10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
Beberapa teori yang relevan diperlukan untuk mendukung penelitian ini yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri melalui
Pembelajaran Kontekstual dengan Seting Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Number Head Togetheruntuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Siswa SMP
Kelas VII”. Teori-teori tersebut antara lain mengenai pembelajaran dan pembelajaran matematika, perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS,
pembelajaran kontekstual, pembelajaran kooperatif tipe NHT, kemampuan penalaran, dan materi Segitiga Segiempat.
1.
Pembelajaran dan Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 1
ayat 20 merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam
belajar. Pembelajaran merupakan upaya untuk membantu siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu untuk memudahkan
pencapaian tujuan pembelajaran. Suprihatiningrum, 2014
11
Wenger dalam Huda, 2013:2 mengemukakan bahwa pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak
melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi di mana saja
dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial. Pembelajaran menurut Siregar Nara 2010:13 merupakan usaha sadar
yang dilakukan secara sengaja, terarah, dan terencana, yang bertujuan untuk membuat siswa belajar dan tujuan tersebut sudah ditetapkan terlebih dahulu
sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaan pembelajaran harus terkendali, baik isi, waktu, proses maupun hasilnya dengan maksud agar terjadi belajar pada
diri seseorang. Pembelajaran diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kondisi
yang kondusif agar terjadi interaksi komunikasi belajar mengajar secara langsung maupun tidak langsung antara guru, peserta didik, dan komponen pembelajaran
lainnya yang saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Hosnan, 2014:18
Pembelajaran merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan dengan melakukan kegiatan belajar
secara aktif, efektif sehingga tercapai tujuan dan hasil yang optimal. Proses pembelajaran dapat dilakukan di manapun. Salah satu kegiatan pembelajaran
dilakukan di sekolah contohnya pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mentransfer ilmu berupa
mata pelajaran matematika kepada siswa untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
12
Proses pembelajaran matematika pada dasarnya bukanlah sekedar transfer gagasan dari guru kepada siswa, namun merupakan suatu proses dimana guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk melihat dan memikirkan gagasan yang diberikan Herman, 2007.
Definisi pembelajaran matematika yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah terutama di Sekolah Menengah Pertama lebih ditekankan dengan definisi
matematika sekolah. Ebbutt, S dan Straker A dalam Marsigit, 2009: 7 mendefinisikan matematika sekolah sebagai suatu kegiatan penelusuran pola dan
hubungan yang memerlukan kreativitas, imajinasi, intuisi dan penemuan yang selanjutnya hasil kegiatan tersebut dikomunikasikan sehingga interaksi sosial
diperlukan dalam kegiatan tersebut. Menurut Marsigit 2009: 7, pembudayaan matematika di sekolah menekankan hubungan antar manusia dan menghargai
adanya perbedaan individu baik dalam kemampuan maupun pengalamannya. Matematika sekolah memiliki karakteristik yang dalam pelaksanaannya
harus memerhatikan ruang lingkup matematika sekolah. Perbedaan antara matematika sebagai ilmu dan matematika sekolah yang dikutip dari Fathani
2012: 72-73 antara lain: a.
Penyajian Penyajian matematika tidak harus diawali dengan teorema
maupun definisi,
tetapi haruslah
disessuaikan dengan
perkembangan intelektual siswa. b.
Pola pikir Pembelajaran matematika sekolah dapat menggunakan pola pikir
deduktif maupun induktif. Hal ini harus disesuaikan dengan topik bahasaan dan tingkat intelektual siswa. Untuk tingkat SMP
maupun SMA, pola pikir induktif harus ditekankan.
c. Semesta pembicaraan
Semakin meningkat setiap perkembangan intelektual siswa, semesta matematikanyapun semakin diperluas.
13
d. Tingkat keabstrakan
Tingkat keabstrakan matematika juga harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual siswa.
Pembelajaran matematika selalu berkembang seirama dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini selaras dengan pengertian matematika
sendiri yang berkenaan dengan ide-ide maupun konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya secara induktif. Penalaran secara
induktif adalah penalaran yang bersifat umum ke khusus, maksudnya di dalam kegiatan pembelajaran matematika, yang harus diberikan terlebih dahulu adalah
contoh-contoh kemudian merujuk ke definisi, atau dari yang konkret baru kemudian abstrak.
2. Pembelajaran Kontekstual
Kontekstual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti berhubungan dengan konteks. Banyak teori yang mendasari pendekatan kontekstual. Pada
dasarnya, pendekatan kontekstual juga merupakan pendekatan dengan teori kontruktivis yaitu melibatkan siswa untuk membangun pemikiran dan pemahaman
sendiri. Teori konstruktivis yang melibatkan siswa bertujuan untuk membangun
pengetahuan sendiri sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slavin dalam Surya, Sabandar, Kusumah, et al, 2013 : 117 bahwa belajar adalah siswa itu sendiri
menurut konstruktivism harus aktif mencari dan mentransfer atau membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya.
Menurut Klassen 2006 : 35 pendekatan kontekstual berarti suatu pendekatan pembelajaran yang terhubung ke suatu fokus tertentu secara ilmiah
14
baik konsep atau keterampilan. Atau dengan kata lain, pendekatan kontekstual dapat disimpulkan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang mengandung
suatu konteks tertentu yang dapat dihubungkan dengan kehidupan nyata. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang bermakna, karena
disamping mengaitkan dengan konteks nyata, juga sebagai cara untuk membangun sendiri pemahaman yang diperoleh kontruktivisme.
Pendekatan kontekstual menurut Hosnan 2014: 267 dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu dalam
proses belajar mengajar di sekolah. Definisi mendasar tentang pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut Nurdin Andriantoni 2016: 200 Pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan yang menekankan proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan nyata. Sedangkan menurut Suprihatiningrum 2014: 179 Pendekatan kontekstual
diartikan sebagai sebuah sistem pembelajaran untuk menyusun pola yang bermakna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari
kehidupan sehari-hari siswa. Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan
dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
15
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari, siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam konteks yang terbatas sedikit
demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal dalam memecahkan masalah kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Siregar
Nara, 2010: 123 Trianto dalam Hosnan, 2014: 269 mengemukakan karakteristik
pendekatan kontekstual dengan pendekatan lainnya yang meliputi adanya kerjasama, saling menunjang, menyenangkan dan mengasyikkan, tidak
membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, dan menggunakan berbagai sumber siswa aktif.
Pendekatan kontekstual memiliki lima strategi dalam proses pembelajaran meliputi : Relating, Experiencing, Cooperating, Applying, Transferring. Hosnan,
2014: 269 Hosnan 2014: 269 juga mengemukakan tujuh komponen utama
pembelajaran kontekstual yakni : 1
Konstruktivisme constructivism Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru
dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap dipraktikan tetapi
harus dikonstruksikan dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. 2
Menemukan inquiry Inquiry
artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Proses pembelajaran
16
yang didasarkan pada pencarian dan penemuan diawali dari pengamatan terhadap suatu fenomena, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan
bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. 3
Bertanya questioning Dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual, guru tidak
menyampaikan begitu saja, tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Bertanya sangat penting dilakukan karena melalui pertanyaan-
pertanyaan yang dilontarkan, guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan materi yang dipelajarinya.
4 Masyarakat Belajar Learning Community
Hasil belajar bisa diperoleh dengan saling memberikan informasi kepada teman, kelompok, atau dari yang tahu kepada yang tidak tahu baik yang ada
di dalam kelas maupun di luar kelas. 5
Refleksi reflection Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dengan
cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa pembelajaran yang sudah dilalui.
6 Penilaian Nyata Authentiic Assesment
Penilaian nyata dapat berupa penilaian dalam sikap, pengetahuan dan keterampilan yang berlangsung selama proses pembelajaran secara
terintegrasi. Penilaian nyata dilakukan melalui tes maupun nontes dalam bentuk kinerja, observasi, portofolio, maupun jurnal.
17
Prinsip pembelajaran kontekstual menurut Elaine B. Jhonson dalam Hosnan, 2014:276 ada tiga yang utama dan sering digunakan yaitu :
1 Prinsip saling ketergantungan interdepence
Pembelajaran kontekstual menekankan hubungan antara bahan pelajaran dengan bahan lainnya, antara teori dengan praktik, antara bahan yang bersifat
konsep dengan penerapannya dalam kehidupan nyata sehingga adanya prinsip saling ketergantungan ini menyatukan berbagai pengalaman dari masing-
masing peserta didik dan memotivasi dirinya untuk mencapai standar akademik yang tinggi.
2 Prinsip Perbedaan Differentiaton
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Prinsip perbedaan mendorong peserta didik menghasilkan
keberagaman, perbedaan, dan keunikan sehingga tercipta kemandirian dalam belajar yang dapat mngonstruksi peserta didik untuk belajar mandiri dalam
sebuah kelompok dnegan menghubungkan antara bahan ajar dengan kehidupan nyata untuk mencapai tujuan yang lebih bermakna.
3 Pengorganisasian diri self organization
Prinsip pengorganisasian diri menyatakan bahwa proses pembelajaran disadari sendiri oleh peserta diri dalam merealisasikan seluruh potensi yang
dimilikinya. Pembelajaran kontekstual diarahkan untuk membantu para siswa mengoptimalkan potensi untuk mencapai keunggulan akademik, penguasaan
keterampilan dan mengembangkan sikap serta moral dari peserta didik itu sendiri.
18
Pendekatan kontekstual adalah sebuah proses yang bertujuan untuk menolong peserta didik melihat makna didalam materi akademik yang mereka
pelajari dengan menghubungkan subjek akademik dengan konteks kehidupan nyata yang meliputi konteks pribadi, sosial maupun budaya.Di dalam pendekatan
kontekstual, guru hanya sebagai mediator dan fasilitator yang membantu peserta didik untuk menemukan sendiri konsep pengetahuan yang ada. Pendekatan
kontekstual adalah pendekatan dengan siswa sebagai pelaku aktif di dalam kegiatan pembelajaran student centered.
Kegiatan dalam pembelajaran kontekstual yang sesuai dengan beberapa teori diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :
1 Relating
Dalam kegiatan relating, guru mengaitkan materi pembelajaran dengan materi yang sudah pernah dipelajari oleh siswa dan contohnya dalam kehidupan
nyata. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajarann kontekstual yaitu konstruktivis dimana guru membimbing siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya
berdasarkan pengalaman yang telah mereka peroleh. 2
Experiencing Dalam kegiatan experiencing, guru membimbing siswa untuk menemukan
pengetahuan baru dengan beberapa kegiatan seperti kegiatan bertanya dan mengumpulkan informasi. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran kontekstual
yaitu inquiry dan questioning.
19
3 Cooperating
Dalam kegiatan cooperating, guru membimbing siswa untuk belajar dalam suatu kelompok sehingga mereka dapat berbagi pendapat untuk menyimpulkan
suatu materi tertentu. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran kontekstual yaitu learning community atau masyarakat belajar.
4 Applying
Dalam kegiatan applying, guru membimbing siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan materi pelajaran, membuat pemodelan dan
menyimpulkan dengan bahasa mereka sendiri. 5
Transferring Kegiatan transferring berisi kegiatan yang sama dengan kegiatan applying
yaitu guru membimbing siswa untuk dapat menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari dan dapat mentransfer ilmunya untuk menyelesaikan
permasalahan nyata yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Kegiatan applying
dan transferring sesuai dengan prinsip pembelajaran kontekstual yaitu dalam pemodelan dan reflection.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Number Head Together
Suatu metode atau model sangat dibutuhkan dalam suatu pembelajaran. Dengan adanya metode, pembelajaran yang terjadi akan terasa lebih mudah dan
menyenangkan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masih kurang disukai oleh siswa karena terasa sulit dan terlalu banyak rumus. Oleh
karena itu diperlukan adanya suatu metode salah satunya dengan pembelajaran kooperatif.
20
Kooperatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bersifat kerjasama. Peembelajaran dengan metode kooperatif dapat dinyatakan sebagai suatu
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih,
dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. hosnan, 2014 : 235
Menurut Karlina 2012 Hubungan kerjasama memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai
keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif menurut Siregar Nara 2010: 123 menekankan pada aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok, mencari
materi pelajaran dan memecahkan masalah secara kolektif kolaboratif. Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran, yang mana
siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif diperlukan adanya perencanaan yang
di dalamnya meliputi pemilihan pendekatan, pemilihan materi yang sesuai, pembentukan kelompok siswa, mengenalkan siswa pada tugas dan peran, serta
merencanakan waktu dan tempat. Suprihatiningrum, 2014: 191 Pada dasarnya tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah melatih siswa
agar mampu berpikir dan bekerja secara berkelompok, berdiskusi untuk
21
memecahkan suatu permasalahan dan selanjutnya bertanggung jawab untuk melaporkan jawabannya kepada anggota kelompok yang lain Pietersz Saragih,
2010. Pembelajaran kooperatif menurut Nurdin Andriantoni, 2016: 184 adalah
strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan anggota lainnya dan bertujuan
untuk memiliki tanggung jawab sebagai pembelajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.
Roger dan David Johnson dalam Hosnan, 2014 mengemukakan enam model pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan dalam pembelajaran :
1 Saling ketergantungan positif
2 Interaksi tatap muka
3 Akuntabilitas individual
4 Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi
5 Komunikasi antaranggota
6 Evaluasi proses kelompok
Pembelajaran kooperatif disusun untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dalam berinteraksi
dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya Hosnan, 2014 : 238.
Hosnan 2014 : 241 mengemukakan beberapa karakteristik dari pembelajaran kooperatif antara lain :
22
a. Positive intersependece, adanya rasa saling ketergantungan antaranggota
kelompok. b.
Individual accountability, setiap individu memiliki rasa tanggung jawab menyelesaikan pekerjaan.
c. Face to face promotive interaction, antaranggota saling membantu agar
tujuan dapat tercapai. d.
Appropiate use of collaborative skills, setiap individu harus bisa dipercaya, mempunyai jiwa kepemimpinan, dapat mengambil keputusan, mampu
berkomunikasi, dan memiliki keterampilan. e.
Group processing, setiap anggota harus dapat mengatur keberhasilan kelompok.
Tiga konsep yang melandasi metode kooperatif menurut Siregar Nara 2010: 114 :
1 Team rewards : tiap kelompok atau tim mendapat hadiah apabila mencapai
kriteria tertentu yang ditetapkan 2
Iindividual accountability : setiap anggota dalam kelompok bertanggung jawab untuk membantu kegiatan belajar dan keberhasilan bagi kelompok.
3 Equal opportunities for success : setiap anggota dalam kelompok
memperbaiki hasil belajarnya sendiri sehingga dapat berkontribusi dalam kelompok.
Sedangkan lima prinsip utama dalam pembelajaran kooperatif menurut Siregar Nara 2010: 114 adalah sebagai berikut :
23
1 Saling ketergantungan positif : keberhasilan kelompok merupakan hasil
kerjasama dari semua anggota 2
Tanggungjawab perseorangan : setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggungjawab yang sudah dibagi sendiri-sendiri demi keberhasilan
kelompok tersebut. 3
Interaksi tatap muka : hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk berinteraksi satu sama lain.
4 Komunikasi antar anggota : keberhasilan kelompok bergantung pada
kesediaan setiap anggota untuk saling berkomunikasi satu sama lain dengan cara memberikan berbagai pendapat yang nantinya dibahas untuk
menentukan yang terbaik. 5
Evaluasi proses secara kelompok : evaluasi diperlukan untuk mengoreksi hasil dari kerjasama yang sudah dilakukan agar selanjutnya dapat
bekerjasama lebih baik lagi. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
strategi yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil sehingga tercipta
kerjasama antar anggota kelompok dan memudahkan kelompok dalam menyelesaikan persoalan yang ada pada pembelajaran tersebut. Tujuan adanya
pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan rasa kepedulian dan gotong royong antaranggota dalam kelompok tersebut untuk mencapai suatu tujuan yang
disepakati bersama.
24
Terdapat beberapa macam tipe pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe NHT Number Head Together. Pembelajaran
kooperatif tipe Number Head Together NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang diranccang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik hosnan, 2014 : 252.
Model Number Head Together NHT adalah salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang menekankan struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan siswa Lince, 2016.
Menurut Lestari Yudhanegara 2015: 44 NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mengondisikan siswa untuk berpikir bersama secara
berkelompok di mana masing-masing siswa diberi nomor dan memiliki kesempatan yang sama dalam menjawab permasalahan yang diajukan oleh guru
melalui pemanggilan nomor secara acak. Menurut Huda 2013 : 203 Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan
kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT juga bisa
diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Kagan 1989 mengemukakan 4 cara menerapkan pembelajaran kooperatif
tipe NHT : 1
Guru membentuk siswa menjadi kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang dan masing-masing diberi nomor 1,2,3 atau 4
25
2 Guru memberikan pertanyaan
3 Guru menjelaskan kepada siswa untuk “put their heads together” atau dengan
kata lain mengakat kepala mereka masing-masing untuk memastikan bahwa setiap individu dalam kelompok mengetahui jawabannya.
4 Guru memanggil nomor 1,2,3 atau 4 dan siswa dengan nomor yang sama
dapat mengangkat tangan mereka untuk menjawab pertanyaan. Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe NHT seperti dikemukakan oleh
Agustin, Ariyanto, dan Sukmaantara 2013 : 203 antara lain : 1
Meningkatkan motivasi siswa 2
Meningkatkan ingatan siswa 3
Memajukan kompetisi yang positif 4
Memajukan diskusi setiap individu dan akuntabilitas kelompok Selain memiliki kelebihan, pembelajaran kooperatif tipe NHT juga memiliki
beberapa kelemahan Agustin, Ariyanto, Sukmaantara, 2013 antara lain : 1
Dalam Teknik NHT, pembagian kelompok harus sama, yang berarti bahwa setiap kelompok terdiri dari achiever lebih tinggi, rata-rata dan berprestasi
rendah. Oleh karena itu pembagian kelompok harus dilakukan oleh guru. Ada kemungkinan bahwa siswa menolak kelompok yang dibagi oleh guru.
2 Ada kemungkinan bahwa siswa mendengar atau mencontek dari kelompok
lain. Untuk mengatasinya, guru akan mengatur jarak antara kelompok. Jika siswa menyontek dari kelompok lain, guru akan menghukum kelompok
dengan tidak memberikan poin untuk kelompok meskipun jawaban kelompok benar.
26
Dari penjelasan para ahli mengenai pembelajaran kooperatif tipe NHT, dapat disimpulkan bahwa NHT Number Head Together adalah salah satu tipe
dari pembelajaran kooperatif yang membentuk siswa untuk bekerja sama dalam sebuah kelompok belajar dengan anggota 3-4 orang, kemudian masing-masing
anggota dalam kelompok tersebut diberi nomor dan memiliki kesempatan yang sama dalam memberikan jawaban atas persoalan yang diberikan oleh guru. Dalam
pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa dituntut untuk dapat mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru karena pengambilan nomor
untuk memberikan jawaban maupun presentasi dilakukan secara acak. Hal ini dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dan tidak ada siswa yang tidak bekerja
dalam kelompok. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk menyampaikan jawaban mereka masing-masing.
4. Kemampuan Penalaran
Matematika merupakan suatu objek pembelajaran yang membutuhkan beberapa kemampuan untuk bisa menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan
matematika itu sendiri. Kemampuan penalaran merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah matematika yang cukup sulit. Kemampuan ini diperlukan karena seperti yang dikemukakan oleh Sujono dalam Fathani, 2009: 19 matematika merupakan
cabang ilmu pengetahuan yang eksak, terorganisasi secara sistematik, ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik, berhubungan dengan bilangan dan
juga merupakan ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.
27
Penalaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip. Penalaran
mengacu pada kemampuan untuk mengenali dan memanipulasi sifat dari objek dan hubungan antara objek-objek Mulligan, 2015.
Menurut Hartono 2013: 83 Penalaran merupakan suatu kemampuan bernalar yang prosesnya adalah dengan menyeleksi dan menganalisa informasi
yang diterima hingga sampai pada sebuah kesimpulan yang sah berdasarkan data- data yang ada.
Gagne dalam Lestari Yudhanegara, 2015: 82 mengungkapkan bahwa penalaran matematis adalah kemampuan menganalisis, menggeneralisasi,
mensintesismengintegrasikan, memberikan alasan yang tepat dan menyelesaikan masalah tidak rutin.
Ciri-ciri penalaran antara lain : 1
Adanya suatu pola pikir yang disebut logika 2
Proses berpikir bersifat analitik Kemampuan penalaran meliputi :
1 Penalaran umum yang berhubungan dengan kemampuan untuk menemukan
penyelesaian atau pemecahan masalah 2
Kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan menilai implikasi dari suatu argumentasi
3 Kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan, tidak hanya hubungan
antara benda-benda tetapi juga hubungan antara ide-ide, dan kemudian
28
mempergunakan hubungan itu untuk memperoleh benda-benda atau ide-ide lain.
Kemampuan penalaran perlu dikuasai agar dapat bermanfaat dalam kehidupan nyata untuk menyelesaikan suatu persoalan. Kemampuan penalaran
juga penting digunakan dan dikuasai pada pelajaran matematika untuk menyelesaikan permasalahan terkait dengan matematika. Salah satu kemampuan
yang tercantum dalam Standar Isi Kurikulum 2013 Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 dan harus dikuasai yaitu menalar baik dalam ranah konkret maupun
abstrak. Kemampuan penalaran dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kelompok yang menuntut kerjasama dengan cara exploratory talkWebb
Treagust, 2006. Melalui kemampuan penalaran, siswa diharapkan mampu untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang sulit dan membutuhkan penalaran yang tinggi dalam ranah konkret maupun abstrak, sehingga persoalan yang akan
diselesaikan dapat mempunyai nilai kebermaknaan yang tinggi. Enam indikator penalaran matematika menurut Wardhani dalam Hartono,
2013: 84 : 1
Kemampuan mengajukan dugaan 2
Kemampuan melakukan manipulasi matematika 3
Kemampuan menarik kesimpulan, menyusun bukti serta memberikan alasan atau bukti dari suatu permasalahan
matematika 4
Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan. 5
Kemampuan memeriksa kebenaran suatu argumen 6
Kemampuan menentukan suatu pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi dan kesimpulan.
29
Sedangkan menurut Sumarmo dalam Lestari Yudhanegara, 2015: 82 indikator kemampuan penalaran matematis dibagi menjadi 9 indikator yaitu :
1 Menarik kesimpulan logis
2 Memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat-sifat, dan
hubungan. 3
Memperkirakan jawaban dan proses solusi 4
Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi atau membuat analogi dan generalisasi
5 Menyusun dan menguji konjektur
6 Membuat counter example
7 Mengikuti aturan inferensi dan memeriksa validitas argumen
8 Menyusun argumen yang valid
9 Menyusun pembuktian langsung, tidak langsung, dan
menggunakan induksi matematika. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan penalaran yang tinggi jika dapat
menyelesaikan suatu permasalahan secara logis dan juga dapat menyampaikan atau memberi alasan maupun bukti terhadap solusi yang diberikan. Dapat
disimpulkan bahwa kemampuan penalaran adalah kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah dan merumuskan kesimpulan berdasarkan pernyataan-
pernyataan yang ada. Indikator kemampuan penalaran matematis yang dapat disimpulkan berdasarkan uraian di atas yang disesuaikan dengan materi segiempat
dan segitiga adalah sebagai berikut: 1
Mengolah informasi dan mengeksplorasi fakta dari suatu permasalahan segiempat dengan menyajikan pernyataan matematika secara tertulis maupun
gambar. 2
Mengajukan dugaan dan kesimpulan dari suatu permasalahan segiempat. 3
Melakukan manipulasi dari sebuah pernyataan matematika mengenai segiempat.
30
4 Menyusun bukti serta memberikan alasan terhadap solusi matematika
mengenai segiempat maupun segitiga yang diajukan. 5
Memeriksa dan membuktikan kebenaran suatu pernyataan matematika mengenai segiempat maupun segitiga.
6 Menentukan dan membentuk suatu pola atau sifat dari suatu permasalahan
matematika mengenai segiempat maupun segitiga untuk membuat generalisasi dan kesimpulan.
Indikator kemampuan penalaran yang telah disimpulkan tersebut digunakan sebagai acuan untuk membuat instrumen penelitian berupa kisi-kisi soal pretest
dan posttest. 5.
Perangkat Pembelajaran a.
RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau biasa disingkat menjadi RPP
adalah salah satu perangkat pembelajaran yang dibuat sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Menurut Nurdin Andriantoni 2016: 94 RPP
merupakan perencanaan
jangka pendek
untuk memperkirakan
atau memproyeksikan apa yang akan di lakukan dalam pembelajaran dan upaya untuk
memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Pengertian RPP yang dikutip dari Daryanto 2014: 84 menyebutkan bahwa:
Rencana pelaksanaan pembelajaran RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
Terdapat beberapa prinsip penyusunan RPP menurut Akbar 2013: 42 yaitu:
31
1 Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
2 Mendorong partisipasi aktif peserta didik
3 Mengembangkan budaya membaca dan menulis
4 Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
5 Keterkaitan dan keterpaduan
6 Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP juga mempunyai dua fungsi dasar seperti disebutkan dalam Nurdin Andriantoni 2016: 94 yaitu :
1 Fungsi perencanaan
Setiap akan melakukan pembelajaran, guru wajib memiliki persiapan baik tertulis maupun tidak tertulis. Rencana pelaksanaan pembelajaran dapat
mendorong guru lebih siap membuat kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang.
2 Fungsi pelaksanaan
Rencana pelaksanaan pembelajaran berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Kegiatan pembelajaran
harus terorganisasi melalui serangkaian kegiatan tertentu dengan strategi yang tepat dan mumpuni.
Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik berkewajiban menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
32
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik dengan strategi yang benar
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Rencana pelaksanaan pembelajaran perlu dikembangkan guna menunjang
kegiatan pembelajaran yang lebih baik. Menurut Nurdin Andriantoni 2016: 95 pengembangan RPP harus memperhatikan perhatian dan karakteristik peserta
didik terhadap materi standar yang dijadikan bahan kajian, guru tidak hanya sebagai transformator tetapi juga motivator yang memmbangkitkan keinginan
belajar dan mendorong peserta didik untuk belajar dengan menggunakan variasi media, dan sumber belajar yang sesuai, serta menunjang pembentukan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan RPP menurut Nurdin
Andriantoni 2016: 96 yaitu : a
Indikator kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas. b
Kegiatan pembelajaran yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi daasar, indikator dan tujuan
pembelajaran yang akan diwujudkan. c
Harus ada kesesuaian media dan sumber belajar yang dipilih dengan karakter indikator dan materi pokok yang ada.
d Harus ada kesesuaian antara penilaian dalam RPP dengan komponen Inti.
e RPP harus sederhana dan fleksibel
f RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh
g Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah.
33
Beberapa hal yang harus diketahui dalam pengembangan RPP, yang dikutip dari Daryanto 2014: 85 antara lain :
a RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar. b
Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis.
c RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu
kali pertemuan atau lebih. d
Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Komponen RPP menurut Daryanto 2014: 86 yang sesuai dengan kurikulum 2013 berisi tentang :
1 Identitas mata pelajaran
2 Kompetensi dasar
3 Indikator pencapaian kompetensi
4 Tujuan pembelajaran
5 Materi ajar
6 Alokasi waktu
7 Metode pembelajaran
8 Kegiatan pembelajaran
9 Penilaian hasil belajar
10 Sumber belajar
Menurut Sa’dun Akbar 2013: 143 langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dalam penyusunan RPP adalah sebagai berikut : a
Kegiatan pendahuluan
34
Pendahuluan berisi penyiapan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran, apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan cakupan
materi. b
Kegiatan Inti Kegiatan inti berisi proses pembelajaran atau pengalaman belajar untuk
mencapai kompetensi dasar. c
Kegiatan Penutup Hal yang dilakukan dalam kegiatan penutup antara lain :
Guru bersama peserta didik merangkum dan menyimpulkan. Guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Guru menyampaikan pesan moral, merencanakan kegiatan tindak lanjut, dan menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya.
Kesimpulan yang bisa didapat dari pengertian RPP dan pengembangan RPP bahwasanya RPP merupakan suatu perencanaan yang dibuat oleh guru untuk
memperkirakan apa yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP juga perlu dikembangkan guna membantu guru untuk lebih mempersiapkan diri dan
mempersiapkan materi yang akan digunakan ketika proses pembelajaran berlangsung. Kualitas RPP yang dikembangkan harus sesuai dengan indikator
penilaian RPP yang berupa:
35
1 Kejelasan dan kelengkapan identitas RPP yang mencantumkan nama sekolah,
identitas mata pelajaran, kelas, semester, topik mata pelajaran, alokasi waktu, dan tahun pelajaran.
2 Kelengkapan komponen RPP yang mencantumkan KI, KD, Indikator
Pencapaian Kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, alatmediasumber belajar, langkah kegiatan pembelajaran, dan
penilaian hasil belajar. 3
Ketepatan alokasi waktu. 4
Kesesuaian rumusan indikator dan tujuan pembelajaran dengan KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, dan penggunaan kata kerja operasional
yang dapat diamatidiukur. 5
Kecakupan rumusan indikator dan tujuan pembelajaran. 6
Kesesuaian materi pembelajaran dengan tujuan pembelajaran. 7
Kesesuaian materi pembelajaran dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. 8
Sistematika materi pembelajaran. 9
Kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan karakteristik siswa.
10 Kesesuaian alat, media, dan sumber belajar dengan indikator, tujuan, materi,
metode, dan karakteristik siswa. 11
Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan metode maupun model pembelajaran
12 Kesesuaian penilaian hasil pembelajaran.
36
Indikator yang telah diuraikan di atas dapat digunakan sebagai acuan atau kisi-kisi dalam pembuatan instrumen penelitian yang berupa lembar penilaian dan
validasi RPP yang nantinya divalidasi dan dinilai oleh validator. Lembar penilaian RPP digunakan untuk mengetahui kualitas dari RPP yang dikembangkan.
b. LKS
LKS atau Lembar Kegiatan Siswa merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang dapat berfungsi sebagai sumber belajar maupun media
pembelajaran yang membantu siswa maupun guru dalam proses pembelajaran atau bisa juga diartikan lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik Nurdin Andriantoni, 2016: 111. Menurut Abdul Majid 2007: 176, Lembar Kegiatan Siswa adalah
lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Lembar Kegiatan
Siswa yang dibuat harus sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Menurut Trianto 2010: 222, LKS adalah panduan siswa yang digunakan
untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah, berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk
pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.
Selanjutnya Trianto 2010: 223 mengemukakan bahwa LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk
memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.
37
Tujuan LKS menurut Achmadi dalam Nurdin Andriantoni, 2016: 112 antara lain :
a Mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
b Membantu siswa mengembangkan konsep.
c Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.
d Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses kegiatan
pembelajaran. e
Membantu siswa dalam memperoleh catatan materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran.
Prosedur penyusunan LKS yang dikutip dari Nurdin Andriantoni 2016: 113 antara lain :
a Menentukan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran
untuk dimodifikasi ke bentuk pembelajaran dengan LKS. b
Menentukan keterampilan proses terhadap kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.
c Menentukan kegiatan yang harus dilakukan siswa sesuai dengan
kompetensi dasar indikator dan tujuan pembelajaran. d
Menentukan alat, bahan dan sumber belajar. e
Menemukan perolehan hasil sesuai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa hal penting dalam pembuatan LKS menurut Nurdin
Andriantoni 2016: 116, antara lain: a
Mempunyai tujuan yang ingin dicapai. b
Tata letak harus dapat menunjukkan urutan kegiatan secara logis dan sistematis.
c Susunan kalimat dan kata-kata harus sederhana dan mudah dimengerti.
38
d Gambar ilustrasi dan skema sebaiknya membantu peserta didik menunjukkan
cara, menyusun, dan merangkai sehingga membantu anak didik berpikir kritis.
Menurut BSNP dalam Depdiknas 2007: 53 penyusunan LKS harus memenuhi beberapa aspek persyaratan antara lain:
1 Aspek kelayakan isi
Kelayakan isi dapat dilihat dari kesesuaian isi yang ada di dalam LKS dengan tujuan, indikator, KI, KD, materi pembelajaran, dan metode pembelajaran
yang digunakan 2
Aspek penyajian materiisi Penyajian materi atau isi di dalam LKS harus sesuai dengan materi pelajaran
yang hendak diberikan. 3
Aspek kebahasaan Bahasa yang digunakan dalam LKS juga harus disesuaikan dengan
karakteristik dan perkembangan kognitif siswa. 4
Aspek kegrafikaan Aspek kegrafikaan dapat dilihat dari penampilan LKS yang dikembangkan
harus menarik, inovatif, dan sesuai dengan materi, metode, maupun karakteristik siswa.
Dapat disimpulkan bahwa lembar kerja siswa merupakan bahan pembelajan berupa lembaran tugas maupun kegiatan yang perlu dikerjakan oleh peserta didik
dan diharapkan mampu untuk digunakan peserta didik dalam meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. LKS perlu untuk
39
dikembangkan dan dibuat inovasi sesuai dengan kurikulum, metode yang digunakan, dan juga karakteristik siswa. Adapun indikator untuk pengembangan
LKS yang dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas yang sesuai dengan aspek kelayakan isi, penyajian materi, kebahasaan, dan kegrafikaan antara lain:
1 Tujuan pembelajaran dalam LKS harus sesuai dengan Indikator, KI dan KD.
2 Isi maupun kegiatan yang disajikan dalam LKS harus sesuai dengan tujuan,
materi pembelajaran, metode yang digunakan, dan dapat memfasilitasi siswa untuk menyelesaikan permasalahan.
3 Isi maupun kegiatan yang disajikan dalam LKS harus runtut, jelas, konsisten,
mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah, menganalisis, dan menyimpulkan penyelesaian masalah sesuai dengan materi pelajaran dan
metode yang digunakan. 4
Bahasa yang digunakan dalam LKS harus jelas, mudah dimengerti, tidak menimbulkan salah tafsir, dan konsisten.
5 LKS yang disajikan harus menarik dengan desain yang sesuai dengan materi
pelajaran, metode yang digunakan, dan karakteristik siswa. Indikator pengembangan LKS yang disebutkan di atas dapat digunakan
untuk membuat instrumen penelitian yang berupa kisi-kisi untuk lembar penilaian dan validasi LKS yang dinilai dan divalidasi oleh validator.
6. Topik Segiempat dan Segitiga
Penelitian ini akan dilakukan pada SMP Kelas VII Semester 2 dengan materi Segitiga Segiempat. Terdapat empat kompetensi dasar yang harus dicapai
dalam materi Segitiga Segiempat yang termuat dalam Buku Guru dan Buku Siswa
40
revisi 2016. Kompetensi dasar yang pertama dan kedua adalah mengenai kompetensi pengetahuan, sedangkan yang ketiga dan keempat adalah kompetensi
keterampilan. Kompetensi dasar pada materi segitiga segiempat adalah sebagai berikut:
3.14 Menganalisis berbagai bangun datar segiempat persegi, persegipanjang,
belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang dan segitiga berdasarkan sisi, sudut, dan hubungan antar sisi dan antar sudut.
3.15 Menurunkan rumus untuk menentukan keliling dan luas segiempat
persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang dan segitiga.
4.14 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar segiempat
persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang dan segitiga.
4.15 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas dan
keliling segiempat persegi, persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang.
7. Perangkat Pembelajaran Geometri melalui Pembelajaran Kontekstual dengan
Seting Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Number Head Together untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, maka yang dimaksud dengan perangkat pembelajaran geometri melalui pembelajaran kontekstual dengan seting
pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan kemampuan penalaran adalah suatu perangkat pembelajaran untuk memberikan pelajaran mengenai
41
materi geometri yaitu segitiga dan segiempat pada kelas VII SMP yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dan Lembar Kegiatan Siswa LKS
yang dikembangkan melalui pembelajaran kontekstual dengan setting pembelajaran kooperatif tipe NHT Number Head Together untuk meningkatkan
kemampuan penalaran siswa. RPP yang dikembangkan disesuaikan dengan komponen-komponen RPP dengan tahapan pembelajaran kontekstual dan NHT.
Sementara itu LKS yang dikembangkan disesuaikan dengan syarat-syarat kelayakan isi, penyajian materi, kebahasaan dan kegrafikaan.
Langkah-langkah pembelajaran pada RPP meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup sesuai dengan tahapan pembelajaran kontekstual dengan seting
pembelajaran kooperatif tipe NHT dijabarkan sebagai berikut: 1
Kegiatan Pendahuluan Kegiatan pendahuluan disesuaikan dengan pembelajaran kontekstual dengan
seting pembelajaran kooperatif tipe NHT, terdiri dari: a
Relating Kegiatan relating adalah kegiatan untuk mengaitkan materi pembelajaran
dengan materi yang sudah dipelajari oleh siswa dan contohnya dalam kehidupan nyata. Dibagi menjadi beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Pemberian Apersepsi
Guru memberikan apersepsi kepada siswa berupa pertanyaan-pertanyaan untuk mengingat kembali materi prasyarat yang berkaitan dengan materi baru
yang akan dipelajari. Secara individu siswa dapat menganalisis materi-materi prasyarat yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
42
b. Motivasi
Guru memberikan motivasi kepada siswa berupa pengalaman belajar yang akan diperoleh siswa dengan mengaitkan materi pelajaran dan contohnya
dalam kehidupan sehari-hari. c.
Tujuan pembelajaran Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai berkaitan
dengan materi sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai.
b Cooperating
Guru membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok dengan anggota 3-4 orang. Pembentukan kelompok dilakukan sesuai dengan langkah pembelajaran
kooperatif tipe NHT yaitu guru meminta setiap siswa dari setiap kelompok untuk mengambil nomor dari 1-4.
2 Kegiatan Inti
Kegiatan inti dalam pembelajaran kontekstual dengan seting pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut:
a. Experiencing
Guru memberikan beberapa permasalahan nyata yang berkaitan dengan materi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
materi sebelum LKS diberikan. b.
Applying Kegiatan Applying dilakukan dengan pemberian LKS kepada siswa. Masing-
masing kelompok diminta untuk mengerjakan LKS sesuai dengan petunjuk
43
dan bimbingan dari guru. Secara berkelompok siswa menganalisis, menyelesaikan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam LKS, dan membuat
kesimpulan mengenai apa yang telah dikerjakan. Setiap siswa harus mengetahui jawaban dari kegiatan yang terdapat dalam LKS dan mampu
untuk memberikan kesimpulan dengan bahasa sendiri. c.
Transferring Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil
diskusi. Sesuai dengan tahapan NHT, guru memastikan semua siswa mengetahui penyelesaian masalah yang ada di LKS dengan meminta semua
siswa mengangkat kepala mereka put their head together dan mengambil salah satu nomor yaitu antara 1-4, kemudian nomor sesuai dengan nomor
yang terambil, maka setiap siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor tersebut yang harus menyampaikan hasil diskusi dan
kesimpulan yang didapat dari pengerjaan LKS ke depan kelas. 3
Kegiatan Penutup Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan materi
yang telah dipelajari, kemudian bersama-sama menyamakan persepsi dan memberikan pekerjaan rumah atau menyampaikan materi yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya. Sintaks atau langkah-langkah mengerjakan kegiatan di LKS, dijabarkan
sebagai berikut:
44
1 Kegiatan Cooperating
Siswa berkelompok sesuai dengan pembagian kelompok yang dilakukan oleh guru. Sebelum memulai pengerjaan LKS, siswa diminta untuk mengambil
nomor dari 1-4 yang nantinya digunakan untuk kegiatan presentasi atau penyampaian hasil diskusi. Siswa menuliskan nama anggota kelompok pada
kolom yang tertera pada LKS. 2
Kegiatan relating Secara berkelompok siswa menyelesaikan kegiatan “relating” yang terdapat
pada LKS berisi pertanyaan yang berkaitan dengan materi sebelumnya. Siswa mengingat kembali materi yang pernah diajarkan, bertukar pendapat dengan
anggota kelompok, dan menuliskan jawaban yang telah didiskusikan ke dalam LKS.
3 Kegitan experiencing
Siswa menyelesaikan kegiatan “experiencing” yang terdapat pada LKS
dengan kelompoknya masing-masing, mengumpulkan informasi dari kegiatan tersebut, mengajukan dugaan, memberikan penjelasan dengan model maupun
sifat dan mendiskusikan hasil pemikiran individu dengan teman satu kelompok, kemudian menuliskan hasil diskusi dalam LKS.
4 Kegiatan applying
Setiap siswa memahami, memberikan bukti maupun alasan, dan menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam kegiatan “applying” yang
kemudian didiskusikan dalam kelompok dan menuliskan hasil diskusi ke
45
dalam LKS. Setiap siswa harus mengetahui jawaban maupun hasil diskusi dari kegiatan yang ada di LKS.
5 Kegiatan transferring
Siswa menyelesaikan kegiatan yang terdapat dalam LKS, menyamakan pendapat dari hasil pemikiran masing-masing kemudian berdiskusi untuk
mendapatkan kesimpulan dari penyelesaian kegiatan di LKS. Guru memastikan semua siswa mengetahui penyelesaian masalah yang ada di LKS
dengan meminta semua siswa mengangkat kepala mereka put their head together
dan mengambil nomor secara acak antara 1-4, kemudian siswa yang nomornya terambil menyampaikan hasil diskusi dan memberikan kesimpulan
dari kegiatan LKS yang telah mereka kerjakan di depan kelas. Perangkat pembelajaran geometri yang dikembangkan melalui pembelajaran
kontekstual dengan setting pembelajaran kooperatif tipe NHT Number Head Together
diharapkan mampu untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada materi segitiga dan segiempat.
8. Kriteria Kualitas Produk
Kualitas produk atau hasil pengembangan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam suatu penelitian dan pengembangan. Kriteria kualitas suatu
produk menurut Rochmad 2012: 68 ditinjau melalui tiga aspek, yaitu: a.
Kevalidan Aspek kevalidan merupakan kesesuaian pengembangan perangkat
pembelajaran dengan teoritiknya dan konsistensi internal pada setiap komponennya. Menurut Nieveen dalam Rochmad, 2012: 69 validitas dapat
46
dilihat dari kesesuaian dan konsistensi komponen perangkat pembelajaran dengan kurikulum atau model pembelajaran. Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika
berdasarkan teori yang memadai dan semua komponen berhubungan secara konsisten. Indikator yang digunakan untuk menyatakan bahwa model
pembelajaran valid sebagai berikut: 1
Validitas isi, yaitu menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan berdasarkan kurikulum, metode pembelajaran yang digunakan, dan
kemampuan yang ditingkatkan. 2
Validitas konstruk, yaitu mengukur komponen perangkat sesuai dan berkaitan satu sama lain.
Pada penelitian ini, tingkat kevalidan ditentukan oleh penilaian ahli atau validator yaitu dosen ahli dan guru matematika. Instrumen yang divalidasi adalah
lembar penilaian perangkat pembelajaran berupa lembar penilaian RPP dan lembar penilaian LKS. Lembar penilaian tersebut divalidasi terlebih dahulu
kemudian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dinilai oleh validator. Perangkat pembelajaran dikatakan valid apabila memenuhi kriteria
sekurang-kurangnya BaikValid. b.
Kepraktisan Indikator untuk menyatakan keterlaksanaan perangkat pembelajaran
dikatakan baik adalah dengan melihat komponen-komponen dilaksanakan dengan tepat oleh guru di kelas. Berkaitan dengan kepraktisan ditinjau dari apakah guru
dapat melaksanakan pembelajaran di kelas, pengamat atau observer bertugas untuk mengamati aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan peneliti
47
juga harus mengetahui respon siswa terkait dengan perangkat pembelajaran di kelas. Kepraktisan perangkat pembelajaran diperoleh dari hasil angket respon
siswa dan lembar observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Angket respon siswa dibuat untuk mengetahui respon siswa terhadap LKS yang dikembangkan
apakah sesuai dengan aspek kelayakan isi, penyajian materi, kebahasaan dan kegrafikaan. Sedangkan lembar observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran
dibuat untuk mengetahui apakah kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan RPP yang dikembangkan. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis
apabila memenuhi kriteria sekurang-kurangnya baikpraktis ditinjau dari angket respon siswa lampiran B.11 dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
lampiran B.12. c.
Keefektifan Indikator untuk menyatakan bahwa keterlaksanaan perangkat pembelajaran
dikatakan efektif apabila dilihat dari komponen-komponen yang ditentukan. Keefektifan perangkat pembelajaran diperoleh dari hasil tes kemampuan
penalaran dan dikatakan efektif jika dapat membantu mencapai kompetensi yang ditentukan atau memenuhi kriteria sekurang-kurangnya baikefektif.
B. Kerangka Berpikir