatkan motivasi dan hasil belajar tentang sistem pencernaan dengan menggunakan media animasi pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 9 Sendawar Kutai Barat

0 1 217

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ANDROID PADA MATERI SISTEM INDERA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANTUL.

0 0 5

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FLASH SISTEM SARAF MANUSIA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS XI SMA.

0 0 6

PENYUSUNAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS BLOG PADA MATERI SISTEM SARAF MANUSIA SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI SISWA KELAS XI IPA.

0 0 8

PENYUSUNAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO ANIMASI SISTEM SARAF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KASIHAN BANTUL.

0 0 2

PENYUSUNAN KOMIK BIOLOGI SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MATERI SISTEM SARAF MANUSIA BAGI SISWA SMA/MA KELAS XI.

0 0 1

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN

0 0 222