penduduk yang dapat terkena bahaya adalah sebesar 24.400 jiwa dari total penduduk 300 juta jiwa.
5.2 Saran
Perlu dilakukannya lebih banyak penelitian lanjutan mengenai risiko bahaya histamin dalam proses pengolahan maupun proses penangkapan dan
proses distribusi produk tuna sampai ke tangan konsumen. Penelitian mengenai risiko bahaya histamin akan dapat mengetahui faktor penyebab larangan ekspor
produk tuna Indonesia. Perluasan pasar ekspor tuna dari Indonesia dan juga adanya peningkatan kualitas dari perusahaan-perusahaan tuna di Indonesia dapat
didukung dengan adanya penelitian mengenai analisis risiko bahaya pada industri tuna di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Alfred A. 1998. The Effect of Delayed Icing and Gutting on The Quality of Freshwater Arctic Charr Salvelinus alpinus L.. Iceland: United Nation
University-Fisheries Training Programe. Anonim. 2005. Kepastian pembukaan larangan ekspor ikan tuna september.
Dalam www.tempo.com. 12 April 2008 . Anonim. 2006. Chemical composition on bluefin tuna thunnus thynnus l. from
the strait of messina waters. Dalam http:cat.inist.fr. 12 April 2008 . Anonim. 2008. General statistics about the U.S. population. Dalam
www.america.gov. 31 Januari 2008 BBPMHP, 1999. Kumpulan Standar Mutu Hasil Perikanan. Jakarta: Balai
Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. [Deptan] Departemen Pertanian. 1997. Kebersihan dan Sanitasi. Operasional
Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan bidang kebersihan dan sanitasi.
Jakarta: Proyek Pengembangan PPPPI. Departemen Pertanian .
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Potensi dan Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan Tuna . Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005. Revitalisasi Perikanan.
Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Tuna Loin Beku. Jakarta: BSN
Ditjen Perikanan Tangkap. 2007. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia 2006.
Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Djaafar TF, Rahayu S. 2007. Cemaran mikroba pada produk pertanian, penyakit yang ditimbulkan dan pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian 26:2
Forsythe JS, Hayes PR. 1998. Food Higiene, Microbilogi, and HACCP. Gaithersburg: Chapman Hall. Aspen Publisher Inc.
Giacone V, Ferri M. 2005. Microbilogical risk assessment and food safety: an update. Veterinary Research Communications 29:101–106
Henrik HH, Dilson M, Derrick S. 2004. A Guide Seafood Hygiene Management. Eurofish: the Norwegian Ministry of Fishers and Coastae Affair and the
Swiss Import Promotion Programme.
Huss H.H.. 1986. Fresh fish quality and quality changes. Roma: FAO-DANIDA. Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya
Keer M, Paul L, Sylvia A .2002. Effect of Storage Condition on Histamin Formation in Fresh and Canned Tuna. Commision by Food Safety Unit
. Dalam www.foodsafety.vic.gov.au. 12 April 2008
Lehane L, Olley J. 1999. Histamine Scombroid Fish Posioning a review in a risk-assessment framework
. Canberra: National Office of Animal and Plant health.
Longley R. 2009. Americans getting taller, bigger, and fatter. Dalam www.usgovernmentinfo.com. 31 Januari 2009
Mangunwardoyo W, Sophia RA, Heruwati ES. 2007. Seleksi dan pengujian aktivitas enzim l-histidine decarboxilase dari bakteri pembentuk
histamin. Macara, Sains 11: 104-109. Martin RE, Flick GJ, Hebard CE, Ward DR. 1982. Chemistry and Biochemistry of
Marine Food Products. United States: AVI publishing company, Inc.
[NOAA] National Oceanic and Atmospheric Administration
.
2007. Seafood consumption
increas in
2006. Dalam
http:www.noaa.gov. 20 November 2008
Niven CF, Jeffrey M.B, Corlett D.A. 1981. Differential Plating Medium for Quantitative Detection Histamine-Production Bacteria.
Apllied and Enviromental Microbiology
Ross T, Sumner J. 2002. A simple, spreadsheet-based, food safety risk assesment tool. International Journal of Food Microbiology 77: 39-53
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1,2. Bogor : Binacipta. Setiyono IK. 2006. Factors affecting histamine level in Indonesian canned
albacore tuna Thunnus alalunga. [tesis]. Departemen of Marine Biotechnology. University of Tromse. Norway.
Sumner J, Ross T, Ababouch L. 2004. Application of Risk Assessment in the Fish Industry
. Roma: FAO. Suparno. 1992. Peti Pendingin Berinsulasi. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian
Pasca Panen Perikanan. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.
Taylor SL. 1983. Monograph on Histamin Poisoning Codex Alimentarius Commision
. Roma: FAO. Tampubolon SM. 1983. Ikan Tuna dan Perdagangannya. Jakarta: Gaya Baru.
Voysey PA, Brown M. 2000. Microbiological risk assessment; a new approach to
food safety control. International journal of food microbiology 58 :173-179
Winarno FG. 1993. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
L A M P I R A N
Lampiran 1. Gambar denah lokasi Unit Pegolahan Ikan UPI PT. X
Cold Storage Ruang Pembekuan
Ruang Chilling Penyimpanan Sementara
Ruang Pengolahan
Tempat Penerimaan Bahan
Baku Ruang Pencucian Alat
Ruang Cuci Tangan Bak Penyimpanan
Sementara Bak Penyimpanan
Sementara
Ruang Pencucian Pakaian
Karyawan Pos
Ruang Pengolahan
Ruang Pembuatan Es
Ruang Loker karyawan
Toilet Toilet
Toilet Toilet
Tempat Sampah
Lampiran 2. Tabel Penilaian Kelayakan Dasar Unit Pengolahan Ikan UPI
TINGKAT RATING JUMLAH PENYIMPANGAN
Mn My
Sr Kr
A Baik sekali 0 - 6
0 - 5 B Baik
≥ 7 6 - 10
1 - 2 C Cukup
NA ≥ 11
3 - 4 D Tidak lulus
NA NA
≥ 5 1
Catatan: jumlah penyimpangan My dan Sr tidak lebih dari 10 NA = Not Applicable
No Aspek Yang Dinilai
Dasar Hukum
OK Mn
My Sr
Kr Keterangan
1 Lay-out Design
Arsitektur 1.1
Area UPI memadai untuk melakukan pekerjaan
dalam kondisi saniter dan higienis
KEP.01M EN 2007,
BAB V, B, 2
X X
1.2 Area UPI terdapat di
daerah industri yang telah disetujui
idem X
1.3 Area bersih terpisah dari
area kotor idem
X X
1.4 Lay out dapat mencegah
kontaminasi idem
X X
2 Lokasi dan Lingkungan
2.1 Penyimpanan dan
penanganan sampah, limbah dan peralatan
sesuai persyaratan KEP.01M
EN 2007, BAB V, B,
9 X
2.2 Sistem pembuangan
airsaluran sesuai persyaratan
idem X
2.3 Kontrol untuk mencegah
serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya tersedia KEP.01M
EN 2007, BAB V, B,
11 X
3 Ruang Penerimaan
3.1 Ruang penerimaan bersih
KEP.01M X
dan mudah diperbaiki. EN 2007,
BAB V, B, 3
3.2 Lantai, dinding, langit-