Latar Belakang Masalah PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR KONSEP ENERGI GERAK PADA SISWA KELAS III SD NEGERI IIISENDANG, WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

IPA atau sains merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia serta makhluk lain Amien dalam Ali nugraha, 2005:3. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju. Pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju dan telah terbukti dengan adanya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan tetapi di Indonesia sendiri belum mampu mengembangkannya. Pendidikan IPA di Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK, sains penting dan menjadi tolak ukur kemajuan bangsa. Kenyataan yang terjadi di Indonesia, mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep IPA. Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran IPA serta kurikulum yang diberlakukan sesuai atau malah mempersulit pihak sekolah dan siswa didik, masalah yang dihadapi oleh pendidikan IPA sendiri berupa materi atau kurikulum, guru, fasilitas, peralatan siswa dan komunikasi antara siswa dan guru. Oleh sebab itu untuk memperbaiki pendidikan IPA diperlukan pembenahan kurikulum dan pengajaran yang tepat dalam pendidikan IPA. Masalah ini juga yang mendasari adanya kurikulum yang disempurnakan yang 1 commit to user saat ini sedang dikembangkan di sekolah-sekolah, yaitu KTSP. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam IPA telah melaju dengan pesat. Hal ini erat hubungannya dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan IPA. Perkembangan IPA yang begitu pesat menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Kreatifitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak yang harus ditingkatkan untuk dapat menyesuaikan perkembangan. Jalur yang tepat untuk meningkatkan sumber daya masyarakat adalah melalui pendidikan. Pembaharuan di bidang pendidikan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, diantaranya adalah pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menekankan keterlibatan siswa secara aktif dan berusaha menemukan konsep sendiri dalam proses pembelajaran disemua mata pelajaran termasuk IPA. Guru sebagai fasilitator memiliki peran memfasilitasi siswa-siswa untuk belajar secara maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi, metode, media dan sumber belajar. Dalam proses pembelajaran siswa sebagai titik sentral belajar, siswa yang lebih aktif, mencari dan memecahkan permasalahan belajar dan guru membantu kesulitan siswa-siswa yang mendapat kendala, kesulitan dalam memahami dan memecahkan permasalahan serta mendorong siswa untuk menggunakan keterampilan proses serta menerapkan inovasi model pembelajaran sehingga pembelajaran IPA mampu mengembangkan life skill yang merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ali Nugraha, 2005 : 10. Kenyataan menunjukkan bahwa metode pembelajaran konvensional masih mendominasi dalam proses mengajar IPA. Pembelajaran konvensional yang umum dilakukan adalah metode mengajar dalam bentuk ceramah atau metode mengajar secara informatif, pengajar lebih banyak berbicara dan bercerita untuk menginformasikan semua fakta dan konsep sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal yang disampaikan pengajar tersebut. Siswa akan memiliki banyak konsep tetapi tidak dilatih untuk menemukan dan 2 commit to user mengembangkan konsep. Guru tidak begitu peduli apakah konsep dan rumus tersebut benar atau salah, akan tetapi lebih peduli pada hasil belajar yang berupa nilai angka. Metode pembelajaran konvensional dapat menyebabkan minat belajar siswa menjadi rendah karena metode ini kurang menarik, menghalangi respon siswa dan daya minat. Salah satu tugas guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat. Suasana pembelajaran yang demikian akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar. Seorang guru harus memiliki kemampuan dalam memilih pendekatan pembelajaran dan sekaligus menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif. Ketidaktepatan penggunaan metode mengajar sering menimbulkan kejenuhan dalam mengikuti pelajaran dan materi yang diajarkan kurang dapat dipahami sehingga mengakibatkan siswa menjadi apatis. Suatu teknik yang banyak digunakan dalam pembelajaran khususnya pembelajaran IPA adalah metode praktik. Praktikum merupakan salah satu kegiatan laboratorium yang sangat berperan dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar IPA. Siswa dapat belajar melalui pengamatan langsung terhadap meteri dalam IPA, dapat melatih keterampilan berfikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah tersebut. Iklim belajar mengajar dapat dikembangkan apabila guru memberi kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan serta keterampilan fisik maupun mental sesuai dengan taraf kemampuannya. Jadi tugas guru bukan hanya memberikan pengetahuan saja, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen serta menemukan fakta dan konsep sendiri. Pembelajaran IPA juga perlu disusun sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara aktif. Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam kegiatan, maka semakin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Biasanya apabila guru berpikir tentang belajar, ia menganggap bahwa siswa sedang mengasimilasi beberapa informasi. Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang siswa menuju ke 3 commit to user pembentukan manusia seutuhnya a fully functioning person. Hal ini berarti pembelajaran yang baik harus meliputi aspek psikomotorik, aspek afektif dan aspek kognitif. Siswa akan mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh yang konkrit, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktikkannya sendiri. Perkembangan pikiran kognitif anak sesungguhnya dilandasi oleh gerakan dan perbuatan. Proses belajar mengajar yang digunakan harus berfokus pada keaktifan siswa dan guru memposisikan diri sebagai fasilitator sehingga siswa mendapatkan kesempatan seluasnya untuk mengembangkan diri sesuai dengan taraf kemampuannya dalam rangka menanamkan sikap dan nilai pada siswa. Keaktifan siswa di sekolah dasar pada umumnya masih kurang dan kegiatan pembelajaran cenderung terpusat pada guru. Hal ini disebabkan proses pembelajaran lebih menekankan pada bercerita dan mendengarkan saja, tidak terkecuali pada pokok materi energi gerak yang merupakan materi yang cukup mudah. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian menyatakan bahwa sebagian materi energi gerak merupakan percobaan. Tujuan dilaksanakannya percobaan adalah supaya siswa dapat mengamati dan mengalami secara langsung materi energi gerak sehingga siswa lebih mudah menguasai materi ini. Namun pada umumnya guru masih belum mengarahkan siswa untuk melakukan percobaan yang mendukung pengetahuan mereka tentang energi gerak yang bisa diterapkan dengan percobaan atau praktikum. Hal ini juga dipengaruhi dengan terbatasnya media yang dapat digunakan dalam pembelajaran, sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan siswa yang tidak dapat diterima secara langsung hanya sekedar teori saja. Penugasan yang diberikan kepada siswa pun hanya terbatas pada mengerjakan soal-soal di LKS. Kondisi yang demikian mengakibatkan siswa menjadi cepat bosan dan akan mempengaruhi hasil belajar siswa dalam segala aspek baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Salah satu tujuan pembelajaran di sekolah dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah meningkatnya kualitas sumber daya siswa. Salah satu indikator keberhasilan tersebut adalah tercapainya ketuntasan belajar siswa yang dicerminkan oleh nilai kognitif, nilai afektif dan nilai psikomotorik 4 commit to user yang standarnya ditentukan oleh sekolah. Adanya pemisahan penilaian kemampuan ini menyebabkan siswa mau tidak mau harus menguasai semua kompetensi tersebut. Ketuntasan dalam pembelajaran dilandasi dengan dua asumsi yaitu adanya korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensial atau bakat berdasarkan teori John B. Carrol dan pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur sehingga peserta didik akan mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanya Ali Nugraha, 2005 : 121. Hal ini tebukti dari hasil observasi awal, penulis menemukan bahwa terdapat beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran IPA yang selama ini diterapkan di kelas III SDN III Sendang, Wonogiri, antara lain: 1. metode penyampaian materi energi gerak hanya berlangsung dari satu arah pihak guru atau dikenal dengan metode ceramah, 2. kurangnya keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut pendapat dari para siswa, mereka menyampaikan bahwa kesulitan dalam mata pelajaran IPA, antara lain : a. Kesulitan dalam memahami dan menghafal konsep energi gerak yang abstrak. b. Kesulitan mengaitkan konsep energi gerak dengan kehidupan sehari-hari yang mereka alami atau yang ada di lingkungan sekitar. Hasil pengamatan menemukan bahwa rata-rata nilai IPA kelas III adalah 56,19. Jadi bisa dikatakan bahwa belum semua siswa tuntas pada mata pelajaran IPA karena masih ada nilai di bawah 65. Input siswa kelas III SDN III Sendang, Wonogiri, secara pengamatan kurang begitu berkualitas terbukti sebanyak 50 siswa kelas III memperoleh hasil di bawah nilai KKM yang telah ditentukan. Dengan kata lain 85 dari seluruh pertanyaan dapat dijawab dengan benar dan sebanyak 95 siswa mencapai taraf penguasaan yang ditentukan Benyamin S. Bloom Ali Nugraha, 2005 : 126-128. Hal ini merupakan kelemahan yang harus diperbaiki. Sebagai calon pendidik mempunyai kewajiban agar siswa mendapatkan metode pembelajaran yang terbaik sehingga proses pembelajaran IPA dapat ditingkatkan. Kelemahan- kelemahan yang selama ini terjadi dalam proses pembelajaran harus diperbaiki 5 commit to user mengingat pentingnya proses pembelajaran IPA sebagai langkah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA. Dalam meningkatkan belajar siswa khususnya ketuntasan belajar dalam konsep energi gerak perlu diterapkan suatu pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran. Pendekatan Keterampilan Proses diartikan sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas dan kreatifitas siswa untuk mengembangkan kemampuan fisik dan mental yang sudah dimiliki ke tingkat yang lebih tinggi dalam memproses perolehan belajarnya. Keterampilan proses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan atau keterampilan yang diperoleh melalui pendekatan keterampilan proses yang berupa keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Keterampilan tersebut diterapkan secara bergantian dan seimbang. Keterampilan yang diterapkan antara lain, yaitu keterampilan mengamati siswa melihat benda yang bergerak, merasakan hembusan angin, keterampilan menafsirkan siswa menafsirkan berbagai alat dan bahan yang tersedia untuk melakukan sebuah percobaan, keterampilan meramalkan siswa memprediksi gerakan turbin yang digerakkan oleh air, keterampilan mengatur alat dan bahan siswa menggunakan benda yang dapat digerakkan, keterampilan merencanakan penelitian siswa membuat percobaan energi gerak dengan membuat kincir air untuk menghidupkan lampu pada generator, keterampilan menentukan variabel-variabel siswa mengetahui serta mempraktekkan langkah kerja dalam melakukan percobaan pembuatan kincir air, keterampilan menerapkan konsep siswa menerapkan konsep gerak benda dalam pembuatan kincir air, keterampilan berkomunikasi siswa mengamati dan mendeskripsikan benda kemudian menjelaskan deskripsi tentang gerakan kincir air di depan kelas, dan keterampilan mengajukan pertanyaan siswa mengajukan pertanyaan pada guru tentang penggunaan energi gerak dalam kehidupan sehari- hari. Dengan adanya pendekatan keterampilan proses ini siswa akan belajar secara mandiri untuk menemukan pengetahuan secara langsung melalui pengalaman. Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian tindakan kelas PTK. Judul yang di ambil oleh peneliti yaitu “Penerapan Pendekatan 6 commit to user Keterampilan Proses Dalam Mencapai Ketuntasan Belajar Konsep Energi Gerak Pada Siswa Kelas III SD Negeri III Sendang, Wonogiri, Tahun Pelajaran 2010 2011.”

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Mencapai Ketuntasan Belajar pada Pokok Materi Sistem Koloid bagi Siswa Kelas XI Semester II SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang Tahun Pelajaran 200520

1 12 86

Model Pembelajaran Keseimbangan Gerak Dalam Penjasorkes Melalui Pendekatan Lingkungan Persawahan Pada Siswa Kelas III Di SD Negeri 02 Kalimas Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2010 2011

0 4 135

Pengembangan model Pembelajaran Keseimbangan Gerak Dalam Penjasorkes melalui Pendekatan Lingkungan Persawahan Pada Siswa Kelas V SD. Negeri Grabag 1 Tahun Pelajaran 2010 2011

0 8 93

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 GAGAKSIPAT, NGEMPLAK , BOYOLALI, PADA TAHUN PELAJARAN 2009 – 2010

0 4 84

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 GUNUNGJAYA TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 2 47

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS II SD NEGERI III BUBAKAN KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 6 91

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 NADI BULUKERTO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 6 93

PERANAN PENGAJARAN REMEDIAL DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK NEGERI 7 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2011/20012.

0 2 14

“Model Pembelajaran Keseimbangan Gerak Dalam Penjasorkes Melalui Pendekatan Lingkungan Persawahan Pada Siswa Kelas III SD Negeri 06 Kabunan Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 0 2

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Mencapai Ketuntasan Belajar pada Pokok Materi Sistem Koloid bagi Siswa Kelas XI Semester II SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006 ( Studi Kasus Penelitian Tindakan Kelas ).

0 1 1