PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR KONSEP ENERGI GERAK PADA SISWA KELAS III SD NEGERI IIISENDANG, WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010 2011
commit to user
PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR KONSEP
ENERGI GERAK PADA SISWA KELAS III
SD NEGERI III SENDANG, WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
LANJAR ISTIKA YUNIANTI X7109059
PROGRAM STUDI S1 PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
commit to user
PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR KONSEP
ENERGI GERAK PADA SISWA KELAS III
SD NEGERI III SENDANG, WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Disusun Oleh :
LANJAR ISTIKA YUNIANTI X7109059
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(3)
(4)
(5)
commit to user
ABSTRAK
Lanjar Istika Yunianti. X7109059. PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR KONSEP ENERGI GERAK PADA SISWA KELAS III SD NEGERI III SENDANG WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencapai ketuntasan belajar IPA siswa di kelas III SD Negeri III Sendang Wonogiri dalam pembelajaran IPA dengan penerapan Pendekatan Ketrampilan Proses.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri III Sendang Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011 berjumlah 16 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, dan tes. Sedangkan, teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif meliputi tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan penerapan Pendekatan Ketrampilan Proses dapat mencapai ketuntasan belajar IPA siswa pada materi konsep energi gerak. Ketuntasan belajar IPA siswa dapat dibuktikan dengan meningkatnya siswa yang tuntas belajar dengan memperoleh nilai KKM > 65, yaitu: sebelum tindakan sebanyak 7 siswa tuntas (43,75%), kemudian pada siklus I menjadi 10 siswa tuntas (62,50%), selanjutnya pada siklus II meningkat kembali menjadi 11 siswa tuntas (68,75%), dan pada siklus III terjadi peningkatan menjadi 14 siswa tuntas (87,50%). Selain itu, nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa pada kondisi awal adalah 55,5, pada siklus I nilai rata hasil belajar IPA siswa menjadi 70,81, kemudian pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa menjadi 77,66, dan nilai rata-rata-rata-rata hasil belajar pada siklus III meningkat menjadi 86,13.
Dengan demikian, penerapan Pendekatan Ketrampilan Proses dapat digunakan untuk mencapai ketuntasan belajar IPA siswa kelas III SD Negeri III Sendang Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011.
(6)
commit to user
ABSTRACT
Lanjar Istika Yunianti. X7109059. APPLICATION OF PROCESS SKILL APPROACH IN ACHIEVING EXHAUSTIVENESS LEARNING CONCEPTS OF MOTION ENERGY IN THE THIRD GRADE STUDENTS OF SD NEGERI III SENDANG WONOGIRI OF 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, June 2011.
Purpose of research was to achieve exhaustiveness studying science student in third grade SD Negeri III Sendang Wonogiri in learning science with Application of Process Skills Approach.
Method used in this study was classroom action research it conducted three cycles. The research procedure consists of four stages including planning, action implementation, observation, and reflection. Subjects used in the research were third grade students of SD Negeri III Sendang Wonogiri 2010/2011 Academic Year, amounting to 16 students consisting of 9 male students and 7 female students. The data collection techniques used were questionnaires, observation, and tests. Whereas, data analysis technique used is an interactive analytical includes three components, namely data reduction, data presentation, and conclusion drawing or verification.
Based on the results of research can be concluded that with application of science learning process skills approach can achieve exhaustiveness students science learn concepts of energy motion. Exhaustiveness students science learn can be proved with the increase of students study completed by obtaining value of KKM > 65, were before action of 7 students completed (43.75%), then on first cycle to 10 students complete (62.50%), then in the second cycle of increased again to 11 students complete (68.75%), and the third cycle there was increased to 14 students complete (87.50%). In addition, average grade of evaluation test on science learning in beginning condition was 55,5. In first cycle, the average grade increased to 70.81, then in second cycle the average grade to 77,66. And the third cycle there was increased to 86.13.
Thereby, Application Of Process Skill Approach can be used to Achieving Exhaustiveness Learning Concepts Of Motion Energy In The Third Grade Students Of SD Negeri III Sendang Wonogiri Of 2010/2011 Academic Year.
(7)
commit to user
MOTTO
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman), dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia Shalat”
(Q.S Al. A’la : 14-15)
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, akarnya teguh, dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya”
(Q.S Ibrahim : 24-25)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(8)
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
• Ayahku (Joko Purwono) dan ibuku tercinta (Dwi Lasmini) yang selalu memberiku cinta, kasih sayang, doa serta semangat dan dukungan untuk
menjadi orang yang lebih baik.
• Kakakku (Lanjar Ismi Dwi Jayanti) dan adikku (Lanjar Arga Anggara) yang
selalu memberikan dukungan serta keceriaan.
• Teman-temanku S1 PGSD Angkatan 2009 khususnya kelas B, terima kasih
atas semangat persahabatan kalian yang mewarnai hidupku.
• Keluarga besar FKIP Universitas Sebelas Maret dan almamaterku tercinta yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi masa depanku yang cerah.
(9)
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR KONSEP ENERGI GERAK PADA SISWA KELAS III SD NEGERI III SENDANG WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011”, guna memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi,
2. Drs. R. Indianto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan persetujuan skripsi,
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar,
5. Drs. Kartono, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
serta dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar,
6. Dra. Mg. Dwijiastuti, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan serta dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar,
7. Dra. Siti Wahyuningsih, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran, arahan, serta bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
(10)
commit to user
8. Umiyati, S.Pd, selaku Kepala SD Negeri III Sendang Wonogiri yang telah
memberikan izin kepada penulis melakukan penelitian tindakan kelas,
9. Joko Purwono, S.Pd, selaku Guru Kelas III SD Negeri III Sendang Wonogiri
yang telah memberikan bantuan serta saran kepada penulis selama melakukan penelitian tindakan kelas,
10. Teman-temanku S1 PGSD Angkatan 2009 yang telah memberikan dukungan, semangat, dan kerja sama selama ini, dan
11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas bantuannya terhadap penulis skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan penulis di kemudian hari akan penulis terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca.
Surakarta, Juni 2011
(11)
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
HALAMAN ABSTRACT ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR GRAFIK ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ...
1 7 7 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ... 1. Proses Belajar Mengajar ... 2. Pendidikan IPA ... 3. Pendekatan Keterampilan Proses ... 4. Ketuntasan Belajar ... B. Kerangka Berpikir ... C. Penelitian Relevan ... D. Hipotesis ...
9 9 11 15 23 30 32 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian ... B. Subyek Penelitian ... C. Sumber Data ... D. Teknik Pengumpulan Data ... E. Teknik Analisis Data ...
35 36 36 36 37
(12)
commit to user
F. Indikator Kinerja ... G. Prosedur Penelitian ...
39 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Awal Sebelum Tindakan ... B. Deskripsi Tindakan Penelitian ... C. Pembahasan Hasil Penelitian ...
44 46 65 BAB V PENUTUP
A. Simpulan ... B. Implikasi ... C. Saran ...
67 68 68 DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN ... 72
(13)
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rubrik Penilaian Percobaaan ... 28 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas III SD Negeri III Sendang Pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan ... 44 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas III SD Negeri III Sendang Pada Siklus I ... 50 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas III SD Negeri III Sendang Pada Siklus II ... 56 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas III SD Negeri III Sendang Pada Siklus III ... 63
Tabel 6. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III SD Negeri III
(14)
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Rumus Hitung Hasil Nilai Siswa ... 27
Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir ... 32
Gambar 3. Bagan Teknik Analisis Data ... 38
Gambar 4. Gambaran Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 40
Gambar 5. Siswa Melakukan Percobaan Gerak Benda ... 97
Gambar 6. Siswa Menuliskan Hasil Kerja Kelompok ... 97
Gambar 7. Siswa Bekerja Kelompok Saat Percobaan Gerak Benda 97 Gambar 8. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi Siklus I ... 97
Gambar 9. Siswa Membuat Laporan Dari Percobaan Gerak Benda 97 Gambar 10. Guru Mengawasi Siswa Saat Mengerjakan Soal Evaluasi ... 97
Gambar 11. Siswa Mempersiapkan Untuk Melakukan Percobaan Membuat Kincir Angin ... 124
Gambar 12. Siswa Memperlihatkan Hasil Kerja Kelompok Membuat Kincir Angin ... 124
Gambar 13. Siswa Bekerja Kelompok Saat Percobaan Membuat Kincir Angin ... 124
Gambar 14. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi Akhir Siklus II ... 124
Gambar 15. Guru Mengawasi Siswa Saat Mengerjakan Soal ... 124
Gambar 16. Guru Member Pengarahan Pada Siswa Dalam Melakukan Percobaan Kincir Air ... 150
Gambar 17. Siswa Bekerja Sama Merangkai Kincir Air ... 150
Gambar 18. Guru Kelas Ikut Membimbing Saat Percobaan Berlangsung ... 150
Gambar 19. Siswa Merangkai Kincir Air ... 150
Gambar 20. Siswa Membuat Rangka Kincir Air ... 150
Gambar 21. Guru Dan Siswa Melakukan Percobaan Menghidupkan Lampu Pijar ... 150 Gambar 22. Hasil Percobaan Lampu Pijar Menyala ... 151
Gambar 23. Siswa Membuat Laporan Ddari Percobaan Kincir Air .. 151
Gambar 24. Guru Mengawasi Siswa Saat Mengerjakan Soal Evaluasi ... 151
(15)
commit to user
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Grafik Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III
SD Negeri III Sendang Pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan .... 45
Grafik 2 Grafik Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SD Negeri III Sendang Pada Siklus I ... 50 Grafik 3 Grafik Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III
SD Negeri III Sendang Pada Siklus II ... 57 Grafik 4 Grafik Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III
SD Negeri III Sendang Pada Siklus III ... 64 Grafik 5 Grafik Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III SD
Negeri III Sendang Pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ... 66
(16)
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian PTK... 72
Lampiran 2 Nilai Hasil Belajar dan Ketuntasan Kondisi Awal ... 73
Lampiran 3 Silabus Kelas III Semester II ... 74
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 75
Lampiran 5 Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan I ... 84
Lampiran 6 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan I ... 87
Lampiran 7 Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan II ... 90
Lampiran 8 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan II ... 93
Lampiran 9 Angket Refleksi Siswa Setelah Siklus I ... 96
Lampiran 10 Foto Pelaksanaan Siklus I ... 97
Lampiran 11 Nilai Hasil Belajar dan Ketuntasan Siklus I ... 98
Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 99
Lampiran 13 Lembar Observasi Guru Siklus II Pertemuan I ... 111
Lampiran 14 Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan I ... 114
Lampiran 15 Lembar Observasi Guru Siklus II Pertemuan II ... 117
Lampiran 16 Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan II ... 120
Lampiran 17 Angket Refleksi Siswa Setelah Siklus II ... 123
Lampiran 18 Foto Pelaksanaan Siklus II ... 124
Lampiran 19 Nilai Hasil Belajar dan Ketuntasan Siklus II ... 125
Lampiran 20 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 126
Lampiran 21 Lembar Observasi Guru Siklus III Pertemuan I ... 137
Lampiran 22 Lembar Observasi Siswa Siklus III Pertemuan I ... 140
Lampiran 23 Lembar Observasi Guru Siklus III Pertemuan II ... 143
Lampiran 24 Lembar Observasi Siswa Siklus III Pertemuan II ... 146
Lampiran 25 Angket Refleksi Siswa Setelah Siklus III ... 149
Lampiran 26 Foto Pelaksanaan Siklus III ... 150
Lampiran 27 Nilai Hasil Belajar dan Ketuntasan Siklus III ... 152
(17)
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
IPA atau sains merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia serta makhluk lain (Amien dalam Ali nugraha, 2005:3). Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju. Pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju dan telah terbukti dengan adanya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan tetapi di Indonesia sendiri belum mampu mengembangkannya. Pendidikan IPA di Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sains penting dan menjadi tolak ukur kemajuan bangsa. Kenyataan yang terjadi di Indonesia, mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep IPA. Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran IPA serta kurikulum yang diberlakukan sesuai atau malah mempersulit pihak sekolah dan siswa didik, masalah yang dihadapi oleh pendidikan IPA sendiri berupa materi atau kurikulum, guru, fasilitas, peralatan siswa dan komunikasi antara siswa dan guru.
Oleh sebab itu untuk memperbaiki pendidikan IPA diperlukan pembenahan kurikulum dan pengajaran yang tepat dalam pendidikan IPA. Masalah ini juga yang mendasari adanya kurikulum yang disempurnakan yang
(18)
commit to user
saat ini sedang dikembangkan di sekolah-sekolah, yaitu KTSP. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah melaju dengan pesat. Hal ini erat hubungannya dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan IPA. Perkembangan IPA yang begitu pesat menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Kreatifitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak yang harus ditingkatkan untuk dapat menyesuaikan perkembangan. Jalur yang tepat untuk meningkatkan sumber daya masyarakat adalah melalui pendidikan. Pembaharuan di bidang pendidikan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, diantaranya adalah pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menekankan keterlibatan siswa secara aktif dan berusaha menemukan konsep sendiri dalam proses pembelajaran disemua mata pelajaran termasuk IPA. Guru sebagai fasilitator memiliki peran memfasilitasi siswa-siswa untuk belajar secara maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi, metode, media dan sumber belajar. Dalam proses pembelajaran siswa sebagai titik sentral belajar, siswa yang lebih aktif, mencari dan memecahkan permasalahan belajar dan guru membantu kesulitan siswa-siswa yang mendapat kendala, kesulitan dalam memahami dan memecahkan permasalahan serta mendorong siswa untuk menggunakan keterampilan proses serta menerapkan inovasi model pembelajaran sehingga pembelajaran IPA mampu mengembangkan life skill yang merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ali Nugraha, 2005 : 10).
Kenyataan menunjukkan bahwa metode pembelajaran konvensional masih mendominasi dalam proses mengajar IPA. Pembelajaran konvensional yang umum dilakukan adalah metode mengajar dalam bentuk ceramah atau metode mengajar secara informatif, pengajar lebih banyak berbicara dan bercerita untuk menginformasikan semua fakta dan konsep sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal yang disampaikan pengajar tersebut. Siswa akan memiliki banyak konsep tetapi tidak dilatih untuk menemukan dan
(19)
commit to user
mengembangkan konsep. Guru tidak begitu peduli apakah konsep dan rumus tersebut benar atau salah, akan tetapi lebih peduli pada hasil belajar yang berupa nilai angka. Metode pembelajaran konvensional dapat menyebabkan minat belajar siswa menjadi rendah karena metode ini kurang menarik, menghalangi respon siswa dan daya minat. Salah satu tugas guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat. Suasana pembelajaran yang demikian akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar. Seorang guru harus memiliki kemampuan dalam memilih pendekatan pembelajaran dan sekaligus menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif. Ketidaktepatan penggunaan metode mengajar sering menimbulkan kejenuhan dalam mengikuti pelajaran dan materi yang diajarkan kurang dapat dipahami sehingga mengakibatkan siswa menjadi apatis.
Suatu teknik yang banyak digunakan dalam pembelajaran khususnya pembelajaran IPA adalah metode praktik. Praktikum merupakan salah satu kegiatan laboratorium yang sangat berperan dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar IPA. Siswa dapat belajar melalui pengamatan langsung terhadap meteri dalam IPA, dapat melatih keterampilan berfikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah tersebut. Iklim belajar mengajar dapat dikembangkan apabila guru memberi kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan serta keterampilan fisik maupun mental sesuai dengan taraf kemampuannya. Jadi tugas guru bukan hanya memberikan pengetahuan saja, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen serta menemukan fakta dan konsep sendiri. Pembelajaran IPA juga perlu disusun sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara aktif. Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam kegiatan, maka semakin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Biasanya apabila guru berpikir tentang belajar, ia menganggap bahwa siswa sedang mengasimilasi beberapa informasi. Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang siswa menuju ke
(20)
commit to user
pembentukan manusia seutuhnya (a fully functioning person). Hal ini berarti pembelajaran yang baik harus meliputi aspek psikomotorik, aspek afektif dan aspek kognitif. Siswa akan mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh yang konkrit, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktikkannya sendiri. Perkembangan pikiran (kognitif) anak sesungguhnya dilandasi oleh gerakan dan perbuatan. Proses belajar mengajar yang digunakan harus berfokus pada keaktifan siswa dan guru memposisikan diri sebagai fasilitator sehingga siswa mendapatkan kesempatan seluasnya untuk mengembangkan diri sesuai dengan taraf kemampuannya dalam rangka menanamkan sikap dan nilai pada siswa.
Keaktifan siswa di sekolah dasar pada umumnya masih kurang dan kegiatan pembelajaran cenderung terpusat pada guru. Hal ini disebabkan proses pembelajaran lebih menekankan pada bercerita dan mendengarkan saja, tidak terkecuali pada pokok materi energi gerak yang merupakan materi yang cukup mudah. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian menyatakan bahwa sebagian materi energi gerak merupakan percobaan. Tujuan dilaksanakannya percobaan adalah supaya siswa dapat mengamati dan mengalami secara langsung materi energi gerak sehingga siswa lebih mudah menguasai materi ini. Namun pada umumnya guru masih belum mengarahkan siswa untuk melakukan percobaan yang mendukung pengetahuan mereka tentang energi gerak yang bisa diterapkan dengan percobaan atau praktikum.
Hal ini juga dipengaruhi dengan terbatasnya media yang dapat digunakan dalam pembelajaran, sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan siswa yang tidak dapat diterima secara langsung hanya sekedar teori saja. Penugasan yang diberikan kepada siswa pun hanya terbatas pada mengerjakan soal-soal di LKS. Kondisi yang demikian mengakibatkan siswa menjadi cepat bosan dan akan mempengaruhi hasil belajar siswa dalam segala aspek baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Salah satu tujuan pembelajaran di sekolah dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah meningkatnya kualitas sumber daya siswa. Salah satu indikator keberhasilan tersebut adalah tercapainya ketuntasan belajar siswa yang dicerminkan oleh nilai kognitif, nilai afektif dan nilai psikomotorik
(21)
commit to user
yang standarnya ditentukan oleh sekolah. Adanya pemisahan penilaian kemampuan ini menyebabkan siswa mau tidak mau harus menguasai semua kompetensi tersebut. Ketuntasan dalam pembelajaran dilandasi dengan dua asumsi yaitu adanya korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensial atau bakat (berdasarkan teori John B. Carrol) dan pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur sehingga peserta didik akan mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanya (Ali Nugraha, 2005 : 121).
Hal ini tebukti dari hasil observasi awal, penulis menemukan bahwa terdapat beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran IPA yang selama ini diterapkan di kelas III SDN III Sendang, Wonogiri, antara lain:
1. metode penyampaian materi energi gerak hanya berlangsung dari satu arah (pihak guru) atau dikenal dengan metode ceramah,
2. kurangnya keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut pendapat dari para siswa, mereka menyampaikan bahwa kesulitan dalam mata pelajaran IPA, antara lain :
a. Kesulitan dalam memahami dan menghafal konsep energi gerak yang abstrak.
b. Kesulitan mengaitkan konsep energi gerak dengan kehidupan sehari-hari yang mereka alami atau yang ada di lingkungan sekitar.
Hasil pengamatan menemukan bahwa rata-rata nilai IPA kelas III adalah 56,19. Jadi bisa dikatakan bahwa belum semua siswa tuntas pada mata pelajaran IPA karena masih ada nilai di bawah 65. Input siswa kelas III SDN III Sendang, Wonogiri, secara pengamatan kurang begitu berkualitas terbukti sebanyak 50 % siswa kelas III memperoleh hasil di bawah nilai KKM yang telah ditentukan. Dengan kata lain 85% dari seluruh pertanyaan dapat dijawab dengan benar dan sebanyak 95% siswa mencapai taraf penguasaan yang ditentukan Benyamin S. Bloom (Ali Nugraha, 2005 : 126-128).
Hal ini merupakan kelemahan yang harus diperbaiki. Sebagai calon pendidik mempunyai kewajiban agar siswa mendapatkan metode pembelajaran yang terbaik sehingga proses pembelajaran IPA dapat ditingkatkan. Kelemahan-kelemahan yang selama ini terjadi dalam proses pembelajaran harus diperbaiki
(22)
commit to user
mengingat pentingnya proses pembelajaran IPA sebagai langkah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA.
Dalam meningkatkan belajar siswa khususnya ketuntasan belajar dalam konsep energi gerak perlu diterapkan suatu pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran. Pendekatan Keterampilan Proses diartikan sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas dan kreatifitas siswa untuk mengembangkan kemampuan fisik dan mental yang sudah dimiliki ke tingkat yang lebih tinggi dalam memproses perolehan belajarnya. Keterampilan proses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan atau keterampilan yang diperoleh melalui pendekatan keterampilan proses yang berupa keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Keterampilan tersebut diterapkan secara bergantian dan seimbang. Keterampilan yang diterapkan antara lain, yaitu keterampilan mengamati (siswa melihat benda yang bergerak, merasakan hembusan angin), keterampilan menafsirkan (siswa menafsirkan berbagai alat dan bahan yang tersedia untuk melakukan sebuah percobaan), keterampilan meramalkan (siswa memprediksi gerakan turbin yang digerakkan oleh air), keterampilan mengatur alat dan bahan (siswa menggunakan benda yang dapat digerakkan), keterampilan merencanakan penelitian (siswa membuat percobaan energi gerak dengan membuat kincir air untuk menghidupkan lampu pada generator), keterampilan menentukan variabel-variabel (siswa mengetahui serta mempraktekkan langkah kerja dalam melakukan percobaan pembuatan kincir air), keterampilan menerapkan konsep (siswa menerapkan konsep gerak benda dalam pembuatan kincir air), keterampilan berkomunikasi (siswa mengamati dan mendeskripsikan benda kemudian menjelaskan deskripsi tentang gerakan kincir air di depan kelas), dan keterampilan mengajukan pertanyaan (siswa mengajukan pertanyaan pada guru tentang penggunaan energi gerak dalam kehidupan sehari-hari). Dengan adanya pendekatan keterampilan proses ini siswa akan belajar secara mandiri untuk menemukan pengetahuan secara langsung melalui pengalaman.
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Judul yang di ambil oleh peneliti yaitu “Penerapan Pendekatan
(23)
commit to user
Keterampilan Proses Dalam Mencapai Ketuntasan Belajar Konsep Energi Gerak Pada Siswa Kelas III SD Negeri III Sendang, Wonogiri, Tahun Pelajaran 2010 / 2011.”
B. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses dapat mencapai ketuntasan belajar pada pokok materi energi gerak bagi siswa kelas III SD Negeri III Sendang, Wonogiri tahun pelajaran 2010 / 2011 ?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah yang ada, maka tujuan dalam penelitian ini adalah : untuk mencapai ketuntasan belajar siswa melalui penerapan pendekatan keterampilan proses pada pokok materi energi gerak bagi siswa kelas III SD Negeri III Sendang, Wonogiri tahun pelajaran 2010 / 2011.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis
Sebagai referensi atau sumber informasi untuk dapat melaksanakan suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar mengajar. 2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
Dapat meningkatkan ketrampilan berpikir siswa, kerjasama dan komunikasi, serta mempunyai keberanian dalam mengemukakan pendapatnya di dalam kelas
b. Manfaat bagi guru
1) Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan terbaik bagi siswa.
(24)
commit to user
2) Semakin mantap dalam mempersiapkan diri dalam proses pembelajaran.
c. Manfaat bagi sekolah
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan implementasi pelaksanaan KTSP di sekolah.
(25)
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Proses Belajar dan Mengajar a. Pengertian Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon (John Locke dalam Wina Sanjaya, 2006 : 114).
Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman (W.S. Winkel, 2007 : 56-68).
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Ngalim Purwanto dalam http://edukasi.kompasiana.com, 5 Mei 2011)
Berdasarkan definisi belajar menurut beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk memperoleh sesuatu hal di mana terjadi perubahan tingkah laku yang disebabkan karena adanya pengalaman.
Ciri khas bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah dengan adanya perubahan pada diri orang tersebut, yaitu dari belum mampu menjadi mampu. Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi perubahan berbagai aspek, yaitu: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, ketrampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap (Oemar Hamalik, 2008 : 30)
Dalam proses belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada (Oemar Hamalik, 20008 : 32). Faktor-faktor itu adalah faktor kegiatan, latihan, keberhasilan, pengetahuan, asosiasi, pengalaman, kesiapan belajar, minat dan usaha, fisiologis, dan intelegensi.
(26)
commit to user b. Pengertian Mengajar
Mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses ini sering juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu. Mentransfer diartikan sebagai proses menyebarluaskan atau menanamkan pengetahuan atau ketrampilan (Wina Sanjaya, 2008 : 96).
Mengajar dapat diartikan sebagai (1) menyampaikan pengetahuan kepada siswa, (2) mewariskan kebudayaan kepada generasi muda, (3) usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa, (4) memberikan bimbingan belajar kepada murid, (5) kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, (6) suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari (Oemar Hamalik, 2008 : 44-53).
Mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu (Arifin dalam http://edukasi.kompasiana.com, 5 Mei 2011).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan dan bahkan menanamkan sebuah informasi atau pengetahuan terhadap seseorang atau peserta didik agar mampu menguasai dan mengembangkan pengetahuan tersebut untuk menjadi bekal dalam menghadapi kehidupan dalam masyarakat.
c. Metode Mengajar
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Wina Sanjaya, 2008 : 147). Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara mengajar untuk mencapai tujuan. Semakin baik metode mengajar seorang guru maka semakin efektif pula pencapaian tujuannya. Seorang guru harus menetapkan terlebih dahulu metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan sebelum mengajar di kelas.
Dalam memilih metode mengajar yang akan digunakan perlu dipertimbangkan faktor-faktor tertentu antara lain : kesesuaiannya dengan dengan
(27)
commit to user
tujuan instruksional serta keterlaksanaannya dilihat dari waktu dan sarana yang ada (Ibrahim dan Nana Syaodih, 2003 : 108).
2. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar a. Hakekat IPA
Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam” yang merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat sering disebut ”Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (M. Iskandar, 2001 : 2).
Webster’s : New Collegiate Dictionary (1981) menyatakan “natural science is knowledge concernedwith the physical world and its phenomena”, yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Sedangkan di dalam Purnell’s : Concise Dictionary of Science (1983) tercantum definisi “Science is the broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and explained by means of ruler, laws, principles, theories, and hyphotheses”, artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis (M. Iskandar, 2001 : 2).
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains dianggap sebagai cara berpikir yang benar, penalaran logis untuk menarik kesimpulan khusus dari berbagai fenomena yang bersifat umum (Aristoteles dalam Ali Nugraha, 2005 : 4).
IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait
(28)
commit to user
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abu Ahmadi dalam Ali Nugraha, 2005 : 3).
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan untuk mempelajari tentang alam. Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya.
b. Energi Gerak
Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Benda tak hidup pun dapat bergerak jika ada yang menggerakkannya. Contohnya, anak berlari, burung terbang, katak melompat, bola menggelinding karena ditendang, air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, dan sebagainya. Mengapa benda dapat bergerak? Benda dapat bergerak karena ada tenaga yang menggerakkannya. Gerak benda dapat terjadi dengan berbagai cara. Ada yang bergerak dengan berlari, ada yang bergerak dengan berjalan, ada yang bergerak dengan terbang, ada yang bergerak di atas air, ada yang bergerak cepat, ada yang bergerak lambat, dan sebagainya. Benda yang dapat bergerak cepat, antara lain, sepeda motor, mobil, dan pesawat terbang. Benda yang bergerak lambat, antara lain, jarum jam, daun rontok, dan siput berjalan. Kamu dapat menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran, tempat atau kedudukan. Macam-macam gerak pada benda, antara lain, jatuh, mengalir, memantul, menggelinding, berputar, dan tenggelam (Priyono & Titik Sayekti, 2008 : 107).
Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Jadi, segala sesuatu dapat melakukan kegiatan atau usaha jika mempunyai energi. Energi gerak disebut juga energi kinetik. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak. Contohnya, air yang mengalir, angin, orang yang berlari,
(29)
commit to user
kereta yang berjalan, dan roda yang berputar (Priyono & Titik Sayekti, 2008 : 120).
Energi tidak dapat kita lihat secara langsung sehingga untuk mengukur energi yang digunakan tidak dapat dilakukan secara langsung. Mengukur energi secara tidak langsung adalah dengan cara mengamati pengaruh yang ditimbulkan oleh energi itu pada suatu benda. Misalnya, energi panas dapat menyebabkan suhu benda meningkat (makin panas). Besar kecilnya kenaikan suhu suatu benda dapat digunakan untuk menunjukkan besar kecilnya energi panas yang diterima oleh benda tersebut. Makin tinggi suhunya, maka jumlah energi panas yang diterima benda tersebut makin besar. Jadi, meskipun tidak dapat kita lihat, energi panas (termasuk energi-energi yang lain) dapat kita rasakan keberadaannya (Priyono & Titik Sayekti, 2008 : 127).
Berbagai sumber energi gerak, antara lain : a. Baterai
Di dalam baterai terdapat zat kimia yang dapat menghasilkan energi kimia. Saat baterai digunakan, energi kimia tersebut berubah menjadi energi listrik. Ukuran baterai bermacam-macam, ada yang besar, ada pula yang kecil. Baterai merupakan sumber energi yang sangat praktis dan mudah dibawa kemana-mana. Namun, energi listrik yang dihasilkan baterai tidak begitu besar. Contohnya pada mainan mobil-mobilan yang menggunakan baterai yang dapat menghasilkan energi listrik yang kemudian diubah menjadi energi gerak (Priyono & Titik Sayekti, 2008 : 128-129).
b. Air
Air biasanya mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Aliran air dapat menghasilkan energi. Contohnya, air terjun. Jadi, air terjun juga merupakan sumber energi. Umumnya, air terjun mempunyai aliran air dalam jumlah besar sehingga dapat menghasilkan energi yang besar pula. Energi yang berasal dari aliran air terjun dapat digunakan untuk memutar turbin pada pusat pembangkit energi listrik. Putaran yang dihasilkan turbin dapat menggerakkan generator listrik sehingga energi listrik dapat dihasilkan. Pembangkit listrik
(30)
commit to user
tenaga air dikenal dengan singkatan PLTA (Priyono & Titik Sayekti, 2008 : 130).
c. Angin
Angin adalah udara yang bergerak. Angin menyimpan energi. Jadi, angin juga termasuk sumber energi. Manusia telah memanfaatkan energi angin sejak dahulu. Misalnya, untuk menggerakkan perahu layar, layang-layang, dan kincir angin. Saat ini, angin juga dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik, tetapi masih terbatas pada negara-negara tertentu (Priyono & Titik Sayekti, 2008 : 130-131).
Salah satu tujuan dari adanya penggunaan sumber energi gerak adalah : menggerakkan suatu benda. Energi apa yang digunakan mobil? Mobil dan kendaraan bermotor menggunakan energi gerak. Energi gerak tersebut, umumnya diperoleh dari bahan bakar bensin atau solar sehingga kendaraan dapat berjalan. Nelayan yang mempunyai perahu layar, memanfaatkan energi gerak yang berasal dari angin saat akan melaut. Energi gerak tersebut digunakan untuk menggerakkan perahu layarnya. Dapatkah kamu menunjukkan contoh penggunaan energi gerak yang lain? (Angin adalah salah satu sumber energi yang paling lama dikenal dan dimanfaatkan orang. Angin sudah digunakan untuk menggerakkan kapal layar sejak tahun 3500 sebelum masehi).
Konsep energi dalam kehidupan sehari-hari meliputi : a. Kincir Air
Kincir air adalah salah satu jenis alat yang memanfaatkan kekuatan air. Apakah kegunaan kincir air? Kincir air dapat digunakan untuk mengangkat air dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi. Kincir air juga bisa digunakan untuk memutar generator pembangkit energi listrik. Di zaman serba modern ini, mungkin kincir sudah jarang dijumpai. Kincir air: suatu alat yang terdiri dari roda serta perlengkapan-perlengkapan lain yang digerakkan oleh aliran air (Priyono & Titik Sayekti, 2008 : 138).
(31)
commit to user b. Kincir Angin
Kincir angin: suatu alat yang terdiri atas baling-baling dan perlengkapan-perlengkapan lain yang digerakkan oleh aliran udara (Priyono & Titik Sayekti, 2008 : 141).
3. Pendekatan Keterampilan Proses a. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru (Semiawan dalam Noehi Nasution, 2007 : 1.8).
Pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik (Dimyati dan Mudjiono dalam Soli Abimanyu, 2009 : 5.3).
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Untuk mengungkapkan fakta-fakta dan menemukan konsep-konsep perlu dilakukan suatu proses yang dapat mengungkapkan dan menemukan fakta dan konsep IPA. Proses-proses yang digunakan untuk mengungkapkan dan menemukan fakta serta menumbuhkan sikap dan nilai konsep yang dilakukan oleh seorang ilmuwan yang disebut ketrampilan proses.
Keterampilan proses merupakan teknik pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang telah ada dalam diri siswa. Dalam hal ini: (1) pendekatan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan. (2) mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceriterakan atau mendengarkan ceritera
(32)
commit to user
tentang ilmu pengetahuan. Di sisi yang lain, siswa merasa bahagia sebab mereka aktif dan tidak menjadi si pelajar yang pasif, dan (3) menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus (Funk dalam Noehi Nasution, 2007 : 1.7).
Pendekatan Keterampilan Proses memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan. Konsekuensi yang harus diterima dengan penerapan Pendekatan Keterampilan Proses ini, guru tidak saja dituntut untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan. Lebih dari pada itu, guru hendaknya juga menanamkan sikap dan nilai sebagai ilmuwan kepada para siswanya. Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik,dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.
Pendekatan pembelajaran proses adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan ketrampilan proses yang digunakan untuk mengungkap dan menemukan fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dilakukan oleh murid. Proses pembelajaran dengan pendekatan ini dimulai dari obyek nyata atau obyek yang sebenarnya dengan menggunakan pengalaman langsung, sehingga siswa diharapkan terjun dalam kegiatan belajar mengajar yang lebih realistis, dan anak juga diajak ,dilatih, dan dibiasakan melakukan observasi langsung dan membuat kesimpulan sendiri. Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian tentang Pendekatan keterampilan Proses ini adalah berikut :
1. Pendekatan Keterampilan Proses sebagai wahana penemuan dan pengembangan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan pada diri siswa.
(33)
commit to user
2. Fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan siswa berperan pula menunjang pengembangan keterampilan proses pada diri siswa, dan
3. Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep serta prinsip ilmu pengetahuan, pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa. Dengan demikian unsur keterampilan proses, ilmu pengetahuan, serta sikap dan nilai yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yang menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses, saling berinteraksi dan berpengaruh satu dengan yang lain.
b. Jenis-jenis Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses dalam IPA dibagi menjadi dua kelompok menurut Esler dan Esler (Noehi Nasution, 2007 : 1.36), yaitu :
1) Keterampilan Dasar
Keterampilan dasar meliputi keterampilan observasi (pengamatan), pengelompokkan (mengklasifikasi), pengukuran, menghubungkan ruang dan waktu, meramalkan (memprediksi), mengkomunikasikan, menarik kesimpulan.
2) Keterampilan Terintegrasi
Keterampilan terintegrasi meliputi keterampilan menerapkan konsep, mengajukan pertanyaan, mendefinisi, menyusun hipotesis, menafsirkan data, mengontrol variabel, mengatur alat dan bahan, melakukan percobaan.
Berdasarkan pengelompokkan tersebut akan diambil beberapa keterampilan yang akan diterapkan dalam konsep energi gerak bagi siswa kelas III, antara lain :
1) Keterampilan Mengamati
Keterampilan mengamati atau mengobservasi adalah keterampilan yang dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat-sifat dari objek-objek atau kejadian-kejadian (Esler dan Esler dalam Noehi Nasution, 2007 : 1.9). Definisi serupa disampaikan oleh Abruscato (Noehi Nasution, 2007 : 1.9)
(34)
commit to user
yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh informasi atau data mengenai benda atau kejadian. Jadi keterampilan mengobservasi adalah keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera.
Melalui mengamati kita belajar tentang dunia sekitar kita yang fantastis. manusia mengamati obyek-obyek dengan fenomena alam melalui panca indra: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa/pengecap. Informasi yang kita peroleh, dapat menuntun keingintahuan, mempertanyakan, memikirkan, melakukan interprestasi tentang lingkungan kita, dan meneliti lebih lanjut. Selain itu, kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal esensial untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses lain. Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap berbagai obyek dan peristiwa alam dengan menggunakan panca indra. Dengan kata lain, melalui observasi kita mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan kita.
Mengamati memiliki dua sifat utama, yakni sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam pelaksanaannya hanya menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi. Contoh kegiatan mengamati yang bersifat kualitatif ialah menentukan warna (penglihatan), mengenali suara jengkerik (pendengaran), membandingkan rasa manis gula dengan sakarin (pengecap), menentukan struktur suatu obyek (perabaan), mengenal bau tajam amoniak (penciuman). Mengamati bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanaannya selain menggunakan panca indera, juga digunakan peralatan lain yang memberi informasi khusus dan tepat. Contoh kegiatan mengamati yang bersifat kuantitatif ialah menghitung panjang ruang kelas dengan satuan ukuran tegel, menentukan titik didih air dengan bantuan thermometer, membedakan luas daerah satu dengan daerah lain, dan kegiatan lain yang sejenis.
Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi dalam pembelajaran konsep energi gerak adalah melihat benda yang bergerak dan merasakan hembusan angin.
(35)
commit to user 2) Keterampilan Menafsirkan
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato (Nasution, 2007 : 1.49), menyimpulkan secara sementara adalah menggunakan logika untuk membuat kesimpulan dari apa yang diobservasi. Keterampilan menginferensi yaitu keterampilan proses menafsirkan sesuatu berupa benda, peristiwa, konsep, atau informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan, penelitian, atau eksperimen. Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah menafsirkan berbagai alat dan bahan yang tersedia untuk membuat sebuah percobaan.
3) Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentang apa yang akan terjadi pada observasi yang akan datang atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Nasution, 2007 : 1.55). Keterampilan memprediksi menurut Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang berdasarkan dari kejadian-kejadian yang terjadi sekarang, keterampilan menggunakan grafik untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan-terkaan atau dugaan-dugaan. (Nasution, 2007 : 1.55).
Keterampilan memprediksi yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau informasi. Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui.
Suatu prediksi merupakan suatu ramalan dari apa yang kemudian hari dapat diamati. Untuk dapat membuat prediksi yang dapat dipercaya tentang obyek dan peristiwa maka dapat dilakukan dengan memperhitungkan penentuan secara tepat perilaku terhadap lingkungan kita. Keteraturan dalam lingkungan kita mengijinkan untuk mengenal pola-pola dan untuk memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati kemudian
(36)
commit to user
hari. Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan atas pola atau kecenderungan tertentu, atau keterhubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. Contoh dari kegiatan ini adalah memprediksi gerakan turbin yang digerakkan oleh air.
4) Keterampilan Mengatur alat dan bahan
Yang dimaksudkan dengan keterampilan mengatur alat dan bahan disini merupakan keterampilan siswa dalam menentukan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat pembelajaran berlangsung. Seperti menggunakan benda yang dapat digerakkan.
5) Keterampilan Merencanakan penelitian
Rancangan penelitian ini, diharapkan selalu dibuat pada setiap kegiatan penelitian. Berdasarkan pentingnya rancangan penelitian terhadap perolehan penelitian itu sendiri, maka keterampilan merancang penelitian perlu diberikan sejak dini. Merancang penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspon dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel, hipotesis yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Contoh kegiatan yang tercakup dalam keterampilan merancang penelitian, antara lain: menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, menggambarkan hubungan antar variabel, dan kegiatan yang lain. Salah satu kegiatannya adalah siswa membuat percobaan energi gerak dengan membuat kincir air untuk menghidupkan lampu pada generator.
6) Keterampilan Menentukan variable-variabel
Yang dimaksud dengan menentukan variabel dalam pemebelajaran konsep energi gerak disini adalah siswa mengetahui serta mempraktekkan langkah kerja dalam melakukan percobaan pembuatan kincir air.
(37)
commit to user 7) Keterampilan Menerapkan konsep
Kegiatan dalam keterampilan menerapkan konsep disini sebagai contoh adalah penerapan siswa tentang konsep gerak benda dalam pembuatan kincir air. Di mana air yang mengalir dapat menggerakkan turbin yang dapat menyalakan generator sehingga dapat menyalakan lampu.
8) Keterampilan Berkomunikasi
Mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan (Abruscato dalam Nasution, 2007: 1.44 ). Keterampilan mengkomunikasikan, menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda-benda serta kejadian-kejadian secara rinci. Jadi keterampilan mengkomunikasikan adalah menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan. Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membuat dan menginterpretasi informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain-lain. Misalnya siswa mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda-benda dan kejadian tertentu secara rinci. Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskripsikan benda dalam percobaan, kemudian siswa tersebut menjelaskan deskripi tentang gerakan kincir air di depan kelas.
9) Keterampilan Mengajukan Pertanyaan
Keterampilan mengajukan pertanyaan merupakan keterampilan yang mengharuskan siswa lebih aktif mencari tahu tentang beberapa konsep dalam materi pembelajaran. Keterampilan ini dapat berupa kegiatan mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi yang dipelajari.
c. Alasan dan Manfaat Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Alasan menggunakan pendekatan keterampilan proses, yaitu : (1) dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata pelajaran karena waktunya tidak akan cukup, (2) dalam usia perkembangan anak, secara
(38)
commit to user
psikologis lebih mudah memahami konsep, apalagi yang sulit, bila disertai dengan contoh-contoh konkrit, dialami sendiri, sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Sesuai dengan J. Piaget yang mengatakan bahwa intisari pengetahuan adalah kegiatan atau aktivitas, baik fisik maupun mental, (3) ilmu pengetahuan boleh dikatakan bersifat relative, artinya, suatu kebenaran teori pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan situasi. Suatu teori bisa gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan lebih jitu. Jadi, suatu teori masih dapat dipertanyakan dan diperbaiki. Oleh karena itu, perlu orang-orang yang kritis, mempunyai sikap ilmiah. Wajar kiranya kalau anak-anak atau siswa sejak dini sudah ditanamkan dalam dirinya sikap ilmiah dan sikap kritis ini. Dengan menggunakan keterampilan proses, maksud tersebut untuk saat ini pantas diterima, dan (4) proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh artinya cerdas, terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi, pengembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan memproses ilmu, diharapkan berlanjut kepemilikan sikap dan mental (Conny Semiawan dalam Soli Abimanyu, 2009 : 5.3).
Dengan melihat alasan ini, betapa pentingnya keterampilan proses bagi siswa untuk mendapatkan ilmu yang akan berguna bagi siswa di masa yang akan datang, sehingga bangsa kita akan dapat sejajar dengan bangsa maju lainnya.
Manfaat dari adanya penerapan pendekatan keterampilan proses sebagai berikut : (1) dengan penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran, siswa akan memperoleh pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan, (2) dengan penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran berarti siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan itu, dan (3) dengan penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran, siswa secara serentak belajar tentang proses dan produk ilmu pengetahuan (Funk dalam Soli Abimanyu, 2009 : 5.6).
(39)
commit to user 4. Ketuntasan Belajar a. Hakekat Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada siswa, membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa, dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar (rate of program). Belajar tuntas dilandasi dua asumsi, yaitu (1) bahwa adanya korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensial (bakat) berdasarkan teori John B. Carol
“bahwa anak didik apabila didistribusikan secara normal dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa bidang pengajaran yang sama dan hasil belajarnya diukur ternyata menunjukkan distribusi normal”
(2) apabila pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur, maka semua peserta didik akan mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanya (Martinis Yamin, 2007 : 121).
Belajar tuntas adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok, dengan kata lain, apa yang dipelajari siswa dapat dikuasai sepenuhnya. (Uzer Usman dalam http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2136977-pengertian-belajar-tuntas/#ixzz1QgMeNEpb)
Belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang menginginkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas”. (Kunandar dalam
http://techonly13.wordpress.com/2010/10/27/konsep-belajar-tuntas)
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, belajar tuntas adalah suatu sistem pengajaran yang menuntaskan tercapainya tujuan pengajaran oleh semua siswa. Hal yang perlu mendapat perhatian guru adalah bagaimana mengusahakan agar siswa dapat belajar efektif sehingga dapat menguasai materi pelajaran yang dianggap esensial bagi perkembangan siswa itu sendiri.
(40)
commit to user b. Prinsip belajar Tuntas
Belajar tuntas menciptakan peserta didik memiliki kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengecilkan perbedaan antara anak cerdas dengan anak yang tidak cerdas. Belajar tuntas menciptakan anak didik dapat mencapai tujuan pembelajran, sehingga di dalam kelas tidak terjadi anak cerdas akan mencapai semua tujuan pembelajaran sedang anak didik kurang cerdas mencapai sebagian tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama sekali tujuan pembelajaran.
Dalam bukunya Diferential Education for the Gifted, Virgil Ward (dalam Martinis Yamin, 2007 : 122-123) menjelaskan tentang proposisi anak yang berbakat, yaitu (1) pendidikan anak berbakat intelektual berbeda dari anak lainnya dan sayogianya amat menekankan aktivitas intelektual, (2) pembelajaran anak berbakat harus diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak biasa.
c. Strategi Belajar Tuntas
Strategi belajar tuntas dapat diterapkan secara tuntas untuk meningkatkan kualitas pendidikan, terutama pada level mikro, yaitu mengembangkan individu dalam proses belajar di kelas. Terdapat tiga strategi dalam belajar tuntas, yaitu mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar, dan mengimplementasikan dalam pembelajaran klasikal yang disesuaikan dengan kemampuan individual (Benyamin S. Bloom dalam Martinis Yamin, 2007: 125).
Belajar tuntas dapat dilakukan bilamana didukung oleh alat/sarana pembelajaran seperti media pembelajaran yang dapat mengefektifkan proses belajar.
d. Langkah-langkah Mencapai Ketuntasan Tuntas
Kriteria yang digunakan dalam pencapaian taraf minimal belajar tuntas adalah : mencapai 65 % dari materi setiap pokok bahasan dengan melalui nilai formatif, maksudnya siswa mencapai sekurang-kurangnya 65 % dari materi
(41)
commit to user
pelajaran. Kriteria tersebut mengandung pengertian bahwa siswa hendaknya mencapai penguasaan sekurang-kurangnya 65% dari mata pelajaran. Guru dapat melakukan belajar tuntas dan peserta didik memiliki penguasaan penuh atau tuntas dengan cara melakukan kegiatan yang terdiri atas (1) feedback atau umpan balik yang terperinci kepada guru maupun siswa, (2) sumber dan metode-metode pengajaran yang dapat dilakukan di mana saja (S. Nasution dalam Martinis Yamin, 2007 : 129).
Langkah-langkah umum yang harus ditempuh agar ketuntasan belajar tercapai : (1) mengajarkan satuan pelajaran pertama dengan menggunakan metode kelompok, (2) memberikan tes diagnosa untuk memeriksa kemajuan belajar siswa setelah disampaikan satuan pelajaran tersebut sehingga dapat diketahui siswa yang telah memenuhi kriteria dan yang belum, (3) siswa yang telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan diperkenankan menempuh pengajaran berikutnya, sedangkan bagi yang belum diberikan kegiatan korektif, dan (4) melakukan pemeriksaan akhir untuk mengetahui hasil belajar yang telah tercapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu.
e. Variabel Ketuntasan Belajar
Variabel-variabel ketuntasan belajar antara lain: (1) bakat siswa (guru hendaknya mengetahui bakat terbesar yang dipunyai siswa agar siswa bisa langsung diarahkan dengan tepat sehingga nantinya ada korelasi antara bakat dengan hasil belajar; (2) ketekunan belajar (guru harus bisa mendorong siswanya agar mempunyai motivasi untuk belajar.misalnya saja dengan diadakanya pretest shg mau tidak mau siswa harus belajar; (3) kualitas pembelajaran (kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsur-unsur tugas belajar jadi berkualitas atau tidaknya suatu pembelajaran ada di tangan guru); dan (4) kesempatan yang tersedia untuk belajar dalam memahami mata pelajaran,bidang studi,atau pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesulitannya dalam hal ini guru harus benar-benar paham)
(42)
commit to user
f. Penilaian IPA Mencapai Ketuntasan
Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan (Sarwiji Suwandi, 2008 : 15).
Salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran adalah penilaian atau evaluasi. Alasannya adalah sebagai berikut : (1) untuk membandingkan siswa satu dengan siswa lainnya, (2) untuk mengetahui apakah para siswa memenuhi standar terrtentu, (3) untuk membantu kegiatan pembelajaran siswa, (4) untuk mengetahui atau mengontrol apakah program pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya (Baxter dalam Sarwiji Suwandi, 2008 : 16).
Penilaian harus mendukung dan memperkuat aspek-aspek program pembelajaran lainnya (Gronlund dalam Sarwiji Suwandi, 2008 : 17). Penilaian merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru sebagai bagian dari sistem pengajaran yang direncanakan dan diimplementasikan di kelas. Komponen-komponen pokok penilaian meliputi pengumpulan informasi, interpretasi terhadap informasi yang telah dikumpulkan, dan pengambilan keputusan.
Dalam pelaksanaan penilaian harus memperhatikan beberapa prinsip penting antara lain : valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh dan bermakna (Depdiknas dalam Sarwiji Suwandi, 2008 : 29).
Guru dalam melaksanakan penilaian sebaiknya (1) memandang penilaian dan kegiatan belajar mengajar secara terpadu, (2) mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri, (3) melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik, (4) mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik, (5) mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik, (6) menggunakan cara dan alat
(43)
commit to user
penilaian yang bervariasi, (7) mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin (Sarwiji Suwandi, 2008 : 47).
Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, psikomotor, dan afektif.
Penilaian dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu secara tertulis (biasanya berupa tes) dan bukan tertulis (non tes). Penilaian secara tertulis dapat dilakukan dalam bentuk essai dan pilihan ganda. Pertanyaan yang disusun dalam bentuk pertanyaan konvergen dan pertanyaan divergen. Penilaian dalam bentuk essai memerlukan jawaban yang berupa pembahasan atau uraian kata-kata. Jawaban yang dituliskan oleh siswa akan lebih bersifat subjektif, yang berarti menggambarkan pemahaman yang lebih individualistik.
Pengukuran yang dilakukan melakui tes yang dikonstruksi dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda, kemungkinan jawaban atas pertanyaan sudah disiapkan dan biasanya terdiri atas empat atau lima pilihan. Penilaian yang diperoleh dengan menggunakan pilihan jawaban dapat memberikan hasil yang lebih obyektif, sebab jawaban atas masalah yang ada telah ditetapkan. Hasil belajar dapat dihitung dengan menggunakan rumus pada gambar 1.
Gambar 1. Rumus Hitung Hasil Nilai Siswa
Penilaian melalui melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Pengamatan dalam penilaian ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Selama proses kegiatan pembelajaran IPA dilaksanakan, guru dapat melakukan penilaian dengan mengamati perilaku siswa secara langsung dalam menunjukkan kemampuan ketrampilan proses yang dimiliki. Selain itu, hasil-hasil pekerjaan tugas siswa atau produk hasil belajar
(44)
commit to user
siswa juga dapat diamati untuk menilai keterampilan proses siswa secara integrative. Sebuah contoh rubrik penilaian untuk mengukur kegiatan percobaan laboratorium dapat disajikan pada tabel 1 (Sarwiji Suwandi, 2008 : 83-84).
Tabel 1. Rubrik Penilaian Percobaan Kriteri
a
Skor
4 3 2 1
Tujuan percoba an
Mengidentifikasi tujuan dan ciri khusus Mengidentifika si tujuan Mengidentifika si sebagian tujuan Salah mengidentifi kasi tujuan Alat dan Bahan Mengidentifikasi semua alat dan bahan
Mengidentifika si semua bahan
Mengidentifika si beberapa bahan Salah Mengidentifi kasi bahan Hypote sis Memprediksi dengan benar fakta dan membuat hipotesis Memprediksi dengan benar fakta Memprediksi dengan beberapa fakta Menebak-nebak Prosedu r Mendeskripsikan semua tahap dan detail-detail khusus
Mendeskripsika n semua tahap
Mendeskripsika n beberapa tahap Salah Mendeskripsi kan tahap
Hasil Data direkam,
diorganisir, dan digrafiskan
Data direkam, diorganisir
Data direkam Hasil salah
atau tidak betul Simpul an Tampak memahami konsep dan membuat hipotesis baru untuk aplikasi pada situasi lain.
Tampak memahami konsep yang telah dipelajari Tampak memahami beberapa konsep Tidak ada kesimpulan atau tampak miskonsepsi
(45)
commit to user
Keterangan penilaian : nilai 1 menyatakan tidak kompeten, nilai 2 menyatakan cukup kompeten, nilai 3 menyatakan kompeten, dan nilai 4 menyatakan sangat kompeten.
Criteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Jika seseorang siswa memperoleh skor 26-28 dapat ditetapkan sangat kompeten
2) Jika seseorang siswa memperoleh skor 21-25 dapat ditetapkan kompeten
3) Jika seseorang siswa memperoleh skor 16-20 dapat ditetapkan cukup kompeten
4) Jika seseorang siswa memperoleh skor 0-15 dapat ditetapkan tidak kompeten
Dalam rubrik biasanya juga disertai dengan deskriptor. Dekriptor menyatakan harapan kondisi siswa pada setiap level unjuk kerja untuk setiap criteria. Pada contoh rubrik, dapat dilihat adanya perbedaan diskriptor antara tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan sangat baik dan tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan baik. Pada deskriptor, siswa dapat melihat syarat unjuk kerja untuk mencapai sebuah level kriteria. Bagi guru, deskriptor dapat membantu guru untuk memberikan penilaian secara konsisten pada hasil kerja siswa.
Dalam implementasinya, penilaian melalui observasi dengan menggunakan rubrik penilaian memiliki beberapa keunggulan. Observasi dapat menghasilkan penilaian yang konsisten dan obyektif. Selain itu, hasil penilaian dapat menghasilkan umpan balik (feedback) yang lebih baik. Hasil penilaian dapat menunjukkan level khusus performans siswa selanjutnya yang harus dicapai oleh siswa. Dalam hal ini, guru dan siswa dapat mengetahui secara pasti, area kebutuhan siswa yang perlu pengembangan.
Dengan demikian, penilaian yang dilakukan untuk mengukur dapat dikomunikasikan secara pasti kepada siswa saat pelaksanaan pembelajaran. Penilaian pun dapat mencapai tujuan sebagaimana mestinya.
(46)
commit to user B. Kerangka Berpikir
Keterampilan siswa merupakan salah satu bentuk atau cara bagi siswa untuk mengetahui seberapa besar keahlian siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Keterampilan siswa terdiri dari keterampilan siswa secara dasar dan terintegrasi yang disebut sebagai keterampilan proses.
Ketuntasan belajar IPA siswa sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : pemilihan metode pembelajaran oleh guru, alat peraga dan media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, skenario pembelajaran yang disusun guru, pola interaksi selama proses pembelajaran, kondisi siswa saat mengikuti pembelajaran dan sarana dan prasaran yang dimiliki sekolah. Jika guru banyak menerapkan pembelajaran konvensional dengan menggunakan metode ceramah, tugas dan tanya jawab serta tidak mengunakan media dan alat peraga, maka siswa selama pembelajaran pasif, interaksi hanya terjadi antara guru dan murid atau searah saja, maka hal ini menyebabkan ketuntasan belajar IPA siswa kelas III rendah.
Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk mencari solusi atau tindakan dengan cara menerapkan metode pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses, dalam upaya peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas III SD Negeri III Sendang, Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011. Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses melalui langkah-langkah sebagai berikut : Observasi, Prediksi, Hipotesis, Eksprimen, Perolehan dan Pemrosesan Data serta Komunikasi. Tidak semua langkah-langkah dalam Pendekatan Keterampilan Proses dapat dilaksanakan di SD/MI dikarenakan faktor usia perkembangan anak SD/MI dan karakteristik materi pembelajaran di SD/MI.
Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih, untuk mengadakan penelitian yang sederhana dengan menggunakan metode ilmiah. Mata pelajaran IPA dapat dipandang sebagai produk, sebagai proses dan sebagai pengembang sikap ilmiah. Yang dimaksud dengan ”proses” adalah proses mendapatkan IPA. Jadi proses IPA adalah metode ilmiah, untuk anak SD dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan
(47)
commit to user
dimulai dari yang paling sederhana. Dengan penerapan Pendekatan Keterampilan Proses anak mengalami langsung tentang proses untuk memperoleh pengetahuan. Anak menjadi senang, aktif, berfikir kritis melalui suatu percobaan yang dirancang dengan menggunakan peralatan sederhana. Karena anak mengalami langsung pembelajaran menjadi bermakna dan menantang kreatifitas dan daya pikir anak. Situasi pembelajaran akan dinamis, karena anak diberi kesempatan untuk mengembangkan diri melalui percobaan sederhana. Interaksi terjadi multi arah yakni antara : guru–murid, murid–guru, murid–murid serta murid–sumber belajar.
Pada saat pembelajaran anak bebas berpendapat dengan diskusi kelompok, pada diskusi kelompok itulah terjadi tukar pendapat/sharing sehingga hasil kesimpulan kerja kelompok akan lebih baik jika dibandingkan dengan pendapat pribadi. Anak dilatih untuk menghormati pendapat orang lain demi mencari kesimpulan yang obyektif sesuai dengan hasil percobaan. Suasana kelas akan semarak, anak senang melakukan percobaaan sehingga imungkinkan potensi anak dapat berkembang secara optimal. Dengan melakukan percobaan sendiri anak akan mengalami langsung tentang materi pelajaran, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi kehidupan anak di kemudian hari. Dari fakta yang nyata itulah anak dirangsang untuk berfikir kritis, inovatif dan berfikir tingkat tinggi. Jika hal ini dilakukan sejak usia SD/MI maka anak akan memiliki sikap ilmiah, sehingga jika menghadapi masalah hidup akan dipecahkan secara ilmiah pula. Setelah Pendekatan Keterampilan Proses dilaksanakan, menurut kajian pustaka tersebut diharapkan dapat meningkatkan ketuntasan belajar IPA siswa kelas III SD Negeri III Sendang, Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan, tahapan ini disebut dengan siklus. Siklus yang akan digunakan mencapai tiga siklus, di mana tiap siklus terdiri dari empat tahap. Siklus pertama menerapkan pendekatan keterampilan proses untuk membentu siswa mengetahui konsep materi gerak benda terlebih dahulu. Setelah dilakukan siklus pertama guru melakukan pengamatan yang kemudian dilakukan tindak lanjut pada siswa dengan menerapkan keterampilan proses yang lain yaitu melakukan sebuah percobaan.
(1)
commit to user
tuntas yaitu nilai di bawah KKM (nilai ≤ 65). Peningkatan tersebut yaitu kondisi awal jumlah siswa yang tuntas sebanyak 7 siswa, kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 10 siswa. Dari siklus I dilaksanakan perbaikan pada siklus II di mana terjadi peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I sebanyak 10 siswa meningkat kembali menjadi 11 siswa. Kemudian dilakukan perbaikan kembali pada siklus III dan diperoleh peningkatan ketuntasan belajar kembali yang meningkat menjadi 14 siswa tuntas belajar. Data dari tabel 6 dapat disajikan dalam bentuk grafik 5.
Grafik 5. Grafik Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III SD Negeri III Sendang pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II dan Siklus III.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan ketuntasan belajar IPA siswa kelas III SD Negeri III Sendang yaitu dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat membuat siswa memiliki keberanian menyampaikan pendapatnya. Pada akhirnya hasil belajar IPA siswa menjadi lebih baik pula.
(2)
commit to user
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran tiga siklus ini, dapat ditarik simpulan bahwa dengan menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses dapat mencapai ketuntasan belajar konsep energi gerak pada siswa kelas III SD Negeri III Sendang, Wonogiri, Tahun Pelajaran 2010/2011”. Ketuntasan belajar ini dapat dilihat dari adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa yaitu : pada kondisi awal sebelum tindakan terdapat 7 siswa yang tuntas atau 43,75%, kemudian setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 10 siswa atau 62,50%. Selain itu, pada siklus II mencapai peningkatan kembali menjadi 11 siswa atau 68,75%. Setelah diadakan perbaikan pada siklus III diperoleh peningkatan siswa yang mengalami ketuntasan belajar menjadi 14 siswa atau 87,50%.
Selain itu, berdasarkan hasil belajar siswa dapat diketahui adanya peningkatan rata-rata kelas dari awal kondisi sebelum tindakan sampai setelah tindakan siklus I, siklus II dan siklus III. Rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dari tes akhir pembelajaran. Pada kondisi awal yaitu 55,50 atau kategori kurang sekali, kemudian pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa mengalami kenaikan menjadi 70,81 atau kategori sedang. Pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa mengalami kenaikan kembali menjadi 77,06 atau cukup dan pada siklus III rata-rata hasil belajar kembali mengalami peningkatan kembali menjadi 86,13.
Dengan demikian, penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam pembelajaran IPA materi penerapan konsep energi gerak dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa serta hasil belajar IPA siswa kelas III SD Negeri III Sendang Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011.
(3)
commit to user
Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses (PKP) efektif untuk mencapai ketuntasan belajar IPA siswa, pada siswa kelas III Sekolah Dasar.
Dengan demikian, implikasi penelitian tindakan kelas adalah :
1. Pemanfaatan dan penggunaan pendekatan keterampilan proses (PKP) diteruskan dan dibiasakan pada setiap guru yang mengajarkan IPA pada siswa kelas III Sekolah Dasar.
2. Adanya pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses (PKP) harus
dilaksanakan dengan sebaik mungkin supaya siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran, sehingga ketuntasan belajar siswa meningkat.
3. Guru harus terampil mengatasi kendala yang ada dalam pembelajaran.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam rangka ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA, maka dapat disampaikan saran-saran :
1. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan pembelajaran khususnya pembelajaran IPA untuk menerapkan pendekatan keterampilan proses (PKP), sehingga pembelajaran menjadi lebih optimal dan hasil belajar menjadi meningkat.
2. Bagi Guru
Guru dalam mengajar hendaknya harus melibatkan siswa dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses (PKP) agar siswa merasa lebih dihargai dan diperhatikan, sehingga akan meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya siswa dimotivasi untuk mampu mengungkapkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa akan mampu mengkonstruksikan pengalamannya ke dalam konsep pelajaran yang sedang dipelajarinya. Guru dalam mengajar hendaknya berperan sebagai fasilitator dan motivator yang mampu menyediakan
(4)
commit to user
pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam melakukan proses belajar.
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan ketuntasan belajar dalam pembelajaran, selalu mngerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar, sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
(5)
commit to user
Abdul Azis Wahab. 2007. Metode dan Model-model Mengajar. Bandung: Alfabeta
Ali Nugraha. 2005. Penembangan Pembelajaran Sains Pada anak Usia Dini.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi
BSNP. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Model
Silabus Tematik Kelas III. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
Haris Mudjiman. 2007. Belajar Mandiri. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press http://edukasi.kompasiana.com diakses tanggal 5 Mei 2011
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2136977-pengertian-belajar-tuntas/#ixzz1QgMeNEpb diakses tanggal 8 April 2011
http://techonly13.wordpress.com/2010/10/27/konsep-belajar-tuntas diakses
tanggal 8 April 2011
Ibrahim dan Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Universitas Terbuka
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers
Martinis Yamin, 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Nana Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Noehi Nasution. 2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Priyono & Sayekti. Ilmu Pengetahuan Alam 3. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas
(6)
commit to user
Sarwiji Suwandi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dab Penulisan Karya
Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Soli Abimanyu, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran. Konsorsium Program PJJ S1 PGSD
Srini M. Iskandar. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandaung: CV. Maulana
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
W. S. Winkel. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
www.inderscience.com/browse/index.php?journalCODE=ijmor diakses tanggal 8 April 2011