Model Proses Analisis dan perancangan sistem pengaturan fasilitas kerja karyawan bergerak

Gambar 12. DFD Level 1 sistem pengaturan fasilitas kerja karyawan bergerak Gambar 13. DFD Level 2 proses berinteraksi dengan pengguna Gambar 14. DFD Level 2 proses validasi pengguna Kartu ID Biometrik PIN Nilai PIN 1.1 Membaca Kartu ID 1.2 Membaca biometrik 1.3 Membaca PIN 1.4 Menyusun Data masukkan Nomor kartu, Nama pengguna Nilai Biometrik Info Kartu ID, biometrik, PIN dari pengguna Kartu ID Biometrik PIN Nilai PIN 1.1 Membaca Kartu ID 1.2 Membaca biometrik 1.3 Membaca PIN 1.4 Menyusun Data masukkan Nomor kartu, Nama pengguna Nilai Biometrik Info Kartu ID, biometrik, PIN dari pengguna Nomor kartu terbaca 2.3 Membandingkan Nomor kartu yang dibaca dengan info database 2.6 Membuat kesimpulan Nilai bio. terbaca 2.4 Membandingkan Nilai biometrik yang dibaca dengan info database PIN terbaca 2.5 Membandingkan PIN yang dibaca dengan info database Nilai biner Nilai biner Nilai biner Diterima Biner=1 2.1 Pemisahan Data masukkan Info Kartu ID, biometrik, PIN dari pengguna 2.2 Pemisahan data dari database Info Kartu ID, biometrik, PIN dari database ditolak Biner=0 Nomor kartu Database Nilai bio. Database PIN Database Nomor kartu terbaca 2.3 Membandingkan Nomor kartu yang dibaca dengan info database 2.6 Membuat kesimpulan Nilai bio. terbaca 2.4 Membandingkan Nilai biometrik yang dibaca dengan info database PIN terbaca 2.5 Membandingkan PIN yang dibaca dengan info database Nilai biner Nilai biner Nilai biner Diterima Biner=1 2.1 Pemisahan Data masukkan Info Kartu ID, biometrik, PIN dari pengguna 2.2 Pemisahan data dari database Info Kartu ID, biometrik, PIN dari database ditolak Biner=0 Nomor kartu Database Nilai bio. Database PIN Database Gambar 15. DFD Level 2 proses menerima pilihan pengguna Gambar 16. DFD Level 2 proses mengeset alat 3.2 Menerima Pilihan nomor Meja kerja Nomor Meja pilihan Diterima Biner=1 3.1 Menampilkan pilihanmeja yang masih kosong Diterima Biner=1 Nomor meja, profil pengguna 3.3 Memeriksa status pilihan dan memtriger untuk proses berikutnya Nomor meja pilihan Status meja Waktu mulai , ID pengguna Sinyal Biner 3.4 Mengeluakan Sinyal biner untuk Pintu 3.5 Menyiapkan Data yang diperlukan untuk konfigurasi peralatan 3.6 Memulai penghitungan waktu Biner=1 Biner=1 Biner=1 3.2 Menerima Pilihan nomor Meja kerja Nomor Meja pilihan Diterima Biner=1 3.1 Menampilkan pilihanmeja yang masih kosong Diterima Biner=1 Nomor meja, profil pengguna 3.3 Memeriksa status pilihan dan memtriger untuk proses berikutnya Nomor meja pilihan Status meja Waktu mulai , ID pengguna Sinyal Biner 3.4 Mengeluakan Sinyal biner untuk Pintu 3.5 Menyiapkan Data yang diperlukan untuk konfigurasi peralatan 3.6 Memulai penghitungan waktu Biner=1 Biner=1 Biner=1 4.2 Membuat Perintah set PABX 4.3 Membuat Perintah set Switch-LAN Nomor meja, Profil Pengguna Parameter LAN Konfig set Parameter PABX Konfig set Parameter LAN 4.1 Pemisahan profil pengguna untuk parameter LAN dan PABX Parameter PABX 4.2 Membuat Perintah set PABX 4.3 Membuat Perintah set Switch-LAN Nomor meja, Profil Pengguna Parameter LAN Konfig set Parameter PABX Konfig set Parameter LAN 4.1 Pemisahan profil pengguna untuk parameter LAN dan PABX Parameter PABX Gambar 17. DFD Level 2 proses menentukan status dan mereset alat Info port yang tidak dipaki lagi 56.1 Menerima Info port yang tidak terpakai 6.3 Mencatat dan menghiting mundur selama 5 menit 6.4 Membuat Perintah reset PABX 6.5 Membuat Perintah reset Switch-LAN Parameter PABX Parameter LAN 6.2 Membuat kesimpulan Info Waktu Nomor meja Konfig reset Parameter LAN Konfig reset Parameter PABX Info nomor port, Waktu awal berubah Info port yang tidak dipaki lagi 56.1 Menerima Info port yang tidak terpakai 6.3 Mencatat dan menghiting mundur selama 5 menit 6.4 Membuat Perintah reset PABX 6.5 Membuat Perintah reset Switch-LAN Parameter PABX Parameter LAN 6.2 Membuat kesimpulan Info Waktu Nomor meja Konfig reset Parameter LAN Konfig reset Parameter PABX Info nomor port, Waktu awal berubah Waktu mulai , ID pengguna 7.2 Mencatat ID pengguna, waktu dan Nomor meja Waktu selesai Tidak diterima Info pemakaian sistem 7.1 Mencatat ID pengguna, waktu dan penyebab penolakan 7.3 Mencatat ID pengguna, waktu dan Nomor meja 7.5 Menghitung durasi penggunaaan meja 7.4 Merangkum informasi pemakaian Fasilitas kerja ID pengguna, waktu dan penyebab penolakan ID pengguna, Nomor meja ID pengguna, Waktu mulai ID pengguna, Waktu selesai ID pengguna, Durasi waktu Waktu mulai , ID pengguna 7.2 Mencatat ID pengguna, waktu dan Nomor meja Waktu selesai Tidak diterima Info pemakaian sistem 7.1 Mencatat ID pengguna, waktu dan penyebab penolakan 7.3 Mencatat ID pengguna, waktu dan Nomor meja 7.5 Menghitung durasi penggunaaan meja 7.4 Merangkum informasi pemakaian Fasilitas kerja ID pengguna, waktu dan penyebab penolakan ID pengguna, Nomor meja ID pengguna, Waktu mulai ID pengguna, Waktu selesai ID pengguna, Durasi waktu Gambar 18. DFD Level 2 proses membuat laporan

4.4 Pembuatan Aplikasi

Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab I mengenai ruang lingkup penelitian, karena adanya keterbatasan biaya dan waktu, tidak semua komponen dapat dibuat aplikasinya. Pada saat tahap pembuatan aplikasi, dibuat prototipe sistem yang dapat mensimulasikan prinsip kerja sistem pengaturan fasilitas kerja karyawan bergerak. Rancangannya menggunakan salah satu komponen alat yang termasuk dalam rancangan utama, yaitu peralatan jaringan komputer LAN-switch yang dapat penulis peroleh. Peralatan smartcard yang berfungsi sebagai sarana pengenal bagi pengguna disimulasikan dengan menggunakan perangkat lunak dalam PC yang akan meminta masukkan berupa login name dan PIN. PIN masing-masing karyawan disimpan dalam bentuk nilai hash berdasarkan algoritma MD5 untuk alasan keamanan. Untuk pengaturan peralatan jaringan komputer dapat dipergunakan peralatan yang sebernarnya yaitu sebuah LAN-switch. LAN-switch memiliki sistem operasi tersendiri dan program untuk menseting LAN-switch sesuai dengan keinginan pengguna. Untuk menset LAN-switch tersebut dapat dilakukan melalui dua cara yaitu koneksi serial RS-232 dan koneksi TCPIP. Apabila LAN-switch ini belum pernah diset, satu-satunya jalan untuk menset harus menggunakan koneksi serial RS-232. Kemudian LAN-switch dapat diberikan IP address yang sesuai agar LAN-switch dapat dikendalikan melalui jaringan komputer dengan menggunakan koneksi TCPIP. Apabila TCPIP sudah diset, LAN-switch ini dapat diakses dari jarak jauh bahkan hingga meyebrangi negara melalui jaringan WAN wide area network. Kelemahan koneksi RS-232 adalah keterbatasan jarak kabel yang diperbolehkan hanya hingga 15 meter. Setiap LAN-switch memiliki cara konfigurasi yang berbeda beda mulai dari konsep untuk menkonfigurasinya maupun perintah-perintah yang dipakai, sehingga program utama harus disesuaikan dengan LAN-switch yang akan dipakai. Pengaturan peralatan jaringan telepon memiliki konsep yang sama dengan pengaturan jaringan komputer. Konsep pengesetan PABX pun dapat dilakukan melalui jaringan komputer dengan koneksi TCPIP, hanya perintah-perintah command dan parameter-parameter yang akan diset itu berbeda dengan peralatan LAN-switch. Sehingga pengaturan PABX dapat dipadankan dengan konsep pengesetan pada LAN-switch. Pada tesis ini prototipe pengesetan PABX tidak buat. Proses pemantauan sistem dan proses reporting juga menggunakan PC yang sama dengan PC yang dipakai pada sistem utama. Kode program dan tampilan applikasi ini dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

4.5 Sistem Telepon

Sistem jaringan telepon yang menjadi pedoman dalam perancangan sistem pengaturan fasilitas kerja diperlihatkan pada Gambar 4. Semua pengaturan panggilan dilakukan oleh PABX.

4.5.1 Fasilitas Sistem telepon PABX

Ada beberapa fasilitas yang dapat disediakan oleh PABX dalam menunjang aktivitas jaringan telepon. Setiap fasilitas memiliki asumsi-asumsi yang dipergunakan, kondisi aman diinginkan, dan kondisi tidak aman yang perlu dihindari. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah sebagai berikut. • Fasilitas menerima panggilan dari luar. Fasilitas ini berfungsi untuk dapat menerima panggilan dari luar kantor. o Asumsi: pihak penerima panggilan tidak membocorkan data-data informasi-informasi rahasia perusahaan. o Kondisi aman: mengingat asal panggilan berasal dari luar, maka bagi pihak penerima panggilan tidak ada kerugian biaya yang akan ditimbulkan bagi pihak penerima. o Kodisi tidak aman: tidak ada. • Fasilitas melakukan panggilan di dalam sistem PABX internal call. Fasilitas ini berfungsi untuk melakukan panggilan di dalam kantor saja atau panggilan dari ekstensi ke ekstensi saja. o Asumsi: pengguna telepon adalah hanya karyawan internal saja orang dalam saja. o Kondisi aman: mengingat panggilan internal hanya di dalam kantor saja, maka tidak ada biaya yang harus dikeluarkan. o Kodisi tidak aman: tidak ada. • Fasilitas panggilan dalam kota. Fasilitas ini berfungsi agar setiap ekstensi dapat melakukan panggilan dari dalam kantor ke luar kantor atau sering disebut panggilan dalam kota atau jarak dekat. o Asumsi: perusahaan mempercayai karyawan yang memendapat fasilitas ini hanya untuk kepentingan perusahan. o Kondisi aman: selama dipergunakan untuk keperluan perusahaan. o Kodisi tidak aman: terjadi apabila digunakan secara berlebihan oleh karyawan dan penggunaannya tidak berhubungan dengan kepentingan perusahaan. • Fasilitas panggilan jarak jauh antar kota dalam negeri domistic long distance call . Fasilitass ini memungkinkan ekstensi dapat melakukan panggilan ke luar kota dengan menekan kode wilayah terlebih dahulu. o Asumsi: setiap melakukan panggilan interlokal harus menggunakan kata sandi. o Kondisi aman: panggilan internasional hanya dapat dilakukan oleh pemilik kata sandi saja. o Kodisi tidak aman: terjadi apabila kata sandi diketahui oleh orang lain dan dipergunakan untuk keperluan yang tidak semestinya. • Fasilitas panggilan jarak jauh seperti luar negeri internasional call. Fasilitas ini befungsi agar ekstensi dapat melakukan panggilan ke luar negeri dengan menekan kode negara dan kode wilayah terlebih dahulu. o Asumsi: setiap melakukan panggilan internasional harus menggunakan kata sandi. o Kondisi aman: panggilan internasional hanya dapat dilakukan oleh pemilik kata sandi saja.