Karakter Perbedaan Remaja Desa dan Remaja Kota

G. Perbedaan Sikap Remaja Kota Dan Remaja Desa Terhadap Tata Krama Jawa dalam menghormati Orang Tua

Perbedaan sikap remaja kota dan desa terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua merupakan perbedaan penghayatan antara remaja desa dan remaja kota terhadap tata krama Jawa terhadap orang tua yang mengandung komponen kognitif, afektif dan konatif. Sikap remaja desa dan kota terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua dapat bersifat positif dan negatif. Kedua sifat ini akan berpengaruh berbeda terhadap kelangsungan nilai-nilai budaya Jawa khususnya tata krama dalam menghormati orang tua. Jika remaja bersikap positif terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua berarti tata krama tersebut masih di hayati dan di yakini sebagai pedoman dalam pergaulan mereka, sementara sikap negatif dari remaja terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua menandakan bahwa bagi remaja, tata krama Jawa dalam menghormati orang tua tidak lagi relevan dengan kehidupan mereka saat ini. Remaja desa dan remaja kota memiliki karakter berbeda. Karakter remaja desa umumnya tidak suka menonjolkan diri, sering menunjukkan perasaan malu, lebih dapat mengekang diri, dan terikat pada nilai-nilai orang tua dan masyarakat. Selain itu, remaja desa tinggal dalam lingkungan yang masih kental dengan adat-istiadatnya. Sedangkan, karakter remaja kota diantaranya adalah suka menonjolkan diri, peka terhadap perubahan, mudah terpengaruh budaya asing dan memiliki keinginan untuk mandiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Perbedaan karakter remaja desa dan remaja kota disebabkan oleh lingkungan mereka yang berbeda, salah satunya yaitu desa memiliki akses yang lebih terbatas terhadap informasi daripada di kota Swastika, 2003. Perbedaan tersebut menentukan perbedaan remaja desa dan kota dalam mengambil sikap terhadap sesuatu. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita Azwar, 2005. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sears 1991 bahwa orang yang tinggal di kota besar jauh lebih mau menolong orang yang tidak mematuhi norma sosial. Kalimat diatas dapat diartikan bahwa orang kota lebih longgar terhadap sanksi pelanggaran dalam pelaksanaan norma sosial khususnya terkait dengan penelitian ini yaitu tata krama. Berbeda dengan di desa dimana pelaksanaan tata krama lebih ketat karena desa memiliki pengawasan masyarakat atau kontrol sosial yang tinggi Swalem, 1987.

H. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan keterangan yang telah dijelaskan pada bagian kajian teoritis di depan, peneliti mengajukan hipotesa sebagai berikut: “Ada perbedaan sikap terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua pada remaja desa dan remaja kota”.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan apakah terdapat perbedaan sikap terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua antara remaja desa dan remaja kota.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel bebas : remaja desa dan remaja kota Variabel tergantung : sikap terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua

C. Definisi Operasional

Terdapat dua faktor yang didefinisikan secara operasional, yakni: 1. Remaja Remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa Hurlock, 1994. Remaja merupakan salah satu masa perkembangan yang harus dilewati setiap individu. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang berkisar antara 12 sampai dengan 21 tahun. Monks 1999 mengungkapkan bahwa rentang umur pada remaja dibagi lagi menjadi tiga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yaitu: 12-15 tahun adalah masa remaja awal, usia 15-18 tahun adalah remaja pertegahan, sedangkan umur 18-21 adalah masa remaja akhir. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja pertegahan yang berumur 15-18 tahun. Tipe remaja yang digunakan dalam penelitian ini yaitu remaja desa dan remaja kota. a. Remaja Desa Remaja desa dapat diartikan sebagai remaja yang tinggal dan dibesarkan di desa. Ciri dari desa adalah masyarakatnya yang bersifat gotong-royong, statis, kehidupan tenang, proses meniru sesuatu yang baru lambat, pengawasan masyarakat terhadap sesuatu adalah cepat dan berkesan, tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat masih terbelakang, cenderung irasional, magis dan mistis Swalem, 1987. Sedangkan remaja desa itu sendiri memiliki karakter tidak suka menonjolkan diri, sering menunjukkan perasaan malu, lebih dapat mengekang diri, dan terikat pada nilai-nilai orang tua dan masyarakat. b. Remaja Kota Remaja kota diartikan sebagai remaja yang tinggal dan dibesarkan di kota. Ciri–ciri masyarakat kota adalah bersifat perorangan, dinamis dan kritis, kehidupan serba tergesa-gesa, menyendiri, tegas, proses meniru sesuatu yang baru sangat cepat, pengawasan masyarakat terhadap sesuatu hal adalah tidak besar dan tidak terlalu berkesan, tingkat pendidikan masyarakat telah maju, lebih mengetahui waktu