dilakukan penambahan jam kerja lembur, dari hasil software LINDO untuk optimasi produksi sudah optimum.
6.2. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan rencana produksi yang efektif untuk menghilangkan constraint kendala berupa
penumpukan bottleneck yang terjadi pada stasiun kerja. Hal ini dilakukan agar proses produksi seng gelombang dapat berjalan lancar. Penumpukan bottleneck
dipengaruhi oleh kapasitas yang dibutuhkan capacity requirementCR dengan kapasitas tersedia capacity availableCA. Apabila kapasitas yang dibutuhkan
lebih besar dari kapasitas yang tersedia maka hal inilah yang menyebabkan bottleneck stasiun kerja.
Berdasarkan data permintaan pada bulan Maret 2015 – Februari 2016, dilakukan peramalan untuk permintaan 12 bulan kedepan. Selanjutnya hasil
peramalan digunakan sebagai draft awal jadwal induk produksi, setelah itu dilakukan perhitungan kapasitas yang dibutuhkan CR dan kapasitas tersedia
CA. Hasil perhitungan akan dibuat menjadi laporan RCCP untuk mengidentifikasi stasiun kerja bottleneck. Dari hasil Laporan RCCP ditemukan
stasiun kerja III adalah stasiun kerja bottleneck. Perbaikan dilakukan dengan pendekatan Theory Of Constraint TOC
dengan mengikuti 5 langkah, dimana stasiun kerja yang mengalami bottleneck diperbaiki sehingga menjadi stasiun kerja non bottlenek. Prinsip perbaikan Theory
Of Constraint TOC yang digunakan adalah sistem penjadwalan drum buffer
Universitas Sumatera Utara
rope DBR dengan menggunakan penyangga waktu time buffer pada stasiun kerja III. Rata-rata Time buffer pada stasiun kerja III yang dibutuhkan adalah
54,25 jambulan. pemenuhan time buffer dapat dilakuakn dengan penambahan shift kerja atau dengan sistem jam lembur. Rata-rata biaya pengupahan yang
dikeluarkan perusahaan untuk penambahan shift kerha adalah Rp.2.498.381shif dan dengan jumlah pekerja sebanyak 3 orang pekerja rata-rata yang dikeluarkan
perusahaan untuk sistem shift adalah Rp. 7.495.143bulan. Dibandingkan dengan sistem jam lembur dengan rata-rata jam lembur 54,25 jambulan dengan jumlah
pekerja yang sama rata-rata yang dikeluarkan perusahaan untuk sistem jam lembur adalah Rp. 4.301.608bulan Dari hasil perhitungan biaya pengupahan
maka perusahaan dapat menerapkan sistem jam lembur untuk memenuhi time buffer pada stasiun kerja III karena biaya pengupahan yang dikeluarkan lebih
rendah. Hasil perhitungan efisiensi biaya yang dilakuakan setelah perbaikan pada
stasiun kerja constraint yaitu stasiun kerja III diperoleh biaya penambahan jam lembur pada stasiun kerja III dengan jumlah pekerja 3 orang adalah Rp.
51.619.301bulan, sedangkan biaya sebelum dilakukan perbaikan terdiri dari biaya simpan dan denda keterlambatan yaitu sebesar Rp. 147.371.606
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan langsung, hasil pengolahan data, serta analisis dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Hasil perhitungan kapasitas tersedia Capacity Availabel
yang dimiliki seluruh stasiun kerja dan perhitungan kapasitas dibutuhkan Capacity
requirement yang dimilki seluruh stasiun kerja diperoleh bahwa stasiun kerja III stasiun kerja pemotongan memiliki kapasitas tersedia Capacity
Availabel lebih kecil dari kapasitas dibutuhkan Capacity requirement sehingga terjadi penumpukan bottleneck.
2. Dari hasil identifikasi stasiun kerja bottleneck diperoleh varians stasiun kerja
dari bulan maret 2016- februari 2017 bernilai positif dan persentase beban diatas 100, hal ini menyatakan bahwa stasiun kerja III merupakan stasiun
kerja bottleneck. 3.
Setelah dilakukan pengaturan jadwal induk produksi yang optimal dengan penerapan theory of constraint dengan menggunakan sistem penjadwalan
drum buffer rope dengan penambahan time buffer 54,25 jam setiap bulannya diperoleh varians stasiun kerja dari bulan Maret 2016 – Februari 2017
bernilai negatif dan persentase beban dibawah 100 . Hal ini menyatakan bahwa Stasiun Kerja III sudah menjadi stasiun kerja non bottleneck.
Universitas Sumatera Utara