Tinjauan Tentang Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter

cogntion menghargai pentingnya nilai karakter valuing. Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya saja ketika seseorang berbuat jujur, hal itu dilakukannya karena ia takut dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk menghargai nilai kejujuran itu sendiri. Oleh sebab itu pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan domain affection atau emosi. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman niali-nilai karakter kepada warga sekolahpondok pesantren yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan karakter di pondok pesantren, semua komponen pemangku pendidikan harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan pondok pesantren itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelalolaan mata pelajaran, manajemen pondok pesantren, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan pondok pesantren, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga pondok pesantren. Menurut Bannet 1991 sekolahpondok pesantren mempunyai peran yang amat penting dalam pendidikan karakter anak, karena anak- anak menghabiskan waktu cukup banyak bahkan semua waktunya berada di pondok pesantren, dan apa yang terekam dalam memori anak- anak di pesantren akan mempengaruhi kepribadian anak ketika dewasa kelak. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan cognitif, perasaan feeling dan tindakan action. Menurut Lickona, tanpa ketiga aspek tersebut, maka pendidikan karakater tidak akan efektif, sejalan apa yang disampaiakan oleh Suyanto 2010 pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional pasal I UU RI, Sisdiknas Tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amana UU Sisdiknas tersebut dimaksudkan agar pendidikan tidak hanya membentuk manusia Indonesia yang cerdas saja, namun juga berkepribadian atau berkarakter yang baik, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafaskan nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

Pendidikan saat ini merupakan topik yang banyak dibicarakan di kalangan pendidik. Pendidikan karakter diyakini sebagai aspek penting dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM, karena turut menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter masyarakat yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa “emas” namun “kritis” bagi pembentukan karakter seseorang. Untuk itu tepat sekali jika pendidikan karakter menjadi program prioritas Kemindiknas tahun 2010-2014, yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter 2010: pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Selanjutnya pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Adapun fungsi dari pendidikan karakter adalah 1 menegembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik, 2 memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural, 3 meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.

c. Langkah-Langkah Pembentukan Karakter

Pembentukan karakter santri, dapat dilakukan melalui memasukkan konsep karakter pada setiap kegiatan proses pembelajaran.Selain itu juga dilakukan melalui pembuatan slogan- slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala tingkahlaku masyarakat di pondok pesantren. Dan juga dapat dilakukan melalui pemantauan perilaku santri secara kontinu, dan pemantauan ini akan lebih mudah dilakukan apabila santri berada di pondok pesantren. Memasukkan konsep karakter pada setiap kegiatan proses pembelajaran, biasa dilakukan dengan cara antara lain: a Menanamkan nilai kebaikan kepada anak atau santri knowing the good. Menanamkan konsep diri pada santri setiap akan memasuki pelajaran. Baik itu dalam bentuk janji tentang karakter, maupun pemahaman tentang makna pada karakter yang akan disampaikan. b Menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat baik desiring the good. Memberikan beberapa contoh i dalam perilaku melalui cerita dengan tokoh-tokoh yang mudah difahami oleh santri. c Mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik loving the good. Agar santri mengembangkan karakter yang baik, maka ada penghargaan bagi santri yang membiasakan melakukan kebaikan. Demikian pula bagi santri yang melakukan pelanggaran, supaya diberi hukuman yang mendidik. d Melakukan perbuatan baik acting the good. Karakter yang sudah mulai dibangun melalui konsep diaplikasikan dalam proses pembelajaran selama di pondok pesantren. Selama itu, juga memantau perkembangan santri dalam praktek pembangunan karakter di rumah. Dalam hal ini pengasuh Kyai dan para ustadz sebagai model. Kyai dan para ustadz akan banyak dilihat oleh santri. Apa yang dilakukan oleh Kyai dan para ustadz akan di anggap benar oleh santri. Untuk itulah, Kyai dan para ustadz harus mampu memberikan contoh yang baik dan positif. Penanaman nilai-nilai ini, baik nilai relegi, nilai moral, nilai sosial, dan lain-lain ini dilakukan dengan cara pendampingan ustadz. Selain sebagai model perilaku sehari-hari dalam bentuk perilaku yang bisa diteladani, Kyai dan ustadz juga melakukan pemantauan secara berkelanjutan terhadap perkembangan moral santri. Kyai dan ustadz juga bisa membangun komunikasi yang efektif dengan orang tua santri tentang perilaku santri di rumah. Semua itu untuk menyiapkan santri- santri dalam rangka mengokohkan konsep moral pada diri mereka.

d. Macam-Macam Nilai Dalam Pendidikan karakter

Menurut Doni Koesoema 2010:208 ada beberapa kriteria nilai yang bisa menjadi bagian dalam kerangka pendidikan karakter yang dilaksanakan di pondok pesantren. Nilai-nilai ini diambil sebagai garis besarnya saja, sifatnya terbuka, masih bisa ditambahkan dengan nilai- nilai yang relevan dengan situasi kelembagaan pendidikan tempat setiap individu bekerja. Nilai-nilai tersebut antara lain: a Nilai Keutamaan. Manusia memiliki keutamaan kalau ia menghayati dan melaksanakan tindakan-tindakan yang utama, yang membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain dalam konteks Yunani kuno, misalnya nilai keutamaan ini tampil dalam kekuatan fisik dan moral. Kekuatan fisik di sini berarti ekselensi, kekuatan, keuletan, dan kemurahan hati. Kekuatan moral berarti berani mengambil resiko atas pilihan hidup, konsisten, dan setia. b Nilai Keindahan. Pada masa lalu nilai keindahan ini ditafsirkan terutama pada keindahan fisik, berupa hasil karya seni, patung, bangunan, sastra, dan lain-lain. Nilai keindahan dalam tataran yang lebih tinggi menyentuh dimensi interioritas manusia itu sendiri yang menjadi penentu kualitas dirinya sebagai manusia. c Nilai Kerja. Jika ingin berbuat adil, manusia harus bekerja. Inilah prinsip dasar keutamaan Hesiodian. Penghargaan atas nilai kerja inilah yang menentukan kualitas diri seseorang individu. Menjadi manusia utama adalah menjadi manusia yang bekerja. Untuk itu butuh kesabaran, ketekunan, dan jerih payah. Jika lembaga pendidikan kia tidak menanamkan nilai kerja ini, individu yang terlibat di dalamnya tidak akan dpat mengembangkan karakter dengan baik. d Nilai Cinta Tanah Air patriotisme. Pemahaman dan penghayatan nilai ini banyak bersumber dari gagasan keutamaan yang diungkapkan oleh Tirteo 1995: 180 “Ideal kepahlawanan homerian tentang arete telah berubah menjadi cita-cita cinta tanah air, dan sang penyair menyerambahi semangat ini dalam diri seluruh warga negara. Apa yang ingin ia ciptakan adalah sebuah rakyat, sebuah negara yang setiap warganya adalah pahlawan yang setia untuk membela negaranya sampai titik darah yang terakhir. e Nilai Demokrasi. Nilai demokrasi ini mewarisi pendidikan karakter ala Atenean. Kebebsab berpikir dan menyampaikan pendapat. Nilai ini merupakan harga mati bagi sebuah masyarakat yang demokratis. f Nilai Kesatuan. Dalam konteks berbangsa dan bernegara di Indonesia, nilai kesatuan ini menjadi dasar pendirian negara ini, yang tertulis dalam sila ke-3 yaitu persatuan Indonesia. g Menghidupi Nilai Moral. Nilai inilah yang oleh Socrates di acu sebagai sebuah panggilan untuk merawat jiwa, Jiwa inilah yang menentukan apakah seseorang itu sebgai individu merupakan pribadi yang baik atau tidak. h Nilai-Nilai Kemanusiaan. Apa yang membuat manusia sungguh- sungguh manusiawi itu merupakan bagian dari keprihatinan setiap orang. Menghayati nilai-nilai kemanusiaan mengandaikan sikap keterbukaan terhadap kebudayaan lain, termasuk disini kultur agama dan keyakinan yang berbeda. Yang menjadi nilai bukanlah kepentingan kelompoknya sendiri, melainkan kepentingan yang menjadi kepentingan setiap orang, seperti keadilan, persamaan di depan hukum, kebebasan dan lain-lain. Nilai-nilai kemanusiaan ini menjadi sangat relevan diterapkan dalam pendidikan karakter karena masyarakat kita telah menjadi masyarakat globl. Selanjutnya Indonesian Heritage Foundation IHF dalam Majid 2011:42 merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter, yaitu; 1 cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya; 2 tanggung jawab, disiplin dan mandiri; 3 jujur; 4 hormat dan santun; 5 kasih sayang, peduli, dan kerjasama; 6 percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah; 7 keadilan dan kepemimpinan; 8 baik dan rendah hati; 9 toleransi, cinta damai dan persatuan. Lebih lanjut, Kemendiknas 2010 melansi bahwa berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturnhukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima, yaitu; 1 nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, 2 nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan diri sendiri, 3 nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan 4 nilai- nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan, serta 5 nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan kebangsaan. Thomas Lickona, ketika di tanya tentang unsur-unsur apa saja karakter esensial yang penting yang harus ditanamkan kepada peserta didik, beliau menjawab dengan tegas ada 7 tujuh unsur yaitu: 1 ketulusan hati atau kejujuran honesty, 2 belas kasih compassion, 3 kegagahberanian courage, 4 kasih sayang kindness, 5 kontrol diri self-control, 6 kerja sama cooperation, dan 7 kerja keras diligence or hard work. Sedangkan dalam naskah akademik pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, Kementrian Pendidikan Nasional telah merumuskan lebih banyak nilai-nilai karakter yaitu ada 18 nilai yang akan dikembangkan atau ditanamkan kepada anak- anak dan generasi muda bangsa Indonesia. Nilai-nilai karakter tersebut dapat dideskripsikan dalam tabel 2.1 sebagai berikut: TABEL 2.1 NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER No. Nilai-Nilai Deskripsi 1. Relegius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat Komunikatif Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain. 14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengemabangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial dan budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Sumber: Naskah akademik Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Kementerian Pendidikan Nasional. Dalam desain induk pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional juga telah menjelaskan konfigurasi karakter dalam konteks proses psikososial dan sosial-kultural dalam empat kelompok besar, yaitu: 1 Olah Hati spiritual and emotional development, 2 Olah Fikir intelectual development, 3 Olah Raga dan Kinestetik physical and kinesthetic development, dan 4 Olah Rasa dan Olah Karsa effective and creativity development. Keempat kelompok konfigursi karakter tersebut memiliki unsur-unsur karakter inti sebagaimana dalam dalam tabel 2.2 sebagai berikut. TABEL 2.2 UNSUR-UNSUR KARAKTER INTI NO. Kelompok Nilai Inti Indikator 1. Olah Hati 1. Relegius 2. Jujur 3. Tanggug Jawab 4. Peduli Sosial 5. Peduli Lingkungan 2. Olah Fikir 1. Cerdas 2. Kreatif 3. Gemar Membaca 4. Rasa Ingin Tahu 3. Olah Raga 1. Sehat 2. Bersih 4. Olah Rasa dan Karsa 1. Peduli 2. Kerjasama gotong royong Karena pendidikan karakter adalah habit, maka pembentukan karakter seseorang itu memerlukan communities of character yang terdiri dari keluarga, sekolah, institusi keagamaan, media, pemerintahan dan berbagai pihak yang mempengaruhi nilai-nilai generasi muda. Semua communities of chharacter tersebut hendaknya memberikan keteladanan, intervensi, pembiasaan yang dilakukan secara konsisten, dan penguatan. Dengan perkataan lain, pembentukan karakter memerlukan pengembagan keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten dan pengautan. Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturanhukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama yaitu: 1 Nilai karakter perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang maha Esa relegius rtinya: pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan danatau ajaran agamanya. 2 Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri yang meliputi jujur, beratanggungjawab, bergaya hidup sehat, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berfikir logis, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, ingin tahu dan cinta ilmu. 3 Nilai kar dalam hubungannya dengan sesama yang meliputi: sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada aturan-aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain, santun dan demokratis. 4 Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan meliputi: peduli sosial dan lingkungan. 5 Nilai karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan yang meliputi: nasionalisme, menghargai keberagaman.

e. Pendidikan Karakter Sebagai Kebutuhan Bagi Santri di Pondok Pesantren

Dimuatnya kata-kata beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab yang terdapat dalam ketentuan umum UUSPN No. 20 Tahun 2003 point 2 menunjukkan bahwa implementasi pendidikan hendaknya berbasiskan kepada seeperangkat nilai sebagai panduan anatara keseimbangan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan pendidikan nasional yang memberikan perhatian dan penekanan aspek pembinaan keimanan dan ketaqwaan mengisyaratkan bahwa nilai dasar pembangunan karakter bangsa bersumber dan harus bermuara pada penguatan nilai-nilai ketuhanan sesuai dengan keyakinan agama yang diyakininya. Menurut ASCD for the language learning: A Guide to Education Terms, by J.L McBrien R.S. Brand, Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development Endang Sumantri: 2010 bahwa pengertian karakter telah dicoba dijelaskan dalam berbagai pengertian seringkali mengacu pada bagaimana “kebaikan” seseorang. Dengan kata lain, seseorang yang dianggap memiliki karakter yang baik akan mampu menunjukkan sebagai kualitas pribadi yang patut serta pantas sesuai dengan yang diinginkan dalam kehidupan masyarakat. Karena itu, pendidikan karakter senantiasa akan berkaitan dengan bagaimana memberikan mengajarkan anak-anak tentang kejujuran, kebaikan, kededilrmawanan, keberanian, kebebasan, persamaan, dan kehormtan. Sumantri 2010 menambahkan bahwa dalam pendidikan karakter, terdapat enam nilai etik utama core ethical values seperti yang tertuang dalam deklarasi Aspen yaitu meliputi: 1 Dapat dipercaya trustworthy seperti sifat jujur honesty dan integritas Integrity. 2 Memperlakukan orang lain dengan hormat treats people with respect. 3 Bertanggungjawab responsible. 4 Adil fair 5 Kasih sayang caring dan warganegara yang baik good citizen. Lebih lanjut Sumantri 2010 menjelaskan beberapa esensi nialai karakter yang dapat dieksplorasi, diklarifikasi dan direalisasikan melalui pembelajaran dalam ekstrakurikuler antara lain bisa dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut. TABEL 2.3 ESENSI NILAI KARAKTER IDEOLOGI IDEOLOGY AGAMA RELIGION BUDAYA CULTURE a. Disiplin, hukum dan tata tertib b. Mencintai tanah air c. Demokrasi d.Mendahulukan kepentingan umum e. Berani f. Setia kawansolidaritas g. Rasa kebangsaan h. Patriotik i.Warga negara produktif j. Martabatharga diri bangsa k. Setiabela negara a. Iman kepada Tuhan YME b. Taat pada perintah Tuhan YME. c. Cinta agama d. Patuh pada ajaran agama e. Berakhlak f. Berbuat kebajikan g. Suka menolong dan bermanfaat bagi orang lain h. Berdoa dan bertawakkal i. Peduli terhadap sesama j. Berperikemanusiaan k. Adil l. Bermoral dan bijaksana a. Toleransi dan itikat baik b. Baik hati c. Empati d. Tata cara dan etiket e. Sopan santun f. Bahagia dan gembira g. Sehat h. Dermawan i. Persahabatan j. Pengakuan k. Menghormati l. Berterima kasih Namun, pola pengajaran pendidikan karakter harus dipastikan tidak terjebak pada tradisi hafalan, atau siswa hanya sekedar “tahu”. Seringkali persoalan yang terjadi, orang tahu belum tentu paham, orang faham belum tentu melakukanberbuat, orang yang berbuat sekalipun belum tentu mampu menghayati dan mengambil makna dari perbuatan yang telah dilakukannya. Karena pola pembinaan kepribadian dan karakter seyogyanya harus dilakukan secara sistematis, dan berkelanjutan dengan melibatkan aspek pengetahuan knowledge, perasaan feeling, tindakan acting Diharapkan pada gilirannya, siswa secara seimbang mampu mengembangkan kepribadian dan karakternya menjadi sosok yang tangguh, mandiri, memahami hak dan kewajiban, bertanggungjawab, disiplin dan kuat dalam menghadapi tantangan jaman ke depan. Dalam pendidikan karakter, thomas Lickona 1992 menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik components of good character yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral. Komponen-komponen tersebut diuraikan sebagai berikut. Pertama, pengetahuan moral. Ada enam aspek yang menjadi orientasi dari moral knowing yaitu : 1 kesadaran terhadap moral moral awareness, 2 pengetahuan terhadap nilai moral knowing moral values, 3 mengambil sikap pandangan perspectivetaking, 4 memberikan penalaran moral moral reasoning, 5 membuat keputusan decision making, dan 6 menjadikan pengetahuan sebagai miliknya self knoledge. Kedua, perasaan tentang moral. Ada enam aspek yang menjadi orientasi dari moral feeling yaitu: 1 kata hatisuara hati conscience, 2 harga diri self esteem, 3 empati emphaty, 4 mencintai kebajikan loving the good, 5 pengendalian diri self control, dan 6 kerendahan hati humaily. Ketiga, perbuatantindakan moral. Ada tiga aspek yang menjadi indikator dari moral action, yaitu: 1 kompetensi competence, 2 keinginan will, 3 kebiasaan habit. Sementara Dorothy Rich Elmubarok: 2009 mengungkapkan beberapa nilai dan kebiasaan dalam pendidikan karakter yang dapat dipelajari dan diajarkan oleh orang tua maupun guru, yang selanjutnya ditanamkan “mega skills” yaitu meliputi: percaya diri confidence, motivasi motivation, usaha effort, tanggungjawab responsibility, inisiatif initiataive, kemauan kuat perseverence, kasih sayang caring, kerjasama teamwork, berpikir logis common sense, pemecahan masalah problem solving, konsentrasi pada tujuan focus. Berdasarkan tahap perkembangan, pada prinsipnya anak yang memiliki kualitas karakter yang rendah mereka umumnya termasuk anak-anak yang memiliki kecenderungan tingkat perkembangan sosio-emosionalnya yang rendah, sehingga kemungkinan terbesar anak-anak yang termasuk kategori ini berisiko mengalami kesulitan dalam interaksi sosial, ketidakmampuan mengontrol diri sehingga pada gilirannya akan menyebabkan mereka mengalami kesulitan belajar. Berdasarkan pikiran-pikiran yang telah dikemukakan di atas, semakin menunjukkan bahwa penanaman dan pembinaan kepribadian dan karakter di usia sekolah memiliki kedudukan dan peranan yang strategis dan berkontribusi besar terhadap keberhasilan dalam kehidupan selanjutnya. 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif sehingga data yang muncul tidak berupa angka-angka, tetapi berupa uraian kata-kata. Sebagaimana lazimnya penelitian kualitatif, penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, tetapi lebih berorientasi pada pengembangan dan pengetahuan baru yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian. Rancangan penelitian berupa studi kasus, karena berusaha memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail tentang manajemen pondok pesantren berbasis karakter di pondok pesantren “Annuriyyah” Kaliwining Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Hal ini didasarkan pada pendapat Arikunto 2002: 115 ”Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu dan meliputi subyek yang sempit tetapi sifatnya lebih men dalam”.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif artinya penelitian ini berusaha mengungkapkan secara obyektif dan sistematis fakta-fakta yang ditemukan oleh peneliti di lapangan berkaitan dengan masalah manajemen pondok pesantren berbasis pendidikan karakter. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatau gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan Arikunto, 2002: 309. Proses penelitian ini dimulai dengan eksplorasi yang kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data yang terseleksi dan terfokus pada perencanaan, pelaksanaan, penggerakan, dan pengendalian atau 40 evaluasi pondok pesantren berbasis pendidikan karakter di pondok pesantren “Annuriyah” Kaliwining Kecamatan Rambipuji Kabuapten Jember.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian adalah pondok pesantren putri “Ann uriy yah” Kaliwining Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Yang teapatnya beralamat di Jalan Dharmawangsa 142 Kaliwining Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Penentuan lokasi ini didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai berikut : Pertama: biaya pendidikan yang cukup terjangkau bagi masyarakat kalangan ekonomi rendah. Kedua : pondok pesantren “Ann uriyy ah” merupakan sebuah lembaga yang memiliki nilai lebih atau keunggulan tersendiri dalam hal penanaman nilai keagamaan dan penanaman pendidikan karakter, Ketiga: kualitas yang cukup bagus untuk pendidikan formalnya dengan tidak menafikan pendidikan formal lainnya yang juga memiliki nilai lebih dalam hal kualitas dan besarnya biaya penyelenggaraan pendidikan dan prestasinya. Hal itu terbukti dari out put santrinya juga bisa masuk di lembaga sekolah umum dan madrasah diatasnya bahkan banyak juga masuk di perguruan tinggi agama negeri seperti STAIN Jember, IAIN Surabaya, dan UIN Malang, begitu juga ada yang bisa masuk diperguruan tinggi umum seperti universitas Jember, Universitas Brawija Malang, Universitas Negeri Malang dan lain-lain.

D. Subyek Penelitian

Di dalam sebuah penelitian, subyek penelitian menduduki posisi sentral karena pada subyek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada. Yang menjadi subeyek dalam penelitian ini adalah Bapak Kyai dan Ibu Nyai sebagai pengasuh pondok pesantren, Kepala Madrasah, para unstadz dan ustadzah, wali murid, dan s antri pondok pesantren “Ann uriy yah” Kal iwining Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Mengingat jumlah unstadz yang ada sekitar 17 orang, dan santri yang cukup besar sekitar kurang lebih 300 orang yang menetap, sedangkan santri kalong tidak menetap sekitar 200 orang, maka tidak semua subyek penelitian ini 41 dapat dijadikan responden. Oleh karena itu, ditentukan sebagian dari subyek penelitian sebagai sampel penelitian. Adapun penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik yang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu purposive sampling. Menurut Arikunto 2002 : 128 ”Sampling bertujuan” purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan oeleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan dan tujuan tertentu. Tehnik pengambilan sampel ini digunakan peneliti karena peneliti ingin mendapatkan data yang sebanyak- banyaknya dan cukup valid serta sesuai dengan fokus penelitian. Sedangkan informan kuncinnya key instrument adalah Bapak Kyai dan Ibu Nyai pondok pesantren ”A nnuriyyah ” Kaliwining Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Kemudian untuk kelengkapan data dan ferivikasi keabsahan data juga sangat diperlukan informan sejumlah santri pondok pesantren ”A nnuriyyah ” . Sedangkan kepala Madrasah Ibtida’iyah, Stanawiyah, dan Aliyah sebagai manajer dan yang mengatur kegiatan, tentunya telah mengadakan musyawarah untuk mufakat dengan pengasuh, para ustadz semua pengurus pondok pesantren dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian diharapkan data yang diperoleh benar-benar valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

E. Data dan Sumber Data.

Jenis data yang digali dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut Lofland yang dikutip oleh Moleong 2000 : 112-116 menyebutkan bahwa data kualitatif adalah “lebih banyak bersifat kata -kata baik lisan maupun tulisan, juga tindakan selebihnya berupa dokumen, arsip dan foto”. Adapun data yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini adalah data mengenai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian manajemen pondok pesantren berbasis pendidikan ka rakter di pondok pesantren “Ann uriy yah” Kaliw ining Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.