Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Negeri 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI

SEMESTER 2 SMA NEGERI 2 DEMAK DENGAN MEMBERIKAN

UMPAN BALIK KUIS DALAM MODEL PEMBELAJARAN

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Lismiyati NIM. 4301402021

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii panitia ujian skripsi.

Semarang, Agustus 2006

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Eko Budi Susatyo, M.Si Dra. Sri Wardani, M.Si


(3)

iii

Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

pada hari : Selasa

tanggal : 29 Agustus 2006

Panitia Ujian Skripsi

Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S, M.Si Drs. Edy Cahyono, M.Si

NIP 130781011 NIP 131876212

Penguji I

Drs.Wisnu Sunarto, M.Si

NIP 131412511

Penguji II Penguji III

Drs. Eko Budi Susatyo, M.Si Dra. Sri Wardani, M.Si


(4)

iv

sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2006


(5)

v

Sesungguhnya Allah tidak merubah nikmat (keadaan) yang ada pada suatu kaum (kecuali) bila mereka sendiri merubah keadaannya. (Ar-Rad ayat 11)

Berusaha dan berdo’a merupakan kunci untuk membuka pintu keberhasilan. Yang terpenting “tetap semangat dan teguhkan hati” dalam meraih mimpi.

Jangan takut melakukan kesalahan saat mencoba kebaikan. Kesalahan dalam hidup adalah ketika kita tidak mau mencoba/melakukan kebaikan.

Persembahan

Karya kecil ini untuk:

1. Bapak dan ibu, yang selalu menyayangi dan mendo’akan dalam setiap langkahku. 2. Kakek dan nenek atas segala nasihat dan

dukungannya.

3. Adikku tersayang: Tri, Santo dan Teguh.

4. Cimong, Tina, Ika, dan teman-teman


(6)

vi

memberikan petunjuk, kekuatan, rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Negeri 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)ini dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Terima kasih kepada Bapak Drs. Eko Budi Susatyo, M.Si. dan Ibu Dra. Sri Wardani, M.Si. yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran. Penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan FMIPA UNNES, yang telah memberikan kemudahan administrasi

dalam penyusunan skripsi.

2. Ketua Jurusan Kimia, yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.

3. Dosen-dosen Jurusan Kimia, yang telah memberikan ilmu dan bimbingan

kepada penulis.

4. Kepala SMA Negeri 2 Demak yang memberikan kesempatan dan kemudahan

pada penulis saat melakukan penelitian.

5. Ibu Dra. D. B. Rahayu, Guru pengampu mata pelajaran kimia SMA Negeri 2


(7)

vii dukungannya.

8. Dewi, Ulis, anak-anak kos Tirtasari, God Bless Com, dan semua pihak yang membantu penyusunan skripsi ini.

Semoga segala amal baik bapak, ibu dan saudara yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Agustus 2006


(8)

viii

Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).

Skripsi. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Eko Budi Susatyo, M.Si dan Pembimbing II Dra. Sri Wardani, M.Si.

Kata kunci: Hasil belajar kimia, umpan balik kuis dan Student Teams Achievement Division (STAD)

Hasil belajar kimia siswa kelas XI SMA Negeri 2 Demak masih relatif rendah. Hal ini disebabkan siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran kimia. Siswa enggan dan takut bertanya kepada guru meskipun belum memahami materi yang diajarkan sehingga materi pelajaran tidak dapat dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Selama ini guru menggunakan metode ceramah dan tugas individual. Cara ini ternyata kurang efektif dalam mencapai standar ketuntasan belajar. Saat mengoreksi hasil tes siswa, guru hanya mencoret jawaban yang salah tanpa menunjukkan jawaban yang benar. Hal ini mengakibatkan siswa kurang termotivasi dalam mencari jawaban yang benar dan mungkin melakukan kesalahan yang sama pada ulangan berikutnya sehingga sulit untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berusaha meningkatkan hasil belajar siswa dengan memberikan umpan balik kuis dalam model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah apakah pemberian kuis dalam model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI semester 2 SMA Negeri 2 Demak, sehingga mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah pemberian kuis dalam model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI semester 2 SMA Negeri 2 Demak, sehingga mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dengan empat siklus yang dilaksanakan pada siswa kelas XI-IPA1 SMA Negeri 2 Demak. Tiap-tiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan tes, observasi, angket dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif .

Berdasarkan analisis data penelitian, diperoleh nilai rata-rata siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 67,26, kemudian siklus II meningkat menjadi 76,66 dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 80,1. Ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, pada siklus I adalah 80,95%, kemudian pada siklus II sebesar 92,86% dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 95,26%. Peningkatan hasil belajar siswa ini diikuti dengan peningkatan keaktifan siswa. Siswa semakin


(9)

ix

Demak, sehingga mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal. Saran yang dapat diberikan oleh peneliti antara lain: (1) Dalam menggunakan model pembelajaran STAD dibutuhkan manajemen waktu yang baik. (2) Guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariasi sehingga siswa tidak mengalami kebosanan. (3) Guru hendaknya meningkatkan teknik pemberian umpan balik.


(10)

x

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA... vi

SARI... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Permasalahan ... 7

1.4 Cara Pemecahan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10


(11)

xi

2.1.5 StudentTeam Achievement Division (STAD) ... 18

2.1.6 Umpan Balik Kuis ... 23

2.1.7 Pokok Bahasan Hidrolisis, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 28

2.2 Hipotesis Tindakan ... 36

III. METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Setting dan Subyek Penelitian ... 38

3.2 Variabel dalam Penelitian... 38

3.3 Faktor yang Diteliti... 38

3.3.1 Faktor Siswa ... 38

3.3.2 Faktor Pendukung... 39

3.4 Prosedur Penelitian ... 39

3.4.1 Rancangan Tindakan ... 39

3.4.2 Rincian Prosedur Penelitian ... 42

3.5 Data dan Metode Pengolahan Data ... 49

3.5.1 Data yang Dikumpulkan... 49

3.5.2 Metode Pengumpulan Data ... 49

3.6 Analisis Data ... 51

3.6.1 Analisis Data Kuantitatif ... 51

3.6.2 Analisis Data Kualitatif ... 52


(12)

xii

4.1.2 Deskripsi Data Awal... 56

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus I ... 58

4.1.4 Hasil penelitian Siklus II ... 62

4.1.5 Hasil Penelitian Siklus III... 65

4.2 Pembahasan... 69

V. SIMPULAN DAN SARAN... 82

5.1 Simpulan ... 82

5.2 Saran... 82


(13)

xiii

1. Rangkuman validitas soal uji coba pokok bahasan Hidrolisis... 53

2. Rangkuman validitas soal uji coba pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan... 54

3. Tingkat Kesukaran soal uji coba pokok bahasan Hidrolisis ... 54

4. Tingkat Kesukaran soal uji coba pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan... 55

5. Daya Pembeda soal uji coba pokok bahasan Hidrolisis ... 55

6. Daya Pembeda soal uji coba pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan... 56

7. Hasil Mid semester 2 kelas XI-IPA1 ... 56

8. Data Pretes ... 57

9. Data hasil tes siklus I ... 58

10.Data penilaian Afektif siswa siklus I ... 59

11.Data penilaian Psikomotorik siswa pada praktikum 1... 59

12.Aktifitas Siswa dan Peneliti pada siklus I... 60

13.Hasil angket siswa pada pokok bahasan Hidrolisis ... 61

14.Data hasil tes siklus II ... 63

15.Data penilaian Afektif siswa siklus II... 63

16.Aktifitas Siswa dan Peneliti pada siklus II ... 64

17.Data hasil tes siklus III... 66


(14)

xiv


(15)

xv

1. Siklus penelitian tindakan kelas... 41 2. Diagram peningkatan hasil belajar siswa... 81 3. Diagram ketuntasan Belajar siswa ... 81


(16)

xvi

1. Jadwal pelaksanaan penelitian ... 86

2. Daftar nilai Mid semester 2... 87

3. Daftar nilai pretes... 88

4. Kisi-kisi uji coba soal Hidrolisis ... 89

5. Kisi-kisi uji coba soal Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 90

6. Uji coba soal Hidrolisis... 91

7. Jawaban uji coba soal Hidrolisis ... 99

8. Uji coba soal Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 100

9. Jawaban uji coba soal Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 109

10. Hasil analisis uji coba soal Hidrolisis ... 110

11. Contoh perhitungan analisis uji coba soal Hidrolisis... 116

12. Hasil analisis uji coba soal Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 121

13. Contoh perhitungan analisis uji coba soal Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 127

14. Kisi-kisi soal SiklusI ... 132

15. Kisi-kisi soal Siklus II... 133

16. Kisi-kisi soal Siklus III ... 134

17. Soal Siklus I ... 135

18. Jawaban soal Siklus I ... 139

19. Soal Siklus II ... 140


(17)

xvii

24. Kriteria Penilaian Afektif... 151

25. Penilaian Afektif Siklus I ... 153

26. Penilaian Afektif Siklus II... 156

27. Penilaian Afektif Siklus III ... 159

28. Kriteria penilaian psikomotorik ... 162

29. Penilaian Psikomotorik praktikum 1... 163

30. Penilaian Psikomotorik praktikum 2... 166

31. Lembar observasi aktivitas belajar siswa... 169

32. Lembar observasi pelaksanaan tindakan peneliti... 177

33. Angket siswa ... 186

34. Tanggapan terhadap kegiatan pembelajaran ... 190

35. Skor perkembangan siswa... 195

36. Rencana Pembelajaran ... 198

37. Soal Kuis ... 217

38. Jawaban soal Kuis ... 220

39. Foto penelitian... 225


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu fokus pendidikan di Indonesia. Perlu diadakan berbagai tindakan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. Salah satunya dengan mengadakan perbaikan dalam proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran banyak komponen yang mempengaruhi hasil belajar antara lain sebagai berikut: bahan atau materi yang dipelajari, model pembelajaran, metode pengajaran yang dilakukan, siswa dan guru sebagai subyek belajar (Sudjana 2001:39). Komponen-komponen tersebut saling terkait satu sama lain sehingga melemahnya satu komponen akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal.

Berdasarkan teori belajar tuntas, peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menguasai minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut (Mulyasa 2004:99).

Berdasarkan hasil observasi dan informasi dari guru mata pelajaran kimia SMA Negeri 2 Demak bahwa hasil ulangan harian beberapa siswa kelas XI-IPA masih dibawah tingkat ketuntasan belajar. Hasil tes mid semester 2 menunjukkan


(19)

bahwa 65% dari jumlah siswa kelas XI-IPA1 maupun XI-IPA2 memperoleh nilai kurang dari 65, sedangkan rata-rata kelas untuk XI-IPA1 dan XI-IPA2 adalah 44,69 dan 46,19. Rendahnya hasil belajar siswa ini disebabkan oleh beberapa hal, baik yang berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Banyak siswa yang beranggapan bahwa kimia merupakan mata pelajaran yang sulit sehingga siswa kurang berminat dengan mata pelajaran kimia. Saat pembelajaran berlangsung, siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran kimia. Siswa merasa malu dan takut bertanya kepada guru, walaupun ia belum memahami materi yang diajarkan. Hal ini menyebabkan materi pelajaran tidak dapat dipahami siswa secara utuh.

Selama ini guru menggunakan metode ceramah, tugas individual dan tanya jawab dalam proses pembelajaran di kelas. Secara klasikal guru menjelaskan materi pelajaran kemudian diakhiri dengan tugas individual yang harus dikerjakan siswa di rumah. Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa merasa bosan dan kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Cara ini ternyata kurang efektif untuk mencapai standar ketuntasan belajar sesuai yang ditetapkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi bahwa hanya 35% dari jumlah siswa kelas XI-IPA1 yang mencapai tingkat ketuntasan belajar.

Dimyati dan Mudjiono (2002:51) berpendapat bahwa proses pembelajaran akan lebih efektif apabila siswa lebih aktif berpartisipasi dalam proses


(20)

pembelajaran. Dengan berpartisipasi siswa akan dapat memahami pelajaran dari pengalamannya sehingga akan mempertinggi prestasi belajarnya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran yaitu dengan pembelajaran kelompok. Model

pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat digunakan

untuk mengatasi masalah di atas karena model pembelajaran STAD menuntut siswa untuk aktif bekerja sama dalam kelompok. Adanya penghargaan kelompok di dalam model pembelajaran STAD membuat siswa lebih termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya. Selain itu STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan sebuah pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan kooperatif dalam kelas (Slavin 2004).

STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang

menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok yang heterogen untuk saling membantu satu sama lain dalam belajar (Ibrahim, dkk 2000:20). Belajar kelompok memungkinkan siswa lebih terlibat aktif dalam belajar karena ia mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dan memungkinkan berkembangnya daya kreatifitas pada siswa. Belajar kooperatif mengkondisikan siswa belajar dari pengalaman dan partisipasi aktif dalam menyelesaikan persoalan atau permasalahan yang diberikan oleh guru. Adanya interaksi siswa dalam kelompok memungkinkan siswa tidak segan bertanya pada teman sekelompoknya untuk dapat memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan model STAD yaitu: Apitasari (2005) menyimpulkan bahwa model pembelajaran


(21)

kooperatif STAD mampu meningkatkan hasil belajar kimia pokok bahasan Stoikiometri pada siswa kelas X-6 semester 1 SMA Negeri 13 Semarang secara signifikan. Hal ini ditandai dengan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada setiap siklus. Prabowo (2005) membandingkan hasil belajar siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 13 Semarang pada pokok bahasan Perhitungan Kimia

dengan menggunakan metode Problem Posing, STAD dan Konvensional. Hasil

dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang menggunakan metode STAD

lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan Problem Posing dan

Konvensional.

Dari penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD lebih efektif jika dibandingkan dengan pembelajaran Konvensional. Model pembelajaran STAD dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran sehingga tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran juga meningkat.

Tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan dapat diketahui dari hasil belajar siswa setelah menempuh satu pokok bahasan (Arikunto 2002:35). Alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar biasanya berupa tes yang diberikan pada akhir pokok bahasan. Hasil belajar siswa yang rendah menandakan bahwa siswa tersebut belum menguasai materi. Apabila hal ini terjadi maka sulit untuk mengulangi materi sebelumnya karena banyaknya materi yang telah diberikan.

Evaluasi harus sering diadakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Salah satunya yaitu dengan memberikan tes (kuis)


(22)

pada setiap akhir pertemuan. Kuis ini berupa soal-soal yang diberikan untuk dikerjakan secara individual (Slavin 1995:73). Berdasarkan hasil dari kuis ini dapat diketahui bagian mana yang belum dikuasai oleh siswa, ini dapat dilihat dari jawaban siswa yang salah.

Saat meneliti jawaban dari siswa, guru biasanya hanya menunjukkan letak kesalahan dari pekerjaan siswa, tanpa memberitahukan jawaban yang benar dan bagaimana cara mencapainya. Hal ini mengakibatkan siswa tidak termotivasi untuk mencari jawaban yang benar. Siswa mungkin melakukan kesalahan yang sama saat mengerjakan soal yang serupa, sehingga siswa sulit untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah di atas yaitu dengan memberikan umpan balik kuis. Umpan balik kuis berupa pemberian nilai, saran/komentar serta pembahasan secara tertulis dalam lembar pekerjaan siswa. Umpan balik ini berisi informasi mengenai hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal-soal kuis. Informasi ini bukan sekedar memberikan serta menyampaikan saran, komentar dan pembahasan kembali jawaban soal-soal kuis tersebut tetapi siswa akan lebih termotivasi dalam melakukan kegiatan belajar (Gunawan 2003:195).

Pemberian umpan balik kuis ini secara umum bertujuan agar siswa mengetahui letak kesalahannya sehingga pada akhirnya siswa akan dapat mengerjakan soal-soal semacam itu sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh guru. Dengan demikian siswa diharapkan tidak mengulangi kesalahan yang sama saat mengerjakan soal yang serupa. Guru sebaiknya segera mengoreksi dan


(23)

memberikan umpan balik pada pekerjaan siswa, selanjutnya segera mengembalikannya kepada siswa. Cara ini akan lebih efektif karena siswa dapat segera memperbaiki kesalahan dalam mengerjakan soal.

Yuliati (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada pokok bahasan Hidrokarbon yang diberi umpan balik hasil ulangan lebih baik dibandingkan dengan yang tidak. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian umpan balik hasil ulangan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Namun peningkatan hasil belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh umpan balik hasil ulangan tetapi banyak faktor yang lain, misalnya: metode dan model pembelajaran yang digunakan.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggabungkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan umpan balik dalam usaha meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI-IPA SMA Negeri 2 Demak. Penelitian ini dilakukan pada pokok bahasan Hidrolisis, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan metode ceramah, diskusi, drill soal, tanya jawab, praktikum, demonstrasi dan tugas.

1.2 Identifikasi Masalah

Sebelum dipilih metode atau pendekatan dalam proses pembelajaran terlebih dahulu dilakukan identifikasi masalah yang menyangkut kekurangan proses pembelajaran kimia.

a. Kondisi siswa

1) Siswa kurang berminat dan kurang aktif dalam mengikuti kegiatan


(24)

2) Siswa malu bertanya dan kurang menguasai materi pelajaran secara utuh. 3) Siswa beranggapan bahwa kimia merupakan mata pelajaran yang sulit. 4) Hasil belajar siswa yang kurang dari standar ketuntasan belajar. b. Kondisi guru

1) Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang bervariasi sehingga

mungkin siswa mengalami kebosanan.

2) Guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi

secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3) Guru enggan memberikan umpan balik sehingga siswa hanya mengetahui letak kesalahannya, namun tidak mengetahui bagaimana cara membenarkannya. Hal ini menyebabkan siswa mungkin melakukan kesalahan yang sama pada ulangan berikutnya.

Keadaan di atas menyebabkan hasil belajar kimia siswa relatif rendah sehingga dibutuhkan suatu pendekatan khusus untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

1.3 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang menjadi bahan pengkajian dalam penelitian ini adalah “apakah pemberian umpan balik

kuis dalam model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI semester 2 SMA Negeri 2 Demak, sehingga mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal”.


(25)

1.4 Cara Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Tidak adanya umpan balik dari guru akan berdampak pada rendahnya hasil belajar. Jika permasalahan ini tidak dipecahkan akan berdampak prestasi belajar siswa tidak memuaskan. Pemecahan masalah yang dipilih dalam penelitian ini adalah memperbaiki pendekatan pembelajaran.

Karakteristik mata pelajaran kimia pokok bahasan Hidrolisis, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan yaitu sebagai berikut:

a. Hidrolisis, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan merupakan pokok bahasan

baru, yang diberikan pada siswa kelas XI semester 2.

b. Pokok bahasan ini tergolong materi yang cukup kompleks karena selain

menguasai konsep materi siswa juga harus memiliki kemampuan numerik dalam melakukan perhitungan kimia.

c. Perlu adanya banyak latihan secara langsung dan tugas mandiri.

Dari uraian di atas maka pendekatan yang dipilih yaitu dengan memberikan umpan balik kuis dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian umpan balik kuis dalam model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI semester 2 SMA Negeri 2 Demak, sehingga mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal.


(26)

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: a. Bagi siswa

1) Meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.

2) Siswa akan mengetahui letak kekurangannya sehingga siswa akan

berusaha untuk memperbaiki kesalahannya sesuai dengan pentunjuk guru. b. Bagi guru

Apabila ternyata pemberian umpan balik kuis dalam model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa maka ini merupakan informasi penting bagi guru untuk mengembangkan metode pemberian umpan balik yang lebih efektif serta pemilihan model pembelajaran yang tepat.

c. Bagi sekolah

Apabila ternyata pemberian umpan balik kuis dalam model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa, maka dapat meningkatkan kualitas pendidikan di SMA Negeri 2 Demak.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Belajar

Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa.

Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang karena pengalaman (Darsono 2000:4). Konsep tentang belajar menurut Anni (2004:2-3) mengandung tiga unsur utama, yaitu perubahan perilaku, adanya proses pengalaman dan bersifat relatif permanen.

Hamalik (2001:27) menyatakan bahwa, belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang mantap sebagai akibat dari latihan. Belajar merupakan suatu proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi lebih luas lagi, yakni mengalami.

Menurut pendapat Djamarah dan Zain (2002:11), belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Berdasarkan pengertian ini diketahui bahwa seorang yang belajar akan mengalami perubahan dari tidak bisa menjadi bisa dan dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan yang dimaksud yaitu perubahan tingkah laku baik dalam pengetahuan, keterampilan maupun sikap.


(28)

Slameto (2003:2) berpendapat bahwa, belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku tersebut mempunyai ciri-ciri: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) bersifat kontinue dan fungsional, (3) bersifat positif dan aktif, (4) bukan bersifat sementara, (5) mempunyai tujuan dan terarah, (6) mencangkup seluruh aspek perilaku.

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian belajar secara umum adalah proses perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan serta adanya interaksi dengan lingkungan.

Adapun prinsip-prinsip belajar menurut Darsono (2000:4) yaitu: kesiapan belajar, perhatian, motivasi, keaktifan siswa, mengalami sendiri, pengulangan,

materi pelajaran yang menantang, balikan (feed back) dan penguatan, dan

perbedaan individual. a. Kesiapan belajar

Kesiapan belajar merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik maupun psikologis siswa dapat mempengaruhi kegiatan belajar. Sikap guru yang penuh pengertian dan mampu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan akan menumbuhkan kegiatan pembelajaran yang lebih baik. b. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan segala psikis tertuju pada satu obyek. Perhatian siswa pada umumnya tidak timbul dengan sendirinya, oleh karena itu dibutuhkan beberapa hal untuk menarik perhatian siswa.


(29)

c. Motivasi

Motivasi adalah kekuatan yang terdapat pada diri seseorang yang mendorong saat melakukan suatu aktifitas. Motivasi sangat berperan dalam pencapaian tujuan belajar, guru harus berusaha memotivasi siswa.

d. Keaktifan siswa

Siswa adalah yang melakukan kegiatan belajar jadi harus aktif. Siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.

e. Mengalami sendiri

Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan memberikan hasil yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.

f. Pengulangan

Untuk menguasai materi pelajaran yang sulit dibutuhkan banyak latihan. Latihan berarti siswa mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut makin mudah diingat.

g. Materi pelajaran yang menantang

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi pula oleh rasa ingin tahu anak terhadap suatu persoalan. Apabila materi pelajaran yang dihadapi siswa menantang maka siswa akan lebih termotivasi dalam belajar.

h. Balikan (feed back) dan penguatan

Balikan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam suatu hal, tentang kekuatan dan kelemahan siswa. Penguatan berfungsi agar siswa mengulangi perbuatan yang sudah baik.


(30)

i. Perbedaan individual.

Siswa dalam satu kelas tidak boleh disamakan. Masing-masing mempunyai karakteristik dan perbedaan kemampuan. Guru harus mampu memperlakukan siswa sesuai dengan kemampuan siswa.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar mengambarkan kemampuan siswa setelah mempelajari sesuatu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2001:3) yang menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menempuh proses belajar. Hasil belajar pada hakekatnya merupakan perubahan tingkah laku yang mencangkup bidang kognitif (intelektual), efektif (sikap), dan psikomotorik (bertindak)”. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kecakapan, serta perubahan aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Dalam proses pembelajaran kimia, khususnya pada pokok bahasan Hidrolisis, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, kemampuan belajar siswa yang nyata dapat diukur menggunakan tes yaitu pada aspek kognitif.

Anni (2004:4) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Apabila pembelajar mempelari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran perubahan tingkah laku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.


(31)

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya (Hamalik 2001:55).

Secara umum hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Anni 2004:11). Faktor internal mencangkup:

a. kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh

b. kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional dan bakat c. kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan.

Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki oleh pembelajar akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar.

Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar antara lain variasi dan derajat kesulitan materi yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan dan budaya belajar masyarakat.

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.

2.1.3 Belajar Tuntas

Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Hal ini disebut “masteri learning” artinya belajar tuntas atau penguasaan penuh (Nasution 2003:36). Tujuan utama belajar tuntas adalah dikuasainya bahan oleh siswa yang sedang mempelajari bahan tertentu secara tuntas.


(32)

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh menurut Nasution (2003:38) adalah sebagai berikut:

a. bakat untuk mempelajari sesuatu b. mutu pengajaran

c. kesanggupan untuk memahami pengajaran

d. ketekunan

e. waktu yang tersedia untuk belajar

Tingkat penguasaan siswa terhadap terhadap materi pelajaran menurut Djamarah dan Zain (2002:121-122) dibagi menjadi 4 kategori:

a. Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarakan itu dapat dikuasai oleh siswa.

b. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% sampai dengan 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

c. Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% sampai dengan 75% saja yang dikuasai oleh siswa.

d. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari

60% yang dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan teori belajar tuntas, peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menguasai minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut (Mulyasa 2004:99). Siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar yaitu siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65.


(33)

Apabila 85% dari jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran sudah mencapai standar ketuntasan belajar maka proses pembelajaran berikutnya dapat membahas pokok bahasan yang baru. Namun jika siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar kurang dari 85% dari jumlah siswa maka proses pembelajaran hendaknya diperbaiki.

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (1995) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang didasarkan pada pemahaman konstruktivisme, yaitu siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami materi pelajaran yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan bersama temannya. Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar.

Suherman, dkk (2003:260) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mencangkup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antarteman sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain (Slavin 1995). Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Maksud dari kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran siswa, jenis kelamin, asal dan tingkat kemampuan.


(34)

Roger dan Johnson menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperatif learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur model pembelajaran gotong royang harus diterapkan yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, dan evaluasi proses kelompok (Lie 2004:31).

Ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar pembelajaran kooperatif dapat berlangsung dengan baik dan siswa lebih bekerja secara kooperatif (Suherman, dkk 2003:260). Hal-hal tersebut meliputi:

a. Para siswa yang tergabung dalam kelompok harus merasa bahwa mereka

merupakan bagian dari kelompok yang mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai.

b. Para siswa yang tergabung dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah

yang mereka hadapi adalah masalah kelompok, dan berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu.

c. Untuk mencapai hasil maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara atau berinteraksi dalam mendiskusikan masalah yang dihadapi.

d. Para siswa yang tergabung dalam kelompok harus menyadari bahwa setiap

pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya. Peranan guru dalam pembelajaran kelompok adalah membentuk kelompok, merencanakan tugas kelompok, memotivasi, memberikan bimbingan pada setiap kelompok, dan memberikan evaluasi.


(35)

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:195) pembelajaran kelompok-kelompok kecil merupakan perbaikan dari kelemahan pembelajaran secara klasikal. Adapun tujuan pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil adalah sebagai berikut:

a. Memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan

kemampuan memecahkan masalah secara rasional.

b. Mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong-royong dalam

kehidupan.

c. Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga anggota merasa

diri mereka sebagai bagian yang bertanggungjawab.

d. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan pada setiap anggota kelompok

dalam memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif dalam kimia akan dapat membantu para siswa meningkatkan kemampuan siswa dalam kimia. Para siswa secara individu akan membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah kimia, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap kimia yang banyak dialami siswa. Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok, model pembelajaran ini dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang yang berbeda.

2.1.5 Student Teams Achievement Division (STAD)

Student teams achievement division (STAD) menurut Suherman, dkk (2003:260) adalah model pembelajaran kooperatif untuk mengelompokkan


(36)

kemampuan campuran yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota.

Slavin (1995) menyatakan bahwa STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan sebuah pendekatan yang baik bagi guru yang baru memulai menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kelas.

Di dalam pembelajaran STAD siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Setiap kelompok-kelompok harus heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah (Ibrahim, dkk 2000:20).

Pembelajaran kooperatif menurut Slavin (1995) terdiri dari lima komponen utama yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan dan penghargaan kelompok.

a. Penyajian kelas

Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencangkup pembukaan dan latihan terbimbing di keseluruhan pelajaran. Penekanan dalam penyajian materi pelajaran adalah:

1) Pembukaan

a) Mengatakan pada siswa apa yang akan mereka pelajari dan mengapa hal itu penting.

b) Menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep


(37)

c) Mengulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.

2) Pengembangan

a) Mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang akan

dipelajari siswa dalam kelompok.

b) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah

memahami makna bukan hafalan.

c) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan.

d) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.

e) Beralih pada konsep yang lain, jika siswa telah memahami pokok

masalahnya. 3) Latihan terbimbing

a) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atau pertanyaan yang

diberikan.

b) Memanggil siswa secara acak untuk mengerjakan soal di depan kelas. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.

c) Memberikan tugas secara klasikal tidak boleh menyita waktu yang


(38)

b. Belajar kelompok

Kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang bervariasi dalam kemampuan akademik, jenis kelamin dan etnis. Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman sekelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman kelompok.

c. Kuis

Setelah satu sampai dua periode pengajaran dan satu sampai dua periode latihan tim, siswa mengikuti kuis secara individu. Kuis dikerjakan oleh siswa secara mandiri. Hal ini dapat menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

d. Skor perkembangan

Setelah diberi kuis, hasil kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan. Ide yang melatar belakangi skor perkembangan itu adalah memberikan prestasi yang harus dicapai siswa jika ia bekerja keras dan mencapai hasil belajar yang lebih baik dari yang sebelumnya. Siapapun dapat memberikan kontribusi skor maksimum dalam sistem skor ini, asalkan mereka bekerja dengan baik. Masing-masing siswa diberi skor dasar yang berasal dari skor pada kuis sebelumnya. Siswa kemudian mendapat poin untuk timnya berdasarkan pada kenaikan skor mereka dari skor dasarnya. Prosedur


(39)

penilaian atau penyekoran menurut Slavin (1995:80) untuk model pembelajaran STAD adalah:

Langkah 1: menetapkan skor dasar

Setiap siswa diberi skor dasar, yaitu skor kuis sebelumnya. Langkah 2: menghitung skor kuis terkini

Siswa memperoleh skor untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini

Langkah 3: menghitung skor perkembangan

Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka.

Ketentuan:

(1)Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin

(2)10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin

(3)Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin

(4)Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin

e. Penghargaan kelompok

Tiap-tiap tim akan menerima suatu penghargaan khusus berdasarkan pada sistem poin berikut:

Rata-rata skor perkembangan tim Penghargaan

15 –19 poin Tim Baik

20 – 25 poin Tim Hebat


(40)

Dalam model pembelajaran STAD ini peneliti menggunakan beberapa metode yaitu metode ceramah, diskusi, tanya jawab, drill soal, demonstrasi, dan tugas, selanjutnya untuk lebih mengaktifkan siswa digunakan metode praktikum.

2.1.6 Umpan balik Kuis

Dalam proses pembelajaran, tidak semua siswa dapat menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Sebagai guru yang bijaksana maka guru harus memberikan tes (kuis) untuk mengetahui bagian mana dari materi pelajaran yang belum kuasai oleh siswa (Arikunto 2002:35).

Dalam pembelajaran STAD kuis diberikan setelah satu sampai dua periode pengajaran dan satu sampai dua periode latihan tim. Kuis yang diberikan berupa soal-soal yang harus dikerjakan oleh siswa secara individu dan tidak boleh meminta batuan dari teman (Slavin 1995).

Fungsi pemberian kuis (tes) ini menurut Arikunto (2002:44) adalah sebagai berikut:

a. Bagi siswa

1) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi

pelajaran secara menyeluruh.

2) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa hasil tesnya memperoleh skor tinggi maka siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih giat.

3) Usaha perbaikan, dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah tes siswa akan mengetahui kelemahan-kelemahannya.


(41)

4) Sebagai diagnosis, dengan mengetahui hasil dari kuis ini siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit.

b. Bagi guru

1) Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa.

2) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh siswa.

Pemberian kuis ini akan lebih bermakna apabila guru merespon jawaban dari siswa tersebut yaitu dengan memberikan umpan balik bermakna dan pengetahuan tentang hasil latihannya (Kardi dan Nur 2001:37).

Pengertian umpan balik menurut Slameto (2001:190) adalah memberitahu siswa mengenai hasil mereka dalam suatu tes yang mereka kerjakan setelah menyelesaikan suatu proses belajar. Umpan balik tidak akan berguna jika tidak disertai dengan proses belajar yang kedua atau berikutnya yang mencangkup usaha siswa meluruskan kesalahan atau mengisi kekurangan dengan memanfaatkan informasi umpan balik tersebut.

Buis (dalam Slameto 2001:191) menyatakan bahwa umpan balik memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi peringatan

Umpan balik dapat dijadikan peringatan bagi siswa yang memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan belajar bahwa ia harus berhati-hati karena tujuan pembelajaran belum tercapai berarti ia harus belajar lebih giat lagi.


(42)

b. Fungsi perbaikan strategi belajar

Bagi siswa yang melakukan kesalahan dalam menjawab soal, umpan balik dapat bermanfaat untuk memperbaiki strategi belajarnya sehingga pada tes berikutnya ia akan memperoleh hasil yang lebih baik.

c. Fungsi informasional

Umpan balik merupakan informasi dari guru kepada siswa mengenai hasil ulangan dan pemberitahuan mengenai jawaban yang benar.

d. Fungsi komunikatif

Pemberian umpan balik merupakan proses sosial yang melibatkan komunikator yang saling mengirim berita sehingga satu pihak dapat belajar dari pihak lain. Guru sebagai pengirim berita harus memberikan keterangan yang jelas mengenai jawaban yang benar dari hasil ulangan siswa, sehingga siswa dapat menangkap pesan tersebut. Sebaliknya, siswa sebagai penerima berita setelah mengetahui maksud dari pesan maka ia harus melaksanakan pesan tersebut sehingga komunikasi dapat berlangsung.

e. Fungsi motivasional

Umpan balik dapat mendorong siswa untuk berusaha mencari jawaban yang benar atas kesalahan sebelumnya sesuai dengan petunjuk dari guru. Dengan demikian pada tes berikutnya siswa akan lebih bersemangat untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Prinsip belajar yang berkaitan dengan umpan balik dan penguatan terutama ditekankan oleh teori operant conditioning dari B.F Skinner (Dimyati 1994:84) bahwa kunci dari teori tersebut adalah siswa akan belajar lebih


(43)

bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Nilai yang baik itu mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. Sebaliknya siswa yang mendapat nilai yang jelek akan terdorong untuk belajar dari kesalahannya.

David kolb dalam bukunya Experintial Learning menjelaskan bahwa anak belajar dari kesalahan yang ia buat. Semakin banyak anak membuat kesalahan dan semakin baik kita memberikan umpan balik kepada anak, maka akan semakin maksimal pula hasil pembelajarannya (Gunawan 2003:194).

Pemberian umpan balik menurut Roper (dalam Slameto 2001:193) dapat dibedakan menjadi lima tingkat:

Tingkat 1: umpan balik berupa keterangan salah atau benar.

Tingkat 2: umpan balik pada tingkat 2 ditambah jawaban yang benar. Tingkat 3: umpan balik pada tingkat 3 ditambah penjelasan.

Tingkat 4: umpan balik pada tingkat 4 ditambah pengajaran tambahan.

Hasil penelitian Roper membuktikan bahwa hasil belajar meningkat dengan bertambahnya tingkatan dalam pemberian umpan balik.

Guru dapat menggunakan berbagai cara dalam memberikan umpan balik kepada siswa, misalnya umpan balik secara lisan dan komentar tertulis. Tanpa umpan balik secara spesifik, siswa tak mungkin dapat memperbaiki kesalahannya dan tidak dapat mencapai tingkat penguasan keterampilan yang mantap (Kardi dan Nur 2001:37).

Umpan balik kuis dapat dilakukan secara individu maupun secara klasikal. Langkah-langkah umpan balik secara individual meliputi pemberian nilai, saran/komentar serta pembahasan secara tertulis dalam lembar pekerjaan siswa.


(44)

Sedangkan langkah-langkah umpan balik secara klasikal berupa pembahasan kembali jawaban soal-soal kuis tersebut secara bersama-sama di dalam kelas pada pertemuan berikutnya.

Pemberian nilai dan komentar tertulis dalam kertas pekerjaan siswa sangat bermanfaat dalam mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. Dengan memberikan umpan balik secara tertulis siswa akan menyadari kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan dan memperoleh petunjuk bagaimana memperbaiki kesalahannya tersebut. Sedangkan pembahasan secara lisan memungkinkan siswa dapat merespon informasi yang dari guru sehingga siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik. Namun pemberian umpan balik secara klasikal akan menyita waktu yang lebih lama.

Menurut Kardi dan Nur (2001:37) ada beberapa pedoman dalam pemberian umpan balik yang efektif kepada siswa yaitu sebagai berikut:

a. Berikan umpan balik sesegara mungkin setelah latihan b. Upayakan umpan balik jelas dan spesifik

c. Konsentrasi pada tingkah laku, dan bukan pada maksud d. Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. e. Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar

f. Apabila pemberian umpan balik negatif, tunjukkan bagaimana melakukan

dengan benar.

g. Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada “proses” dan bukan pada


(45)

h. Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya sendiri.

Umpan balik negatif biasanya berakibat negatif bagi siswa. Agar umpan balik ini dapat diterima dengan baik oleh siswa maka siswa harus mempunyai sikap terbuka terhadap umpan balik. Buis (dalam Slameto 2001:195) menyatakan bahwa ada beberapa cara untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam pemberian umpan balik negatif antara lain:

a. Menyajikan informasi secara obyektif, informasi negatif diselingi informasi positif.

b. Menjaga kerahasiaan pribadi si penerima informasi, misalnya pemberian

umpan balik langsung diterima sendiri oleh si penerima informasi. c. Penambahan saran-saran perbaikan di dalam informasi yang diberikan.

Pemberian umpan balik kuis pada pembelajaran STAD secara umum bertujuan agar siswa mengetahui letak kesalahannya dalam mengerjakan kuis (tes), sehingga pada akhirnya siswa mampu mengerjakan soal-soal semacam itu sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru dalam pemberian umpan balik.

2.1.7 Pokok Bahasan Hidrolisis, Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan 2.1.7.1Hidrolisis

a. Sifat larutan garam

Garam merupakan senyawa ion, yang terdiri atas kation logam dan anion sisa asam. Kation garam dapat dianggap berasal dari suatu basa, sedangkan anionnya berasal dari suatu asam. Jadi setiap garam mempunyai komponen


(46)

basa (kation) dan komponen asam (anion). Sifat keasaman larutan garam bergantung pada kekuatan relatif asam-basa penyusunnya:

1) Garam dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral 2) Garam dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam 3) Garam dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa

4) Garam dari asam lemah dan basa lemah bergantung pada harga tetapan

ionisasi asam dan basanya (Ka dan Kb)

Ka > Kb : bersifat asam

Ka < Kb : bersifat basa

Ka = Kb : bersifat netral

b. Konsep hidrolisis

Sifat larutan garam dapat dijelaskan dengan konsep hidrolisis. Hidrolisis merupakan istilah umum yang digunakan untuk reaksi zat dengan air. Menurut konsep ini, komponen garam (kation dan anion) yang berasal dari asam lemah atau basa lemah bereaksi dengan air (terhidrolisis) membentuk ion H+ atau ion OH-.

1) Garam dari asam kuat dan basa kuat

Contohnya NaCl terdiri dari Na+ dan Cl- yang merupakan elekktrolit kuat. Kedua ion ini tidak dapat bereaksi dengan air sehingga tidak mengalami hidrolisis dan tidak mengubah konsentrasi ion H+ dan OH- dalam air, jadi bersifat netral.


(47)

2) Garam dari basa kuat dan asam lemah

Contohnya NaCH3COO yang terdiri dari ion Na+ (berasal dari basa kuat

NaOH, tidak dapat bereaksi dengan air) dan CH3COO- ( berasal dari asam

lemah CH3COOH, dapat bereaksi dengan air). Jadi garam ini terhidrolis

sebagian (parsial).

CH3COONa (aq) CH3COO-(aq) + Na+(aq)

CH3COO-(aq) + H2O(l) CH3COOH (aq) + OH- (aq)

Na+(aq) + H2O (l) (tidak bereaksi)

Hidrolisis menghasilkan ion OH-, maka larutan bersifat basa. 3) Garam dari basa lemah dan asam kuat

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis parsial, yaitu hidrolisis kation. Contoh: hidrolisis NH4Cl.

NH4Cl(aq) NH4+(aq) + Cl-(aq)

NH4+(aq) + H2O(l) NH4OH(aq) + H+(aq)

Cl-(aq) + H2O(l) (tidak bereaksi)

Hidrolisis menghasilkan ion H+, maka larutan bersifat asam. 4) Garam dari asam lemah dan basa lemah

Baik kation maupun anion dari garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah terhidrolisis dalam air, sehingga disebut hidrolisis total. Contoh: hidrolisis NH4CH3COO

NH4CH3COO(aq) NH4+(aq) + CH3COO-(aq)

NH4+(aq)+ H2O(l) NH4OH(aq) + H+(aq)


(48)

c. pH larutan garam

Reaksi hidrolisis merupakan reaksi kesetimbangan, tetapan kesetimbangan dari reaksi hidrolisis disebut tetapan hidrolisis dan dinyatakan dengan lambang Kh.

1) Garam dari asam kuat dan basa kuat

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis, sehingga larutannya bersifat netral (pH=7).

2) Garam dari asam kuat dan basa lemah

Garam ini mengalami hidrolisis parsial (kation), maka hidrolisis yang terjadi:

BH+(aq) + H2O(l) B(aq) + H3O+(aq)

Tetapan hidrolisis untuk reaksi ini:

Kh =

] [BH ] O [H [B] 3 + +

Harga tetapan hidrolisis Kh dapat ditulis:

Kh =

b w K K

dan derajat hidrolisisnya adalah:

h = G K K b w

Untuk pH larutan dapat dicari:

pH = logG

2 1 pK 2 1 pK 2 1 b


(49)

Sedangkan konsentrasi [H+] dapat dicari dengan:

[H+] = b w K .G K Keterangan:

Kw = tetapan kesetimbangan air = 1.10-14

Kb = tetapan ionisasi basa lemah

G = konsentrasi kation yang terhidrolisis 3) Garam dari asam lemah dan basa kuat

Garam ini mengalami hidrolisis sebagian (anion), maka hidrolisis yang terjadi

A-(aq) + H2O(l) HA(aq) + OH-(aq)

Tetapan hidrolisis untuk reaksi ini:

Kh =

] [A ] [HA][OH

-Harga tetapan hidrolisis Kh dapat ditulis:

Kh =

a w K K

dan derajat hidrolisisnya adalah:

h = G K K a w

Untuk pH larutan dapat dicari:

pH = logG

2 1 pK 2 1 pK 2 1 a


(50)

Sedangkan konsentrasi [OH-] dapat dicari dengan:

[OH-] = a w K

G K

dengan Kw = tetapan kesetimbangan air = 1.10-14

Ka = tetapan ionisasi asam lemah

G = konsentrasi anion yang terhidrolisis 4) Garam dari asam lemah dan basa lemah

Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total. Adapun pH larutan, secara kuantitatif sukar dikaitkan dengan harga Ka dan Kb maupun dengan konsentrasi garam. pH larutan dapat diperkiran

dengan rumus:

[H+] = b

a w k

.K K

dan Kh =

b a

w .K K

K

2.1.7.2Kelaruran dan Hasil Kali Kelarutan

a. Kelarutan

Kelarutan (s) adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut/larutan pada suhu tertentu. Kelarutan juga dinyatakan sebagai kemolaran dari larutan jenuhnya.

b. Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Tetapan hasil kali kelarutan merupakan tetapan kesetimbangan antara garam atau basa yang sedikit larut dan dinyatakan dengan Ksp.

Contoh:


(51)

K =

[AgCl] ] [Cl ]

[Ag+

-K.AgCl = [Ag+] [Cl-] Karena [AgCl] tetap, maka

Ksp = [Ag+] [Cl-]

Secara umum Ksp dapat ditulis sebagai berikut:

AB(s) pA+(aq) + qB-(aq)

Ksp = [A+]p [B-]q

c. Hubungan kelarutan (s) dan Hasil Kali kelarutan (Ksp)

Jika zat mempunyai harga s yang besar artinya banyak zat yang larut, sebaliknya jika harga s kecil maka sedikit zat yang larut. Dari kelarutan suatu zat dapat ditentukan harga Ksp-nya. Setiap zat mempunyai harga Ksp tertentu

yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Dalam larutan jenuh PbCl2

PbCl2 (s) Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)

Jika kelarutan PbCl2 dinyatakan dengan s, maka konsentrasi ion Pb2+ sama

dengan s dan konsentrasi Cl- dalam larutan itu sama dengan 2s PbCl2 (s) Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)

s s 2s

Ksp = [Pb2+] [Cl-]2

= s (2s)2 = 4s3


(52)

d. Pengaruh ion yang senama terhadap kelarutan

Suatu zat yang terlarut dalam pelarut jika ditambahkan ion yang sejenis, kelarutan zat tersebut semakin kecil. Misalnya, kelarutan Ag2CrO4 dalam air

dan kelarutan Ag2CrO4dalam larutan AgNO3. Kelarutan Ag2CrO4 dalam

AgNO3 akan lebih kecil dibandingkan dengan kelarutan Ag2CrO4 dalam air.

Contoh: Kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,2 M adalah…

(Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x10-12)

AgNO3 (aq) Ag+(aq) + NO3 (aq)

0,2 M 0,2 M 0,2 M

Ag2CrO4 (s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)

Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42-]

2,4 x10-12 = (0,2)2 . s

s = 0,04

x10

2,4 -12

= 6 x 10-11 molL-1

e. Kelarutan dan pH

Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis zat. Suatu basa akan lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa, karena sesuai dengan konsep ion senama, adanya ion OH- dapat memperkecil kelarutan basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam kuat.

f. Reaksi pengendapan

Apabila larutan perak nitrat (AgNO3) ditambahkan dalam air yang

mengandung ion Cl- maka ion Ag+ akan bergabung dengan ion Cl


(53)

AgNO3 (aq) Ag+(aq) + NO3 (aq)

Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s)

AgCl dapat larut dalam air, meskipun dalam jumlah sedikit, artinya ion Ag+ dan ion Cl- dapat berada bersama-sama dalam larutan hingga larutan jenuh, yaitu sampai hasil kali [Ag+] [Cl-] sama dengan nilai Ksp AgCl. Apabila

penambahan ion Ag+ dilanjutkan sehingga hasil kali [Ag+] [Cl-] > Ksp AgCl,

maka kelebihan ion Ag+ dan ion Cl- akan bergabung membentuk endapan AgCl. Jadi, pada penambahan larutan Ag+ ke dalam larutan Cl- dapat terjadi tiga hal sebagai berikut:

Jika [Ag+] [Cl-] < Ksp AgCl, larutan belum jenuh

Jika [Ag+] [Cl-] = Ksp AgCl, larutan tepat jenuh

Jika [Ag+] [Cl-] > Ksp AgCl, terjadi pengendapan

Hasil kali konsentrasi ion-ion yang bukan pada konsentrasi setimbang kita sebut dengan Qc maka:

Jika Qc < Ksp AgCl, larutan belum jenuh

Jika Qc = Ksp AgCl, larutan tepat jenuh

Jika Qc > Ksp AgCl, terjadi pengendapan 2.2 Hipotesis Tindakan

Minat siswa yang masih rendah terhadap pelajaran kimia, sehingga partisipasi aktif siswa kurang memuaskan serta tidak adanya umpan balik dari guru. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa yang rendah. Pemberian umpan

balik kuis dalam model pembelajaran Student Teams Achievement Division


(54)

meningkatkan hasil belajar kimia. Berdasarkan tinjauan di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah: "Pemberian umpan balik kuis dalam model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia kelas XI semester 2 SMA Negeri 2 Demak dan mencapai standar ketuntasan belajar".


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang menggunakan data pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran di kelas. Dari data tersebut kemudian dianalisis melalui tahapan dalam siklus-siklus tindakan.

3.1 Setting dan Subyek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Demak pada bulan April-Mei. Subyek penelitian ini adalah proses pembelajaran kimia. Adapun sumber data penelitian ini adalah siswa kelas XI-IPA1 tahun ajaran 2005/2006. Jumlah siswa di kelas ini adalah 42 siswa yang terdiri dari 18 siswa putra dan 24 siswa putri.

3.2 Variabel dalam Penelitian

Variabel dalam penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu hasil belajar kimia siswa kelas XI-IPA1 SMA Negeri 2 Demak dan umpan balik kuis dalam model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

3.3 Faktor yang Diteliti

Faktor-faktor yang diteliti pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Faktor Siswa

Faktor yang berasal dari siswa antara lain: a. keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kimia


(56)

b. pemahaman siswa terhadap konsep materi pembelajaran yang ditunjukkan dengan hasil belajar

c. tingkat ketuntasan belajar siswa

3.3.2 Faktor Pendukung

Faktor yang mendukung keberhasilan penelitian ini antara lain: a. cara peneliti saat mengajar

b. keterampilan peneliti dalam menggunakan metode pembelajaran kooperatif

tipe STAD

3.4 Presedur Penelitian 3.4.1 Rancangan Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian bersiklus yang terdiri dari 4 tahapan. Tahapan tersebut adalah perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan

Tahap perencanaan berhubungan dengan persiapan yang dilakukan sebelum pembelajaran. Guru pada tahap ini mempersiapkan sarana dan prasarana pembelajaran. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dapat berupa koordinasi yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kimia, membuat silabus dan rencana pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran, soal-soal latihan, kisi-kisi soal, alat evaluasi, pedoman observasi dan lembar angket.

b. Tindakan

Tindakan adalah realisasi dari rencana pembelajaran. Tindakan dilaksanakan berdasarkan pada rencana pembelajaran yang telah dibuat pada tahap


(57)

perencanaan. Tahap ini terwujud dalam bentuk proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa.

c. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilaksanakan bersamaan dengan proses tindakan. Pengamatan dilaksanakan pada saat siswa melakukan proses pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru kimia.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan perenungan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Refleksi dilakukan bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil perenungan pada tahap refleksi ini akan digunakan untuk perbaikan pada pembelajaran berikutnya dan diharapkan pembelajaran dapat meningkat.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Siklus I dilaksanakan berdasarkan hasil observasi pada kondisi awal. Siklus II merupakan perbaikan dari kekurangan yang terdapat pada siklus I dan Siklus III dilaksanakan berdasarkan hasil refleski siklus II. Rancangan penelitian tindakan dapat dilihat pada gambar berikut:


(58)

revisi

revisi

Gambar1. Siklus penelitian tindakan kelas Observasi

awal

Analisis akar permasalahan

perencanaan

tindakan

observasi

refleksi

tindakan

perencanaan observasi

refleksi

tindakan

observasi perencanaan

refleksi

Siklus I

Siklus II


(59)

3.4.2 Rincian Prosedur Penelitian 3.4.2.1Persiapan Penelitian

Hal-hal yang harus dilaksanakan peneliti sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas yaitu:

a. Observasi awal kelas yang akan diteliti, meliputi: kesiapan siswa saat

menerima pelajaran, sarana dan sumber acuan yang digunakan, pendekatan atau metode yang digunakan guru dan hasil belajar siswa pada materi-materi sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi ini akan dianalisis mengenai masalah yang terjadi, selanjutnya dibuat suatu perencanaan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut.

b. Menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana pembelajaran yang disetting sebagai penelitian tindakan kelas, bahan pengajaran yang akan diberikan kepada siswa, menyiapkan media pembelajaran, bahan tugas untuk siswa, kisi-kisi soal alat evaluasi dan menyusun alat evaluasi (instrumen penelitian).

Alat evaluasi digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap pokok bahasan Hidrolisis, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Alat evaluasi disusun berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat sebelumnya. Alat evaluasi yang digunakan berupa soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Soal disusun sesuai dengan pokok bahasannya, pada pokok bahasan Hidrolisis sebanyak 50 soal dan pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan sebanyak 50 soal. Sebelum soal (instrumen penelitian) digunakan untuk mengukur hasil penelitian maka di uji coba terlebih dahulu. Uji coba soal berfungsi untuk


(60)

mengetahui validitas, releabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dari soal. Hal ini bertujuan untuk mendukung kesahihan dari hasil penelitian.

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto 2002: 252-253). Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas butir adalah korelasi biserial.

q p S

Mt -Mp r

t pbis= Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biserial

Mp = mean skor dari subyek yang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan tes.

Mt = mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes). St = standar deviasi skor total

p = proporsi subyek yang menjawab benar pada setiap item q = proporsi subyek yang menjawab salah pada setiap item Kevalidan rpbis diuji dengan rumus:

2 pbis pbis

hitung

r 1

2 n r t

− − =

kemudian thitung dibandingkan dengan t pada α = 0,05 dan dk = n – 2. Jika


(61)

b. Reliabilitas

Instrumen yang baik adalah instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Agar suatu instrumen dapat dipercaya untuk mengambil data maka instrumen harus reliabel (Suharsimi 2002:170). Untuk menentukan harga releabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = .Vt k M) M(k 1 1 k k r11 Keterangan: 11

r = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal M = skor rata-rata Vt = varians total

Setelah r11 diketahui kemudian dibandingkan dengan harga r product moment.

Apabila harga r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel. Tingkat reliabilitas

soal ditentukan berdasarkan kriteria berikut:

Interval Kriteria

0,8 < r11 ≤ 1,0 sangat tinggi

0,6 < r11 ≤ 0,8 tinggi

0,4 < r11 ≤ 0,6 sedang

0,2 < r11 ≤ 0,4 rendah

0,0 < r11 ≤ 0,2 sangat rendah


(62)

c. Analisis tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal dapat digunakan rumus:

B A

B A

JS JS

JB JB IK

+ +

=

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

JBA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar

JBB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar

JSA = jumlah siswa kelompok atas

JSB = jumlah siswa kelompok bawah

Kriteria:

IK= 0,00 soal terlalu sukar 0,00 < IK≤ 0,30 soal sukar 0,30 < IK≤ 0,70 soal sedang 0,70 < IK< 1,00 soal mudah IK= 1,00 soal terlalu mudah (Suherman 1990:213) d. Daya pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D yang dinyatakan dengan rumus:


(63)

A B A

JS JB JB

Dp= −

Keterangan:

Dp = daya pembeda soal

JBA = banyaknya peserta tes di kelompok atas yang menjawab benar

JBB = banyaknya peserta tes di kelompok bawah yang menjawab benar

JSA = jumlah siswa kelompok atas

JSB = jumlah siswa kelompok bawah

Kriteria:

Dp = 0,00 sangat jelek 0,00 < Dp ≤ 0,20 jelek 0,20 < Dp ≤ 0,40 cukup 0,40 < Dp ≤ 0,70 baik 0,70 < Dp ≤ 1,00 sangat baik (Suherman 1990:201-202)

Berdasarkan hasil analisis butir soal maka dipilih soal-soal yang valid pada pokok bahasan Hidrolisis dan pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan sebagai instrumen penelitian.

3.4.2.2Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus, siklus I pada pokok bahasan Hidrolisis, siklus II pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan serta Ion Senama, sedangkan siklus III pada pokok bahasan Pengaruh pH terhadap Kelarutan dan Reaksi Pengendapan. Pelaksanaan siklus tersebut adalah sebagai berikut:


(64)

a. Siklus I

1) Perencanaan

Perencanaan dalam penelitian ini yaitu mencari solusi untuk mengatasi masalah yang timbul berdasarkan observasi awal. Perencanaan yang dilakukan peneliti yaitu:

a) menyusun silabus

b) menyusun rencana pembelajaran

c) menyusun bahan pengajaran yang akan diberikan pada siswa d) menyusun soal latihan sesuai dengan model pembelajaran STAD e) menyusun alat evaluasi

f) melaksanakan uji coba soal g) menyusun lembar observasi h) menyusun pertanyaan angket 2) Tindakan

a) Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan rencana

pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe STAD.

b) Guru memberikan latihan soal kepada siswa beserta pembahasan

c) Guru membagikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan secara

berkelompok

d) Siswa mengerjakan soal dan berdiskusi dalam kelompoknya

e) Secara acak siswa ditunjuk untuk menyajikan pekerjaanya di depan kelas


(65)

f) Untuk memeriksa hasil pekerjaan siswa secara menyeluruh, pekerjaan siswa dikumpulkan dan setelah diperiksa jawaban dikembalikan kepada siswa.

g) Setelah satu atau dua kali latihan, Guru memberikan kuis kepada

siswa secara individu.

h) Guru memberikan umpan balik kepada siswa dalam lembar jawaban

siswa setelah dikoreksi.

i) Pada akhir siklus diadakan evaluasi. 3) Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini dilakukan pemantauan jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan bersama guru. Yang diamati yaitu keaktifan siswa selama proses pembelajaran dan juga aktifitas peneliti melalui lembar observasi yang dibuat.

4) Refleksi

Hasil observasi dijadikan sebagai acuan dalam mengambil solusi untuk perbaikan dan untuk penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya. b. Siklus II

Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus I. Pada siklus ini dilakukan perbaikan dari kekurangan yang terjadi dari siklus I c. Siklus III

Siklus III dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus II. Pada siklus ini dilakukan perbaikan dari kekurangan yang terjadi dari siklus II.


(66)

Angket dibagikan kepada siswa untuk diisi pada setiap akhir pokok bahasan. Hal ini untuk mengetahui tanggapan dari siswa mengenai model pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan untuk mengetahui kesulitan siswa selama proses pembelajaran. Dari hasil observasi dan angket akan diketahui penyebab permasalahan siswa sehingga dapat membantu guru dalam mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

3.5 Data dan Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data yang Dikumpulkan

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru dan dokumen siswa. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa sebelum penelitian dan hasil belajar siswa sesudah diberi tindakan, sedangkan data kualitatif dalam penelitian berupa data observasi tindakan siswa, observasi tindakan peneliti, data dari angket dan dokumentasi.

3.5.2 Metode Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini diperoleh dengan cara tes, observasi, dan dokumentasi.

a. Data hasil belajar kognitif diperoleh dengan tes kepada siswa.

b. Data hasil belajar afektif dan psikomotorik diperoleh dengan observasi yang dilakukan peneliti dengan guru.

c. Data aktivitas belajar siswa dan peneliti diperoleh dengan observasi yang dilakukan oleh guru.


(67)

d. Data tentang minat dan tanggapan siswa mengenai pembelajaran diperoleh dengan angket.

e. Data nama siswa dan foto-foto penelitian diperoleh dari dokumentasi. Penjelasan dari metode pengumpulan data di atas sebagai berikut:

a. Metode tes

Metode ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah melakukan pembelajaran. Tes yang diberikan berupa soal pilihan ganda yang harus diselesaikan siswa pada waktu yang telah ditentukan. Dari metode tes ini akan diperoleh data yang berupa hasil belajar siswa kelas XI-IPA1 pada pokok bahasan Hidrolisis, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Pengambilan data hasil belajar siswa dilakukan pada tiap siklus dengan instrumen yang sudah diujicobakan dan dianalisis, kemudian dilakukan penskoran selanjutnya skor diubah menjadi nilai.

100 X total skor

diperoleh yang

skor N

=

b. Metode observasi

Metode observasi adalah kegiatan memperhatikan objek dengan menggunakan seluruh indera atau disebut pengamatan langsung. Metode ini digunakan untuk mengukur indikator kerja, sikap siswa selama pembelajaran berlangsung, kerjasama dan faktor-faktor yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum dimulainya penelitian tindakan berikutnya. Observasi terhadap siswa dilakukan oleh guru dan berkolaborasi dengan peneliti. Sedangkan observasi terhadap peneliti dilakukan oleh guru.


(68)

c. Metode angket

Metode angket merupakan metode pengumpulan data melalui faktor pernyataan yang diisi oleh para responden (siswa). Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai proses belajar melalui respon siswa terhadap pendekatan pembelajaran yang digunakan. Angket diberikan pada siswa pada akhir pokok bahasan.

d. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini, yaitu berupa foto yang diambil saat penelitian.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh dari tes dan observasi tiap siklus digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada setiap siklusnya, sedangkan tingkat ketuntasan belajar siswa dapat dicari menggunakan rumus:

100% X tersebut kelas

pada siswa jumlah

belajar tuntas yang siswa jumlah belajar

ketuntasan

Tingkat =

Jika siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 secara klasikal mencapai 85%, maka pembelajaran dikatakan tuntas dan pembelajaran dapat dilanjutkan mengenai pokok bahasan berikutnya. Namun jika hasil belajar siswa secara klasikal kurang dari 85%, maka pembelajaran harus diperbaiki hingga mencapai 85%.


(69)

3.6.2 Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif yang diperoleh berupa catatan pengamatan, observasi dan angket dianalisis dengan pendekatan triangulasi data. Pendekatan ini terdiri dari tiga tahap: pertama dilakukan reduksi data, yaitu kegiatan memilah dan memilih data mana yang pantas dipaparkan, kedua melakukan pemaparan data, dan ketiga dilakukan pengambilan simpulan. Analisa data dilakukan sebelum dan sesudah penelitian tindakan kelas dilakukan. Hasil analisis data digunakan sebagai acuan dalam mengambil langkah perbaikan untuk siklus berikutnya.

3.7 Indikator Keberhasilan Kerja

Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu secara klasikal ≥ 85% dari siswa tuntas belajar yaitu dengan nilai lebih besar atau sama dengan 65 (Mulyasa 2004:99). Adapun alat ukurnya adalah dengan menganalisis persentase ketuntasan siswa dari tes siklus yang telah mereka kerjakan.


(70)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Analisis Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda. Sebelum digunakan untuk mengukur hasil belajar instrumen penelitian diuji coba terlebih dahulu. Uji coba soal dilakukan di kelas III IPA SMA Negeri 2 Demak dengan responden sebanyak 36 siswa. Hasil uji coba soal kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dari soal.

4.1.1.1Validitas Butir Soal

Hasil perhitungan tes uji coba soal pada pokok bahasan Hidrolisis dan Hasil Kali Kelarutan dengan jumlah soal masing-masing 50 soal dan taraf signifikan 0,05 dan dk=34 diperoleh ttabel sebesar 2,032. Hasil analisis diperoleh

35 soal yang valid pada pokok bahasan Hidrolisis (lampiran 10) yang terangkum dalam tabel 1. Pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan diperoleh 37 soal yang valid (lampiran 12) dan terangkum dalam tabel 2.

Tabel 1. Rangkuman validitas soal uji coba pokok bahasan Hidrolisis

No. Kriteria Nomor soal Jumlah

1. Valid 2,4,5,6,7,9,11,12,15,16,18,19,20,21,22,24,26,28,30, 31,32,33,35,36,37,39,40,41,42,43,44,45,47,49,50

35 2. Tidak

valid

1,3,8,10,13,14,17,23,25,27,29,34,38,46,48 15


(71)

Tabel 2. Rangkuman validitas soal uji coba pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

No. Kriteria Nomor soal Juml.

1. Valid 1,4,5,6,8,9,10,11,12,13,14,15,16,19,21,22,24,25,26 27,28,29,30,31,32,36,38,40,41,42,43,44,45,47,48, 49,50

37

2. Tidak valid

2,3,7,17,18,20,23,33,34,35,37,39,46 13

4.1.1.2Reliabilitas Instrumen

Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen dengan rumus K-R.21 diperoleh r11sebesar 0,871 dengan kriteria sangat tinggi pada pokok bahasan

Hidrolisis dan 0,789 dengan kriteria tinggi pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.

4.1.1.3Tingkat Kesukaran Soal

Berdasarkan hasil analisis uji coba pada pokok bahasan Hidrolisis diperoleh 10% soal dengan kriteria sukar, 34% soal dengan kriteria sedang dan 56% dengan kriteria mudah (lampiran 10) yang terangkum dalam tabel 3. Pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan diperoleh 10% soal dengan kriteria sukar, 60% soal dengan kriteria sedang, dan 30% soal dengan kriteria mudah (lampiran 12) yang terangkum dalam tabel 4.

Tabel 3. Tingkat kesukaran soal uji coba pokok bahasan Hidrolisis

No. Kriteria Nomor soal Juml. Persentase

1. Terlalu sukar

- - -

2. Sukar 12,18,39,43,44 5 10%

3. Sedang 4,7,9,16,22,24,26,28,30,31,32,34,35, 37, 41,42,45,

17 34%

4. Mudah 1,2,5,11,13,14,15,17,19,20,21,22,23,

25,27,29,33,36,38,41,46,47,48,49,50

28 56% 5. Sangat

mudah


(72)

Tabel 4. Tingkat kesukaran soal uji coba pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

No. Kriteria Nomor soal Juml. Persentase

1. Terlalu sukar

- - -

2. Sukar 3,8,10,26,44 5 10%

3. Sedang 1,2,5,11,13,14,15,19,20,21,22,23,25, 27,28,29,30,31,34,35,36,38,39,40,41, 43,45,46,47,48

30 60%

4. Mudah 4,6,7,9,12,16,17,18,24,32,33,37,42, 49,50

15 30% 5. Sangat

mudah

- - -

4.1.1.4Daya Pembeda Soal

Berdasarkan hasil uji coba soal pada pokok bahasan Hidrolisis diperoleh soal yang mempunyai daya pembeda sangat jelek 12%, jelek 18%, cukup 34%, baik 30%, dan baik sekali 6%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 yang terangkum dalam tabel 5, Sedangkan pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan diperoleh soal yang mempunyai daya pembeda sangat jelek 14%, jelek 8%, cukup 60% dan baik 18%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 dan terangkum dalam tabel 6.

Tabel 5. Daya pembeda soal uji coba pokok bahasan Hidrolisis

No. Kriteria Nomor soal Juml. Persentase

1. Sangat jelek

14,17,29,34,38,46 6 12%

2. Jelek 1,3,8,10,13,23,25,27,48 9 18%

3. Cukup 2,5,6,11,15,18,19,20,21,33,36,39,41,

43,47,49,50

17 34%

4. Baik 4,7,9,12,16,22,26,28,31,32,37,40,42,

44,45

15 30% 5. Baik

sekali


(73)

Tabel 6. Daya pembeda soal uji coba pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

No. Kriteria Nomor soal Juml. Persentase

1. Sangat jelek

3,20,33,34,37,39,46 7 14%

2. Jelek 2,7,17,18 4 8%

3. Cukup 4,5,6,8,9,10,11,12,15,16,19,22,23,24,

25,26,32,35,36,38,40,41,42,43,44,45, 47,48,49,50

30 60%

4. Baik 1,13,14,21,27,28,29,30,31 9 18%

5. Baik sekali

- - -

4.1.2 Deskripsi Data Awal

Suasana pembelajaran di kelas masih kurang kondusif. Siswa masih kurang aktif dan kurang antusias dalam mengikuti pelajaran. Siswa masih mengalami kesulitan dalam menjawab setiap pertanyaan yang disampaikan oleh guru karena mereka belum memahami materi pelajaran dan takut bertanya kepada guru. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum memenuhi standar ketuntasan belajar.

Data yang diperoleh dari observasi kondisi awal. Hasil mid semester 2 siswa kelas XI-IPA1, masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Rangkuman hasil mid semester 2 siswa dapat dilihat lampiran 2 dan terangkum dalam tabel 7.

Tabel 7. Hasil mid semester 2 siswa kelas XI-IPA1

No. Hasil tes Pencapaian

1. 2. 3. 4. 5. 6. Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata

Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa kelas XI-IPA1

Persentase tuntas belajar secara klasikal

85 12 44,99 15 42 35,71%


(1)

- Menentukan pH atau pOH larutan garam yang terhidrolisis.

konsentrasi OH- atau H+ larutan garam yang terhidrolisis. - Menghitung pH

larutan garam yang terhidrolisis

Kuis dan Ulangan

harian

Uraian Obyektif

Mendiskripsikan terbentuknya endapan dari suatu reaksi

Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Ion senama

- Diskusi informasi untuk mendiskusikan kesetimbangan dalam larutan garam yang sukar larut.

- Mengkorelasikan hubungan antara hasil kali kelarutan dengan tingkat kelrutan dan menuliskan ungkapan berbagai Ksp.

- Menentukan harga kelarutan berdasarkan harga Kspnya atau menentukan Ksp berdasarkan kelarutan. - Menentukan pengaruh

penambahan ion senama terhadap kelarutan garam

- Menjelaskan

kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut.

- Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya. - Menghitung kelarutan

suatu elektrolit yang sukar larut

berdasarkan harga ksp atau sebaliknya - Menjelaskan

pengaruh penambahan ion senama dalam larutan

Kuis dan Ulangan Harian

Kuis dan Ulangan

harian

Kuis dan Ulangan

harian Kuis

dan Ulangan

harian

Uraian , Obyektif

Uraian , Obyektif

Uraian , Obyektif

Uraian , Obyektif

10 x 45 Buku Kimia


(2)

Reaksi pengenda pan

- Merancang dan melakukan percobaan untuk menentukan Hasil Kali Kelarutan

- Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) dan membuktikan dengan percobaan

Tugas kelompok

Laporan praktikum


(3)

Skor Perkembangan Siswa Dalam Pembelajaran STAD

K : Kuis

SP : Skor Pengembangan T : Tes Akhir

Rata-rata skor tim Penghargaan kelompok 1 –14 Tim Standar 15 – 19 Tim Baik

20 – 24 Tim Hebat 25 – 30 Tim Super

KELOMPOK I

Nama T1 T2 SP T2 T3 SP

Abdul Latif Arista A. Suhartini Maya M.

80 75 55 70

90 80 70 80

20 20 30 20

90 80 70 80

93 87 73 80

20 20 20 20

Skor Tim 90 80

Rata-rata 22,5 20

Penghargaan Tim

Hebat

Tim

Hebat

KELOMPOK II

Nama T1 T2 SP T2 T3 SP

M. Ali S. Jamaludin Fauziyah S. Handayani

90 70 70 50

100 75 80 75

20 20 20 30

100 75 80 75

100 73 87 80

20 10 20 20

Skor Tim 90 70

Rata-rata 22,5 17,5

Penghargaan Tim

Hebat

Tim

Baik

KELOMPOK III

Nama T1 T2 SP T2 T3 SP

Dhik Rina M. Anwar S. Dwi Rudi S. Nurcholifah

80 75 70 40

85 90 75 65

20 30 20 30

85 90 75 65

87 93 87 73

20 20 30 20

Skor Tim 100 90

Rata-rata 25 22,5

Penghargaan Tim

Super

Tim Hebat


(4)

KELOMPOK IV

Nama T1 T2 SP T2 T3 SP

Diah S. Irma W. Gunadi Haji M. 80 55 60 70 90 65 75 75 20 20 30 20 90 65 75 75 93 73 80 80 20 20 20 20

Skor Tim 90 80

Rata-rata 22,5 20

Penghargaan Tim

Hebat

Tim

Hebat

KELOMPOK V

Nama T1 T2 SP T2 T3 SP

Dina H. Sulton H. Rindang N Mustaqimah 85 70 70 45 85 75 90 60 20 20 30 30 85 75 90 60 93 80 93 60 20 20 20 20

Skor Tim 100 100

Rata-rata 25 20

Penghargaan Tim

Super

Tim

Hebat

KELOMPOK VI

Nama T1 T2 SP T2 T3 SP

Puji Dwi W. M. Afkan N. Nadiyah Riyani Zeti A. 75 40 75 65 65 85 55 80 75 75 20 30 20 20 20 85 55 80 75 75 87 60 87 80 73 20 20 20 20 10

Skor Tim 110 90

Rata-rata 22 18

Penghargaan Tim

Hebat

Tim

Baik

KELOMPOK VII

Nama T1 T2 SP T2 T3 SP

Ryanditama Aris F. Suwarsih Mukholifah Puji M. 75 70 70 65 65 75 75 80 75 70 20 20 20 20 20 75 75 80 75 70 80 80 80 73 73 20 20 20 10 20

Skor Tim 100 90

Rata-rata 20 18

Penghargaan Tim

Hebat

Tim


(5)

KELOMPOK VIII

Nama T1 T2 SP T2 T3 SP

Aisah Rizka F. Nadhif F. Heru I.

75 65 65 65

80 73 67 73

20 20 20 20

80 73 67 73

80 80 73 80

20 20 20 20

Skor Tim 80 80

Rata-rata 20 20

Penghargaan Tim

Hebat

Tim

Hebat

KELOMPOK IX

Nama T1 T2 SP T2 T3 SP

Daryanti Anshori Debi C. D. Rini S.

75 65 65 65

80 70 80 75

20 20 30 20

80 70 80 75

87 73 80 73

20 20 20 10

Skor Tim 90 70

Rata-rata 22,5 17,5

Penghargaan Tim

Hebat

Tim

Baik

KELOMPOK X

Nama T1 T2 SP T2 T3 SP

M. Umar A. Sri W. Achsan A. Ervina B.

75 70 70 45

75 75 75 60

20 20 20 30

75 75 75 60

80 80 80 66

20 20 20 20

Skor Tim 90 80

Rata-rata 22,5 20

Penghargaan Tim

Hebat

Tim


(6)

Tanggapan siswa tentang pelajaran kimia dan pemberian umpan balik kuis dalam model pembelajaran STAD.

1. Apakah anda menyukai mata pelajaran Eksak?

2. Mengapa anda memilih jurusan IPA?

3. Apakah anda tertarik dengan mata pelajaran kimia?

4. Bagaimanakah tanggapan anda tentang pembelajaran STAD?

5. Bagaimanakah tanggapan anda tentang kuis yang diberikan pada akhir pembelajaran?

6. Bagaimanakah tanggapan anda tentang umpan balik kuis?

7. Bagaimanakah tanggapan anda tentang penghargaan kelompok?


Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Applying Student Teams Achievement Division (STAD) Technique to Improve Students’ Reading Comprehension in Discussion Text. (A Classroom Action Research in the Third Grade of SMA Fatahillah Jakarta)

5 42 142

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENCATAT TRANSAKSI KE DALAM JURNAL UMUM PADA SISWA KELAS XI IS SMA MUHAMMADIYAH 2 KLATEN

0 5 149

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) KELAS XI IS 2 DI SMA NEGERI 1 KISARAN T.A. 2011/2012.

0 0 18

Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Negeri 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).

0 0 2