Ukuran Perusahaan Firm Size Return Spread

Transaction Demand for Liquidity ini berkaitan dengan dana atau kas yang diperlukan perusahaan untuk tujuan transaksi. Faktor Transaction Demand for Liquidity ini juga merupakan faktor yang dipertimbangkan manajemen dalam menentukan likuiditas perusahaan. Tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutang-hutang jangka pendeknya sering disebut sebagai likuiditas. Kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek dari suatu perusahaan terletak pada atau diukur dari kemampuannya untuk mendapatkan kas alat pembayaran atau kemampuannya untuk mengkonversikan aset non kas menjadi kas.

2.1.2. Ukuran Perusahaan Firm Size

Menurut Ferry dan Jones dalam sujianto, 2001, Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penetuan skala besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total asset dan rata-rata tingkat penjualan perusahaan. jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki asset besar maka akan lebih likuid karena perusahaan bisa membiayai kewajiban lancarnya melalui laba yang dihasilkan oleh asset-asset tersebut. Perusahaan dengan ukuran besar memiliki akses lebih besar dan luas untuk mendapatkan sumber pendanaan dari luar, sehingga untuk memperoleh pinjaman akan menjadi lebih mudah karena Universitas Sumatera Utara dikatakan bahwa perusahaan dengan ukuran besar memiliki kesempatan lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Ukuran perusahaan juga dapat mencerminkan tinggi dan rendahnya aktivitas operasional dan aktivitas investasi perusahaan, pada umumnya apabila semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin besar pula kegiatan operasional dan kegiatan investasi perusahaan tersebut. Kegiatan operasional dan kegiatan investasi didalam perusahaan tersebut secara langsung dapat mempengaruhi tingkat likuditas suatu perusahaan, sehingga dapa disimpulkan adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan tingkat likuiditas suatu perusahaan. Maka ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan formula : Ukuran Perusahaan = Total Asset Perusahaan

2.1.3. Return Spread

Return spread merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dalam melakukan investasi. Return spread adalah selisih antara bunga yang diterima dari bank seandainya dana yang dimiliki perusahaan disimpan di bank dengan hasil atau return yang diterima jika dana yang dimiliki oleh perushaan digunakan untuk mendanai investasi. Apabila spread selisih tinggi, yaitu profit yang diterima perusahaan lebih tinggi dari tingkat suku bunga bank, maka lebih baik perusahaan menginvestasikan dana yang Universitas Sumatera Utara dimilikinya dari pada menyimpan dana tersebut di bank. Laba inilah yang mendorong manajemen untuk meningkatkan likuiditasnya agar dana yang berada di kas tinggi, sehingga dana itu dapat digunakan untuk mendanai investasi pada saat diperlukan. Menurut Kustiadi 2006, return spread yaitu : Selisih antara profitabilitas perusahaan dengan suku bunga bank, jika spread tersebut tinggi maka likuiditasnya juga tinggi. Pada kondisi spread tinggi berarti perusahaan memperoleh profit yang lebih besar dibanding suku bunga bank, artinya perusahaan lebih baik menggunakan dana untuk investasi dari pada menanam dananya di bank. Menurut Kim et al 1998 :349 Return spread adalah “selisih antara return yang dihasilkan oleh asset perusahaan dengan return aset bebab risiko”. Dalam penelitian ini aset bebas risiko diproxy dengan surat berharga Bank Indonesia SBI. Sedangkan return yang dihasilkan oleh aset perusahaan diproxy dengan ROA Return On Asset. Mengacu pada formula yang digunakan oleh Kim et al. 1998: 349, maka formula yang digunakan untuk menghitung return spread adalah sebagai berikut: Return Spread = ROA - suku bunga SBI ROA dihitung dengan rumus = laba bersih setelah pajak total aset, dan suku bunga SBI yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga SBI bulanan. Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Debt To Asset Ratio