3.3.2.4. Uji ketepatan model Walpole 1990
Uji ketepatan persamaan sorpsi isotermis dilakukan untuk mengetahui ketepatan dari beberapa model persamaan sorpsi isotermis yang terpilih sehingga
memperoleh kurva sorpsi isotermis dengan menggunakan perhitungan Mean Relative Determination
MRD Walpole 1990. MRD =
Mi Mpi
Mi n
n i
−
∑
=1
100
Keterangan : Mi
= kadar air percobaan Mpi
= kadar air hasil perhitungan n
= jumlah data Model sorpsi isotermis dengan nilai MRD 5 maka model sorpsi
isotermis tersebut dapat menggambarkan keadaan sebenarnya atau sangat tepat. Model sorpsi isotermis dengan 5 MRD 10 maka model tersebut agak tepat
menggambarkan keadaan sebenarnya. Model sorpsi isotermis dengan MRD 10 maka model tersebut tidak tepat menggambarkan kondisi sebenarnya.
3.3.2.5. Penentuan nilai slope b kurva sorpsi isotermis Labuza 1982
Nilai slope b kurva sorpsi isotermis ditentukan pada daerah linear Arpah 2001. Daerah linear tersebut diambil antara daerah kadar air awal dan
kadar air kritis Labuza 1982. Titik-titik hubungan antara aktifitas air dan kadar air kesetimbangan memiliki persamaan linier y = a + bx. Nilai b persamaan
tersebut merupakan slope kurva sorpsi isotermis. Nilai b ditentukan dari model persamaan terpilih kemiringan kurva sorpsi
isotermis yang diasumsikan linier antara Mi dan Mc untuk dimasukkan dalam rumus umur simpan Labuza. Nilai b ditentukan pada dua daerah untuk melihat
pengaruhnya terhadap umur simpan produk. Daerah tersebut antara lain : 1.
b1 atau slope 1 diperoleh dari hasil perbandingan antara selisih kadar air awal dan kadar air kritis dengan selisih antara aktifitas air awal dengan
aktifitas air kritis. 2.
b2 atau slope 2 diperoleh dari slope garis lurus pada daerah linear yang melewati kadar air awal.
3.4. Variabel Pendukung Umur Simpan 3.4.1. Penentuan permeabilitas kemasan ASTM F 1249-2006
Penentuan permeabilitas kemasan dilakukan dengan menggunakan alat Permatran Mocon W331. Berdasarkan pengukuran dengan alat ini diperoleh
nilai WVTR gm2hariRH sehingga untuk perhitungan kx adalah sebagai berikut:
kx =
1 2
desikator RH
P P
WVTR −
Keterangan : WVTR = laju perpindahan uap air yang melalui kemasan gm2hariRH
kx = konstanta permeabilitas uap air kemasan gm2.hari.mmHg
P1 = tekanan uap air di dalam kemasan mmHg
P2 = tekanan uap air di luar kemasan mmHg
Kemasan dipotong sesuai cetakan dan diukur ketebalannya. Kemasan dikondisikan terlebih dahulu selama 24 jam dalam ruang uji. Kemudian kemasan
ditempatkan dalam cell pada alat uji. Data mengenai ketebalan kemasan, luas kemasan, suhu pengujian, lama pengujian, kelembaban udara, dan laju alir udara
sebagai input pada program komputer. Gas nitrogen kering dialirkan melalui inside
chamber RH 0 sedangkan pada outside chamber dialirkan gas nitrogen basah RH 100 . Kemasan dalam cell menjadi pembatas antara gas nitrogen
kering dengan gas nitrogen basah. Uap air berdifusi menuju daerah bertekanan rendah inside chamber akibat adanya perbedaan tekanan. Uap air yang berdifusi
melalui kemasan dibawa oleh gas nitrogen kering menuju sensor dan terdeteksi jumlahnya sehingga laju uap air dapat dihitung. Pengujian berakhir setelah
kesetimbangan laju uap air tercapai.
3.4.2. Penentuan bobot padatan per kemasan Ws dan luas kemasan A
Bobot produk awal Wo dalam satu kemasan ditimbang dan dikoreksi kadar air awalnya Mo yang merupakan berat padatan per kemasan Ws. Luas
kemasan A yang digunakan dihitung dengan mengalikan panjang dengan lebar kemasan dalam satuan m
2
. Ws = Wo solid100
solid =
1- m
1 + m 100
A = P panjang x L lebar