Saran Pembuatan Permen Jelly dari Karagenan dan Konjak dengan Aplikasi Prebiotik Xilo-Oligosakarida

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, jenis pembentuk gel dan rasio bahan pembentuk gel yaitu karagenan, konjak, campuran karagenan dan konjak 1:1, 2:1, dan 3:1 berpengaruh terhadap karakteristik fisik kekerasan, elastisitas, dan kelengketan permen jelly prebiotik. Sementara konsentarasi XOS hanya mempengaruhi akseptabilitas tetapi tidak mempengaruhi karakteristik fisik kekerasan, elastisitas, dan kelengketan permen jelly prebiotik. Penggunaan karagenan yang semakin banyak sebagai pembentuk gel akan meningkatkan kekerasan dan kelengketan tetapi menurunkan elastisitas permen jelly prebiotik. Penggunaan konjak sebagai campuran karagenan untuk pembentukan gel akan semakin meningkatkan kekerasan, kelengketan, dan elastisitas permen jelly prebiotik. Penggunaan konjak secara tunggal tidak dapat menghasilkan gel sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan pembentuk gel permen jelly. Permen jelly yang tidak berbeda nyata dengan permen jelly komersial dalam hal kekerasan dan elastisitas adalah permen jelly yang menggunakan campuran karagenan dan konjak 1:1 sebagai bahan pembentuk gel yang memiliki elastisitas berkisar antara 0.99 hingga 1.00 dan kekerasan berkisar antara 146.60 gf hingga 175.68 gf. Sementara dalam hal kelengketan, semua perlakuan lebih lengket dari permen jelly dan berbeda nyata dengan permen jelly komersial. Formula permen jelly prebiotik terbaik yang paling mirip dengan permen jelly komersial dalam karakteristik fisik dan paling disukai oleh konsumen berdasarkan hasil uji sensori penerimaan konsumen adalah permen jelly dengan XOS 5 dan campuran konjak dan karagenan 1:1. Nilai nutrisi yang disumbangkan permen jelly prebiotik tersebut per takaran saji 5 gram adalah 18.10 kkal kalori, 0.04 g protein, 0.06 gram lemak, dan 4.36 gram karbohidrat. Kandungan prebiotik xilo-oligosakarida yang ada pada setiap permen jelly prebiotik berdasarkan hasil analisis HPLC yang seharusnya 16 total bahan kering hanya tersisa sebesar 15.17 kemungkinan akibat proses ekstraksi yang kurang sempurna. Hasil ini menujukkan xilo-oligosakarida stabil selama proses pembuatan permen jelly.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan penelitian kembali terkait rasio campuran konjak dan karagenan yang digunakan pada pembuatan permen jelly untuk memperoleh formula yang menghasilkan permen jelly dengan elastisitas, kekerasan, dan kelengketan yang sangat mirip dengan permen jelly komersial dari gelatin. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang umur simpan permen jelly prebiotik, pengaruh pengemas yang digunakan selama penyimpanan untuk meningkatkan umur simpan, dan pengukuran kadar gula total, kadar gula perduksi, serta a w permen jelly prebiotik. 3. Perlu dipelajari kembali teknik pelapisan yang lebih baik sehingga permukaan permen jelly lebih menarik dan kristal pada permukaan permen jelly tidak telalu kasar dan menempel dengan baik. 4. Perlu dilakukan analisis kembali dengan jenis kolom dan kondisi HPLC yang sesuai sehingga diperoleh pemisahan yang baik dan masing-masing konsentrasi dari xylopentosa, xylohexaosa, dan xylotetraosa dalam permen jelly dapat ditentukan. 40 DAFTAR PUSTAKA Akbar S, Kurnia B, dan Istiqomah. 2001. Kandungan dan kegunaan rumput laut di dalam Teknologi Budidaya Rumput Laut Kappaphicus alvarezii. Bandar Lampung: Balai Bududaya Laut. Angka SL dan Suhartono MT. 2002. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor: IPB AOAC Internasional. 1999. Official Method of Analysis 925.45. Http:www.aoac.org Tanggal akses: 25 September 2011 Asosiasi Konyaku Jepang. 1976. Penetapan Standardisasi Tepung Glukomanan Murni Iles-iles dan Hal-Hal penting dalam Pelaksanaannya. Jakarta: Dewan Pengawas Tepung Konyaku Tingkat Propinsi. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.11.11.09909 Tahun 201 Tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan. Jakarta: BPOM. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01.2891.1992 Cara Uji Makanan dan Minuman. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI 3547.1.2008 Kambang Gula-Bagian 1: Keras. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI 3547.2.2008 Kambang Gula-Bagian 2: Lunak. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Belitz HD dan Grosch W. 1999. Food Chemistry. Berlin: Springer BeMiller JN dan Whistler RL. 1996. Carbohydrates dalam Food Chemistry. Fenemma OR Ed. NewYork: Marcel Dekker Inc. Buckle KA, Edward GH, dan Motton W. 1987. Ilmu Pangan. Hari Purnomo dan Adiono penerjemah. Jakarta: UI press Collins dan Gibson GR, 1999. Prebiotic, probiotik, and synbiotic : approaches for modulating the microbial ecology of the gut. J Clin Nutr 695: 1052S-1057S. DeMan JM. 1985. Principles of Food Chemistry. Connecticut : AVI Publishing Comapany Inc. [DEPTAN ] Departemen Pertanian. 2010. Multifungsi Glukomannan dari Umbi Iles-Iles. Jakarta: Departemen Pertanian. [FAO] Food Agricultural Organization. 2007. FAO technical meeting prebiotics. Http:www.fao.org Fardiaz D. 1989. Hidrokoloid. Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB Fisheries and Agricultural Departemen. 2003. Carrageenan. http:www.fao.orgdocrep006 y4765ey4765e0a.htm tanggal akses : 11 mei 2012 Food Chemical Codex. 1981. Carrageenan.Washington: National Academic Press. Gibson GR. 1998. Dietary modulation of the human gut microflora using prebiotics. J. Nutr 804 :S209-12. Glicksman M. 1979. Gelling Hydrocolloids in Food Product Application di dalam Polysaccharides in Food. Blanshard JMV dan Mitchell JR eds. London: Butteworths. Goycoolea FM, Richardson RK, Morris ER, Gidley MJ. 1995. Effect of locust bean gum and konjac glucomannan on the conformation and rheology of agarose and k- carrageenan. J Biopolymers 36 : 643-658. Hendrickson R. 1976. The Great American Chewing Gum Book. Chilton: Chilton Book Company. Hiriyama M. 2002. Novel physiological fungtions of oligosaccharide. Pure Applied Chem 74: 1271- 1279 Hsu CK, Liao JW, Chung YC, Hsieh CP, dan Chan YC. 2004. Xylooligosaccharides and fructooligosaccharides affect the intestinal microbiota and precancerous lesion development in rats. J.Nutr 4: 3366. 41 Imazaumi SY, Nakatsu M, Sato Y, Sedarnawati, dan Sugano M. 1991. Effects of xylooligosaccharides on blood glucose, serum, liver lipids, and cecum short chain fatty acid. Agri.Bio.Chem 55: 199- 205 Imeson AP. 2000. Carrageenan dalam Handbook of Hydrocolloids. GO Phillips dan PA Williams ed. New York : CRC Press. [ISO] Intenational Standard Organization. 1992. ISO 5492:1992, Sensory Analysis-Vocabulary. Http:www.iso.org. Jennie BSL. 2011. Xilooligosakarida sebagai Kandidat Prebiotik. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Jhonson A. 2002. Konjac Glucomannan. Http:www.glucomannan.com Tanggal akses: 25 September 2011 Jones NR. 1977. Uses of gelatin in edibel products dalam The Science and Technology of Gelatin. Ward AG dan Courts A Eds. New York: Academic Press. [KEMENRISTEK] Kementrian Riset dan Teknologi. 2010. Permen jelly. Tekno Pangan dan Agroindustri, Tepat Guna vol. 1 no. 10. Kimmerle B. 2003. Candy: The Sweet History. Oregon: Collectors Press Larmond E. 1976. The texture profile di dalam Rhology and Texture in Food Quality. DeMan JM, Voisey PW, Resper VF, dan Stanley DW Eds. Connecticut: Westport Lawless HT dan Heymann H. 2010. Sensory Evaluation of Food, Principle and Practices Second Edition. New York: Springer Lees R dan Jackson EB. 1983. Sugar Confectionary and chocolate Manafacture. Scotland: Thomson Litho Ltd. Lennox S. 2002. Gelatin Alternatives in gummy confections. The Manufacturing Confections 825: 65-72. Mäkeläinen H, Juntunen M, dan Hasselwander O. 2009. Prebiotic potential of xylo-oligosaccharides dalam Prebiotics and Probiotics Science and Technology. Charalampopoulus D dan Rastall RA Eds. New York: Springer Marzio L, Del Bianco R, Donne MD, Pieramico O, dan Cuccurullo F. 1989. Mouth to cecum transit time in patients affected by chronic constipation: effect of glucomannan. The American journal of gastroenterology. Mcfarlane GT, Cummings JH, 1999. Probiotics and prebiotics: can regulating the activities of intestinal bacteria benefit health?. J Clin Nutr 318: 999-1003. Meilgaard MC, GV. Civille, dan BT Carr. 1999. Sensory EvaluationTechniques 3 rd Ed. New York: CRC Press Michwan A. 2008. Trend Pangan Fungsional di Jepang. http:www.foodreview.biz. [25 Maret 2012] Muchtadi TR. 2008. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. FATETA. IPB Mumtaz S, Rehman S, Huma N, Jamil A, dan Nawas H. 2008. Xilooligosacharide enriched yoghurt: phisycocemical and sensory evaluation. Pakistan Journal of Nutrition 7:566-569. Nurjanah Z. 2010. Kajian Proses Pemurnian Tepung Glukomanan dari Umbi Iles-Iles Amorphophallus oncophyllus dengan Menggunakan Enzim α-Amilase. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Prangdimurti E, Palupi NS dan Zakaria FR. 2007. Metode Evaluasi Nilai Biologis Karbohidrat dan Lemak. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pye J. 1996. Gelatin the scientific approach to product quality. Food Australia 489: 414-416 Reid G, Sanders ME, Gaskins HR, Gibson GR, Mercenier A, Rastall R, Roberfroid M, Rowland I, Cherbut C, dan Klaenhammer TR. 2003. New scientific paradigms for probiotics and prebiotics. J Clin Gastroenterol 37:105–118. Roberfroid MB. 2000. Prebiotics and probiotics: are they functional foods?. Am J Clin Nutr 71: 1682S-7S. 42 Rosenthal AJ. 1999. Food Texture : Measurement and Perception. Maryland: Aspen Publisher. Inc. Salamah E, Erungan AC, dan Retnowati Y. 2006. Pemanfaatan gracialia sp. dalam pembuatan permen jelly. Buletin Teknologi Hasil Perikanan Vol. IX No.1. Satuhu, Suyanti. 2004. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta : Penerbar Swadaya. Subaryono dan Utomo BS. 2006. Penggunaan campuran karaginan dan konjak dalam pembuatan permen jelly. J Pasca Panen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol.1 No.1 Suruno A. 2009. Profil Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Perikanan Bududaya, Departemen Kelautan dan Perikanan. Tako M dan Nakamura S. 1988. Synergistic interaction between agarose and D-galacto-D- mannan in aqueous media. J Agricultural and Biological Chemistry 52 : 1071-1072. Thomas WR. 1999. Carrageenan dalam Thickening and Gelling Agents for Food Second Edition. New York: Aspen Publishers Thomson WR. 1997. Konjac Gum di dalam Thickening and Gelling Agents for Food. Imerson AP ed. London: Blackie Academic and Professional. Tojo E dan Prado J. 2003. Chemical composition of carrageenan belnds determined by IR spectroscopy combined with a PLS multivariate caliberation method. Carbohydrate Research 388 : 1309-1312 Tomomatsu H. 1994. Health effects of oligosaccharides. J.Food Technol 48:61-65 Toussaint S and Maguelonne. 2009. A History of Food. New Jersey:Wiley-Blackwell. Towle GA. 1973. Carrageenan dalam Industrial Gums. Whisler RL Ed. New York: Academic Press Tuazon M. 1996. The use of carragenan and cellulose gel in gummy candy. The Manufacturing Confections 7611:62-66. Vazquez MJ, Alonso JL, Dominguez H, dan Parajo JC. 2000. Xylooligosaccharides manufacture and application. Trend Food Sci. Technol 11:387-393. Verawaty. 2008. Pemetaan Tekstur dan Karakteristik Gel Hasil Kombinasi Karagenan dan Konjak. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Wijaya CH. 2009. Sensasi Rasa dalam The Science of Taste. Food Review 4 10: 10-15 Williams AP. 2005. An overview of the structure function and relationship of hydrocolloids dalam Gums and Stabilizer in Food Industry. Williams AP dan Philips GO Eds. Cambridge: RSC publishing Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Xaio YL. 2007. Study on The Stability of Xylo-oligosaccharides in Food Processing. Guangdong : Zongkai College of Agricultural Technology. Xiao L, Ning J, dan Xu G. 2012. Application of xylo-oligosaccharides in modifying human intestinal fungction. African Journal of Microbiology Research 69:2116-2119 Young J. 1998. European market developments in prebiotic and probiotic containing foodstuffs. British Journal of Nutrition 80, S231–S233. 44 Lampiran 1. Standar Mutu Permen Jelly SNI 3547-2-2008 No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan Bukan Jelly Jelly 1 Keadaan

1.1 Bau -

Normal Normal

1.2 Rasa -

Normal sesuai label Normal sesuai label 2 Kadar air fraksi massa Maks. 7.5 Maks. 20.0 3 Kadar abu fraksi massa Maks. 2.0 Maks. 2.0 4 Gula reduksi dihitung sebagai gula inverse fraksi massa Maks. 20.0 Maks 20.0 5 Sakarosa fraksi massa Min 35.0 Min 27.0 6 Cemaran logam

6.1 Timbal Pb

mgkg Maks 2.0 Maks 2.0

6.2 Tembaga Cu

mgkg Maks 2.0 Maks 2.0

6.3 Timah Sn

mgkg Maks 40.0 Maks 40.0

6.4 Raksa Hg

mgkg Maks. 0.03 Maks 0.03 7 Cemaran Arsen As mgkg Maks. 1.0 Maks. 1.0 8 Cemaran mikroba 8.1 Angka lemepng total Kolonig Maks. 5 x 10 2 Maks. 5 x 10 2

8.2 Bakteri coliform

APMg Maks. 20 Maks. 20

8.3 E. coli

APMg 3 3

8.4 Staphylococcus aureus

Kolonig Maks. 1x 10 2 Maks. 1x 10 2

8.5 Salmonella

Negatif 25 g Negatif 25 g 8.6 Kapangkhamir Kolonig Maks. 1x 10 2 Maks. 1x 10 2 45 Lampiran 2. Lembar penilaian uji sensori permen jelly prebiotik Nama : Tanggal : Sampel : Permen Jelly Petunjuk : Dihadapan anda terhadap 3 sampel permen jelly. Nilailah kesukaan anda terhadap rasa, aroma, tekstur, dan keseluruhan overall dari masing-masing sampel dengan memberikan angka 1-7 pada kolom yang tersedia sesuai kode sampel. Selasai menilai satu sampel, netralkan mulut dengan air minum dan hidung dengan menjauhkan hidung dari sampel selama beberapa detik sebelum melakukan penilaian pada sampel lain. Jangan melakukan pembandingan antar sampel. : 1 = sangat tidak suka 2 = tidak suka 3 = agak tidak suka 4 = netral 5 = agak suka 6 = suka 7 = sangat suka Kode sampel Rasa Aroma Kekenyalan Keseluruhan Apakah anda pernah memakan permen jelly sebelumnya? a. Pernah b. Tidak pernah Apa anda menyukai permen jelly? a. Suka b. Tidak suka Komentar : ….………………………………………………………………………