60 memasuki ruangan kelas 2 ketika bel berbunyi menandakan pergantian
jam pelajaran dan segera mengawali pembelajaran batik. Pendidik untuk mata pelajaran keterampilan membuat pola batik di
kelas 2 diampu oleh guru kelas, sehingga guru diharuskan untuk memberikan pembelajaran dan mengisi mata pelajaran batik, meskipun
guru tidak memiliki dasar atau basic untuk mengajarkan keterampilan membuat pola batik, hal ini didukung dengan pernyataan guru kelas pada
saat wawancara tanggal 9 Mei 2015 “Seharusnya sekolah mendatangkan atau memiliki tenaga ahli di bidang batik, sehingga pembelajaran di kelas
tidak meraba-raba, karena saya DK tidak punya basic atau dasar di keterampilan batik.”. Namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan
pada saat pembelajaran keterampilan membuat pola batik, guru kelas cukup kreatif untuk mengisi pembelajaran keterampilan dan semua siswa
di kelas 2 mengikuti pembelajaran dengan aktif. Hal ini dibuktikan dengan semua siswa langsung mengerjakan tugas membuat pola batik tanpa harus
menunggu intruksi yang diberikan oleh guru karena siswa sudah mengerti dengan tugas yang diberikan.
3. Peserta didik
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sekolah bahwa pembelajaran keterampilan membatik sudah dijadikan muatan lokal sejak
Oktober 2009 sehingga semua peserta didik dari kelas 1-6 mengikuti dan
61 mendapatkan pembelajaran keterampilan membatik.
Namun untuk pembelajaran keterampilan membuat pola batik dikhususkan pada peserta
didik yang mengikuti pembelajaran keterampilan membuat pola batik, yaitu seluruh siswa kelas 2. Penamaan keterampilan membuat pola batik
disini disesuaikan dengan tujuan pembelajaran keterampilan batik yang diajarkan di kelas 2.
Pelajaran keterampilan batik sudah menjadi muatan lokal di SD Taman Muda sehingga seluruh siswa dari kelas 1 sampai kelas 6
mendapatkan pelajaran batik. Peserta didik kelas 2 dipersiapkan dan diberikan modal supaya dapat dikembangkan pada saat kelas tinggi kelas
5 dan 6 untuk menghasilkan karya membatik menggunakan alat-alat membatik seperti cantik, kompor, dan sebagainya. Begitu juga dengan
siswa tunagrahita kategori ringan di kelas 2 dengan karakteristik hambatan motorik yang dimiliki, juga dipersiapkan untuk membuat hasil karya
membatik di kelas tinggi nantinya.
4. Pengelolaan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran untuk mata pelajaran batik, tidak dibedakan antara siswa tunagrahita dan siswa umum lainnnya. Guru tidak memiliki
buku pegangan untuk mengajarakan keterampilan membuat pola batik sehingga guru mencari informasi dan bahan pelajaran dari internet. Materi
yang dipilihkan dari internet adalah materi yang disesuaikan dan
62 diperkirakan mudah untuk diajarkan pada siswa kelas 2 termasuk untuk
siswa tunagrahita ringan kelas 2. Pengelolaan materi ini juga didasarkan pada estimasi alokasi waktu,
karena alokasi waktu yang diberikan untuk mata pelajaran keterampilan membuat pola batik adalah sekitar 35 menit atau setara dengan 1 jam
pelajaran. Pengelolaan materi pembelajaran keterampilan batik juga disesuaikan dengan karakteristik siswa di kelas 2. Beberapa siswa tidak
dapat konsentrasi mengingat 10 siswa dari 24 siswa yang ada adalah siswa berkebutuhan khusus dan membutuhkan layanan pendidikan khusus,
sehingga penyampaian materi juga harus disesuaikan dengan metode pembelajaran yang akan digunakan.
5. Metode Pembelajaran
Berdasarkan observasi di lapangan, guru memberikan pembelajaran kepada siswa tunagrahita kategori ringan dengan menggunakan metode
ceramah, dan pemberian tugas. Metode ceramah digunakan saat guru memberikan penjelasan di awal kegiatan pembuka sebagai pengantar
untuk materi batik yang akan dipelajari. Penggunaaan metode ceramah adalah salah satu metode yang selalu digunakan dan juga menjadi metode
yang penting dalam pembelajaran. Metode ceramah ini digunakan guru diawal pembelajaran, guru memberikan penjelasan kepada seluruh siswa
termasuk siswa tunagrahita kategori ringan kelas 2 berkaitan dengan pola