Desain Penelitian Analisis Data

37 2.10 Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah dilakukan. 3 Pelaksanaan Tes Uji Coba Setelah perangkat tes tersusun, kemudian diuji cobakan pada kelas uji coba untuk diuji apakah butir-butir soal tersebut memenuhi kualifikasi soal yang baik dan dapat diguanakan. Uji coba instrumen dalam penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 4 Oktober 2007 dikelas X 2 yang sudah ditetapkan sebagai kelas ujicoba dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang.

3.4 Desain Penelitian

Sebelum menerapkan pembelajaran pada kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol perlu diadakan uji normalitas, uji kesamaan dua varians homogenitas dan uji kesamaan rata-rata dari data nilai rata-rata siswa sebelumnya, pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran inkuiri dengan bantuan LKS. Sedangkan kelas kontrol pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran ekspositori. Setelah proses belajar mengajar selesai dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa. Evaluasi dilakukan pada kedua kelas sampel yaitu kelas X 4 dan kelas X 5 dengan soal evaluasi yang sama. Soal evaluasi tersebut terlebih dahulu telah diuji cobakan pada kelas uji coba yaitu kelas X 2. Analisis instrumen tersebut meliputi analisis validitas, analisis daya pembeda soal, analisis taraf kesukaran, dan analisis reliabilitas. 38 Data yang diperoleh dari hasil evaluasi dari kedua kelas sampel dianalisis dengan statistik yang sesuai yang meliputi uji normalitas, uji kesamaan dua varians homogenitas, uji perbedaan rata-rata dan uji ketuntasan belajar.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Analisis uji coba instrumen Instrumen yang telah disusun diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Tujuannya untuk mengetahui apakah item-item tersebut telah memenuhi syarat tes yang baik atau tidak. 3.5.1.1 Analisis Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid berarti instrumen yang digunakan mendapatkan data mengukur itu valid, dimana instrumen itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur Arikunto, 2006:168. Dalam penelitian ini rumus yang digunakan untuk menentukan validitas tiap item dalam instrumen adalah rumus korelasi point biserial. 1 Rumus korelasi point biserial untuk pilihan ganda adalah sebagai berikut : q p S M M r t t p pbis − = 39 Keterangan : p M = rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal t M = rata-rata skor total t S = standar deviasi skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal q = proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal Hasil perhitungan r pbis dikonsultasikan dengan tabel kritis r product moment dengan taraf signifikan 5. Jika r xy r kritis maka item tersebut valid Arikunto, 1999:72. Item soal dikatakan valid jika r hitung 0,312, dengan n = 40 dan taraf signifikan 5 diperoleh r tabel = 0,312. Berdasarkan hasil uji coba soal yang telah dilaksanakan dari 30 soal menunjukkan bahwa butir soal yang valid adalah butir nomor 1, 3, 6, 8, 10, 13, 16, 17, 19, 22, 24, 25, 27 dan 29. Contoh perhitungan validitas pilihan ganda dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 98. 2 Validitas empiris uraian 40 Untuk mengetahui validitas menggunakan rumus korelasi product moment. { } { } ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ − − − = 2 2 2 2 y y N x x N y x xy N r xy Keterangan : xy r = koefisien korelasi item soal N = banyaknya peserta tes x = skor item soal y = skor total Hasil perhitungan xy r disesuaikan dengan tabel kritis r product moment dengan taraf signifikan 5. Jika kritis xy r r maka item tersebut valid. Suharsimi Arikunto, 1999:67 Sedangkan pada soal uraian ada 6 soal yang valid yaitu 1, 3, 4, 5, 6, dan 7. Contoh perhitungan validitas soal uraian dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 104. 3.5.1.2 Analisis Reliabilitas Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subjek yang sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama. Untuk mencari reliabilitas soal bentuk objektif digunakan rumus Kuder Richardson, yaitu KR-21. 41 1 ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − = t kV M k M k k r 1 1 11 Arikunto,2006:189 keterangan : r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir soal M = skor rata-rata t V = varians total Item soal dikatakan reliabel jika 11 r 0,31. Dengan n = 40 dan taraf signifikan 5 didapat r tabel = 0,31. Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan. Hasil perhitungan dari soal uji coba diperoleh 11 r = 1,022. Karena 11 r r tabel , hal ini menunjukkan bahwa instrumen tersebut reliabel. Contoh perhitungan reliabelitas pilihan ganda dapat dilihat pada lampiran 22 halaman 101. 2 Realibilitas Soal Uraian Analisis reliabilitas tes menggunakan rumus alpha: ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = ∑ 2 2 11 1 1 t i k k r σ σ Keteranagan : 11 r : reliabilitas yang dicari ∑ 2 i σ : jumlah varians skor tiap-tiap item 42 2 t σ : varians total k : banyaknya butir soal Rumus varians n n x x ∑ ∑ − = 2 2 2 σ Arikunto, 1999: 109 Kriteria pengujian reliabilitas tes yaitu setelah didapatkan harga 11 r kemudian harga 11 r tersebut dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel, jika tabel hitung r r maka item tes yang diujicobakan reliabel. Contoh perhitungan reliabilitas soal uraian dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 105. 3.5.1.3 Analisis tingkat kesukaran soal 1 Pilihan ganda Untuk memperoleh kualitas soal yang baik, disamping memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, perlu juga dianalisis tingkat kesukarannya. Adapun rumus analisis tingkat kesukaran soal adalah : B A B A JS JS JB JB IK + + = keterangan : IK = Indeks kesukaran 43 A JB = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas B JB = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah A JS = banyak siswa pada kelompok atas B JS = banyak siswa pada kelompok bawah Dengan interpretasi tingkat kesukaran butirnya dapat menggunakan tolok ukur sebagai berikut : Tabel.1 klasifikasi indeks kesukaran Interval Kriteria 0,00 IK ≤ 0,30 0,30 IK ≤ 0,70 0,70 IK ≤ 1,00 Sukar Sedang Mudah Suherman, 1990:213 Berdasarkan analisis tingkat kesukaran diperoleh soal dengan kriteria mudah, sedang dan sukar. Soal dengan kriteria mudah adalah soal nomor 7, 8, 11, 15, dan 28. Soal dengan kriteria sedang adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 6, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 29 dan 30. Soal dengan kriteria sukar adalah soal nomor 5, 9, 18 dan 23. Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal pilihan ganda dapat dilihat pada lampiran 21 halaman 100. 44 2 Tingkat Kesukaran Butir Soal Uraian Jawaban terhadap butir soal bentuk essai secara teoritis tidak ada yang salah mutlak, sehingga derajat kebenaran jawaban tersebut akan berperingkat sesuai dengan mutu jawaban masing-masing siswa. Untuk mengintreprestasikan tingkat kesukaran digunakan tolak ukur sebagai berikut : a. Jika jumlah responden gagal 27, soal mudah. b. Jika jumlah responden gagal 28 - 72, soal sedang. c. Jika jumlah responden gagal 73, soal sukar. d. Batas lulus ideal 60 untuk skala 0-100. Berdasarkan analisis tingkat kesukaran diperoleh soal dengan kriteria mudah, sedang dan sukar. Soal dengan kriteria mudah adalah soal nomor 1. Soal dengan kriteria sedang adalah soal nomor 3, 4, 5 dan 6. Soal dengan kriteria sukar adalah soal nomor 2, 7 dan 8. Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal uraian dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 107. 3.5.1.4 Analisis daya pembeda soal 45 Daya pembeda soal DP dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak mampu menjawab soal. Dengan kata lain daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal adalah sebagai berikut: 1 Merangking skor hasil tes uji coba, yaitu mengurutkan skor hasil tes siswa mulai dari skor tertinggi hingga skor terendah. 2 Mengelompokkan seluruh peserta tes menjadi dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah. Untuk menghitung daya pembeda soal digunakan rumus : 1 Daya pembeda pilihan ganda A B A JS JB JB DP − = atau B B A JS JB JB DP − = Suherman,1990:202 Keterangan: A JB = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar. 46 B JB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar. A JS = jumlah seluruh siswa kelompok atas. B JS = jumlah seluruh siswa kelompok bawah. Tabel.2 klasifikasi daya pembeda Interval Kriteria DP ≤ 0,00 0,00 DP ≤ 0,20 0,20 DP ≤ 0,40 0,40 DP ≤ 0,70 0,70 DP ≤ 1,00 Sangat jelek jelek cukup baik sangat baik Suherman, 1990:202 Berdasarkan analisis daya pembeda diperoleh soal dengan kriteria sangat jelek, jelek, cukup, dan baik. Soal dengan kriteria sangat jelek adalah soal nomor 4, 7 dan 28. Soal dengan kriteria jelek adalah soal nomor 5, 9, 11, 15, 18, 20, 23, 30 dan soal uraian nomor 8. Soal dengan kriteria cukup adalah soal nomor 1, 2, 3, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 17, 19, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 29. Soal dengan kriteria baik adalah soal nomor 13 dan soal uraian nomor 2, 3 dan 7. Soal dengan kriteria sangat baik adalah soal uraian nomor 1, 4, 5 dan 6. Contoh perhitungan daya pembeda 47 soal pilihan ganda dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 99. Berdasarkan hasil analisis soal uji coba maka instrumen soal yang dipakai adalah soal nomor 3, 6, 8, 12, 13, 17, 19, 22, 25 dan 29. 2 Analisis Daya Pembeda Soal Uraian Untuk menentukan daya pembeda soal untuk tes yang berbentuk uraian menggunakan rumus uji t, yaitu : 1 1 1 2 2 2 1 − + − = ∑ ∑ N N X X ML MH t Keterangan : MH = rata-rata dari kelas atas ML = rata-rata dari kelas bawah ∑ 2 1 x = jumlah kuadrat deviasi individual kelompok atas ∑ 2 2 x = jumlah kuadrat deviasi individual kelompok bawah i N = 27 x N, dengan N adalah jumlah peserta tes Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel t , dk = 1 1 2 1 − + − N N dan α = 5, jika tabel hitung t t maka daya beda soal tersebut signifikan Zainal Arifin, 1991:141. 48 Pada soal uraian yang dipakai adalah soal no 1, 3, 4, 6 dan 7. Contoh perhitungan daya pembeda soal uraian dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 108. 3.5.2 Analisis Pra Uji Hipotesis 1 Uji Normalitas Normalitas dapat diuji dengan menggunakan uji chi kuadrat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut : 1 Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah 2 Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas 3 Menghitung rata-rata dan simpangan baku 4 Membuat tabulasi data ke dalam interval kelas 5 Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dengan rumus S X X Z i i − = 6 Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel 7 Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva : ∑ = − = k i i i i E E o 1 2 χ Keterangan: 2 χ = chi kuadrat i O = frekuensi pengamatan 49 i E = frekuensi yang diharapkan 8 Membandingkan harga chi kuadrat data dengan tabel chi kuadrat dengan taraf signifikan 5 9 Menarik kesimpulan, jika hitung 2 χ tabel 2 χ maka data berdistribusi normal Sudjana, 2002:273. Hasil analisis uji normalitas kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sebagai berikut: 1.1 Uji normalitas pada kelas kontrol Hasil perhitungan uji kenormalan data kelas kontrol kelas X 4 diperoleh nilai 2 χ hitung = 1.47. Sedangkan harga 2 χ tabel dengan taraf signifikan 5 dan dk = 6 – 3 = 3 diperoleh nilai 812 , 7 3 95 . 2 = χ , dengan demikian 2 χ hitung 2 χ tabel . Ini berarti kondisi awal nilai matematika kelas kontrol berdistribusi normal. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 75. 1.2 Uji normalitas pada kelas eksperimen Hasil perhitungan uji kenormalan data kelas eksperimen kelas X 5 diperoleh nilai 2 χ hitung = 1,38. Sedangkan harga tabel dengan taraf signifikan 5 dan dk = 6 – 3 = 3 diperoleh nilai 2 χ 0,95 3 = 7,812, dengan demikian 2 χ hitung 2 χ tabel . Ini berarti kondisi awal nilai matematika kelas eksperimen 50 berdistribusi normal. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 76. 2 Uji Kesamaan Dua Varians Uji Homogenitas Uji kesamaan dua varians ini dimaksudkan apakah kelas dalam populasi memiliki varians yang sama atau tidak, yang selanjutnya digunakan sebagai penentuan statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Untuk menguji kesamaan k buah 2 ≥ k dalam populasi yang berdistribusi normal menggunakan rumus uji Bartlett. Statistik chi kuadrat yang digunakan dalam uji Bartlett adalah : 7 2 6 2 5 2 4 2 3 2 2 2 1 2 : δ δ δ δ δ δ δ = = = = = = H a H : tidak semua i 2 δ sama , dengan i = 1,2,3,4,5,6,7 { } ∑ − − = 2 2 log 1 10 ln i i S n B χ dengan ∑ − = 1 log 2 i n S B dan ∑ ∑ − − = 1 1 2 2 i i i n S n S Sudjana, 2002:263. Dengan taraf nyata 5 = α , tolak H jika hitung 2 χ ≥ 1 1 2 − − k α χ , dimana 1 1 2 − − k α χ didapat dari daftar distribusi chi kuadrat dengan peluang α − 1 dan 1 − = k dk .Sudjana, 2002:263 Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai 2 χ hitung = 7,85. Harga ini dikonsultasikan dengan taraf signifikan 51 5 atau taraf kepercayaan 95 dan dk = 7-1 = 6 diperoleh 2 χ tabel = 12,6, dengan demikian 2 χ hitung 2 χ tabel . Ini berarti sampel berasal dari populasi yang variansnya homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 79. 3 Uji Kesamaan rata-rata populasi Analisis data yang digunakan untuk menguji kesamaan rata- rata populasi adalah dengan menggunakan uji anava. o H : 7 6 5 4 3 2 1 μ μ μ μ μ μ μ = = = = = = a H : tidak semua i μ sama, dengan 7 , 6 , 5 , 4 , 3 , 2 , 1 dan i = D A F = Tabel .3 analisis rata-rata variansi Sumber variansi DK JK KT F Rata-rata Antar kelompok Dalam kelompok Total 1 k-1 ∑ −1 i n ∑ i n AY DY ∑ 2 X 1 : RY K = 1 : − ∑ = i n AY A ∑ − = 1 : i n DY D D A Dengan: n X RY 2 ∑ = RY n X AY i − = ∑ 2 AY RY JK DY tot − − = .Sudjana, 2002:305 RY 52 Dengan taraf nyata 5 = α ,terima o H jika hitung F k n k F − −1 α , dimana k n k F − −1 α didapat dari daftar distribusi F dengan dk pembilang 1 − k dan dk penyebut k n − . Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai RY = 1143810.06; AY = 112.942857; DY = 45669 Tabel.4 hasil ringkasan Anava Sumber variasi dk JK KT F Rata-rata 1 1143810.06 1143810.06 0.1158223 Antar kelompok 6 112.942857 18.8238095 Dalam kelompok 273 45669 162.5231 Total 280 1189592 - - Diperoleh F hit = 0.1158223, Harga ini dikonsultasikan dengan taraf signifikan 5 dan dk = 280 - 7 = 273, diperoleh F tabel = 2,131. Karena F hit F 0,955,281 maka H diterima. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan rata-rata dari populasi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 80. 3.5.3 Analisis Uji Hipotesis Analisis uji hipotesis meliputi : a uji normalitas b Uji kesamaan dua varians c Uji perbedaan dua rata-rata 1 Uji normalitas 53 Langkah-langkah dan kriteria pengujian sama dengan langkah-langkah dan kriteria uji normalitas pada analisis pra uji hipotesis, akan tetapi dalam analisis hipotesis kelas yang diuji normalitasnya hanya kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah mendapatkan hasil tes kemampuan hasil belajar matematika dari siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri untuk kelas eksperimen dan pembelajaran ekspositori untuk kelas kontrol, data tersebut diuji kenormalannya sebelum dianalisis lebih lanjut. Uji statistika yang digunakan adalah rumus chi-square sebagai berikut. ∑ = − = k i i i i E E O 1 2 2 χ Keterangan: 2 χ : Chi-kuadrat Oi : Frekuensi pengamatan Ei : Frekuensi yang diharapkan K : banyaknya interval Kriteria pengujian terima H jika 2 2 tabel hitung χ χ dengan dk = k-3 dan α = 5 , berarti populasi berdistribusi normal. Sudjana, 2002: 273. 1.1 Uji normalitas pada kelas kontrol 54 Hasil perhitungan uji kenormalan data kelas kontrol kelas X 4 diperoleh nilai 2 χ hitung = 3,188. Sedangkan harga 2 χ tabel dengan taraf signifikan 5 dan dk = 6 – 3 = 3 diperoleh nilai 2 χ 0,953 = 7,812 dengan demikian 2 χ hitung 2 χ tabel . Ini berarti hasil belajar matematika kelas kontrol berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 45 halaman 155. 1.2 Uji normalitas pada kelas eksperimen Hasil perhitungan uji kenormalan data kelas eksperimen kelas X 5 diperoleh nilai 2 χ hitung = 2,095. Sedangkan harga tabel dengan taraf signifikan 5 dan dk = 6 – 3 = 3 diperoleh nilai 2 χ 0,95 3 = 7,812 dengan demikian 2 χ hitung 2 χ tabel . Ini berarti hasil belajar matematika kelas eksperimen berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 46 halaman 156. 2 Uji kesamaan dua varians homogenitas Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel variansnya sama atau tidak. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen, yang selanjutnya digunakan untuk menentukan statistik t pada pengujian hipotesis. 55 Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas ini adalah sebagai berikut. Ho : 2 2 2 1 σ σ = Ha : 2 2 2 1 σ σ ≠ Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus: F hitung = kecil Varianster besar Varianster Sudjana, 2002:250 Kriteria pengujian adalah H diterima jika F hitung F tabel dengan α = 5 dan dk pembilang = n b – 1 dan dk penyebut = n k – 1. Keterangan: n b = banyaknya data yang variansnya lebih besar n k = banyaknya data yang variansnya lebih kecil Sudjana, 2002: 250. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel.5 Hasil Pengujian Homogenitas Kelompok Varians s 2 F hitung F tabel Kontrol 148.727 1,257 1,7 Eksperimen 118.266 Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F hitung =1,257. Harga ini dikonsultasikan dengan taraf signifikan 5 atau taraf kepercayaan 95 dan dk pembilang = 40 - 1= 39, dk penyebut =40 – 1 = 39, diperoleh F tabel = 1,7 dengan 56 demikian F hitung F tabel . Ini berarti nilai tes kemampuan hasil belajar matematika kedua kelompok tersebut mempunyai varians homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 47 halaman 157. 3 Uji perbedaan dua rata-rata Uji ini digunakan untuk mengetahui rata-rata hasil tes kemampuan hasil belajar matematika yang lebih besar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ekspositori. Hipotesis yang akan diuji sebagai berikut. 2 1 : μ μ = H tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar 2 1 1 : μ μ H ada perbedaan rata-rata hasil belajar Apabila varians dari kedua kelompok sama maka rumus yang digunakan yaitu rumus t hitung sebagai berikut. t = 2 1 2 1 1 1 n n s X X + − dengan s 2 = 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 − + − + − n n s n s n Keterangan: 1 X : Nilai rata-rata kelas eksperimen 2 X : Nilai rata-rata kelas kontrol n 1 : Banyaknya subjek kelas eksperimen n 2 : Banyaknya subjek kelas kontrol s 1 2 : varians kelas eksperimen 57 s 2 2 : varians kelas kontrol s : varians gabungan dengan kriteria pengujian Terima Ho jika t hitung t 1- α dengan dk = n 1 + n 2 – 2 dan taraf signifikan α =5 dengan peluang 1- α Sudjana, 2002:243. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung =-3,09. Harga ini dikonsultasikan dengan taraf signifikan 5 dan dk = 80 – 2 = 78, peluang = 95, diperoleh t tabel = 1,66 dengan demikian t hitung ≤ -t tabel . Sehingga H ditolak maka rata-rata hasil tes hasil belajar matematika pada materi pokok fungsi kuadrat pada kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 48 halaman 158. 4 Uji Ketuntasan Belajar Uji t digunakan untuk mengukur ketuntasan belajar siswa, dengan rumus: n s x t μ − = Sudjana, 2002:193 x : rata-rata hasil belajar s : simpangan baku μ : taksiran 60 n : jumlah siswa Pengujian : H0 : 60 μ Ha : 60 ≥ μ 58 Tolak H apabila t hit t tabel 4.1 Uji ketuntasan belajar pada kelas kontrol Hasil perhitungan uji ketuntasan belajar data kelas kontrol kelas X 4 diperoleh nilai t hitung = 2,63. Sedangkan harga t tabel dengan taraf signifikan 5 dan dk = 40 - 1 = 39 diperoleh nilai t 0,9539 = 1,68 dengan demikian t hitung t abel . Ini berarti hasil belajar kelas kontrol lebih besar sama dengan 60 atau sudah mencapai ketuntasan belajar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 49 halaman 159. 4.2 Uji ketuntasan belajar pada kelas eksperimen Hasil perhitungan uji ketuntasan belajar data kelas eksperimen kelas X 5 diperoleh nilai t hitung = 7,63. Sedangkan harga t tabel dengan taraf signifikan 5 dan dk = 40 - 1 = 40 diperoleh nilai t 0,9539 = 1,68 dengan demikian t hitung t abel . Ini berarti hasil belajar kelas eksperimen lebih besar sama dengan 60 atau sudah mencapai ketuntasan belajar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 50 halaman 160. 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN