Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual CTL Metode Ekspositori

15 2 Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya. 3 Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar. 4 Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok. Depdiknas, 2006: 4

2.6 Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual CTL

Pembelajarn kontekstual Contextual Teaching and learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme Constructivism, bertanya Questioning, menemukan Inquiri, masyarakat belajar Learning Community, pemodelan Modeling, dan penilaian sebenarnya Authentic Assessment. Depdiknas, 2006: 5

2.7 Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Model pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkain kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh 16 kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya, dengan penuh percaya diri.

2.7.1 Sasaran inkuiri

Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah: 1 Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. 2 Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran. 3 Mengembangkan sikap percaya diri self belief pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Gulo, 2005: 84 Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan salah satu komponen penting dalam pendekatan konstruktivistik. Dalam pembelajaran inkuiri siswa didorong untuk terlibat sendiri dengan konsep–konsep dan prinsip–prinsip, guru medorong siswa memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

2.7.2 Syarat timbulnya kegiatan inkuiri

Joyce dalam Gulo, 2005: 85 mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa. Kondisi tersebut ialah: 1 Aspek didalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. 17 2 Inkuiri berfokus pada hipotesis. 3 Penggunaan fakta sebagai evidensi. Didalam kelas dibicaraan validitas dan reliabelitas tentang faka sebagaimana dituturkan dalam pengujian hiotesis pada umumnya. Inkuiri melibatkan pula komunikasi. Siswa harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan dengan pokok bahasan. Mereka melapokan hasil–hasil temuannya lisan ataupun tertulis. Dengan begitu mereka belajar dan mengajar satu sama lain. Inkuiri memungkinkan guru mempelajari siawa-siswanya, siapa mereka, apa yang mereka ketahui, dan bagaimana mereka bekerja. Pemahaman guru tentang siswa memungkinkan guru untuk menjadi fasilisator yang lebih efektif dalam proses pencarian ilmu oleh siswa.

2.7.3 Karakteristik berpikir kritis

Pada proses inkuiri, siswa belajar dan dilatih bagaimana mereka berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan salah satu tujuan pendidikan. Beyer dalam Nurhadi, 2004: 74 mengidentifikasikan 10 karakteristik berpikir kritis yang dapat digunakan siswa untuk mempertimbangkan validitas suatu argumen: 1 Membedakan fakta-fakta yang dapat diverifikasi dan yang sulit diverifikasi. 2 Membedakan antara informasi yang relevan dan tidak relevan. 3 Menentukan kebenaran dari suatu pernyataan. 4 Menentukan kredibilitas dari suatu sumber. 18 5 Mengidentifikasi tuntutan atau argumen yang mendua. 6 Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan. 7 Mendeteksi bias. 8 Mendeteksi kekeliruan logika. 9 Mengemati ketidak-konsistenan logika dalam suatu alur penalaran. 10 Menentukan kekuatan suatu argumen. Proses inkuiri tidak dapat dipisahkan dari konsep berpikir kritis. Berpikir kritis berhubungan dengan intelegensi. Menurut Gardner dalam Nurhadi, dkk 2004: 75, intelegensi tidak dilahirkan, tetapi dapat berkembang atau berkurang, bergantung pada lingkungan seseorang. Lingkungan yang dimaksud adalah teman, guru, orang tua, buku, alat-alat belajar dan hal-hal lain yang mencapai otak melalui panca indra. Melalui kriteria khusus untuk mengidentifikasi konsep intelegensi, Gardner mengusulkan delapan jenis intelegensi, yaitu: linguistis, logis-matematik, spasial, bodily-kinethic, interpersonal, intra-personal dan naturalis.

2.7.4 Siklus inkuiri

Jika digambarkan dalam sebuah bagan, siklus inkuiri tampak seperti berikut. Siklus inkuiri adalah: 1 Obsevasi observatin; 2 Bertanya Questioning; 3 Mengajukan dugaan Hipotesis; 19 Observing Draw conclusions Questions Inquiry process Hypothesis Data analysis Gathering information 4 Mengumpulkan data Data gathering; 5 Penyimpulan conclution. Nurhadi, dkk 2004: 44 Guru yang menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri harus menjadikan mampu berdiri sendiri, mendorong siswa untuk mandiri sedini mungkin sejak awal masuk sekolah. Menurut Jerome s. Bruner, sekolah harus merangsang keingintahuan siswa, meminimal resiko kegagalan, dan bertindak serelevan mungkin bagi siswa. Gambar 1: Proses inkuiri 20

2.7.5 Tahap-tahap inkuiri

Kemampuanyang dituntut pada setiap tahap dalam proses inkuiri itu ialah: Tahap inkuiri Kemampuan yang dituntut 1 Merumuskan masalah 1. Kesadaran terhadap masalah 2. Melihat pentingnya masalah 3. Merumuskan masalah 2 Merumuskan jawaban sementara hipotesis 1. Menguji dan mengolongkan jenis data yang dapat diperoleh 2. Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis 3. Merumuskan hipotesis 3 Meguji jawaban 1. Merakit peristiwa a. Mengidentifikasikan informasi yang dibutuhkan b. Mengumpulkan data c. Mengevaluasi data 2. Menyusun data a. Mentranslasikan data b. Menginterpretasikan data c. Mengklasifikasikan data 3. Analisis data a. Melihat hubungan b. Mencatat persamaan dan perbedaan c. Mengidentifikasikan tren, sekuensi dan keteraturan 4 Menarik kesimpulan 1. Mencari pola dan makna yang berhubungan 2. Merumuskan kesimpulan 5 Menerapkan kesimpulan dan generalisasi Gulo, 2005: 95 21

2.8 Metode Ekspositori

Metode ekspositiri adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di salam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya-jawab. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan soal latihan dan siswa bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual, menjelaskan lagi kepada siswa secara individual atau klasikal. Siswa mengerjakan latihan sendiri, bertanya temannya, atau disuruh guru untuk mengerjakannya di papan tulis. Suyitno, 2006:3 Metode ekpositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi bahan pelajaran. Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banya berkurang, karena tidak terus menerus bicara. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, dan pada waktu yang diperlukan saja. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan, tetapi membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual atau klasikal. Metode ekpositori mendorong belajar lebih aktif dibandingkan metode ceramah. Siswa mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya mengerjakan bersama dengan temannya, atau disuruh membuatnya di papan tulis. Suherman, 2003:203 22

2.9 Tinjauan Materi Pokok