Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada dalam wilayah-wilayah sumber dan pengembangan budaya wayang di Jawa, di antaranya kawasan Keraton Surakarta, Pura Mangkunagaran, Prodi Kajian Budaya UNS, dan ISI Surakarta dalam administrasi pemerintah Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan tempat tersebut atas pertimbangan berikut. Pertama , Keraton Surakarta dan Mangkunagaran hingga saat ini masih diakui dan berwibawa di tengah masyarakat sebagai trah peradaban Mataram Islam, sumber budaya Jawa serta pusat kekuasan Jawa sebelum kemerdekaan. Kedua di Keraton Surakarta dan Mangkunagaran dapat dilacak isyu-isyu wacana yang berkaitan dengan tokoh Arjuna, melalui wawancara dengan para abdi dalem dan empu-empu kedua keraton, serta sumber-sumber tertulis di kedua keraton yaitu Sana Pustaka dan Reksa Pustaka. Ketiga , Program studi Kajian Budaya UNS, juga lokasi sangat penting dalam penelitian ini, sebagai wahana transformasi keilmuan bidang humaniora terutama paradigma kajian budaya, wilayah struktural, poststruktural, modernis, post modernis maupun kajian budaya populer. Lebih-lebih disiplin ilmu Semiotika yang menjadi kunci pembahasan dalam penelitian ini, Prodi Kajian Budaya Pasca Sarjanna UNS, menyediakan pakar-pakar serta buku-buku referensi yang cukup memadai. Keempat , ISI Surakarta juga termasuk lokasi penelitian yang penting karena, di sana terdapat beberapa pakar pedalangan yang memungkinkan dijadikan informan, serta tersedia banyak tulisan tentang wayang di perpustakaan terutama laporan penelitian, tesis maupun disertasi.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Ratna 2010:143 mengutip pendapat Kerlinger, mengkatagorikan bahwa data adalah hasil penelitian baik yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara, dan proses pengamatan. Dalam penelitian data adalah rekaman dari fakta-fakta yang merupakan sasaran analisis penelitian. Dikaitkan antara ilmu nomonetis dan ideografis, variabel kualitatif dan kuantitatif data dibedakan menjadi dua jenis yaitu: data kuantitatif dalam bentuk angka numerik dan data kualitatif dalam bentuk non-angka katagorisasi seperti sikap-sikap, tingkah laku, pemahaman dan sebagainya. Sumber data menurut Ratna baik jenis penelitian kuantitatif maupun kualitatif dibedakan menjadi dua yaitu: a sumber primer sumber aktual pada saat terjadinya peristiwa pengumpulan data seperti informan atau responden, dan b sumber sekunder, tangan kedua atau sumber lain yang telah ada sebelum penelitian dilakukan seperti artikel dalam media massa, buku teks, publikasi organisasi pemerintah ataupun hasil penelitian baik yang sudah dipublikasikan ataupun belum. Dengan demikian, data juga dibedakan menjadi dua yaitu: a data primer seperti hasil wawancara maupun survei, dan b data sekunder seperti berbagai pendapat yang diambil melalui sumber sekunder untuk menjelaskan data primer. Akan tetapi diuraikan Ratna lebih lanjut bahwa pengertian data primer maupun sekunder sangat relatif tergantung jenis dan tujuan penelitian. Secara umum hasil wawancara, survei, observasi dan diskusi kelompok merupakan jenis data primer dalam penelitian lapangan, tetapi dalam penelitian pustaka data tersebut dikatagorikan menjadi data sekund Ratna, 2010:143. Berdasar katagori di atas penelitian berjudul Diskursus Tokoh Arjuna dalam Legitimasi Raja-Raja Mataram ini adalah penelitian pustaka yang menggunakan data primer berbagai teks dan wacana dari buku-buku, jurnal, majalah, dan media internet, sehingga sumber data diperoleh dari buku-buku, jurnal, majalah, dan media internet itu pula. Sumber data tersebut didapat penulis dari koleksi pribadi serta koleksi perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunagaran, ISI Surakarta, dan perpustakaan pasca sarjana UNS. Data sekunder berupa hasil wawancara, dan observasi yang bersumber dari para informan dan pengamatan langsung di lapangan pentas wayang ataupun ritual- ritual yang berkaitan dengan diskursus tokoh Arjuna. 3.4.Teknik Penentuan Informan Berkaitan dengan informan Ratna 2010:227 mendefinisikan orang yang memberi informasi dalam hal teknik wawancara. Peranannya dalam penelitian ini memberi kejelasan, tambahan informasi serta klarifikasi data pustaka berkaitan dengan obyek material wacana-wacana Arjuna serta kaitanya dengan hegemoni serta legitimasi raja-raja Jawa Mataram. Dalam sebuah penelitian informan diperlakukan bukan sebagai obyek melainkan sebagai subjek karena ia ikut berperan memberi informasi kejelasan, kejernihan dan klarifikasi sehingga hasil analisis penelitian menjadi obyektif, bahkan ilmu pengetahuan sebagai bentuk penelitian emik sekaligus etik, dengan temuan-temuannya merupakan kerja sama antara subjek dan objek antara peneliti dan informan. Penentuan informan dilakukan secara purposif yaitu informan yang akan diwawancarai adalah orang yang diyakini mampu memberikan informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu tentang makna tokoh Arjuna serta hal-hal yang berkaitan tentang legitimasi raja-raja Jawa. Memenuhi syarat teknik purposif, peneliti telah memiliki bekal dan pemahaman awal tentang objek material yang diteliti, sehingga dapat langsung menunjuk para informan kunci key informan terdiri dari para budayawan, dan praktisi pewayangan, baik abdi dalem kabudayan keraton, Mangkunagaran, abdi dalem dalang, peniti wayang pusaka keraton, maupun pakar wayang di lingkungan ISI Surakarta, yang pada umumnya mereka telah menekuni bidang itu dalam jangka waktu cukup panjang. Secara lebih rinci tehnik penentuan informan disyaratkan sebagai berikut. 1 Bisa diajak berkomunikasi. 2 Memiliki pengetahuan tentang wayang terutama tokoh Arjuna, segi kerupaan maupun filosofi. 3 Budayawan keraton, Mangkunagaran, ataupun akademisi budaya yang memiliki pengetahuan tentang tradisi budaya yang berhubungan dengan silsilah raja-raja Jawa, serta ritual-ritual budaya yang berhubungan dengan diskursus tokoh Arjuna. 4 Empu di keraton maupun Mangkunagaran, dalang ataupun akademisi budaya pedalangan yang memiliki pengetahuan tentang sastra maupun lakon-lakon wayang yang berkaitan dengan Arjuna. Berdasarkan kreteria di atas informan-informan yang akan diwawancarai dikelompokkan menjadi tiga. P ertama, informan dari dalam keraton dan Pura Mangkunagaran. Kedua, informan dari para akademisi budaya di Fakultas Sastra, maupun Prodi Pengkajian Budaya Pasca Sarjana UNS, maupun Jurusan Pedalangan di ISI Surakarta. Ketiga informan dari praktisi dalang ataupun tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang wayang dan legitimasi raja-raja Jawa.

3.5. Instrumen Penelitian