STUDI KOMPARASI ANTARA TEKNIK PEMBELAJARAN PETA KONSEP DAN BERMAIN PERANTERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SURAKARTATAHUN 2008

(1)

BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS

SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN 2008

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Derajat Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup

Minat utama Pendidikan Geografi

TESIS

Oleh : Nularsih S880907021

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2008


(2)

ii

STUDI KOMPARASI ANTARA TEKNIK PEMBELAJARAN

PETA KONSEP DAN BERMAIN PERAN TERHADAP HASIL

BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS

SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN 2008

Oleh : Nularsih S880907021

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing

Dewan pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Sigit Santoso,M.Pd. ………... ... NIP. 130 529 725

Pembimbing II Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd. …... ... NIP. 131 286 930

Mengetahui

Ketua Program Studi PKLH

Prof. Dr. Sigit Santoso,M.Pd. NIP. 130 529 725


(3)

iii

BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS

SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN 2008

Oleh : Nularsih S880907021

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal :

Jabatan Nama Tanda Tangan

1. Ketua Prof. Dr. H. Soegiyanto,S.U. (……….)

2. Sekretaris Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si. (……….) Anggota Penguji :

1. Prof. Dr. Sigit Santosa, M.Pd. (………)

2. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd. (………)

Surakarta, Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi PKLH, Minat utama Pendidikan Geografi

Prof. Drs. Suranto, M.sc., Ph.D Prof. Dr. Sigit Santoso,M.Pd


(4)

iv

PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nularsih

NIM : S 880907021

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul : Studi Komparasi Antara Teknik Pembelajaran Peta Konsep dan Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1Surakarta Tahun 2008. adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 16 Desember 2008 Yang membuat pernyataan,


(5)

v

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia

mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari

kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau

hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau

bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada

orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami

apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan

rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami

terhadap kaum yang kafir.

" (Qs : Albaqarah)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk :

Anak-anakku yang selalu membantu mengerjakan penulisan tesis ini.

Teman-teman seprofesi pengajar Geografi ysng tengah menuntut ilmu di


(7)

vii

Nularsih. S880907021. Studi Komparasi Antara Teknik Pembelajaran Peta Konsep dan Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun 2008, Tesis, Surakarta : Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2008.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan teknik pembelajaran Peta Konsep dengan Teknik Bermain Peran dan mengetahui teknik pembelajaran manakah yang lebih baik diantara keduanya pada kompetensi dasar Antroposfer dan Aspek Kependudukan.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPS1 dan XI IPS3 tahun ajaran 2008/2009 berjumlah 79 siswa yang terbagi menjadi 2 kelas. Penelitian ini menggunakan analisis populasi, yang sekaligus digunakan sebagai sampel yang diteliti. Penetapan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didasarkan pada undian, sehingga kedua kelas mempunyai peluang yang sama. Kelas kontrol ditetapkan dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS1 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang, sedangkan untuk kelas eksperimen ditetapkan pada kelas XI IPS3 dengan jumlah siswa sebanyak 39 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dan metode tes dengan soal obyektif sejumlah 26 soal. Analisis data yang digunakan adalah Uji-T.

Hasil penelitian menunjukkan :

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan teknik pembelajaran Peta Konsep dan teknik Bermain Peran. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t hitung 3,48 lebih besar dari harga t tabel dengan db 77 taraf signifikansi 5% sebesar 1,67.

2. Teknik pembelajaran Bermain Peran lebih baik daripada Teknik Peta Konsep. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil nilai rerata pada kelompok eksperimen sebesar 7,73 lebih tinggi daripada nilai rerata kelompok kontrol sebesar 7,00.


(8)

viii ABSTRACT

Nularsih. S880907021. Studi Komparasi Antara Teknik Pembelajaran Peta Konsep dan Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1Surakarta Tahun 2008, Tesis, Surakarta : Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2008.

Target of research is to know there are difference which signifikan result learn the student taught by using technique of Map study Conception with the Technique Play at the Role and know the which study technique which are better among both [at] elementary interest Antroposfer And Aspect Demograpy

This research use the experiment method. Research population entire student of class of XI IPS1and XI IPS3 school year 2008 /2009 amounting to 79 student which divided become 2 class. This research use the population analysis, what at the same time used as accurate sampel. stipulating of Group of experiment and group control relied on a toss, so that class have the same opportunity. Class control specified in this research class of XI XI IPS1 summed uply student counted 40 people, while for the class of experiment specified class of XI IPS3 summed uply student counted 39 people. Technique data collecting use the method of documentation and method tes with the objective problem a number of 26 problem. Analyse the data used Uji-T.

Result of research show :

1. There are difference which significan result learn the student taught by using technique of Map study Conception and technique Play at the Role. This Matter shown pursuant to calculation result obtained t 3,48 bigger than price t of[is tables of by db 77 level signifikans5% equal to 1,67.

2. Study technique Play at the Role better than Technique of Concept Map. This Matter shown pursuant to result assess the average experiment group equal to 7,73 higher than value of group average control equal to 7,00.


(9)

ix

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan ini dengan judul : Studi Komparasi Antara Teknik Pembelajaran Peta Konsep dan Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun 2008, guna memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Peneliti menyadari bahwa tesis ini tidak akan dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada kepada yang terhormat :

1. Bpk. Prof. Drs. Suranto, M.sc. Ph.D. selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan pada Program Pasca Sarjana

2. Bpk. Prof. Dr. H. Sigit Santosa, M.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sekaligus pembimbing pertama dalam penyusunan penelitian tesis ini.

3. Bpk. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd. selaku pembimbing ke dua yang telah bersedia meluangkan waktu serta penuh kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.


(10)

x

4. Bpk. Prof. Dr. Soegiyanto, S.U. selaku sekeretaris Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Tim Penguji Tesis Program Studi Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan menguji, memberikan saran dan bimbingan untuk penyempurnaan tesis ini.

6. Rekan-rekan Pasca Sarjana UNS dan semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per-satu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penelitian ini.

Menyadari terbatasnya kemampuan yang ada dalam diri peneliti, maka kritik serta saran yang bermanfaat dan membangun sangat peneliti harapkan. Semoga hasil dari penelitian tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Surakarta, 16 Desember 2008 Penulis,


(11)

xi

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN...iv

HALAMAN MOTTO ...v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Pembatasan Masalah ...7

D. Perumusan Masalah ...7

E. Tujuan Penelitian ...8

F. Manfaat Penelitian ...8


(12)

xii

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS ...11

A. Studi Komparasi ...11

B. Penelitian Eksperimen ………...…..11

C. Belajar dan Pembelajaran ...12

D. Teknik Pembelajaran Peta Konsep ...15

E. Teknik Pembelajaran Bermain Peran (Role Play) ...19

F. Hasil Belajar ...27

G. Mata Pelajaran Geografi ...30

1. Definisi Geografi ...30

2. Ruang Lingkup Pengajaran Geografi ...30

H. Antroposfer dan Aspek Kepndudukan ………32

I. Kerangka Berpikir ...59

J. Hipotesis Penelitian ...60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...62

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...62

1. Tempat Penelitian ...62

2. Waktu Penelitian ...63

B. Metode Penelitian ...63

C. Populasi dan Sampel Penelitian ...65

1. Populasi Penelitian ...65

2. Sampel Penelitian... ...65

D. Teknik Pengumpulan Data ...66


(13)

xiii

b. Variabel Terikat ...67

2. Teknik Pengumpulan Data...67

a. Teknik Dokumentasi ...67

b. Teknik Tes ...68

3. Instrumen Penelitian ...68

E. Uji Coba Instrumen ...68

1. Validitas ...69

2. Reliabilitas ...70

F. Teknik Analisis Data ...71

1. Uji Prasyarat Analisis ...71

2. Uji Hipotesis ...72

BAB IV HASIL PENELITIAN ...74

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………...74

B. Deskripsi Proses Pembelajaran ...……….77

1. Proses Pembelajaran dengan Teknik Pembelajaran Peta Konsep ...77

2. Proses Pembelajaran dengan Teknik Pembelajaran Bermain Peran...78

C. Deskripsi Data Penelitian ...………...80

1. Nilai Awal Siswa (Pre tes) ………....80

a. Kelas Kontrol Teknik Pembelajaran Peta Konsep ...…...…80

b. Kelas Eksperimen Teknik Pembelajaran Bermain Peran …....81


(14)

xiv

a. Kelas Kontrol Teknik Pembelajaran Peta Konsep ...……....83

b. Kelas Eksperimen Teknik Pembelajaran Bermain Peran ...84

D. Pengujian Prasayarat Analisis ………...………..85

E. Hasil Uji Coba Instrumen ………...87

 Uji Validitas dan Realibilitas ...87

a. Uji Validitas ...87

b. Uji Reliabilitas ...88

F. Hasil Uji Hipotesis ...88

1. Hipotesis 1 ...88

2. Hipotesis 2 ...88

G. Pembahasan Hasil Penelitian ………...88

1. Hipotesis 1 ...88

2. Hipotesis 2 ...88

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ...92

A. Kesimpulan ………..92

B. Implikasi ……….….92

C. Saran... ……….93

D. Keterbatasan Peneliti ………...93

DAFTAR PUSTAKA ...94


(15)

xv

Tabel Halaman

1. Penelitian yang Relevan dengan Penelitian ...32

2. Jadwal waktu penyusunan penelitian tesis...63

3. Nilai Awal Siswa (Pre-tes) Kelas Kontrol ...80

4. Nilai Awal Siswa (Pre-tes) Kelas Eksperimen ...81

5. Nilai Akhir Siswa (Pos-tes) Kelas Kontrol ...83

6. Nilai Akhir Siswa (Pos-tes) Kelas Eksperimen ...84

7. distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Kelas Kontrol dan Kelas eksperimen ...86


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Belajar dan Pembelajaran Gagne dalam Suripto ...14

2. Piramida Penduduk Muda ...52

3. Piramida Penduduk Stationer ...52

4. Piramida Penduduk Tua ...53

5. Kerangka Berpikir dalam Penelitian ...60

6. Histogram Nilai Awal Siswa Kelas Kontrol ...81

7. Histogram Nilai Awal Siswa Kelas Eksperimen ...82

8. Histogram Nilai Akhir Siswa Kelas Kontrol ...84

9. Histogram Nilai Akhir Siswa Kelas Eksperimen ...85


(17)

xvii

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...73

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ...79

3. Lembar Kerja Kelompok Dalam Teknik Peta Konsep ...84

4. Lembar Kerja Kelompok Dalam Teknik Bermain Peran ...87

5. Soal Ulangan ...89

6. Daftar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...94

7. Lembar Pengamatan Penelitian Oleh Teman Sejawat Kelas Kotrol Teknik Peta Konsep ...96

8. Lembar Pengamatan Penelitian Oleh Teman Sejawat Kelas Kotrol Teknik Bermain Peran...98

9. Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Menggunakan Teknik Pembelajaran Peta Konsep ...100

10. Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Menggunakan Teknik Pembelajaran Bermain Peran...101

11. Perhitungan Validitas Soal ...102

12. Distribusi Frekuensi Nilai Awal (Pre-tes) Kelompok Kontrol ...105

13. Distribusi Frekuensi Nilai Awal (Pre-tes) Kelompok Eksperimen ...106

14. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir (Pos-tes) Kelompok Kontrol ...107

15. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir (Pos-tes) Kelompok Eksperimen ...109

16. Uji Homogenitas ...111

17. Uji Hipotesis ...113


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Geografi mempunyai peran yang sangat penting. Mata pelajaran Geografi diharapkan akan mampu membentuk siswa yang praktis dan terlatih, memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mempersiapkan diri sebagai sumberdaya siap kerja. Guru sebagai indikator efektivitas pengajaran memantau kemajuan belajar siswa. Penilaian di kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Jadi guru perlu melakukan analisis dan refleksi mengapa hal ini terjadi dan apa tindakan yang harus guru lakukan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.

Dalam pembelajaran Geografi banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep yang bersifat hitungan. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam memahami konsep Geografi yang mengandung hitungan mengakibatkan kesalahan–kesalahan dalam mengerjakan soal dan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa (skor) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah, padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru memberikan tugas (pemantapan) secara kontinu berupa latihan soal. Kondisi riil dalam pelaksanaannya latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep Geografi.

Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan sebagai kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana


(19)

dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif. Saat sekarang ini sistem pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang menggunakan sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jadi pendidikan tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik.

Proses pembelajaran Geografi berhasil apabila terjadi umpan balik yang positif. Fungsi guru dalam umpan balik ini dapat dilihat hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru itu sendiri. Umpan balik hasil penilaian sangat bermanfaat bagi siswa agar siswa mengetahui kelemahan yang dialaminya dalam mencapai kemampuan yang diharapkan dan siswa diminta melakukan latihan dan atau pengayaan yang dianggap perlu. baik sebagai tugas individu maupun kelompok.

Selama ini proses pembelajaran Geografi di kelas XI IPS SMA masih menggunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif (teacher center). Siswa tidak diberi kesempatan berpartisipasi dalam pembelajaran. Guru pada umumnya mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal (3DCH) Sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran Geografi. Akibatnya nilai akhir yang dicapai siswa tidak seperti yang diharapkan. Di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta masih banyak siswa kurang aktif dalam


(20)

3 hal bertanya dan menjawab, yang aktif hanya 55 %, dan siswa yang mempunyai kemampuan menjawab 40%.

Dengan memperhatikan permasalahan di atas, sudah selayaknya dalam pelajaran geografi adanya suatu inovasi atau perubahan. Jika dalam pembelajaran yang terjadi sebagian besar dilakukan oleh masing-masing individu siswa, maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan pemahaman siswa melalui pembelajaran kooperatif dengan metode permainan seperti simulasi dan bermain peran (role play).

Rathakrishnan (2006: 68) menjelaskan bahwa metode pembelajaran koperatif merupakan metode pembelajaran yang dilakukan apabila individu yang mempunyai pencapaian yang sama atau berbeda duduk dalam satu kumpulan untuk memperbincangkan sesuatu topik dengan menggunakan strategi kognitif yang sesuai sebagaimana yang diarahkan oleh guru.

Beberapa bentuk metode maupun teknik pembelajaran kooperatif antara lain dengan menggunakan teknik Simulasi, Bermain Peran, Peta Konsep, Jigsaw, Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Learning together (belajar bersama), Kelompok Buzz Group, dan Perlombaan kelompok permainan (Team Game Tounament) (Sudjana, 2001 : 112-160).

Diharapkan melalui teknik pembelajaran seperti bermain peran dan teknik Peta Konsep mampu meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Geografi. Selain itu semangat kebersamaan dan saling membantu dalam menguasai materi Geografi. Sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi yang optimal terhadap mata pelajaran Geografi.


(21)

Permasalahan dalam penelitian ini adalah tindakan apa yang dilakukan guru untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran geografi. Banyak faktor yang mungkin bisa menjadi penyebab terjadi permasalahan tersebut di atas.

Melalui penelitian ini akan dicobakan suatu teknik pembelajaran Bermain Peran dan Peta Konsep. Keunggulan dari pendekatan teknik pembelajaran Bermain Peran dan Peta Konsepn adalah adanya kerja sama dalam kelompok bermain dan dalam menentukan keberhasilan kelompok terebut tergantung keberhasilan peranan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain.

Teknik pembelajaran Bermain Peran adalah sutau teknik kegiatan dalam pembelajaran yangc menekankan pada kemampuan penampilan peserta didik untuk memerankan status serta fungsi pihak-pihak lain yang terdapat dalam kehidupan nyata. Dengan adanya kegiatan bermain peran ini diharapkan para peserta didik memperoleh pengalaman yang diperankan oleh pihak-pihak lain. (Sudjana, 2001 : 134).

Teknik pembelajaran Peta Konsep adalah salah satu tehnik belajar yang dikembangkan oleh Tony Buzon pada tahun 1970-an yang didasarkan pada bekerjanya otak. Otak kita mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, suara musik, serta perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang-cabang dan rantingnya. Jadi otak tidak menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom demi kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang kita keluarkan dalam berbahasa. Maka untuk dapat mengingat kembali dengan cepat apa yang telah kita pelajari


(22)

5 sebaiknya kita belajar meniru dasar bekerja otak, yaitu seperti pohon dengan cabang dan rantingnya disertai gambar, warna, simbul pola dan asosiasi dalam bentuk peta konsep atau peta pikiran yang menyerupai pohon. Dengan demikian didalam menyajikan dan menangkap isi pelajaran didalam peta konsep mendekati operasi alamiah dalam berfikir (Sugiyanto, 2007: 40-41).

Teknik pembelajaran bermain peran dan Peta Konsep menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik meneliti lebih lanjut masalah tersebut untuk dicarikan pemecahannya melalui penelitian tesis ini dengan judul: ”Studi Komparasi Antara Metode Pembelajaran Simulasi dan Bermain Peran Tehadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun 2008”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas dapat diidentifikasi permasalahan yang ada sebagai berikut:

1. Guru Geografi Kelas XI SMA Negeri I Surakarta kurang menguasai sepenuhnya konsep pembelajaran kooperatif model simulasi dan bermain peran. Bagaimanakah guru melakukan pembelajaran yang dapat dipahami secara cepat oleh siswa dalam bidang studi Geografi ?

2. Guru Geografi hanya mengandalkan metode ceramah yang divariasikan dengan Tanya jawab dan modul. Siswa kelihatan bosan dan kurang bergairah.


(23)

Berdasarkan hasil wawancara beberapa siswa, mereka kurang faham atas penjelasan guru. Guru kurang memberi kesempatan bertanya sehingga siswa enggan bertanya atau meminta penjelasan pada guru. Bagaimanakah guru Geografi memilih metode pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga siswa tidak cepat bosan ?

3. Hingga saat ini yang menjadi tujuan guru dalam mengajar adalah ketuntasan materi ajar. Siswa sering mengeluh karena ada materi-materi penting yang belum dipahami. Siswa menginginkan metode pembelajaran yang bisa memberikan pemahaman secara cepat. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran model permainan yang memberikan pemahaman secara cepat ? 4. Siswa SMA Negeri 1 Surakarta merupakan siswa yang menyukai

pembelajaran partisipatif. Sehingga jika guru menggunakan metode ceramah mereka kurang berminat untuk mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Bagaimanakah pemahaman siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta pada pelajaran Geografi sehingga mereka belajar sungguh-sungguh ?

5. Hampir seluruh siswa menginginkan metode pembelajaran yang dilaksanakan sambil bermain tetapi bisa memberikan pemahaman secara cepat. Apakah penerapan teknik pembelajaran bermain peran dan teknik Peta Konsep berpengaruh pada hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta dalam pelajaran Geografi ?


(24)

7 C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan banyak menimbulkan kesalahpahaman, maka permasalahan dalam penelitian ini perlu dibatasi dengan maksud untuk lebih memperdalam masalah yang dikaji. Karena kualitas penelitian ilmiah tidak terletak pada keluasan masalahnya, tetapi pada kedalaman pengkajian pemecahan masalah (Suryabrata, 1995: 79).

Adapun pembatasan permasalahan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Pembelajaran Simulasi dan Bermain Peran pada kompetensi dasar Antroposfer dan Aspek Kependudukan Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun 2008.

D. Perumusan Masalah

Bertitik tolak pada latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian, yaitu:

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan didalam penggunaan teknik pembelajaran Peta Konsep dan teknik Bermain Peran terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2008 ?

2. Teknik Pembelajaran manakah yang mampu menghasilkan hasil belajar siswa yang lebih baik pada kompetemsi dasar Antroposfer dan Aspek Kependudukan siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2008 ?


(25)

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perbedaan penggunaan teknik pembelajaran Peta Konsep dan teknik Bermain Peran terhadap hasil belajar Geografi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2008.

2. Untuk mengetahui teknik pembelajaran manakah yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada kompentensi dasar Antroposfer dan Aspek Kependudukan siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2008.

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, nantinya di harapkan dapat diambil beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitiaan ini dapat digunakan sebagai informasi bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitiaan tentang penggunaan metode yang sesuai dalam penggajaran dikelas pada mata pelajaran Geografi dengan kompetensi dasar kompentensi dasar Antroposfer dan Aspek Kependudukan.

2. Manfaat Praktis


(26)

9 Memberikan masukan kepada para pengajar sekolah menengah pertama pada umunya dan khususnya pengajar bidang studi Geografi untuk dapat menemukan metode mengajar yang sesuai dalam usaha peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar mata pelajaran geografi

b. Bagi Siswa

Mampu memberikan dorongan bagi siswa agar lebih bersemangat dan melatih siswa agar mampu bekerjasama di dalam menyelesaikan tugas yang dihadapi kelompok dan memiliki motivasi yang tinggi untuk meningkatkan hasil belajar dikelas dalam mata pelajaran Geografi.

G. Batasan Operasional

Batasan operasional didalam penelitian memiliki maksud atau tujuan agar penelitian terarah dan terfokus pada aspek yang akan diteliti. Batasan operaional didalam penelitian ini mencakup beberapa hal, antara lain :

1. Studi Komparasi, yaitu merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya (Van Dallen dalam Arikunto, 2002 : 236).

2. Penelitian Eksperimen, yaitu merupakan suatu upaya peneliti dengan secara sengaja memanipulasi suatu variabel (dengan maksud untuk memunculkan atau tidak memunculkan suatu variabel) kemudian memriksa efek atau akibat yang ditimbulkannya. ( Faisal, 2003:24).


(27)

3. Teknik Pembelajaran Peta Konsep, yaitu merupakan tehnik belajar yang didasarkan pada bekerjanya otak. Otak kita mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, suara musik, serta perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang-cabang dan rantingnya. (Sugiyanto, 2007: 40-41).

4. Teknik Pembelajaran Bermain Peran, yaitu sutau teknik kegiatan dalam pembelajaran yang menekankan pada kemampuan penampilan peserta didik untuk memerankan status serta fungsi pihak-pihak lain yang terdapat dalam kehidupan nyata (Sudjana, 2001 : 134).

5. Hasil Belajar, yaitu adalah kemampuaan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman dalam aktivitas belajarnya Sudjana (1995: 22).


(28)

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS

A. Studi Komparasi

Dalam penelitian ini kata studi berarti mempelajari. Komparasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah perbandingan. Van Dallen dalam Arikunto (2002: 236) menyebutkan bahwa penelitian komparasi merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya.

Sujud dalam Arikunto (2002:236) mengemukakan bahwa penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, dan terhadap suatu prosedur kerja.

Dari berbagai definisi tersebut, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa studi komparasi adalah suatu bentuk penelitian untuk membandingkan antara beberapa variabel yang saling berhubungan dengan menemukan perbedaan-perbedaan atau persamaannya.

B. Penelitian Eksperimen

Penelitian eksperimen merupaksan suatu kegiatan dimana peneliti tidak hanya mengamati bagaiamana kegiatan itu penelitian itu berlangsung namun juga ikut melakukan sesuatu terhadap obyek yang diamati tersebut .(BKKBN, 2007 : 04).


(29)

Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan bila ingin melakukan penlitian eksperimen, yaitu :

1. Pernyataan mengenai permasalahan yang dibahas. 2. Perumusan hipotesis.

3. Penentuan tehnik dan desain eksperimen yang diperlukan.

4. Pemeriksaan semua hasil yang mungkin dan latar belakang atau alasan-alasan agar supaya eksperimen setepat mungkin memberikan informasi yang diperlukan.

5. Mempertimbangkan semua hasil yang mungkin ditinjau dari prosedur ststistika yang diharapkan berlaku untuk itu, dalam rangka menjamin dipenuhinya syarat-syarat yang diperlukan dalam prosedur tersebut.

6. Melakukan eksperimen.

7. Penggunaan teknik statistika terhadap data hasil eksperimen.

8. Mengambil kesimpulan dengan jalan menggunakan atau memperhitungkan derajat kepercayaan yang wajar mengenai satuan-satuan yang dinilai.

9. Penilaian seluruh penelitian dibandingkan dengan penlitian-penelitian yang lain menganai masalah yang sama. (Sudjana, 1996 :9-10).

C. Belajar dan Pembelajaran

Dalam definisi yang umum belajar merupakan suatu aktivitas yang mampu menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya yang dilakukannya. Perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan oleh faktor kelelahan, kematangan, ataupun karena mengkonsumsi obat tertentu. Didalam


(30)

13

kenyataannya perubahan dalam bentuk respon-respon sebagai hasil belajar ada yang mudah terlihat, tetapi ada pula yang sifatnya potensial, artinya tidak segera terlihat. Respon tersebut biasanya juga merupakan hasil kegiatan-kegiatan yang diperkuat (reinforced), misalnya melalui sistem ganjaran (reward system). Perubahan-perubahan pada perilaku itu juga merupakan hasil pengulangan-pengulangan yang berdampak memperbaiki kualitas perilakunya.

Perubahan pola berpikir manusia membawa perubahan pada diri manusia dalam menerapkan suatu disiplin ilmu. Di dalam dunia pendidikan juga terjadi pergeseran konsep, diantaranya dalam menafsirkan makna atau definisi belajar. Namun perlu diketahui bahwa disamping banyaknya perbedaan pengertiaan tesebut, terdapat pula persamaan-persamaan dalam definisi tersebut.

Menurut Suryabrata (1993 : 249), menyatakan bahwa terdapat tiga ciri khas pada aktivitas manusia sehingga aktivitas tersebut dikatakan sebagai kegiatan belajar, yaitu :

1. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes aktual maupun potensial).

2. Bahwa belajar itu pada intinya adalah didapatkannya suatu bentuk kecakapan baru.

3. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).

Menurut Hilgard dan Bower dalam Purwanto (1995: 84), berpendapat bahwa belajar sangat erat berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat


(31)

dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya. Skiner dalam Suripto (2003: 6) berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan perilaku karena kita bila belajar maka respon akan menjadi lebih baik atau meningkat tetapi bila tidak belajar maka respon akan menjadi menurun.

Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan komplek yang menghasilkan kapabilitas berupa ketrampilan, pengetahuaan, sikap dan nilai. Terjadinya kapabilitas timbul dari stimulus lingkungan yang berproses dengan kognitif atau yang dilakukan siswa (Suripto 2003: 7). Untuk mempermudah pemahaman kita dalam memahami tentang arti penting makna belajar bagi seseorang, dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

Kondisi Internal Belajar Hasil Belajar

Berinteraksi dengan

Kondisi Eksternal Belajar

Gambar 1. Belajar dan Pembelajaran Gagne dalam Suripto (2003 : 13). Keadaan Internal dan

proses kognitif siswa

1. Informasi verbal 2. Ketrampilan Intelek 3. Ketrampilan motorik 4. Sikap

5. Siasat Kognitif


(32)

15

Sedangkan definisi pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas, 2003 pasal 1). Di dalam pembelajaran yang efektif menurut Bloom memiliki empat komponen utama, yaitu (1) Orientasi yang jelas dan menggugah; (2) adanya keterlibatan pembelajar secara aktif; (3) adanya proses penguatan; dan (4) adanya umpan balik dan perbaikan (Suparno 2001: 102).

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan yang mencakup tingkah laku,pemahaman,ketrampilan,dan kecakapan serta perubahan aspek-aspek yang lain pada subyek pembelajar yang terjadi melalui aktivitas praktek dan pengalaman yang diusahakan.

D. Teknik Pembelajaran Peta Konsep

Peta konsep atau peta pikiran berbeda pengertiannya dengan peta dalam pengajaran IPS geografi. Peta konsep disini lebih menunjuk kepada penuangan ide-ide pikiran sebagai catatan-catatan dalam bentuk grafis sebagai salah satu teknik belajar efektif. Namun peta konsep ini mempunyai kemiripan dengan peta mental dalam kaitannya dengan peta dalam geografi. Bedanya peta konsep berupa ide-ide pemikiran yang dituangkan dalam bentuk gambar atau grafis, sedangkan peta mental berupa pemahaman mental tentang bentuk wilayah, sebaran obyek, dan jalur keruangan. Dengan adanya pertautan konsep dan persamaan kata ”Peta” maka teknik ”Peta Konsep” ini justru akan sangat mendukung pada teknik pembelajaran IPS (Sugiyanto, 2007: 40-41).


(33)

Peta konsep merupakan salah satu teknik belajar yang dikembangkan oleh Tony Buzon pada Tahun 1970-an yang didasarkan pada bekerjanya otak. Otak kita mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, suara musik dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya. Jadi otak tidak menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom demi kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang kita keluarkan dalam berbahasa (Hernacki, dalam Sugiyanto 2007: 41-42), maka untuk dapat mengingat kembali dengan cepat apa yang telah kita pelajari sebaiknya belajar kita meniru bekerjanya otak yaitu seperti pohon dengan cabang dan rantingnya disertai gambar, warna simbul pola dan asosiasi, yaitu dalam bentuk peta konsep atau pemikiran yang menyerupai pohon. Dengan demikian proses menyajikan dan menangkap isi pelajaran dalam peta-peta konsep mendekati operasi alamiah dalam berfikir.

Didalam peta konsep menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini mampu membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan dengan mudah, jauh lebih mudah daripada pencatatan tradisional. Oleh karena itu secara fungsional peta pikiran diartikan sebagai teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (Dryden dan Vos, 2004).

Otak dipandang sebagai hutan raya tempat ribuan pohon dengan ratusan cabang besar, jutaan dahan dan milyaran ranting. Peta konsep dibuat dengan cara yang sama seperti halnya informasi disimpan pada cabang-cabang dari tema


(34)

17

sentral, meskipun skalanya berbeda jauh lebih kecil. Dalam menyusun peta konsep gaya pemprosesan belahan kiri dan belahan kanan otak dilibatkan secara penuh (Rose dan Nicholl, 2003: 59). Ketika informasi baru diserap dengan menggunakan peta-peta konsep, kapasitas penyimpanan meningkat pula. Format grafis ini banyak menarik perhatian para pembelajar visual dan pembelajar global,dan otak emosional dengan gambar dan warna.

Sedangkan menurut Nancy Murgilulies yang dikutip Sugiyanto (2007:42 ), bahwa sebelum kita memvisualisasikan gambar dalam pikiran kita dan mengkaitkan dengan konsep-konsep. Sayangnya kita sering menyumbat saluran-saluran kreatif dengan melatih anak-anak untuk hanya menulis kata-kata secara monokronologi diatas secarik kertas bergaris.

Peta konsep dalam pembelajaran adalah cara dinamik menangkap butir-butir pokok informasi yang signifikan. Teknik tersebut menggunakan format global dan umum yang memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara yang mirip otak berfungsi dalam berbagai arah yang serempak.

Adapun langkah-langkah teknis penggunaan peta konsep menurut Rose dan Nicholl, De Porter dan Hernacki dalam Sugiyanto (2007:42) adalah sebagai berikut :

1. Mulai dengan topik di tengah halaman.

Tulis gagasan utamanya ditengah halaman kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi atau bentuk lain. Ini mendorong kita untuk mendefinisikan


(35)

gagasan inti subjek yang dipelajari sebagai titik awal pembelajaran yang efektif. Sebagai contoh buatlah tema pokok memakai garis.

2. Buatlah cabang-cabang.

Tambahkan cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utamanya. Berpijak pada tema pokok buatlah cabangnya ke semua arah. Adapun jumlah cabang bervariasi tergantung jumlah segmennya. Namun batasilah cabang utama antara lima sampai tujuh cabang dan jangan terlalu banyak.

3. Gunakanlah kata kunci.

Tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detil. Kata kunci adalah kata yang menyampaikan inti dari sebuah gagasan dan memudahkan memicu ingatan kita. Sasaran peta konsep adalah hanya menangkap fakta-fakta penting sehingga ketika ditinjau ulang akan memicu ingatan kita. Sasaran peta adalah hanya menagkap fakta-fakta penting sehingga ketika ditinjau ulang akan memicu ingatan terhadap semua subjek pelajaran. Gunakanlah kata kerja atau kata benda kunci dengan huruf kapital tebal.

4. Tambahkanlah simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik.

5. Gunakanlah huruf-huruf kapital.

Tulis atau ketiklah secara rapi dengan menggunakan huruf-huruf yang lebih besar.


(36)

19

6. Tulislah gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar.

Tulislah dengan huruf besar sehingga dapat membedakan konsep yang lebih penting.

7. Hidupkanlah peta pikiran anda dengan hal-hal yang menarik bagi anda.

Gambarkanlah peta konsep anda dengan hal-hal yang berhubungan dengan anda, misalnya : anak panah, jam, tanda seru, dan sebagainya sesuai dengan selera anda.

8. Garis bawahi kata-kata itu dan gunakan huruf tebal atau miring. 9. Bersikap kreatif dan berani

Lakukanlah sendiri dan jangan takut salah atau jelek. Gunakanlah sebanyak mungkin gambar yang memang membantu pemahaman anda sendiri.

10. Gunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan gagasan-gagasan.

11. Buatlah peta konsep secara horisontal, agar dapat memperbesar ruang bagi gagasan anda.

E. Teknik Pembelajaran Bermain Peran (Role Play)

Piaget dalam Tuti Soekamto (1997:56) menyatakan bahwa: “Pandangan tradisional tehadap pengetahuan sebagai adanya realitas lahiriah, obyektif dan tetap. Subyek menerima secara pasif realitas obyektif tersebut. Subyek pada dasarnya dilihat sebagai sehelai kertas yang kosong.

Metode serta teknik pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru (teacher centered). Sudjana (2001:39) menyatakan bahwa “Kegiatan


(37)

pembelajaran yang berpusat pada guru menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan peserta didik.” Peserta didik berperan sebagai pengikut dan penerima pasif dari kegiatan yang dilaksanakan. Lebih lanjut Sudjana (2001: 39) menjelaskan bahwa:

Didalam teknik pembelajaran Bermain Peran (Role Play) dicirikan oleh :

1. Dominasi guru lebih banyak didalam dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan peserta didik bersifat pasif dan hanya melakukan kegiatan melalui perbuatan guru atau pengajar.

2. Bahan belajar terdiri atas konsep-konsep dasar atau materi belajar yang tidak dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa sehingga peserta didik membutuhkan informasi yang tuntas dan gamblang dari guru.

3. Pembelajaran tidak dilakukan secara berkelompok.

4. Pembelajaran tidak dilaksanakan melalui kegiatan laboratorium.

Suatu teknik pembelajaran jika diterapkan tidak akan sempurna dan pasti ada kelemahan dan kekurangannya. Sudjana (2001: 39) mengemukakan bahwa keunggulan dari teknik pembelajaran yang berpusat pada guru ini adalah:

1. Bahan belajar dapat disampaikan secara tuntas, 2. Dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah besar,

3. Pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu yang telah disediakan,

4. Target materi relatif mudah dicapai.”

Joyce dan Weil dikutip oleh Soekamto (1997:79) telah mengelompokkan Metode dan teknik pembelajaran kedalam beberapa kategori, yaitu :.


(38)

21

1. Pengelompokan kedalam metode pengolahan informasi (The Information Processing Family).

2. Pengelompokan kedalam metode Personal (The Personal Family). 3. Pengelompokan kedalam metode Kelompok Sosial (The social Family).

4. Pengelompokan kedalam metode Sistem Perilaku (The Behavioral System Family).

Adapun teknik bermain peran termasuk ke dalam katagori kelompok teknik Sistem Perilaku (Behavioral Systems).

Didalam penelitian ini penulis hanya menitikberatkan pada teknik pembelajaran yang berkaitan langsung dan cocok dengan karakteristik materi pelajaran, yaitu teknik pengolahan sistem Perilaku (Behavioral Systems). Metode serta teknik pembelajaran sistem perilaku (Behavioral Systems) pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan ekternal (datang dari luar) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Beberapa metode dalam kelompok ini memberikan kepada para siswa sejumlah konsep, sebagian lagi menitik beratkan pada pembentukan konsep dan pengetesan hipotesis, sebagian lainnya memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Beberapa metode telah dirancang untuk memperkuat kemampuan intelektual umum.

Pembelajaran bermain peran adalah sebuah teknik pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk


(39)

mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahaman berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif. Meskipun yang diharapkan pertama dan utama adalah keaktifan dan kekreatifitasan peserta didik, namun sebenarnya guru pun dituntut untuk aktif dan kreatif. Agar pembelajaran metode ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, sudah tentu guru harus merancang pembelajaran dengan baik, melaksanakannya, dan akhirnya menilai hasilnya. Selain aktif dan kreatif, guru sangat menentukan apakah skenarionya berhasil atau tidak.

Tugas guru adalah untuk membimbing pembelajaran dengan menekankan pada proses pembelajaran dan mengajak siswa untuk merefleksikannya pada kerangka pokok dan harus mendorong tingkat ketelitian yang baik dalam penelitian (Joyce-Weil, 2000:194). Aktivitas siswa yang berupa memegang, meraba, mengamati dan menghitung sendiri tersebut, diharapkan siswa tidak hanya memperoleh konsep tentang sisi bangun ruang, rusuk dan titik sudut dari suatu bangun ruang, tetapi juga menemukan cara-cara yang praktis dan sistematis dalam menghitungnya. Keuntungan-keuntungan lain adalah siswa memperoleh pengalaman langsung, melakukan penemuan-penemuan sendiri sehingga mempunyai pengertian dan pemahaman yang lebih baik. Sesuai dengan pendapat Snelbecker dalam Soekamto dan Winataputra (1997:8) bahwa belajar adalah aktif dan merupakan fungsi dari situasi di sekitar individu yang belajar serta diarahkan oleh tujuan dan terdiri dari bertingkah laku, yang menimbulkan adanyan pengalaman-pengalaman dan keinginan untuk memahami sesuatu.


(40)

23

Teknik pembelajaran bermain peran termasuk pada kelompok metode sosial. Teknik pembelajaran ini menuntut siswa menjadi anggota baik (home group) kelompok rumah dan (expert group) kelompok ahli. Siswa harus bekerja sama untuk menyelesaikan soal atau masalah yang diberikan pada kelompoknya dan dipresentasikan secara bergantian.

Pembelajaran kooperatif teknik bermain peran merupakan teknik pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Pemikiran Knowles, (E. Mulyasa, 2003:25) menyebutkan indikator pembelajaran kooperatif metode bermain peran, yaitu :

1. Adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik dalam bentuk permainan

2. Adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan

3. Dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik. Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut: 1. Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.

2. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan

3. Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya.

4. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.


(41)

6. Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

7. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.

Pembelajaran kooperatif metode bermain peran didefinisikan sebagai cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna dalam bentuk permainan. Dalam perkembangan terakhir ini, pengajaran metode Bermain peran sering diungkapkan sebagai pembelajaran berkorelasi atau pembelajaran terpadu.

Adapun tujuan dari penggunaan pendekatan pengajaran teknik bermain peran ini adalah :

1. Melatih peserta didik berpikir komprehensif dengan cara mengkaji dan memecahkan permasalahan dari berbagai disiplin ilmu atau berbagai aspek dalam suatu tindakan bermain.

2. Melatih peserta didik menggunakan keterampilan proses atau metode ilmiah dalam pemecahan masalah.

3. Terbentuk sikap kritis, kerjasama, rasa ingin tahu, menghargai waktu dan menghargai pendapat orang lain.

4. Melatih peserta didik agar memiliki kemampuan merencanakan, mengorganisasi dan memimpin suatu kegiatan.

5. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi.

Pengajaran teknik bermain peran digunakan guru karena berbagai alasan berikut:


(42)

25

1. Terdapat keterkaitan antara satu topik dengan topik lainnya atau satu bidang studi dengan bidang studi lainnya dalam suatu pemecahan masalah sehingga harus diciptakan suatu metode yang dapat menciptakan kesatuannya.

2. Memberikan pengalaman belajar tentang pemecahan masalah dari berbagai disiplin ilmu.

3. Mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

4. Melibatkan peserta didik secara fisik maupun psikis dalam KBM.

Adapun kekuatan serta keterbatasan penggunaan teknik pembelajaran bermain peran (Role Play), yaitu :

1. Kekuatan teknik pembelajaran bermain peran (Role Play)

Berbagai kekuatan penggunaan metode bermain peran ini, adalah : a. Membantu peserta didik lebih berpikir komprehensif

b. Memperluas wawasan peserta didik dalam ilmu pengetahuan dengan keanekaragaman sumber informasi.

c. Memperhatikan karakteristik peserta didik secara khusus

d. Menciptakan iklim demokratis dalam belajar di mana peserta didik dapat ikut menentukan rencana bersama guru tentang topik yang akan dibahas e. Pengajaran bermain peran disesuaikan dengan tingkat perkembangan,

minat dan bakat peserta didik sehingga pengajaran akan lebih bermakna. 2. Keterbatasan teknik pembelajaran bermain peran (Role Play)

Adapun berbagai keterbatasan penggunaan teknik ini, antara lain :

a. Sulit menentukan topik yang sesuai dengan minat, bakat dan perkembangan anak.


(43)

b. Memerlukan kecakapan khusus dalam melaksanakan pengajaran bermain peran.

c. Memerlukan biaya yang cukup besar. d. Memerlukan waktu yang cukup lama;

e. Kemungkinan pemecahan masalah yang kabur dan dangkal karena ditinjau dan berbagai disiplin ilmu dan tidak semua ilmu dapat dikuasai peserta didik dengan baik.(Sudjana, 2001 : 134-141)

Dardiri dalam sudono (2007: 56) mengatakan sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa pembelajaran metode bermain peran diterapkan, yaitu 1) bermain peran lebih memungkinkan peserta didik dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita mengenal pembelajaran metode konvensional dinilai hanya guru yang aktif (monologis), sementara peserta didiknya pasif, sehingga pembelajaran dinilai menjemukan, kurang menarik dan tidak menyenangkan, 2) bermain peran lebih memungkinkan, baik peserta didik maupun guru sama-sama kreatif. Guru berupaya kreatif mencoba berbagai cara melibatkan semua peserta didiknya dalam pembelajaran. Sementara peserta didik juga dituntut kreatif pula dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, maupun bahan ajar dengan segala alat bantunya, sehingga pada akhirnya hasil pembelajaran dapat meningkat. Dalam pelaksanaan metode bermain peran dilandasi oleh filsafah kontrustivitisme yang menekankan agar peserta didik mampu mengintregasikan gagasan baru dengan gagasan atau pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh peserta didik. Harapannya mereka mampu membangun makna bagi fenomena yang berbeda, sedangkan falsafah lainnya adalah


(44)

27

pragmatisme yang menekankan agar dalam pembelajaran peserta didik sebagai subyek aktif dan guru fasilitator.

Pembelajaran teknik bermain peran merupakan salah satu teknik pembelajaran yang dapat memecahkan masalah ditinjau dari berbagai mata pelajaran sebagai satu kesatuan yang menyenangkan.

F. Hasil Belajar

Seseorang didalam melakukan kegiatan tertentu pasti akan mendapatkan suatu hasil. Demikian pula dengan kegiatan belajar tentu akan mendapatkan suatu hasil dari kegiatan belajar yang telah dilakukan, yaitu adanya perubahan. Hasil belajar akan mencerminkan suatu perubahan dalam pengetahuaan, daya fikir dan tingkah laku seseorang sehingga dengan kegiatan belajar dapat diperoleh perubahan dan perkembangan dalam diri seseorang. Untuk dapat mengadakan penilaian terhadap hasil belajar tersebut maka akan diperlukan adanya prestasi belajar. Menurut Sudjana (1995:22), Prestasi atau hasil belajar adalah “kemampuaan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu

1. Ketrampilan dan kebiasaan. 2. Pengetahuan dan pengertian. 3. Sikap dan cita-cita.

Sedangkan Gagne membagi kedalam lima kategori hasil belajar (1) informasi verbal (2) ketrampilan intelektual (3) strategi kognitif (4) sikap, dan (5) ketrampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan


(45)

pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah :

1. Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuaan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk dalam kognitif tingkat tinggi.

2. Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaiaan, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah Psikomotoris, yatu berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuaan bertindak. Terdapat enam aspek ranah psikomotoris yakni gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar,kemampuaan perseptual, keharmonisan, gerakan ekspresif dan interpretatif. (Sudjana, 1995:23)

Ketiga ranah tersebut menjadi objek dalam penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu hanya ranah kognitif yang paling banyak digunakan oleh para guru di sekolah, karena berkaitan dengan kemampuaan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Prestasi adalah merupakan hasil yang telah dicapai seseorang dalam melaksanakan usaha yang telah dilaksanakannya secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku, hal ini sesuai dengan pengertiaan belajar yang yang telah di rumuskan di muka. Jadi berdasarkan pengertiaan prestasi dan pengertian belajar tersebut dapat disimpulkan, bahwa prestasi belajar adalah merupakan hasil usaha yang dilakukan seseorang secara sadar untuk


(46)

29

memperoleh perubahan tingkah laku dan adapun fungsi dari prestasi belajar adalah :

1. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

2. Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3. Sebagai informasi dan inovasi pendidikan.

4. Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

5. Dapat dijadikan sebagai indikator terhadap daya serap siswa (Suryabrata, 1989:112).

Arikunto (1998:21) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan menjadi dua jenis yaitu : faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor biologis dan faktor psikologis. Sedangkan yang dapat dikateorikan faktor biologis antara lain : usia, kematangan, dan kesehatan. Dan yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaa belajar. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang dapat diklasifikasikan menjadi dua juga, yakni faktor manusia (human) dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.

Dari berbagi pendapat yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penilaian yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dan berkenaan dengan penguasaan materi yang telah diterima selama pembelajaran berlangsung.


(47)

G. Mata Pelajaran Geografi 1. Definisi Geografi

Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajian memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial dan ekologis dari eksistensi manusia. Geografi merupakan ilmu yang menggunakan pendekatan holistik melalui kajian keruangan, kewilayahan, ekologi dan sistem, serta historis untuk mendiskripsikan dan menganalisis struktur pola. Fungsi dan proses interelasi, interaksi, interdependensi dan hubungan timbal balik dari serangkaian gejala, kenampakan atau kejadian dari kehidupan manusia (penduduk), kegiatannya atau budidayanya dengan keadaan lingkungan di permukaan bumi sehingga dari kejadian tersebut dapat dijelaskan dan diketahui lokasi atau penyebaran, adanya persamaan dan perbedaan wilayah dalam hal potensi, masalah, informasi geografi lainnya serta dapat meramalkan informasi baru atas gejala-gejala geografi untuk masa mendatang dan menyusun dalil-dalil geografi baru, serta selanjutnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. (Sumaatmadja, 1997 : 12).

2. Ruang Lingkup Pengajaran Geografi

Ruang lingkup mata pelajaran geografi meliputi aspek-aspek sebagai berikut :


(48)

31

b. Konsep dan dinamika unsur-unsur geosfer mencakup litosfer, pedosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer, antroposfer, serta pola persebaran spasialnya. c. Jenis, karakteristik, potensi, persebaran spasial sumber daya alam dan

pemanfaatannya.

d. Karakteristik, unsur-unsur, kondisi dan variasi spasial lingkungan hidup, pemanfaatan dan pelestariannya.

e. Konsep wilayah dan perwilayahan, criteria dan pemetaannya serta fungsi dan manfaatnya dalam analisis geografi.

f. Pengetahuan dan keterampilan dasar tentang seluk-beluk dan pemanfaatan peta, sistem informasi geografi (SIG) dan citra penginderaan jauh (PJ). Baik studi geografi maupun pengajaran geografi, pada hakikatnya berkenaan dengan aspek-aspek keruangan permukaan bumi (geosfer) dan faktor-faktor geografis alam lingkungan dan kehidupan manusia. MSumaatmadja (1992 : 12) ruang lingkup pengajaran geografi sama dengan ruang lingkup geografi yang meliputi :

1). Alam lingkungan yang menjadi sumber dayakehidupan manusia 2). Penyebaran umat manusia dengan segala variasi kehidupannya

3). Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberikan variasi terhadap cirri khas tempat-tempat dipermukaan bumi 4). Kesatuan regional yang merupakan perpaduan antara darat, perairan, dan

udara diatasnya.

Mata pelajaran geografi bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :


(49)

1). Memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan.

2). Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data serta informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi.

3). Menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan sumberdaya alam secara arif, serta memiliki toleransi keagamaan budaya masyarakat.

H. Antroposfer dan Aspek Kependudukan 1. Definisi Antroposfer

Antroposfer adalah semua manusia yang hidup di bumi dan lingkungannya dan hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya. Tiap orang mengetahui bahwa manusia itu tidak sama di seluruh dunia ini. Mereka beraneka macam di antara benua-benua, diantara negeri-negeri, dan bahkan di antara daerah-daerah dalam negeri. Tidak hanya berbeda warna kuiit, bahasa, sosok tubuh dan seterusnya, tetapi juga berbeda dalam hal-hal yang tidak tampak secara fisik misalnya dalam agama, kelompok-kelompok darah, dan kepribadian. Ringkasnya, manusia dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok tersendiri dan berbeda, masing-masing dengan karakter-karakter istimewanya sendiri-sendiri.

Batasan tentang jenis manusia itu telah lama mengalami suatu kerancuan atau salah tanggap. Jenis manusia tidak ditetapkan oleh faktor-faktor seperti bahasa, agama, dan kebangsaan (warga negara). Ini adalah corak-corak yang manusia diperoleh setelah lahir. Jenis manusia berdasarkan pada warisan


(50)

33

biologis, berarti pada sifat-sifat khas fisik manusia pada saat dilahirkan. Ini termasuk warna kulit, sosok tubuh, bentuk tempurung kepala, bentuk hidung, warna serta bentuk mata, contoh rambut, dan kelompok darah. Beberapa ahli jiwa percaya bahwa tanda-tanda mental tertentu dapat juga merupakan aspek dari jenis manusia, faktor-faktor seperti sifat dan kecerdasan.

Para ahli ilmu bangsa-bangsa belum sepakat betul mengenai pembagian-pembagian pasti di antara bangsa di dunia, tetapi sebagian terbesar menyetujui terdapat lima model pokok:

1). Bangsa Kaukasus, orang-orang "Putih" (kulit terang sampai coklat muda) dengan sosok sedang, wajah sempit atau lebar, dan rambut lurus atau berombak. Pemukiman aslinya di Eropa, Afrika Utara, Asia Timur Tengah dan Barat (termasuk India).

2). Bangsa Mongol, orang-orang "Kuning" (kulit kuning sampai coklat kemerah-merahan) dengan sosok pendek sampai sedang, wajah lebar dan rambut lurus kasap. Pemukiman aslinya di Asia Timur dan Utara. Orang-orang Eskimo dan Indian Merah Amerika juga berada dalam kelompok ini. 3). Bangsa Negro, orang-orang "Hitam" (kulit coklat-kuning sampai coklat

gelap) dengan sosok sedang, wajah lebar sedang, tetapi dengan hidung besar dan tebal, bibir menekuk keluar, rambut kasap biasanya keriting atau berjalin-jalin seperti wol. Pemukiman aslinya di Afrika.

4). Bangsa Australoid, orang-orang "hitam" dengan sosok pendek, wajah panjang dengan bibir penuh dan rambut berombak warna gelap.


(51)

Pemukiman aslinya di Australia (seperti orang-orang aborigines) dan bagian-bagian Asia Tenggara dan India Timur.

5). Bangsa Capoid, orang-orang kuning kecoklatan dengan sosok pend'eK, wajah datar dengan lipatan-lipatan mata menonjol miring ke bawah depan (kulit menggantung pada kelompak mata) dan rambut hitam. Pemukiman aslinya di Afrika Selatan seperti orang-orang Bushmen dan Hottentot. Dari semua kelompok ini bangsa Kaukasus ternyata paling banyak jumlahnya, yaitu berjumlah kira-kira separuh dari penduduk dunia. Separuhnya lagi dari total penduduk dunia sebagian besar merupakan bangsa Mongol dan Negro, dan jumlahnya terus berkembang pesat. Sedangkan bangsa Australia dan Capoid berjumlah paling sedikit dan bahkan terancam kepunahan.

Harus diingat bahwa keanekaraggm dapat terjadi dalam satu bangsa. Misalnya bangsa Kaukasus masih bisa dibagi lagi menjadi orang Eropa, crang Asia, orang Semit, dan orang Hamitik. Di dalam Eropa sendiri ada tiga kelompok berbeda yaitu:

1). Orang Nordik: tinggi, berambut pirang, bermata biru, warna kulit pirang, tempurung kepala panjang. Secara kejiwaan berbakat penemu dan rajin serta mempunyai kemampuan merencana. Pemukiman aslinya di Inggris dan Eropa Utara.

2). Orang Laut Tengah: tinggi sedang, rambut berombak warna gelap, bermata coklat, warna kulit kuning sampai hijau kekuning-kuningan, tempurung kepala panjang. Secara mental kejiwaan mereka berbakat


(52)

35

menjadi penyair, pemudik, seniman dan berdarah panas. Pemukiman aslinya di Spanyol, Italia, dan di negeri-negeri lain seputar Laut Tengah. Di Inggris contoh ini terdapat di Skotlandia, Irlandia dan Wales daerah yang secara bersama-sama dikenal sebagai Jumbai Celt dan pernah ditempati oleh orang-orang Iiberian.

3). Orang Alpen: pendek dan gempal, rambut warna gelap, mata coklat, warna kulit pucat sampai kuning kotor, tempurung kepala besar. Secara kejiwaan mereka cenderung sabar, tekun berusaha, dan ber-kemampuan bekerja keras. Bermukim di kawasan-kawasan pegunungan di Eropa Timur dan | Tengah.

Walau perbedaan-perbedaan dasar di antara bangsa-bangsa itu dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan lingkungan luar, dan mungkin telah berevolusi selama berjuta-juta tahun, namun pengembaraan-pengembaraan suku bangsa dan perkawinan antar suku telah menyebabkan banyak perbedaan suku bangsa menjadi kabur. Persebaran penduduk di muka bumi ini tidak merata, Beberapa kawasan sangat padat penduduknya, sedangkan kawasan lain hampir tidak berpenghuni. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun faktor yang paling menentukan adalah potensi ekonomi sebuah kawasan. Orang-orang akan tinggal di sebuah tempat yang dapat ditemuka sarana untuk mencai nafkah hidup.

Faktor-Faktor lain yang memengaruhi penyebaran penduduk antara lain sebagai berikut.


(53)

2). Muka bumi dan kesuburan tanah (relief dan soil fertility) 3). Iklim (climat).

4). Pepohonan alamiah (natural vegeratibn) 5). Pasokan-pasokan air (water supplies) 6). Sumber tambang logam (mineral resources) 2. Aspek Kependudukan

1). Kuantitas penduduk Indonesia

Kuantitas penduduk Indonesia meliputi sebagai berikut : a). Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk adalah banyaknya individu yang menempati suatu wilayah pada suatu waktu.

b). Penyebaran Penduduk

Penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata. Sebagian besar berada di pulau Jawa, Bali, Madura. Penyebaran penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

(1). kesuburan tanah (2). iklim

(3). bentuk permukaan bumi (topografi) (4). air

(5). perhubungan (6). sejarah

(7). lapangan kerja


(54)

37

2). Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah rata-rata penduduk per km2pada suatu wilayah.

Kepadatan aritmatik =

) ( ) ( 2 km wilayah Luas jiwa penduduk Jumlah ) ( tan ) ( tan 2 km ian per wilayah Luas jiwa penduduk Jumlah Agraris penduduk Kepada

3). Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk yaitu pengelompokan penduduk menurut kriteria tertentu, dapat dibedakan berdasarkan:

a. umur dan jenis kelamin b. pendidikan

c. tempat tinggal d. pekerjaan e. agama

Sex Ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan.

k PP PL NJK  

NJK = nisbah jenis kelamin PL = jumlah penduduk laki-laki PP = jumiah penduduk perempuan K = konstanta (1.000)

4). Pertumbuhan Penduduk

Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan penduduk adalah sebagai berikut:


(55)

a. Kelahiran (Natalitas)

Kelahiran dipengaruhi oleh faktor pro dan anti kelahiran. 1) Faktor pro kelahiran, antara lain:

a) kawin muda

b) besarnya kematian bayi

c) penilaian yang tinggi terhadap anak

Beberapa hal yang berkaitan dengan penilaian anak, misalnya:

(1) Anak sebagai penerus keturunan (2) Anak sebagai sumber tenaga kerja (3) Anak sebagai pembawa rejeki (4) Anak sebagai tumpuan di hari tua

(5) Anak sebagai penentu status sosial orang tua. 2). Faktor anti kelahiran, antara lain:

a). Program KB b). UU Perkawinan

c). Penundaan usia kawin, dan

d). Peraturan kepegawaian tentang tunjangan anak yang diberikan hanya sampai anak ke-3

Penggolongan angka kelahiran adalah sebagai berikut : 1) Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate = CBR)

Rumus : 1000

P B CBR 


(56)

39

CBR = Crude Birth Rate B = Jurnlah kelahiran hidup

P = Jumlah penduduk, biasanya diperhitungkan terhadap jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka kelahiran kasar digolongkan menjadi 3, yaitu :

a) Kecil (rendah}, apabila CBR lebih kecil dari 20 per 1.000 penduduk.

b) Sedang, apabila CBR antara 20-30 per 1.000 penduduk.

c) Tinggi (besar), apabiia CBR lebih besar dari 30 per 1.000 penduduk.

Contoh:

Jumlah kelahiran di DIY tahun 2000 sebanyak 2000 bayi, sedangkan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2000 adalah 400.000 jiwa, angka CBR = ....?

Jawab :

1000 000 . 000 . 4

000 . 2

CBR  (artinya 4 kelahiran kasar untuk tiap 1.000 penduduk)

2). Angka Kelahiran Khusus (Age Specific Fertility Rate = ASFR) Angka kelahiran khusus adalah angka yang menunjukkan banyaknya bayi lahir hidup setiap 1.000 wanita golongan usia tertentu pertahun.

Rumus : 1000

P B ASFR

x x x  

ASFRx = angka kelahiran dari wanita umur x tahun


(57)

Px = jumlah penduduk wanita umur x tahun Biasanya diperhitungkan

pada pertengahan tahun. Contoh:

Jumlah wanita usia 25-29 tahun adalah 200.000. Banyaknya kelahiran pada usia tersebut 50.000 jiwa, maka ASFR = ....

1000 000 . 200 000 . 50 ASFRx  

3). Angka Kelahiran Umum

Adalah banyaknya kelahiran tiap 1.000 wanita yang berumur 15-44 tahun atau 15-49 tahun.

k 44 15 P

B

GFR F

 atau k

49 15 P

B

GFR F

 

B = jumlah kelahiran dalam 1 tahun

PF 15 - 44 = banyaknya penduduk wanita umur 15-44 atau 15 - 49 pada pertengahan tahun k = konstanta (1000)

Contoh:

Jumlah kelahiran di DIY pada tahun 2000 adalah 50.000 bayi. Banyaknya wanita berumur 15 - 49 tahun sebanyak 2.000.000 jiwa, maka GFR = ....

1000 000 . 000 . 2 000 . 50

GFR 

b. Kematian (Mortalitas)

Kematian atau mortalitas dipengaruhi oleh faktor pro dan anti kematian.


(58)

41

a) fasilitas kesehatan belum memadai b) tingkat kesehatan rakyat masih rendah c) kekurangan gizi

d) pencemaran lingkungan e) kecelakaan lalu lintas f) bunuh diri/pembunuhan g) peperangan, dan

h) bencana alam dan wabah penyakit.

2) Faktor antikematian (penghambat kematian), antara lain: a) fasilitas kesehatan telah memadai

b) makanan cukup bergizi

c) tingkat kesehatan masyarakat tinggi d) lingkungan yang bersih dan teratur, dan

e) ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain.

Penggolongan angka kematian kasar

(1).Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (COR) Angka kematian kasar adalah banyaknya orang yang meninggal setiap 1.000 per tahun.

1000 P D CDR 

CDR : Crude Death Rate = angka kematian kasar D : Death = jumlah kematian


(59)

tahun

Penggolongan CDR adalah sebagai berikut:

(1) kecil (rendah), apabila CDR antara 9-13 per 1.000; (2) sedang, apabila CDR antara 14-18 per 1.000 penduduk; (3) tinggi (besar), apabila CDR lebih besar dari 19 per

1.000 penduduk. Contoh:

Berdasarkan data kependudukan kecamatan kota Kudus jumlah penduduk pada bulan Januari 1990 adalah 200.000 jiwa, pada bulan Januai 1991 sebanyak 300.000 jiwa, jumlah kematian 200 jiwa. Maka CDR = ....

2 1000 000 . 250 500 1000 ) 000 . 300 000 . 200 ( 2 1 500

CDR    

 

(2).Angka Kematian Khusus atau Age Specific Death Rate (ASDR)

Angka kematian khusus adalah banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk usia tertentu per tahun.

1000 P D ASDR x x x  

ASDRx : angka kematian kelompok usia tahun

Dx : jumlah kematian kelompok usia x tahun


(60)

43

Contoh:

Apabila diketahui kelompok umur 20 - 24 tahun sebanyak 1000, jumlah kematian 10 Berapa ASDR?

10 1000 000 . 1

10

ASDRx   

(3).Angka Kematian Bayi atau Infant Mortalitiy Rate (IMR) Angka kematian bayi adalah jumlah bayi yang mati setiap 1.000 kelahiran per tahun..

Rumus = 1000

B D IMR o 

IMR = Infant Mortalitiy Rate (angka kematian bayi) Do = jumlah kematian bayi (umur kurang dari satu

tahun)

B = jumlah kelahiran hidup Penggolongan IMR adalah :

(1) rendah, apabila IMR kurang dari 35 per 1.000 jiwa (2) sedang, apabila IMR antara 35-75 per 1.000 jiwa (3) tinggi, apabila IMR antara 75-125 per 1.000 jiwa (4) sangat tinggi, apabila IMR lebih dari 125 per 1.000 jiwa Contoh:

Jumlah kelahiran hidup di kecamatan kota tahun 1990 adalah 2000 jiwa, jumlah bayi yang meninggal 20 jiwa. Berapa IMR?

10 1000 000 . 2

20


(61)

c. Migrasi Penduduk

Migrasi adalah perpindahan penduduk yang dilakukan dari satu daerah ke daerah lain untuk menetap.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi penduduk, antara lain :

1). Keadaan politik;

2). Sempitnya lapangan kerja, dan 3). Kurangnya fasilitas hidup.

Macam-macam migrasi antara lain: 1) Migrasi antarnegara

Migrasi antarnegara dibedakan menjadi: a) Imigrasi

b) Emigrasi c) Remigrasi. 2) Migrasi dalam negeri .

a) Transmigrasi

Transmigrasi dibedakan menjadi : (1) Transmigrasi urnum,

(2) Transmigrasi bedol desa, (3) Transmigrasi sektoral, (4) Transmigrasi swakarya,

(5) Transmigrasi swakarsa (spontan), (6) Transmigrasi keluarga,


(62)

45

(7) Transmigrasi pramuka, dan (8) Transmigrasi lokal

b). Urbanisasi

c). Kembali ke desa (ruralisasi) d). Remigrasi,

Faktor pendorong migrasi antara lain:

 Sumber daya alam yang semakin berkurang

 Lapangan kerja semakin sempit Faktor penarik migrasi antara lain:

 Mendapat kesempatan kerja

 Melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi

 Pelayanan kesehatan yang lebih baik Faktor rintangan migrasi antara lain:

 Jarak yang jauh

 Nilai tradisional (makan tidak makan kumpul)

 Kebijaksanaan pemerintah

 Biaya

Angka Migrasi Masuk

Angka migrasi masuk adalah jumlah pendatang tiap 1.000 penduduk tempat tujuan selama 1 tahun.

Rumus: k

P I MI 

Ml = angka migrasi masuk I = jumlah migrasi masuk


(63)

P = jumlah penduduk k = konstanta (1000) Contoh:

Jumlah penduduk di Kecamatan Bae tahun 2.000 sebanyak 100.000 jiwa. Jika migrasi masuk 100 jiwa, berapa M1?

1 1000 000 . 100

100

MI  

Angka migrasi keluar

Angka migrasi keluar adalah jumlah penduduk yang keluar dari daeah tempat tinggalnya tiap 1000 penduduk selama 1 tahun.

Rumus: k

P O MO 

Mo = angka migrasi keluar O = jumiah migrasi keluar P = jumlah penduduk k = konstanta (1000) Contoh:

Jumlah penduduk di Kecamatan Bae 500,000, jumlah penduduk yang keluar 50 jiwa. Berapa Mo?

1 1000 000 . 500

500

MO  

Angka Migrasi Neto

Angka Migrasi neto adalah sensus antara jumlah migrasi masuk dan jumlah migrasi keluar dalam 1.000 penduduk dalam 1 tahun.


(64)

47

Rumus: k

P Mo Mi Mn  

Mn = angka migrasi neto Mi = jumlah migrasi masuk

Mo = jumlah migrasi keluar . p = jumlah penduduk

k = konstanta (1000) Contoh:

Jumlah penduduk di Kecamatan Tanjung pada tahun 2000 sebanyak 250.000 jiwa. Jumlah imigran 1.000 jumlah emigan 500. Berapa angka migrasi neto?

1000 000

. 250

500 1000

Mn  

1000

000 . 250

500

 

= 2

Jadi angka migasi neto 2 jiwa tiap 1000 penduduk.

Dari uraian faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan penduduk tersebut maka pertumbuhan penduduk dapat dirumuskan sebagai berikut.

(Pt - Po) = (L - M) + (I - E) Pt : jumlah penduduk akhir tahun

Po : jumlah penduduk awai tahun . L : jumlah bayi lahir


(65)

I : jumlah migrasi masuk E : jumlah migrasi keluar

d. Sensus Penduduk

Sensus penduduk adalah kegiatan menghitung jumlah penduduk suatu negara. Sensus di-lakukan dengan dua cara yaitu de facto dan de jure, Sensus de facto adalah menghitung jumlah penduduk menurut tempat tinggal mereka pada saat sensus. Sensus de facto datanya lebih lengkap, kesalahan yang disebabkan oleh duplikasi lebih kecil, serta penghitungan tingkat 'kelahiran dan kematian lebih akurat.

Sensus de jure adalah menghitung jumlah penduduk menurut tempat tinggal yang tetap. Sensus ini dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk di tempat-tempat rekreasi yang seialu berubah menurut musim.

e. Registrasi Penduduk

Registrasi penduduk adalah pencatatan peristiwa yang dialami penduduk, misalnya kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, dan migrasi. Sistem registrasi penduduk belum di atur dengan undang-undang. Di dalam registrasi kejadian dicatat, namun belum ada sistem yang pasti kaena ditangani oleh beberapa instansi pemerintah antara lain departemen kehakiman, dalam negeri, agama dan kesehatan. Selain itu pelaksanaan registrasi oleh


(66)

49

instansi-instansi tersebut tidak teratur dan kurang lengkap. Contoh yang dicatat dalam registrasi penduduk adalah kematian.

f. Survei Penduduk

Survei penduduk dilakukan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Survei hampir, sama. dengan sensus dan registrasi, hanya saja survei dilakukan dalam wilayah yang terbatas, dan survei dapat dilakukan kapan saja

g. Teori Kependudukan

Menurut Malthus, kemelaratan disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertambahan j penduduk dan pertambahan bahan pangan. Hal itu terjadi karena jumiah penduduk bertambah • seperti deret ukur (1 - 2 - 4 - 16 - 32 dstj dan makanan bertambah sesuai deret hitung ( 1 - 23 – 4 - dst) J.

Teori Malthus mempunyai kelemahan antara lain:

1. la tidak yakin akan kemampuan tanah ntuk menghasilkan bahan makanan yang lebih cepat.

2. Adanya kemungkinan kemajuan tingkat hidup mariusi'a karena adanya industrialfsasi, transportasi, dan distribusi yang lebih baik.

3. Adanya kemungkinan pengurangan kelahiran dengan KB. h. Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan banyak atau sedikitnya pertumbuhan penduduk tiap tahun dalam


(1)

interaksi siswa, sehingga siswa dapat bekerjasama, berkomunikasi aktif selama pelaksanaan kegiatan berlangsung.

Namun kegiatan pembelajaran dengan teknik Bermain peran juga memiliki beberapa kelemahan yaitu: tingkat kematangan, kerjasama serta komunikasi sangat kurang apabila dibandingkan dengan teknik Peta Konsep. Hal ini dikarenakan dalam teknik pembelajaran dengan teknik bermain peran siswa cenderung sebatas menghafalkan teks yang telah dirancang bukan pemahaman tugas yang mereka mainkan. Didalam penggunaan teknik Bermain Peran juga cenderung membuat suasana kelas menjadi gaduh menganggu kegiatan belajar siswa dikelas lain.

Berdasarkan uji hipotesis terbukti, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan teknik pembelajaran Peta Konsep dan teknik Bermain Peran. Dari rata-rata nilai post test hasil belajar diketahui bahwa rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol, hal ini berarti bahwa teknik Bermain Peran lebih baik daripada teknik Peta Konsep.


(2)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta mengacu pada perumusan masalah yang

telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan

menggunakan teknik pembelajaran Peta Konsep dan teknik Bermain Peran. Hal

ini ditunjukkan berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t hitung 3,48 lebih besar

dari harga t tabel dengan db 77 taraf signifikansi 5% sebesar 1,67.

2. Teknik pembelajaran Bermain Peran lebih baik daripada Teknik Peta Konsep. Hal

ini ditunjukkan berdasarkan hasil nilai rerata pada kelompok eksperimen sebesar

7,73 lebih tinggi daripada nilai rerata kelompok kontrol sebesar 7,00.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian ternyata pengajaran geografi dengan teknik

pembelajaran Bermain Peran lebih baik dibandingkan dengan Teknik Peta Konsep.

Maka teknik pembelajaran Bermain Peran dapat dijadikan alternatif menyampaikan

materi pelajaran “Antroposfer dan Aspek Kependudukan” pada mata pelajaran

geografi.


(3)

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka ada beberapa hal yang perlu disarankan,

antara lain :

1. Dalam penelitian ini teknik Bermain Peran hanya digunakan pada materi pokok

“Antroposfer dan Aspek Kependudukan”, oleh karena itu perlu dicoba untuk

diterapkan pada materi pelajaran lain yang memiliki karakteristik cocok dengan

teknik Bermain Peran.

2. Penerapan teknik pembelajaran Bermain Peran dalam penelitian ini berhasil

dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, untuk itu disarankan untuk

mencoba menerapkan teknik pembelajaran yang lain yang mampu meningkatkan

serta mengaktifkan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar.

D. Keterbatasan Peneliti

Didalam kegiatan penyusunan laporan penelitian ini, mulai dari pengajuan

judul, pembuatan proposal, kegiatan penelitian, hingga penyusunan laporan

penelitian, peneliti sadar apa yang menjadi kelemahan serta keterbatasan yang

peneliti miliki. Didalam penelitian ini ada salah satu kegiatan yang peneliti tidak

lakukan sendiri, mengingat keterbatasan kemampuan peneliti dalam penguasaan

statistik. Adapun kegiatan itu adalah kegiatan pengolahan data statistik penelitian.

Namun pada setiap substansi tahapan atau kegiatan penelitian yang lain, peneliti

mencoba melakukan sendiri sesuai dengan kadar kemampuan yang peneliti miliki.


(4)

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Atwi Suparman, 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

BKKBN. 2007. Telah Ringkas Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. BSNP. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi. Jakarta : Depdiknas.

Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Bruce Joice-Marsha Weil. 2000. Models of Teaching. USA: Allyn & Bacon. Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Dryden, Gordon and Vos, Jeannette. 2004. Revolusi Cara Belajar, Bagian 1.

Bandung : Kaifa PT Mizan Pustaka.

Heinich. R. 1993. Educational Ilustration, USA: American Council On Education.

Masidjo.1995. Penilaiaan Pencapaian Hasil Belajar Di Sekolah.Yogyakarta: Kanisius

Masidjo.1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1996. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES.

Muhaibin Syah. 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2003. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Michael, dalam Mohan Rathakrishnan 2006. Kesan Penggunaan Peta Konsep dan Pembelajaran Kooperatif Terhadap Prestasi Belajar dalam MataPelajaran Sejarah. Sabah : Sekolah Psikologi dan Kerja Sosial University Malay

Nana Sudjana. 1992. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi para Peneliti. Bandung: Tarsito.


(5)

Nana Sudjana. 2005. Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algesindo. Ngalim Purwanto. 1995 Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya.

Nursid Sumaatmadja. 1992. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Nursid Sumaatmadja. 1997. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara. Reigeluth 1983Learning How to Learn. Cambridge, University Press.

Romiszowski, 1981. Profesional Practices Schools, New York: Teachers College Press.

Rose Collin and Nichool, J. Malcolm. 2003. Accelerated Learning For The 21 Century. Diterjemahkan oleh dedy Ahimsa. Bandung: Penerbit Nuansa. Sagala, Syaiful, 2006, Konsep dan Makna Pembelajaran, Untuk membantu

memecahkan problematika belajar mengajar, Bandung: Alfabeta. Semiawan. 1985. Sosiologi Pendidikan Suatu - Analisis Sosiologi Tentang

Pelbagai Problem Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipa.

Sudjana. 1995. Penilaiaan Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sudjana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudjana. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production

Sudono. 2007. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Geografi di Sekolah Menengah Pertama Negeri Pangkalpinang. UNS

Sugiyanto. 2007. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: UNS Press.

Suhaenah Suparno A. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Sukamto. 1995. Panduan Penelitian Eksperimen, Yogyakarta: LPM-IKIP.

Sumadi Soeryabrata. 2002. Psikologi Pendidikan, Yogyakara: Universitas Gaddjah Mada.


(6)

Sumadi Suryabrata. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sumadi Suryabrata.1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suripto. 2003. Belajar dan Pembelajaran Siswa 1 .BPK. Surakarta. UNS Press Surakarta.

Suripto. 2003. BPK Belajar dan Pembelajaran Siswa 1. Surakarta. UNS.

Syaefudin Azwar. 2000. Sikap Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Syamsudin Makmum, Abin, 2003, Psikologi Kependidikan, Bandung : Remaja

Rosda Karya.

Toeti Soekamto dan Udin S. Winataputra. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran, Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud.

Udin S. Winataputra. 1983. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Waterhouse. Wasty Soemanto. 1983. Psikologi Pendidikan, Malang: Rineka Cipta. Wayan Nurkancana. 1986. Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional. Winarno Surachmat. 1975. Metode Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo. Winkel. 1996. Psykologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PARTISIPASI ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 12 BANDA ACEH

1 3 1

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN AJARAN 2013/2014

3 16 92

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR SEJARAH ANTARA MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG TAHUN AJARAN 2014 2015

0 18 214

Studi komparasi prestasi belajar geografi ditinjau dari sikap belajar siswa kelas xi Sma negeri 2 Boyolali 2006 2007

0 8 92

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1

0 5 15

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS XI SMA Studi Komparasi Hasil Belajar Ekonomi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 17

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 Studi Komparasi Hasil Belajar Ekonomi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

0 1 8

Studi Komparasi Hasil Belajar antara Penerapan Metode Seminar dan Metode Tugas Persiapan dalam Pembelajaran Sejarah Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Demak 2011.

0 0 1

STUDI KOMPARASI ANTARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MACROMEDIA FLASH DAN POWER POINTSERTA PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 18

DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 3 DI SMA NEGERI 1 SOKO

0 0 18