Emansipatoris KAJIAN PUSTAKA .1 Profil Sekolah Dasar Negeri Babarsari

16 5. Evaluasi Evaluasi berdasar atas tujuan PPR yaitu untuk membentuk manusia yang memiliki kepribadian utuh, kompeten secara kognitif atau intelektual, bersedia untuk makin berkembang, memiliki tekad untuk berbuat adil dalam pelayanan tulus pada sesama umat Allah. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui evaluasi yang mendalam pada aspek-aspek pengetahuan, prioritas, perkembangan sikap, dan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan siswa yang sesuai dengan prinsip “menjadi orang demi orang lain “man for others” Subagya,2010.

2.1.5 Emansipatoris

2.1.5.1Paradigma Pendidikan Emansipatoris Paradigma pendidikan yang dibutuhkan adalah pendidikan yang membebaskan manusia untuk selalu sadar akan dirinya dan tidak terasingkan dari masyarakat dan dunianya.Pendidikan emansipatoris merupakan pendidikan yang mampu memberdayakan dan memberi pencerahan pada siswa perlu. Model pembelajaran emansipatoris merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran difokuskan pada eksplorasi kehidupan makhluk sadar, memusatkan perhatian pada siswa sebagai subjek dan keterlibatan siswa dalam pengalaman kemanusiaannya Suprijono, 2016:51. Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa keduanya adalah pembelajar Winarti dan Anggadewei 2015:54. Menempatkan guru dan siswa sebagai pembelajar, artinya dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 kegiatan pembelajaran terdapat hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Pada proses pembelajaran akan terjadi dialog antara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman kedua pihak akan berkembang. Terdapat tiga kata kunci pada model pendidikan emansipatoris, yakni humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem. 2.1.5.2 Humanisasi Humanisasi merupakan pendidikan yang semakin mengasah akal budi manusia dan mendidik hati nurani. Pada proses pembelajaran pendidikan humanisasi bertujuan untuk perubahan dan pertumbuhan diri peserta didik. Pendidikan humanisasi memiliki tujuan lebih luas dari pada sekedar perkembangan kognitif, hal ini selaras dengan pendapat Zuchdi,2009 yang menyatakan bahwa pendidikan humanisasi bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif, melainkan juga sebuah proses yang terjadi pada diri individu dan melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Pengajar dan pelajar terlibat dalam suatu proses yang kompleks: memahami kebutuhan akan belajar atau resistensi untuk belajar dan untuk berubah. Pendidik dan peserta didik memiliki hubungan manusiawi dalam proses belajar, sama-sama memiliki kebutuhan untuk belajar, memiliki peran masing-masing, serta cara berkomunikasi. 2.1.5.3 Kesadaran Kritis Model pembelajaran emansipatoris dikembangkan dengan tujuan menghasilkan siswa yang memiliki sikap kritis dan semangat pencerahan 18 Suprijono,2016. Pedagogi kritis berfokus pada isu-isu yang berkaitan dengan kesempatan, suara dan wacana dominan pendidikan serta mencari pengalaman pendidikan yang lebih adil dan membebaskan. Pembelajaran kritis dapat dilakukan dengan cara mengarahkan atau mengajukan sejumlah pertanyaan yang urut dan logis kepada peserta didik sehingga mereka terdorong untuk merespon dan mengekspresikan pengetahuan yang dimilikinya. Pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk berfikir kritis salah satunya adalah IPA. Siswa belajar tentang kondisi lingkungan sekitar, melakukan pengamatan tentang lingkungan, mencari tahu apakah lingkungan tersebut bersih atau kotor, kemudian berfikir apa dampak yang ditimbulkan dari lingkungan kotor serta bagaimana cara mengatasi lingkungan yang kotor. Kegiatan yang demikian dapat dilakukan melalui diskusi bersama kelompok, sehingga siswa dapat saling bertukar pendapat dan kemudian melakukan refleksi dari kegiatan yang telah dilakukan. Refleksi yang telah dilakukan dapat didialogkan di depan kelas, ketika siswa menyadari keberadaan dirinya dan pengalamannya disinilah pemaknaan hidup terjadi. Dalam proses kesadaran ini pembelajar akan menemukan berbagai macam pilihan hidup, sehingga benar bahwa banyak ketidakadilan dalam hidupnya dan ada juga berbagai pilihan yang lebih ideal dalam hidupnya yang dapat dipilih. Berdasarkan penjelasan tersebut kesadaran kritis dapat dilaksanakan dalam pembelajaran secara langsung dan nyata oleh siswa untuk menemukan pengetahuan baru. 19 2.1.5.4 Mempertanyakan Sistem Pembelajaran yang membebaskan memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan pemikiran dan pengetahuan yang dimilikinya. Pemikiran siswa dapat berkembang ketika siswa belajar dari pengalaman dan lingkungan sekitar, serta dapat saling bertukar pikiran dengan guru. Peran guru tidak hanya sebagai pengajar yang sekedar memberikan materi, tetapi sama-sama sebagai pembelajar. Ketika terjadi dialog antara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan realitas dari kedua belah pihak pun berkembang. Dialog dalam hal ini adalah suatu percakapan yang dilakukan oleh guru dan siswa yang menghasilkan suatu kesimpulan baru, yang lebih baik serta sesuai dengan kehiduoan nyata. Dari pemahaman baru yang diperoleh, maka kedua pembelajar akan menjadi teman yang secara bersama-sama memberdayakan satu sama lain.

2.1.6 Gambaran Umum Perkembangan Peserta Didik Tingkat SD

Dokumen yang terkait

Pengembangan modul pelajaran IPA kelas III berbasis paradigma pedagogi reflektif di SD Kanisius Kalasan.

1 1 104

Pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

1 4 135

Pengembangan modul IPA ``Ayo Cinta Lingkungan`` untuk siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif.

0 0 2

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

0 0 133

Pengembangan modul pembelajaran IPA "Tumbuhan di Sekitarku" menggunakan pendekatan paradigma pedagogi refketif untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta.

0 2 112

Pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta

0 1 133

Pengembangan modul pelajaran IPA kelas III berbasis paradigma pedagogi reflektif di SD Kanisius Kalasan

1 2 102

Pengembangan modul pembelajaran IPA Tumbuhan di Sekitarku menggunakan pendekatan paradigma pedagogi refketif untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta

0 1 110

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta

1 9 131

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta

0 1 159