Karakteristik Mutu Snack Penurunan Mutu Snack

Bentuk cetakan yang digunakan juga berpengaruh terhadap tekstur dan bentuk akhir snack. Cetakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk silinder berdiameter 3 mm. Bentuk dan ukuran produk ditentukan oleh bentuk cetakan dan kecepatan pisau pemotong. Setelah ekstruder panas, bahan baku dimasukkan melalui bagian pengisian. Ketika bahan didorong sepanjang lorong laras berulir, bahan akan mengalami pencampuran, pemanasan, dan pemotongan sekaligus. Waktu tinggal produk di dalam ekstruder sekitar 10 - 15 detik Guy 2001.

2.4. Karakteristik Mutu Snack

Syarat mutu dari makanan ringan ekstrudat berdasarkan SNI dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Syarat mutu makanan ringan ekstrudat SNI 01-2886-2000 No. Jenis uji Satuan Persyaratan 1 1.1 1.2 1.3 Keadaan Bau Rasa Warna - - - Normal Normal Normal 2 Kadar air bb Maks.4 3 3.1 3.2 Kadar lemak Tanpa proses penggorengan Dengan proses penggorengan bb bb Maks.30 Maks.38 4 Kadar silikat bb Maks. 0,1 5 5.1 5.2 Bahan tambahan makanan Pemanis buatan Pewarna - - Sesuai SNI 01-0222-1995 dan permenkes no.722MenkesPerIX1988 s.d.a 6 6.1 6.2 6.3 6.4 Cemaran logam Timbal Pb Tembaga Cu Seng Zn Raksa Hg mgkg mgkg mgkg mgkg Maks. 1,0 Maks. 10 Maks. 40 Maks. 0,05 7 Arsen As mgg Maks. 0,5 8 8.1 8.2 8.3 Cemaran mikroba Angka Lempeng Total Kapang E.coli Kolonig Kolonig APMg Maks. 1,0 × 10 4 Maks. 50 negatif Sumber: BSN 2000 Karakteristik fungsional pada produk pangan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yaitu: sifat fisik morfologi, sifat termal, sifat reologi dan sifat spektral, sifat kimia komposisi kimia, senyawa kimia aktif, bahan kimia tambahan, bahan kimia pengolahan dan sifat mikrobiologi mikroba alami, mikroba kontaminan, mikroba patogen dan mikroba pembusuk Muhandri dan Kadarisman 2005. Karakteristik fungsional lebih bersifat objektif dalam menentukan sifat mutu pangan, sedangkan penilaian sifat mutu yang bersifat subjektif dilakukan menggunakan evaluasi sensori. Makanan ringan ekstrudat adalah makanan ringan yang dibuat melalui proses ekstrusi dari bahan baku tepung dan atau pati untuk pangan dengan penambahan bahan makanan lain serta bahan tambahan makanan lain yang diizinkan dengan atau tanpa melalui proses penggorengan BSN 2000.

2.5. Penurunan Mutu Snack

Produk pangan akan mengalami perubahan mutu selama proses penanganan, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi produk pangan. Penyimpangan suatu produk dari mutu awalnya disebut deteriorasi. Reaksi deteriorasi dimulai dengan persentuhan produk denga udara, oksigen, uap air, cahaya, dan akibat perubahan suhu. Reaksi deteriorasi dapat disebabkan oleh interaksi dengan berbagai faktor, baik faktor lingkungan eksternal maupun faktor lingkungan internal. Faktor eksternal dapat berupa pengaruh dari udara, uap air, suhu, oksigen, dan cahaya sedangkan komposisi produk sebagai faktor internal juga mempengaruhi mutu snack. Tingkat deteriorasi produk dipengaruhi oleh lamanya penyimpanan, sedangkan laju deteriorasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan penyimpanan Arpah 2001. Produk pangan dibagi ke dalam dua kelompok dalam hubungannya dengan perubahan kadar air selama penyimpanan, yaitu produk pangan yang menyerap uap air dan produk pangan yang mengalami kehilangan kandungan air. Snack termasuk dalam produk pangan yang mudah rusak apabila meyerap uap air yang berlebihan dari lingkungan karena perbedaan tekanan antara snack dengan lingkungan. Perubahan kadar air merupakan faktor utama yang menyebabkan penurunan mutu snack dan produk pangan kering lainnya. Kerusakan ini cukup kompleks karena dapat melibatkan atau memicu berbagai jenis reaksi deteriorasi lain yang sensitif terhadap perubahan a w . Reaksi-reaksi seperti pencoklatan non- enzimatis, perubahan organoleptik, kerusakan vitamin, oksidasi lipida, dan reaksi pembentukan off-flavor dapat terjadi secara spontan selama proses. Kerusakan produk pangan kering sperti snack lebih sering dihubungkan dengan kerusakan tekstur. Kadar air dan nilai a w yang rendah memberikan karakteristik snack yang renyah. Kerenyahan dipengaruhi oleh sejumlah air terikat pada matriks karbohidrat. Produk sereal seperti snack memiliki tekstur renyah dalam keadaan gelas dan mengalami plastisasi akibat peningkatan kadar air atau suhu yang menyebabkan terjadinya perubahan material menjadi karet rubbery sehingga produk menjadi lembek sogginess. Proses plastisasi terjadi akibat penyerapan uap air lingkungan ke dalam pati atau protein yang menyebabkan penurunan kerenyahan Navarrete et al. 2004.

2.6. Aktivitas Air a