2.2.2.1 Langkah Menulis Naskah Drama
Menurut Sayuti 2003:79-81, langkah-langkah menulis naskah drama, yaitu 1 preparasi atau persiapan, 2 inkubasi atau pengendapan, 3 iluminasi,
dan 4 verifikasi atau tinjauan secara kritis. Berikut penjelasan langkah-langkah menulis naskah drama tersebut.
1 Preparasi atau persiapan, yaitu tahap pengumpulan informasi dan data yang
dibutuhkan dalam menulis. Dalam tahap ini seorang penulis telah menyadari apa yang dia tulis dan bagaimana ia akan menuliskannya.
2 Inkubasi atau pengendapan, yaitu tahap dimana gagasan yang telah muncul
tadi disimpan dan dipikirkannya matang-matang, dan ditunggunya waktu yang tepat untuk menuliskannya.
3 Iluminasi, yaitu tahap dimana penulisan karya penciptaan diselesaikan.
4 Verifikasi atau tinjauan kritis. Dalam tahap ini, tulisan yang sudah jadi,
diperiksa dan dinilai berdasarkan pengetahuan dan apresiasi yang dimiliki. Berbeda dengan Sayuti, Komaidi 2008:234 mengungkapkan hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menulis naskah drama, yaitu 1 penciptaan latar, 2 penciptaan tokoh yang hidup, 3 penciptaan konflik, 4 penulisan adegan, dan
secara keseluruhan disusun ke dalam sebuah skenario. 1
Penciptaan latar. Lingkungan fisik tempat penulis drama menempatkan aksi para tokoh
ciptaannya disebut setting. Biasanya penulis drama yang sudah berpengalaman seringkali menggunakan suatu lingkungan yang aktual nyata,
yaitu dengan observasi sebagai dasar setting drama yang akan ditullis dengan
memodifikasi hasil observasi agar menjadi latar yang paling baik dalam sebuah drama.
2 Penciptaan tokoh yang hidup.
Penulis drama melukiskan tokoh setepat mungkin dalam sebuah drama. Informasi yang dituliskan yaitu 1 nama tokoh, 2 usia tokoh, 3 deskripsi
tokoh, dan 4 hubungan tokoh utama dengan tokoh-tokoh lainnya. 3
Penciptaan konflik. Definisi konflik adalah seorang tokoh ingin mencapai tujuan tertentu, tetapi
seorang merintangi keberhasilan tokoh tadi. Dalam hal ini, penulis sebisa mungkin menciptakan konflik yang mempunyai pemecahan yang tidak
terduga oleh pembacanya. 4
Penulisan adegan. Seorang penulis drama yang sudah berpengalaman sebelum menulis adeegan
lengkap dengan dialog terlebih dahulu memetakan konflik berupa naratif yang belum ada dialognya. Adegan ditulis sebagai sebuah cerita. Dengan
menghidupkan tokoh-tokoh tertentu dengan mengembangkan karakternya dan menempatkan tokoh-tokoh pada latar kehidupan mereka serta menemukan
situasi-situasi yang bisa menimbulkan konflik, kemudian dituangkan ke dalam skenario dasar berupa adegan, maka penulisan naskah drama sudah
terselesaikan. Menurut Nuryatin 2006:40, langkah-langkah dalam menulis naskah
drama dapat dibagi menjadi lima bagian. Berikut penjelasan langkah-langkah dalam menulis naskah drama tersebut.
Pertama, menulis pengalaman pribadi yang mengesankan. Dalam langkah
ini penulis diminta untuk menuliskan kembali secara kronologis suatu peristiwa yang pernah dialaminya dan peristiwa itu paling berkesan. Penulisannya secara
kronologis ditulis melalui dialog-dialog yang dituturkan oleh tokoh-tokoh orang- orang yang terlibat dalam peristiwa yang dialami.
Kedua, membangun dunia yang diinginkan berdasarkan pengalaman
pribadi yang paling mengesankan. Dari satu peristiwa yang pernah dialaminya, yang sudah ditulis itu kemudian dibangun dunia fiksi yakni dunia baru yang
diharapkan atau diangankan terjadi sebagaimana kehendak penulis. Maksudnya apa yang terjadi peristiwa nyata itu mungkin tudak sebagaimana yang diharapkan,
sehingga perlu dibangun peristiwa ideal dalam bentuk pengembangan dari peristiwa itu. Kesemua peristiwa ideal itu masih terbangun di dalam pemikiran.
Ketiga, mengekspresikan dunia yang diinginkan melalui unsur-unsur
pembentuk naskah drama. Peristiwa ideal yang telah terbangun di dalam pemikiran yang merupakan pengembangan peristiwa yang mengesankan
kemudian dituangkan dalam bentuk naskah drama melalui unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Dalam proses ini tulisan mengenai peristiwa yang paling
mengesankan dapat dijadikan sebagai pedoman atau sebagai pembanding. Maksudnya, dalam penulisan naskah drama, tulisan mengenai pengalaman pribadi
dapat digunakan sebagai acuan. Keempat,
mengadakan penyuntingan, yakni dengan jalan mencermati tulisan yang telah tersusun, kemudian mengoreksinya dengan jalan mencoret
katafrasakalimat yang tidak penting atau pengganti katafrasakalimat lain yang dirasakan lebih tepat.
Kelima, menuliskan kembali tulisan yang sudah mengalami perbaikan-
perbaikan dengan komposisi baru yang dianggap lebih tepat. Hasil proses ini sudah berupa hasil naskah drama. Langkah-langkah tersebutlah yang dapat
ditempuh dalam menulis naskah drama. Menurut Sanggah 2008 menulis naskah drama merupakan kegiatan
proses kreatif. Kreativitas menyangkut tahapan pemikiran imajinatif yaitu merasakan, menghayati, menghayalkan, dan menemukan kebenaran. Untuk
mendalami proses perjalanan melihat, mendalami, dan mewujud tersebut perlu fase-fase proses dengan pola sebagai berikut.
1 Merasakan
Merasakan adalah bagian terpenting dari panca indera manusia. Segala sensasi dalam diri manusia selalu dengan fase merasakan. Merasakan diartikan sudah
melewati proses melihat, mendengar, dan menyerap. Dalam kegiatan ini seorang penulis diajak untuk merasakan sesuatu yang telah dilihat, didengar,
dan kemudian diserapnya dijadikan sebagai idegagasan dalam karyanya. 2
Menghayati Menghayati diartikan mendalami atau merasakan betul-betul temuan-temuan
yang telah dilakukan pada fase merasakan. Indikator menghayati adalah sampai pada kesadaran pribadi terhadap sensasi yang diperolehnya. Setelah
apa yang dirasakan, seorang penulis mulai menghayatinya lebih mendalam untuk dijadikan bahan kajian.
3 Menghayalkan
Menghayalkan adalah fase memunculkan kembali apa yang telah dirasakan, apa yang dihayati dalam wujud khayalan dengan harapan memperoleh
khayalan-khayalan lain yang baru. Di sini calon penulis diminta untuk mengembangkan apa yang telah dihayatinya dengan khayalan-khayalan yang
tinggi hingga memunculkan suatu yang baru dan menarik untuk dituangkan dalam sebuah karangan.
4 Mengejawantahkan
Mengejawantahkan adalah fase mewujud dari tiga proses sebelumnya. Fase ini perlu menggunakan filter estetik agar curahan-curahan hasil fase sebelumnya
lebih bernilai. Pemikiran seseorang mengenai hal apa yang benar-benar ingin diciptakan dan menjadikannya sebuah karya.
5 Memberi bentuk
Memberi bentuk adalah fase penguatan pengejawantahan dengan proses alamiah, mengalir, dengan menggunakan simbol-simbol dan metafora
sehingga keinginan dan angan-angan dapat menjadi sebuah karya.
2.2.2.2 Istilah-Istilah Teknis Penulisan Naskah Drama