Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif, jika tidak dirancang dengan baik dan benar, model ini dapat memicu timbulnya “pengendara bebas” atau para pembonceng. Hal ini ditandai dengan adanya sebagian anggota kelompok melakukan semua atau sebagian besar pekerjaan sementara yang lain tinggal membonceng. Masalah semacam ini disebut “difusi tanggung jawab” Slavin, 2010:41, dapat menjadi penghalang bagi terciptanya pengaruh pencapain prestasi dari pembelajaran kooperatif. Difusi tanggung jawab ini dapat ditiadakan dengan menerapkan dua cara yang prinsipil. Yang pertama adalah dengan membuat masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab atas unit yang berbeda dalam tugas kelompok. Yang kedua adalah dengan membuat mereka bertanggungjawab secara individual atas pekerjaan mereka. Dengan cara ini, diharapkan tak ada lagi “pengendara bebas”

2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

Pembelajaran kooperatif tipe NHT atau Kepala Bernomor dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Dalam mengajukan pertanyaan saat pembelajaran berlangsung di kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT berikut. Fase 1 : Penomoran. Guru membagi siswa kedalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya, “berapakah jumlah gigi orang dewasa?” Atau arahan, misalnya “pastikan setiap orang mengetahui 5 buah ibu kota propinsi yang terletak di Pulau Sumatera”. Fase 3 : Berpikir bersama. Siswa menyatukan pendapat terhadap jawaban pertanyaan itu dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. Fase 4 : Menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim, 2000:18, antara lain adalah : 1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran 3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil 5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam 7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi Langkah-langkah penerapan NHT: 1. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. 2. Guru memberikan kuis secara individual untuk mendapatkan skor awal. 3. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 –5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor. 4. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan dalam kelompok. 5. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk merupakan perwakilan jawaban kelompok. 6. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran. 7. Guru memberikan tes kuis kepada siswa secara individual untuk mendapatkan skor akhir. 8. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor kuis awal ke skor kuis akhir. Kelebihan dan kekurangan model kooperatif tipe NHT adalah : Kelebihan: 1. Memperdalam pemahaman konsep dan meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Setiap siswa menjadi siap dan dapat berdiskusi dengan sungguh-sungguh. 3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 4. Meningkatkan rasa percaya diri dan sikap kepemimpinan siswa. Kekurangan: 1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif tipe MM