Uji Hipotesis Penelitian Hasil Penelitian

C. Pembahasan

Berdasarkan uji hipotesis menggunakan perhitungan uji-t diatas tampak bahwa H diterima p0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini yang berbunyi “ada perbedaan sikap terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua antara remaja desa dan remaja kota” tidak terbukti secara signifikan, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan sikap terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua antara remaja desa dan remaja kota. Hipotesis penelitian ini menjadi tidak terbukti dapat disebabkan oleh tingginya apresiasi masyarakat di Yogyakarta yang menjadi subjek penelitian ini terhadap nilai-nilai budaya Jawa. Yogyakarta merupakan wilayah budaya pedalaman dimana budaya Jawa pedalaman ini mempunyai adat dan tradisi yang bersumber dari Kraton Ariyani dkk., 2002. Selain itu, ada keunikan dari kota Yogyakarta dimana pada masing-masing kabupaten pusat kotanya tidak terletak pada pusat keramaian dan keramaiannya terpusat pada satu wilayah yaitu mendekati kraton. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi peneliti dalam pembatasan wilayah desa dan kota pada penelitian ini. Tidak terbuktinya hipotesis dalam penelitian ini didukung oleh penelitian serupa yang dilakukan oleh Ariyani, dkk. 2002 terhadap siswa-siswi SMU dan SMK yang terdapat di wilayah Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian tersebut menyebutkan hampir 90 responden penelitiannya mengatakan bahwa tata krama masih sangat penting bagi kehidupan sekarang dan seterusnya, dan tata krama sangat diperlukan sebagai pedoman, tuntunan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan dasar berpijak dalam perilaku. Remaja desa dan remaja kota mendapatkan pembinaan mengenai tata krama Jawa dalam menghormati orang tua dengan baik. Remaja kota mendapatkan pembinaan tata krama Jawa dalam menghormati orang tua yang baik dikarenakan kedekatannya dengan Kraton sebagai sumber adat dan tradisi sehingga menjadi tidak berbeda dengan keadaan di desa. Melalui signifikansi perbedaan antara mean empirik dan mean teoretik pada kedua kelompok subjek, ditemukan bahwa mean empirik kedua subjek desa sebesar 140,98 dan kota sebesar 138,52 memiliki skor yang lebih tinggi secara signifikan daripada mean empiris 112,5 dengan p0,05 p=0.00. Hal ini menunjukkan bahwa remaja Jawa baik yang di desa maupun di kota memiliki sikap yang cenderung positif terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua. Hal ini dapat diartikan bahwa remaja desa maupun kota mampu mempersepsikan, memaknai, muatan-muatan emosiperasaannya serta kecenderungannya untuk berperilaku terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua dengan baik. Faktor lain yang menyebabkan remaja Jawa baik yang di desa maupun di kota memiliki sikap yang cenderung positif terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua adalah faktor kemandirian subjek terhadap orang tuanya. Artinya, subjek dalam penelitian ini masih tergantung pada orang tua untuk memenuhi berbagai kebutuhannya sehingga subjek belum memiliki kemandirian untuk lepas dari orang tua. Disisi lain, apabila anak melakukan hal-hal yang dianggap kurang sopan maka secara langsung akan mendapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI teguran dari orang tua. Anak yang membantah atau membangkang terhadap teguran atau perintah orang tua, dianggap anak yang tidak tahu adat atau sopan-santun Taryati dkk., 1995. Maka dari itu agar dapat terpenuhi kebutuhannya akan penerimaan dari orang tua, sikap remaja desa dan remaja kota cenderung positif terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua. Hal ini dapat dijelaskan melalui bagian dari fungsi sikap yang diberikan oleh Katz dalam Azwar, 2005 dan Walgito, 1991 yang salah satunya adalah fungsi manfaat. Individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasanya akan merugikan dirinya. Dalam pergaulan sosial, sikap yang sesuai akan memungkinkan seseorang untuk memperoleh persetujuan sosial dari orang di sekitarnya. Pernyataan sikap tertentu akan dihargai oleh orang-orang yang dianggap penting seperti orang tua. Dengan kata lain, sikap yang cenderung positif terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua akan dihargai oleh orang tua dan membuat subjek merasa diterima. Sikap remaja desa dan remaja kota terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua terbentuk atas beberapa faktor pembentukan sikap. Uraian tentang faktor pembentukan sikap yang diungkapkan oleh Azwar 2005 di bawah ini memberikan gambaran bahwa sikap terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua sebagai objek sikap dalam penelitian ini terbentuk atau dihasilkan dari proses interaksi sosial yang dialami individu.