grup departemen, hak akses, dan daftar sumber daya informasi teknologi IT resources
yang boleh digunakan. Dalam hal ini, yang menjadi penekanan pada situasi di atas adalah keleluasaan flexibility penggunaan sumber daya yang ada,
personalisasi fasilitas setiap karyawan, dan keamanan karyawan dalam penggunaan fasilitas yang ada. Istilah-istilah di atas dirinci dalam penjelasan berikut ini.
Keleluasaan , berarti kebebasan karyawan bergerak dalam memilih posisi meja kerja
yang ingin dipakai, asalkan meja tersebut tidak sedang dipakai oleh karyawan bergerak yang lain.
Personalisasi , berarti setiap meja yang ditempati harus memiliki fasilitas seperti
layaknya meja pribadi, misalnya nomor ekstensi telepon dan hak akses jaringan komputer. Nomor ekstensi telepon meliputi fasilitas panggilan lokal, panggilan
internasional, dll. Fasilitas jaringan komputer meliputi kecepatan akses, pembagian VLAN, dll.
Keamanan
, berarti meja dan fasilitasnya tersebut tetutup untuk siapa saja kecuali telah dilakukan otorisasi sebelum dipakai. Setelah karyawan bergerak tersebut
mendapat otorisasi, mereka mendapat hak akses internet, server, printer atau scanner yang sesuai dengan profil mereka.
1.2 Permasalahan
Untuk memenuhi kebutuhan fasilitas kerja bagi karyawan bergerak, umumnya dapat dilakukan dengan dua cara yang dijelaskan berikut ini.
Pertama, jumlah fasilitas kerja yang disediakan sama dengan jumlah karyawan bergerak. Dalam hal ini setiap karyawan memiliki satu meja kerja, satu
jaringan telepon, dan satu jaringan komputer. Cara yang demikian memerlukan biaya yang cukup tinggi baik dari segi biaya sewa ruangan ataupun pengadaan fasilitas
kerja, padahal fasilitas kerja tersebut tidak dipakai dalam satu hari penuh. Hal ini jelas terlihat bahwa efisinsi penggunaan fasilitas kerja sangat rendah.
Kedua, jumlah fasilitas kerja telah disediakan lebih rendah dari karyawan bergerak yang ada namun tanpa menggunakan sistem otomastis yang mengatur
keperluan fasilitas kerja. Permasalahan yang timbul dari cara ini tidak adanya personalisasi fasilitas. Sebagai contoh, apabila ada 10 karyawan, idealnya harus
disediakan 10 nomor ekstensi telepon. Namun apabila ekstensi yang tersedia hanya 5, maka perusahaan harus mengubah sistem koneksi kabel telepon, mengubah
konfigurasi PABX secara manual, atau karyawan tersebut harus rela untuk memakai ekstensi telepon bersama.
1.2 Tujuan Penelitian
Berlatar belakang dari masalah di atas, dalam penelitian ini dibangun suatu cetak biru blue print pengaturan fasilitas kerja untuk karyawan bergerak secara
konseptual. Cetak biru ini menjelaskan pengaturan fasilitas kerja karyawan bergerak dengan secara otomatis untuk proses pengaturan otentikasi, jaringan telepon, dan
jaringan komputer. Diharapkan dari cetak biru yang dihasilkan dapat diterapkan pada perusahaan-perusahaan yang ingin menerapkan konsep karyawan bergerak.
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Sistem pengaturan fasilitas karyawan bergerak membahas mengenai pola kerja karyawan bergerak, fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan guna menunjang pola
kerjanya tersebut. Perancangan sistem keseluruhan akan melibatkan sistem jaringan telepon, sistem jaringan komputer dan server-server penunjang yang ada. Peralatan
jaringan telepon dan jaringan komputer memiliki cara yang berbeda-beda dalam pengaturannya sesuai dengan merek dan jenisnya. Parameter-parameter yang akan
diatur dalam sistem ini menggunakan parameter yang sifatnya umum atau generik. Dalam penelitian ini juga dibuat prototipe dari rancangan sistem pengaturan
fasilitas kerja karyawan bergerak untuk memperlihatkan bahwa sistem yang dirancang memang dapat diimplentasikan. Mengingat adanya kendala biaya yang
mencapai puluhan juta untuk peralatan PABX, smartcard dan LAN-switching, maka prototipe yang dibuat dalam penelitian ini hanya melibatkan perangkat lunak sistem
pengaturan, pengaturan LAN-LAN-switching dan dynamic host control protocol
DHCP server saja. Peralatan LAN-switching yang dipakai adalah merek CISCO jenis Catalyst LAN-switch WS-C2950-12.
1.4 Manfaat Penelitian