5.2.13 Peran Responden dalamMencari Sumber Informasi tentang Pencegahan Penyakit TBC
Dari tabel 4.20 dapat dilihat peran responden dalam mencari sumber informasi tentang pencegahan penyakit TBC sebagian besar responden menjawab benar 1-2
jawaban yaitu 86,4, 13,6 responden menjawab benar 3-4 jawaban. Sebanyak 86,4 responden mampu memberikan 1-2 jawaban benar. Jawaban
yang terbanyak diberikan oleh responden yang mengatakan bahwa responden mendapat informasi tentang pencegahan penyakit TBC dari petugas kesehatan dan
BidanPerawat setempat. Sebanyak 13,6 responden mampu memberikan 3-4 jawaban benar. Jawaban
yang terbanyak diberikan oleh responden yang mengatakan bahwa responden mendapat informasi tentang pencegahan penyakit TBC dari petugas kesehatan,
BidanPerawat setempat dan media massa. Hal ini sesuai dengan pendapat Andayani 2009 yaitu sumber informasi bisa
didapatkan dari orang tua, teman, petugas kesehatan,televisi, radio, internet, film, majalah, koran, buku dan tabloid.
Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa responden belum banyak mendapatkan sumber informasi tentang upaya pencegahan penyakit TBC.
5.2.14 Tingkat Peran Responden dalam Upaya Pencegahan Penyakit TBC
Dari tabel 4.21 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden sebanyak 77,3 memiliki peran dalam kategori sedang, sedangkan 22,7 responden lainnya
memiliki tingkat peran dalam kategori kurang. Didalam pencegahan penyakit TBC tidak hanya petugas kesehatan saja yang
berperan tetapi juga peran keluarga sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan
Universitas Sumatera Utara
penderita TBC. Hal ini sesuai dengan fungsi keluarga yaitu fungsi perawatan kesehatan yaitu keluarga mempunyai fungsi melaksanakan praktek asuhan
keperawatan untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit Aditama,2002.
Peran responden terhadap penderita TBC di wilayah kerja puskesmas kota datar diketahui belum baik, hal ini disebabkan oleh karena tingkat pendidikan
responden yang masih rendah yaitu berpendidikan SD.Pendidikan sangat penting untuk meningkatkan wawasan seseorang.Begitu juga dengan pendidikan kesehatan
yang dapat membuat seseorang mampu meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan individu serta melakukan perubahan secara suka rela dalam tingkah laku
individu. Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Selain pendidikan yang rendah, pekerjaan juga mempengaruhi tingkat peran
responden terhadap upaya pencegahan penyakit TBC. Responden yang memiliki perilaku pencegahan yang baik kebanyakan dari responden yang memiliki pekerjaan
dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki pekerjaan. Hal ini dikarenakan pekerjaan akan mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan dan dapat
mencerminkan sedikit banyaknya informasi yang diterima. Dengan demikian informasi tersebut dapat digunakan untuk mencari pelayanan kesehatan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jais Prihanto dengan judul Hubungan antara tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pengetahuan dengan
perilaku pencegahan TB paru diPuskesmas Sawangan Depok yang menyatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan, pekerjaan dengan perilaku pencegahan TB paru di Puskesmas Sawangan Depok.
5.3 Peran Keluarga dalam Proses Pengobatan Penderita TB 5.3.1 Peran Responden dalam Mengetahui Manfaat dari Pengobatan Penyakit
TBC
Dari tabel 4.22 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 88,6 menjawab manfaat dari pengobatan penyakit TBC adalah menyembuhkan penderita,
mencegah kematian, kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan, sedangkan sebagian kecil responden yaitu 11,4 menjawab mengurangi rasa sakit.
Hal ini sesuai dengan Pedoman penanggulangan Tuberkulosis Dinas kesehatan Deli Serdang 2006 menyebutkan bahwa manfaat dari pengobatan
Tuberkulosis adalah : Menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan.
Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa responden sudah dapat menjawab dengan tepat manfaat dari pengobatan penyakit TBC.
5.3.2 Peran Responden dalam Mengetahui Tempat untuk Mendapatkan
Pengobatan Penyakit TBC
Dari tabel 4.23 dapat diketahui bahwa peran responden dalam mengetahui tempat untuk mendapatkan pengobatan penyakit TBC sebagian besar responden yaitu
68,2 menjawab benar 1-2 jawaban, sedangkan sebagian kecil menjawab benar 3-4 jawaban.
Sebanyak 68,2 responden mampu memberikan 1-2 jawaban benar. Jawaban yang terbanyak diberikan oleh responden yang mengatakan bahwa tempat untuk
mendapatkan pengobatan penyakit TBC adalah di Puskesmas dan Rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
Sebanyak 31,8 responden mampu memberikan 3-4 jawaban benar. Jawaban yang terbanyak diberikan oleh responden yang mengatakan bahwa tempat untuk
mendapatkan pengobatan penyakit TBC adalah di Puskesmas, Rumah sakit dan Klinik dokter spesial paru.
Pengobatan penyakit TBC dapat dilakukan di berbagai Unit Pelayanan Kesehatan seperti Puskesmas, Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru BP4, Rumah
Sakit, Klinik dan dokter praktek swasta, dengan catatan Rumah Sakit, klinik dan dokter swasta yang sudah bekerjasama dengan program dan juga menyediakan obat
yang sama dan gratis. Di puskesmas, penderita bisa mendapatkan pengobatan gratis secara cuma-cuma.
Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa responden kurang mengetahui dimana
saja pengobatan penyakit TBC ini bisa didapatkan. 5.3.3 Peran Responden terhadap Upaya yang telah Dilakukan dalam Mengobati
Penderita TBC
Dari tabel 4.24 dapat diketahui bahwa peran responden terhadap upaya yang telah dilakukan dalam mengobati penderita TBC sebagian besar responden yaitu
52,3 menjawab benar 4 jawaban, 34,1 menjawab benar 3-4 jawaban dan 13,6 menjawab benar 1-2 jawaban.
Sebanyak 52,3 responden mampu memberikan 4 jawaban benar. Jawaban yang terbanyak diberikan oleh responden yang mengatakan bahwa upaya yang telah
dilakukan dalam mengobati penderita TBC adalah mengantar mengambil obat, memberikan obat sesuai dosis, menyimpan obat, mengingatkan minum obat dan
menangani dari efek samping obat.
Universitas Sumatera Utara
Sebanyak 34,1 responden mampu memberikan 3-4 jawaban benar. Jawaban yang terbanyak diberikan oleh responden yang mengatakan bahwa upaya yang telah
dilakukan dalam mengobati penderita TBC adalah mengantar mengambil obat, memberikan obat sesuai dosis, menyimpan obat, mengingatkan minum obat.
.Sebanyak 13,6 responden mampu memberikan 1-2 jawaban benar. Jawaban yang terbanyak diberikan oleh responden yang mengatakan bahwa upaya
yang telah dilakukan dalam mengobati penderita TBC adalah mengantar mengambil obat dan mengingatkan minum obat.
Hal ini terdapat dalam International Union Against Tuberculosis and Lung Disease 2007 yang menyatakan bahwa peran keluarga dalam merawat penderita
TBC secara fisik dapat dilakukan dengan membantu dalam proses pengobatan seperti : mengawasi minum obat dengan teratur hingga penderita menelan obatnya,
menganjurkan agar minum obat dipagi hari, menyimpan obat ditempat yang kering dan bersih serta aman dari jangkauan anak-anak.
Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa upaya responden dalam upaya yang telah dilakukan dalam mengobati penderita TBC sudah baik.
5.3.4 Peran Responden dalam Menemani Penderita Mengambil Obat