47 Pati  alami  memiliki  tingkat  kejernihan  pasta  1  yang  lebih  rendah
dibandingkan  dengan  pati  pragelatinisasi.  Hal  ini  terjadi  karena  pada  pati  alami sebagian besar granula patinya masih utuh dan masih memiliki sifat birefringence
yang  baik.  Sifat  birefringence  merupakan  sifat  yang  merefleksikan  polarisasi cahaya pada granula pati.
e. Freeze-thaw Stability
Pengujian freeze-thaw stability dilakukan untuk melihat apakah pati yang dihasilkan  dapat  disimpan  dalam  suhu  beku  -15
C  sehingga  aplikasinya memungkinkan untuk digunakan dalam produk yang harus disimpan dalam suhu
yang sangat rendah. Secara teknis, pengujian sifat ini dilakukan dengan membuat larutan  pasta  pati  1  disimpan  dalam  suhu  beku  selama  18  jam  dan  setelah  itu
diletakkan  kembali  pada  suhu  kamar  selama  6  jam.  Setelah  itu  sampel disentrifugasi  untuk  melihat  jumlah  air  yang  terpisah  akibat  penyimpanan  beku
ini. Semakin banyak air yang terpisah menunjukkan bahwa pati tersebut memiliki freeze-thaw stability
yang rendah. Selama  penyimpanan  suhu  beku,  pasta  pati  mengalami  retrogradasi.
Retrogradasi  merupakan  kecenderungan  amilosa-amilosa  pada  pasta  pati  untuk berikatan  kembali  satu  sama  lain  melalui  ikatan  hidrogen  diantara  gugus
hidroksil-nya.  Salah  satu  efek  daripada  retrogradasi  ialah  terjadinya  syneresis yaitu keluarnya air dari pasta pati.
Pada  penyimpanan  suhu  beku  ini,  air  dalam  larutan  pasta  pati  akan berubah  bentuk  menjadi  kristal-kristal  es.  Fenomena  ini  tentu  akan  merubah
kelarutan  air  dalam  struktur  pasta  pati.  Martin  dan  Schoch  1977  di  dalam Desrosier  dan  Donald  1977,  mengatakan  bahwa  air  yang  telah  berubah  bentuk
menjadi kristal es mengakibatkan peristiwa retrogradasi dalam larutan pasta pati. Apabila larutan pasta pati yang telah beku tersebut diletakkan kembali pada suhu
kamar, kristal es tersebut akan kembali mencair dan air akan terpisah dari struktur pasta pati.
Nilai  freeze-thaw  stability  yang  dinyatakan  dalam  Syneresis  dapat diartikan  sebagai  persentase  jumlah  air  yang  terpisah  setelah  larutan  pasta  pati
48 diberi  perlakuan  penyimpanan  pada  satu  siklus  freeze-thaw  pada  suhu  -15
C. Semakin  tinggi  persentase  jumlah  air  yang  terpisah  menunjukkan  bahwa  pati
tersebut semakin tidak stabil terhadap penyimpanan suhu beku. Nilai freeze-thaw stability  Syneresis pati jagung berkisar antara 97,13-
99,07,  dengan  nilai  freeze-thaw  stability  tertinggi  untuk  pati  jagung  varietas Lamuru dan nilai freeze-thaw stability terendah untuk pati jagung varietas Bisma.
Pengujian  sifat  ini  pada  pati  jagung  dilakukan  untuk  mengetahui  kelayakan  pati ini  digunakan  dalam  produk  beku.  Fenomena  retrogradasi  terjadi  pada  larutan
pasta pati selama penyimpanan beku. Hal ini menyebabkan sejumlah air terpisah dari pasta pati.
Berdasarkan  hasil  analisis,  pati  jagung  varietas  Bisma  memperlihatkan nilai  Syneresis  yang  paling  rendah  dibandingkan  pati  jagung  varietas  lainnya.
Hal  ini  menunjukkan  bahwa  pati  jagung  varietas  Bisma  menghasilkan  pati  yang lebih  stabil  terhadap  penyimpanan  beku  bila  dibandingkan  dengan  pati  jagung
varietas  lainnya.  Granula  pati  yang  telah  pecah  akibat  gelatinisasi  memiliki swelling  power
yang  tinggi,  namun  karena  sifat  ini  granula  pati  yang  pecah tersebut  tidak  mampu  menahan air  lebih  banyak  dibandingkan granula  pati  yang
masih  utuh.  Penyimpanan  beku  akan  menambah  jumlah  air  yang  terpisah  dari pasta  pati  karena  kristal-kristal  es  yang  terbentuk  menyebabkan  retrogradasi.
Semakin banyak pati yang tergelatinisasi berarti semakin tinggi kemungkinan air
yang terpisah akibat penyimpanan suhu beku. f. Apparent Viscosity
Ketika  suspensi  pati  dan  air  dipanaskan  diatas  suhu  gelatinisasinya, granula-granula  pati  akan  tergelatinisasi  dan  mengembang  secara  cepat  sampai
semua  air  terkonsumsi. Tingkat  swelling  yang  tinggi  ini  mengakibatkan granula- granula  pati  mudah  pecah  karena  shear  rate.  Pada  fase  awal,  bagian  pati  yang
larut keluar dari granula dan berdifusi ke dalam fase air. Namun demikian, ketika seluruh  volume  larutan  pati  dipenuhi  oleh  granula-granula  yang  mengembang,
beberapa  bagian  pati  yang  larut  tadi  kembali  berdifusi  ke  dalam  granula  sampai tingkat  keseimbangan  tercapai.  Jadi,  apparent  viscosity  dari  larutan  pati  tidak
hanya disebabkan oleh pengembangan granula, tapi juga oleh adanya bagian pati
49 terlarut  yang  menahan  pengembangan  granula-granula  dengan  daya  adhesi,  dan
juga  oleh  interaksi  diantara  granula-granula  yang  mengembang  Leach,  1965  di dalam Goldsworth, 1999.
Nilai apparent viscosity pati jagung menurun dengan meningkatnya shear
rate yang diberikan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 10. Shear rate merupakan
tumbukan  mekanis  pada  larutan  pasta  pati  jagung  yang  berasal  dari  putaran spindel  alat  Brookfield  Viscometer.  Semakin  tinggi  nilai  shear  rate  berarti
semakin  cepat  pula  putaran  spindel  alat  Brookfield  Viscometer  dan  tumbukan mekanis  yang  terjadi  juga  semakin  banyak.  Tumbukan  mekanis  yang  semakin
meningkat  ini  meningkatkan  sifat  mengalir  larutan  pasta  pati  dan  menurunkan gaya  geseknya.  Hal  inilah  yang  menyebabkan  turunnya  nilai  apparent  viscosity.
Peningkatan  shear  rate  yang  menyebabkan  penurunan  nilai  viskositas menunjukkan kondisi rheologi larutan pati yang bersifat pseudoplastic.
Gambar  10.  Nilai  viskositas  pati jagung  pada  beberapa  shear  rate  menggunakan
spindel 3 pada konsentrasi 3 Perbedaan  viskositas  ini  terutama  disebabkan  oleh  perbedaan  struktur
molekul  pati.  Struktur  molekul  pati  pragelatinisasi  tidak  beraturan  lagi  seperti halnya  pada  pati  alami.  Pada  pati  pragelatinisasi,  sebagian  besar  amilosa  dan
amilopektin  telah  terpisah  akibat  proses  gelatinisasi  sehingga  amilosa  lebih banyak  terdapat  diluar  granula.  Snyder  1984  di  dalam  Whistler  et  al.  1984
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
220 240
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1
Shear rate 1s V
is k
o s
it a
s C
p
Arjuna Bisma
Lamuru Srikandi Kuning
Srikandi Putih Sukmaraga
50 menyatakan  bahwa  pati  pragelatinisasi  menggunakan  pemanasan  di  atas  suhu
gelatinisasi  bahan  dengan  spontan,  menyebabkan  tidak  semua  granula  pati tergelatinisasi.
Pengujian  stabilitas  viskositas  pasta  pati  jagung  diukur  menggunakan spindel nomer 3 pada laju 12 rpm dan suhu 30
C. Stabilitas viskositas pasta pati jagung ini diamati selama 30 menit.
Pati jagung  yang dihasilkan memiliki stabilitas viskositas pasta pati yang cukup  baik.  Hal  ini  ditunjukkan  pada  Gambar  11.  Pada  rentang  30  menit,
viskositas pasta pati tidak banyak mengalami perubahan. Stabilitas viskositas pasta ini juga sangat ditentukan oleh struktur pati itu
sendiri, khususnya perbandingan amilosa dan amilopektin. Amilosa yang berantai lurus  lebih  mudah  diputuskan  ikatan  hidrogennya  dibandingkan  dengan
amilopektin  yang  bercabang-cabang.  Jumlah  amilosa  yang  tinggi  dalam  pati cenderung dapat menyebabkan viskositas pastanya rendah dan kurang stabil.
Gambar 11. Stabilitas viskositas pasta pati jagung selama 30 menit menggunakan spindel 3 dan kecepatan 12 rpm pada konsentrasi 3
D. Karakterisasi Hasil Samping Pati Jagung 1. Lembaga
Lembaga  yang  dihasilkan  dari  produksi  pati  jagung,  dapat  dijadikan sebagai  minyak  melalui  proses  ekstraksi  dengan  tekanan  hidrolik  atau  ekstraksi
dengan  pelarut.  Selain  itu,  lembaga  bisa  juga  digunakan  sebagai  pakan  ternak.
20 40
60 80
100 120
140
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Waktu menit V
is k
o s
it a
s C
p
Arjuna Bisma
Lamuru Srikandi Kuning
Srikandi Putih Sukmaraga