9
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya
hazard identification
adalah suatu
proses mengidentifikasi agen patogen yang berpotensi terbawa bersama dengan
komoditas saat importasi OIE 2004. Identifikasi bahaya dibuat berdasarkan adanya komoditas anak ayam bibit asal Belanda yang masuk ke Indonesia yang
didapatkan dari data Electronic System for Animal Quarantine EQ-Vet. Data importasi anak ayam bibit dapat dilihat pada Tabel 9. Langkah-langkah
identifikasi bahaya masuknya virus AI ke Indonesia melalui anak ayam bibit asal negara Belanda dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 9 Data importasi anak ayam bibit Januari-Oktober 2014
Bulan Amerika
Belanda Inggris
Jerman f
Jumlah f
Jumlah f
Jumlah f
Jumlah Januari
10 191 675
1 16 450
1 15 300
Februari 5
107 345 2
31 278 1
5 324 Maret
3 77 832
1 20 580
April 7
94 072 Mei
7 136 421
1 14 770
Juni 6
120 105 1
8 904 1
20 580 Juli
9 165 969
Agustus 7
61 494 1
3 995 September
3 29 130
2 10 500
2 7 210
Oktober 8
118 702 1
5 674 1
20 580
Total 65
1 102 745 8
93 386 7
83 764 1
3 995
Sumber: EQ-Vet Karantina
Keterangan: f: frekuensi
Tabel 10 Langkah-langkah identifikasi bahaya hazard masuknya virus AI melalui importasi anak ayam bibit asal Belanda
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah AI dapat terbawa oleh anak ayam bibit
Ya 2
Apakah AI ada di negara Belanda Ya
3 Apakah AI merupakan penyakit eksotik untuk Indonesia
Tidak 4
Apakah negara Indonesia memiliki daerah bebas AI atau dengan prevalensi rendah
Ya 5
Apakah AI masuk ke dalam program pengendalian di Indonesia Ya
6 Apakah Belanda memiliki strain yang lebih virulen
Tidak
Identifikasi sebagai hazard
Ya
Avian influenza telah diidentifikasi dapat terbawa melalui komoditas anak ayam bibit. Menurut Setyawati 2010, DOC telah terinfeksi oleh virus AI dengan
gejala subklinik dan berpotensi sebagai salah satu penyebab cepatnya penyebaran AI di Indonesia, sehingga perlu diwaspadai pendistribusiannya ke daerah yang
masih bebas AI. Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta menggolongkan
10 komoditas tersebut sebagai golongan komoditas yang memiliki tingkat risiko
tinggi sebagai media pembawa hama dan penyakit hewan karantina. Data terbaru dari OIE 2014 pada November 2014 telah terjadi kasus HPAI
H5N8 pada peternakan petelur komersil dan peternakan breeder di provinsi Utrecth, Zuid-Holland dan Overijssel. Laporan kasus AI di Belanda terjadi dari
tahun 2003 hingga tahun 2014 yang dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Laporan kasus AI di Belanda
Tanggal Jenis Virus
Tipe Lokasi
Jumlah 14-11-2014
HPAI H5N8 Klinik
Utrecht, Zuid-Holland dan Overijssel
217 600 12-03-2014
LPAI H5N2 Subklinik
Bruchem, Gelderland 10 541
26-02-2014 LPAI H5N1
Klinik Swifterbant, Flevoland
40 237 09-12-2013
LPAI H5N3 Subklinik
Scheemda, Groningen 11 698
27-11-2013 LPAI H5N3
Subklinik Sint Annen, Groningen
9 301 31-07-2013
LPAI H7N1 Subklinik
Tzum, Friesland 9 043
31-05-2013 LPAI H7N1
Klinik Leusden, Utrecht
10 750 15-03-2013
LPAI H7N7 Klinik
Zaewolde, Flevoland 23 500
11-03-2013 LPAI H7N7
Klinik Lochem, Gelderland
80 152 09-08-2012
LPAI H7N7 Subklinik
Hagestein, Utrecht 31 870
17-03-2012 LPAI H5N2
Subklinik Kelpen-Oler, Limburg
44 500 23-06-2011
LPAI H7N7 Klinik
Creil, Flevoland 47 000
25-06-2011 LPAI H7N7
Klinik Creil, Flevoland
7 000 11-05-2011
LPAI H7N7 Klinik
Kootwijkerbroek, Gelderland 8 800
22-03-2011 LPAI H7N1
Klinik Schore, Zeeland
127 500 14-05-2010
LPAI H7N4 Subklinik
Deume, Noord-Brabant 28 000
Maret-Mei 2003
HPAI H7N7 Klinik
Gelderland, Utrecht, Limburg dan Noord-Brabant
6 215 236
Sumber: OIE 2014
Keterangan: : tidak ada kasus baru
Penyakit AI di Indonesia saat ini bukan merupakan penyakit yang eksotik dan telah bersifat endemik untuk wilayah-wilayah tertentu di seluruh provinsi
kecuali provinsi Maluku Utara. Selama tahun 2014, tidak ditemukan laporan kasus AI pada provinsi Jambi, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat, Sumatera Utara,
Sulawesi Tengah, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat Ditjennak 2014. Awal kasus AI di
Indonesia telah diketahui keberadaannya pada bulan Juli 2003 di peternakan ayam petelur komersial dalam bentuk klinis. Penelitian yang dilakukan oleh Susanti et
al. 2007 dengan metode polymerase chain reaction PCR menunjukkan bahwa isolat virus memiliki subtipe H5N1, HxN1 dan H5Nx. Virus ini dibedakan
menjadi beberapa subtipe berdasarkan protein antigen yang melapisi permukaan virus yaitu haemagglutinin H dan neuraminidase N, sehingga penamaan
subtipe berdasarkan H dan N yaitu HxNx Hewajuli dan Dharmayanti 2008. Hasil laporan surveilans AI oleh Direktorat Jenderal Peternakan dari tahun 2012
hingga saat ini telah dilakukan pengambilan dan pengujian sampel dari pasar unggas hidup menggunakan uji PCR menunjukkan bahwa semua hasil negatif
terhadap H7, namun tidak untuk H5 Ditjennak 2014. Artinya saat ini belum ditemukan secara laboratorium adanya AI subtipe H7 di Indonesia.