masyarakatnya. Misi Desa Pagedangan untuk menjadi Desa wisata di tengah kemajuan kota nampaknya akan segera terwujud karena kerja
keras dari seluruh elemen masyarakat yang bahu-membahu untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Aspek Ekonomi
Perubahan penggunaan lahan juga didukung oleh aspek ekonomi. Peningkatan pendapat perkapita dan kebutuhan penduduk akan tempat
tinggal membuat para developer berlomba-lomba untuk membangun tempat hunian, fasilitas umum, serta pusat bisnis dengan berbagai
kelebihan yang ditawarkan. Salah satu pusat bisnis yang masih dalam proses pengerjaan
adalah Foresta Business Loft yang dibangun di sekitar perumahan elite Foresta. Proyek erumahan ini mulai dikerjakan pada tahun 2009 dan
sekarang sudah hampir seluruh rumah dihuni oleh masyarakat dari berbagai daerah. Berikut adalah gambar yang dapat menjunjukkan
perbandingan mengenai perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Bangunan ini didirikan di atas lahan yang termasuk ke dalam
Kampung Pager Haur pada tahun 2013 dengan mengkonversi lahan kosong menjadi fasilitas umum,
Gambar 4.1 Lahan Kosong
Gambar 4.2 Foresta Business Loft
Dari foto yang ditunjukkan di atas, dapat terlihat dengan jelas perubahan yang terjadi terhadap peruntukkan lahan di Kampung Pager
Haur. Gambar 4.1 dambil pada tahun 2013 dan Gambar 4.2 diambil pada tahun 2014. Dalam waktu satu tahun, pembangunan sudah
semakin luas terjadi. Pembangunan ini didukung juga oleh masyarakat yang menjual tanahnya pada PT. BSD, dan tanah-tanah tersebut
dijadikan sebagai daerah-daerah proyek pembangunan PT. BSD. Karena faktor ekonomi juga lah masyarakat Desa Pagedangan
menjual lahan mereka, baik itu sawah, ladang, bahkan rumah yang mereka tinggali juga. Pekerjaan sebagai petani yang dinilai tidak bisa
mendukung kehidupan
keluarga secara
maksimal membuat
masyarakat Desa Pagedangan lebih memilih untuk menjual lahan mereka, berpindah tempat tinggal ke desa lain dan memilih kehidupan
yang baru dengan rencana-rencana usaha yang sudah dipikirkan sebelumnya.
Tapi selain menjual lahan-lahan mereka, beberapa penduduk justru mempertahankannya. Harga tanah di Desa Pagedangan juga
mulai naik, karena hal inilah H. Kutab pemilik lahan yang sebelumnya masih bertani, kini mendapatkan penghasilan dari sewa tanah dan
kontrakannya.
Keadaan sekarang sangat berbeda dari sebelumnya. Desa Pagedangan sudah sangat maju, dulu kalau mencari pekerjaan
harus pergi ke Jakarta. Sekarang banyak orang dari daerah-daerah yang datang ke sini untuk bekerja. Kalau saya pribadi yang
sebelumnya masih bertani sekarang hanya menunggu bayaran sewa kontrakan. Kadang-kadang kalau sedang ingin pergi ke
kebun, saya Tanami pohon pisang di pekarangan belakang rumah. Dulu mencari uang sulit, sekarang lebih mudah. Fasilitas
kesehatan juga lebih memadai. Sampai saat ini saya masih memilih untuk mempertahankan lahan-lahan milik saya, karena
lebih bermanfaat. Kalau dijual, kepemilikan akan terputus. Memang uangnya lebih besar, tapi cara pemanfaatannya akan
diputus juga. Kalau hak miliknya masih saya yang memegang, maka lahan-lahan milik saya juga bisa dimanfaatkan semaksimal
mungkin.
40
Keterangan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan juga oleh H. Murpah selaku pemilik lahan yang juga merasakan perubahan cara
pandangnya terhadap lahan kosong. Sejak dulu, lahan kosong di sekitar rumah sudah lumayan luas,
sampai di pinggir jalan raya juga. Sebagian besar adalah peninggalan orang tua. Kalau zaman dulu, lahan kosong ya
dibiarkan saja kosong dan ditumbuhi semak. Kalau sedang ada biaya dan ada tenaga ya dijadikan ladang dan ditanami. Tapi
sekarang lahan kosong di sekitar rumah sudah disewakan. Lahan kosong di pinggir jalan raya dibangun jadi toko-toko yang bisa
dikontrakan. Seperti ini lebih enak, tidak capek, tapi dapat penghasilan dari sewa tanah dan kontrakan. Jadi daripada dijual,
saya lebih memilih untuk mempertahankan lahan-lahan saya.
41
Kondisi perekonomian masyarakat Desa Pagedangan terbilang cukup baik. Hal ini terlihat dari tingkat pengangguran yang tidak
begitu tinggi. Dengan dilakukannya pembangunan di berbagai sektor seperti industri dan juga pusat-pusat perbelanjaan atau mall membuat
banyak terbukanya lapangan pekerjaan baru. Masyarakat lulusan SMA, SMK, atau sederajat yang merupakan usia produktif lebih
memilih untuk mencari pekerjaan dibandingkan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
40
Kutab, Pemilik Lahan, 30 Oktober 2014, Lampiran C.5, h.80.
41
Murpah, Pemilik Lahan, 30 Oktober 2014, Lampiran C.5, h.81.
Berikut penuturan Nida, masyarakat pendatang di Desa Pagedangan yang suaminya bekerja sebagai karyawan di Pabrik yang
ada di sekitar Desa Pagedangan, Sekarang ini sedang dilakukan pembangunan di mana-mana,
sebentar lagi Desa Pagedangan sudah jadi kota. Kalau di tanya mengenai pendapat, saya memanfaatkan saja perubahan positif
yang terjadi di Desa Pagedangan. Sekarang transportasi lebih mudah, mau pergi kemana saja terasa lebih dekat. Tempat
rekreasi juga sudah mudah dijangkau, apalagi mall-mall yang bisa didatangi sekedar untuk cuci mata. Kalau dampak negatifnya
belum terasa. Semoga tidak ada dampak negatifnya.
42
Jalur transportasi menjadi pendukung mobilitas penduduk dan mempermudah kegiatan masyarakat. Didirikannya pusat-pusat
perbelanjaan juga mempengaruhi kegiatan masyarakat Desa Pagedangan. Selain membuka lapangan pekerjaan baru, mall-mall
tersebut juga menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat untuk mendapatkan hiburan yang mudah.
Daerah terdekat dengan ibu kota Jakarta seperti Tangerang, Depok, Bogor, dan Bekasi menjadi perluasan pusat pemerintahan dan
perekonomian di Indonesia. Para pendatang yang berasal dari berbagai daerah beramai-ramai mendatangi kota-kota tersebut untuk mencari
pekerjaan dan berharap bisa mendapatkan peruntungan untuk kehidupan yang lebih baik.
c. Aspek Demografi
Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi membuat kebutuhan akan lahan tempat tinggal juga meningkat tajam. Jika kedua aspek ini
tidak bisa diseimbangkan maka akan muncul daerah-daerah kumuh di pinggiran sungai, kolong jembatan, tempat pembungan sampah, atau
bahkan tempat pemakaman umum. Kesenjangan sosial yang terjadi terutama di ibu kota memang belum bisa dicarikan solusi yang paling
tepat. Pemerintah sudah melakukan usaha mulai dari pembatasan
42
Nida, Penduduk Pendatang, 31 Oktober 2014, Lampiran C.7, h.84.