BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DALAM
MELINDUNGI INDUSTRI DALAM NEGERI DALAM KERANGKA PERDAGAGAN BEBAS AFTA
A. Kebijakan Politik Hukum Perdagangan Bebas Indonesia
Untuk melindungi kepentingan dan hak-hak masyarakat dari dampak negatif pemberlakuan perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN
maka diperlukan seperangkat aturan hukum yang akan melindungi hak-hak masyarakat. Maka substansi perundang-undangan yang masih berpihak kepada
pihak asing harus segera direvisi dan dilakukan pembaharuan. Sistem hukum dan sistem ekonomi suatu negara senantiasa terdapat
interaksi. Hubungan saling mempengaruhi antara kedua sistem ini dapat berlansung positif, tetapi dapat juga bersifat negatif seperti yang terjadi pada masa
orde baru, yang sebenarnya ikut menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan dan masih terus berlanjut hingga saat ini.
Dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, politik hukum Indonesia mengarah kepada pembangunan hukum untuk mendukung terwujudnya
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, mengatur permasalahan yang berkaitan dengan ekonomi terutama dunia usaha dan dunia industri, serta
menciptakan kepastian investasi, terutama penegakan dan perlindungan hukum. Pembangunan hukum juga diarahkan untuk menghilangkan kemungkinan
terjadinya tindak pidana korupsi, serta mampu menangani dan menyelesaikan secara tuntas permasalahan yang terkait dengan kolusi, korupsi dan nepotisme
KKN. Pembangunan hukum dilaksanakan melalui pembaharuan materi hukum
Universitas Sumatera Utara
dengan tetap memerhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan pengaruh globalisasi sebagai upaya untuk meningkatkan kepastian dan
perlindungan hukum, penegakan hukum dan hak asasi manusia HAM, kesadaran hukum, serta pelayanan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran,
ketertiban dan kesejahteraan, dalam rangka penyelenggaraan negara yang tertib, teratur, lancar dan berdaya saing global.
97
Untuk memaksimalkan peranan hukum dalam melindungi kepentingan- kepentingan masyarakat di era pasar bebas ini tidak cukup dilakukan dengan
melakukan perubahan substansi peraturan perundang-undangan, tetapi juga harus dilakukan dengan pembaharuan pola pikir dan budaya manusianya seperti
menjadikan masyarakat Indonesia berbudaya patuh hukum, meningkatkan profesionalisme aparat penegak hukum serta meningkatkan jiwa nasioalisme
anggota legislative sehingga menghasilkan peraturan perundang-undangan yang melindungi kepentingan bangsa, bukan peraturan perundang-undangan yang pro
terhadap kepentingan kelompok tertentu apalagi pihak asing.
98
97
Adi Sulistiyono dan Muhammad Rustamaji, Hukum Ekonomi Sebagai Panglima, Mas Media Buana Pustaka, Surabaya, 2009 .hlm. 6
98
Ibid
Hal ini senada dengan yang pernah dikatakan oleh Satjipto Raharjo, pembenahan undang-
undangan bukannya tidak perlu, tetapi bukan satu-satunya. Dengan sekalian kesibukan membenahi sisi perundang-undangan, gerakan supremasi hukum
ternyata amat kurang memberi hasil. Dunia dan kehidupan hukum masih jalan
Universitas Sumatera Utara
ditempat dengan segala karut-marutnya. Faktor manusia sangat berpengaruh terhadap tegaknya norma-norma hukum.
99
99
Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2008, hlm. 3
Semenjak awal the founding father sudah merumuskan Sistem ekonomi sebagai salah satu substansi konstitusi yang amat penting. Terlihat bagaimana
cemerlangnya rumusan sistem ekonomi yang kemudian tertuang dalam ketentuan Pasal 33 UUD 1945, sebagai suatu sistem yang memadukan kearifan lokal nilai
kultur bangsa sehingga norma ini begitu visoner dan maju. Namun disisi lain bagi kaum-kaum liberal menganggap Pasal 33 UUD 1945 dianggap tidak sesuai lagi
dengan perkembangan zaman dimana perekonomian dunia, termasuk Indonesia, sudah begitu terintegrasi dalam konfigurasi global, bahkan mengarah kepada
depedensi satu negara ke negara lain. Dengan adanya Pasal 33 UUD 1945, yang mana tujuan dari perekonomian
Indonesia adalah untuk mensejahterakan masyarakat banyak, serta untuk melindungan cabang-cabang produksi yang merupakan hajat hidup orang banyak
agar tidak jatuh ke pihak swasta. Apabila merujuk pemikiran Mochtar Kusumaatmadja bahwa salah satu fungsi hukum adalah menyediakan jalur-jalur
bagi pembangunan politik, ekonomi maupun sosial budaya. Fungsi hukum yang lain adalah menjaga ketertiban dan keamanan serta menciptakan suasana
kepastian hukum yang adil didalam masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
B. Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia dalam Melindungi Industri Dalam Negeri dalam Kerangka Perdagangan Bebas
1. Penentuan Arah dan Prioritas Kebijakan
Arah kebijakan adalah salah satu menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan
hukum adat serta memperaharui perundang-undangan warisan kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan gender dan ketidak
sesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi. Selanjutnya mengembangkan peraturan perundang-undangan yang mendukung kegiatan
perekonomian dalam menghadapi era perdagangan bebas tanpa merugikan kepentingan nasional.
100
Maka dalam ketentuan kebijaksanaan policy kebijakan adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin
terhadap terlaksananya suatu usaha, cita-citakeinginan atau keadaan yang dikehendaki.
Perioritas kebijakan juga merupakan salah satu sasaran utama untuk dicapai dan langkah yang terpenting yang dilakukan oleh pemerintah
dalam mengambil atau memutuskan suatu kebijakan.
101
Untuk menentukan suksesnya percepatan pembangunan saat ini juga masa depan terkait dengan penerapan perdagangan bebas dalam kesepakatan regional
Jadi dalam arti kebijaksanaan, titik beratnya adalah adanya proses pertimbangan untuk menjamin terlaksananya suatu usaha, pencapaian cita-cita
atau keinginan yang dicapai tersebut, sehingga menghasilkan suatu bukti kebijakan untuk kepentingan umum yang merobah keadaan untuk yang lebih baik.
100
GBHN 1999-2004, Sinar Grafika: Jakarta, 1999, hlm. 15-16.
101
Ismed Batu Bara, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, Citapustaka Media Perintis: Bandung, 2010, hlm. 151.
Universitas Sumatera Utara
AFTA, maka salah satu arah dan prioritas kebijakan yang akan dilaksanakan adalah pemulihan recovery ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Mendorong dan memberi arahan kepada setiap daerah untuk secara sungguh- sungguh dan sistematis melaksanakan pemulihan ekonomi guna untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Secara umum perkembangan kebijakan perdagangan Indonesia, sejak
terbentuknya WTO tahun 1995, perkembangan perdagangan dunia mengalami pertumbuhan sangat pesat.
2. Langkah-Langkah Kebijakan Pemerintah Melindungi Industri Dalam Negeri
Salah satu langkah-langkah kebijakan yang diberikan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri adalah melalui Tindakan pengamanan
Safeguard yaitu tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius dan atau untuk mencegah ancaman kerugian serius dari industri dalam
negeri sebagai akibat dari lonjakan impor barang sejenis atau barang yang secara langsung merupakan saingan hasil industri dalam negeri dengan tujuan agar
industri dalam negeri yang mengalami kerugian serius dan atau ancaman kerugian serius tersebut dapat melakukan penyesuaian struktural.
Selanjutnya Tindakan dumping adalah menjual barang diluar negeri lebih murah dari pada harga di dalam negeri, atau menjual barang di suatu Negara lebih
murah dari pada di negara lain, atau menjual barang keluar negeri atau lebih rendah dari biaya produksi dan tranformasi, di mana tindakan dumping ini baru
melanggar ketentuan perdagangan internasional apabila mengakibatkan injury
Universitas Sumatera Utara
kepada produksi dalam negeri.
102
Kebijakan perdagangan dalam periode memasuki era globalisasi ekonomi diarahkan pada penciptaan dan pemantapa kerangka landasan perdagangan, yaitu
dengan meningkatkan efisiensi perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri dengan tujuan lebih memperlancar arus barang dan jasa, mendorong
pembentukan harga yang layak dalam iklim persaingan yang sehat, menenunjnag efisiensi produksi, mengembangkan ekspor, memperluas kesempatan berusaha
dan lapangan kerja, meningkatkan dan meratakan pendapatan rakyat serta menetapkan stabilitas ekonomi.
Termasuk juga subsidi yaitu merupakan kontribusi keuangan oleh pemerintah atau badan publik yang memberikan
keuntungan.
[7] Dalam pelaksanaanya, kebijakan tersebut dupayakan secara terpadu dan
saling mendukung dengan kebijakan dibidang-bidang lainnya agar tercapainya keseimbangan dalam mencapai berbagai tujuan pembangunan.
Kerangka landasn perdagangan yang ingin dicapai tersebut meliputi unsure-unsur sebagai berikut.
1. Penciptaan struktur ekspor nonmigas yang kuat dan tangguh yang tidak terganggu oleh gejolak dengan melakukan diversifikasi, baik produk pasar
maupun pelakunya. 2. Penciptaan system distribusi nasional ayng efektif dan efisien dalam rangka
meningkatkan daya saing produk-produk ekspor, mempertahankan tingkat harga yang stabil didalam negeri dan pengembangan produksi dalam negeri menuju
structur ekonomi yang lebih berimbang dengan industry yang makin kuat dan didukung oleh pertanian yang tangguh.
3. Peningkatan daya saing usaha sebagai pelaku dalam kegiatan ekonomi perdagangan, baik dalam negeri maupun ekspor dengan memupuk kebersamaan
yang kokh dalam menghadapi pasar dunia yang semakin ketat persaingannya. Di
102
Erman Rajagukguk, Butir-Butir Hukum Ekonomi, Jakarta : lembaga Studi Hukum fakultas Hukum Universitas Indonesia, cetakan 1, 2011, hlm. 32.
Universitas Sumatera Utara
samping itu di bina kerjasama yang saling menguntungkan antara unsure-unsur dunia usaha dan antara yang besar, menengah dan kecil.
4. Transportasi pasar dan pengelolaan kegiatan perdagangan. Untuk itu, kegiatan informasi perdaganganakan lebih diintensifkan agar para pengusaha dengan
mudah memperolehnya. Telah dibangun system jaringan informasi pasar yang untuk sementara kegiatannya masih terbatas di ibukota provinsi utama, yaitu
Jakarta, Bandung, Semarang, Medan, Surabaya, dan Ujung Pandang. Jaringan informasi ini dihubungkan juga dengan kantor-kantor Indonesian Trade
Promotion Centre ITCP di luar negeri. Informasi yang tersedia meliputi berbagai peraturan dibidang ekspor, daftar iportir diluar negeri, produk-produk yang
diminta, dan data-data perdagangan berbagai Negara. 5. Kemantapan bekerjanya lembaga-lembaga perdagangan. Berfungsinya secara
baik lembaga-lembaga perdaganagan sangat penting dalam memperlancar arus pengadaan dan penyaluran barang, baik untu keperluan didalam negeri maupun
untuk ekspor. Untuk itu,akan terus dikembangkannya peranan dari badan pelaksana komoditi, pasar lelang karet, pembinaan keagenan, pasar dan
sebagainya. 6. Kemantapan bekerjanya sector penunjang perdagangan. Untuk itu, secara terus
menerus dibina kerjasama berbagai instasi terkait agar dapat persamaan persepsi dan langkah dalam rangka meningkatkan ekspor khususnya serta terbinanya
perdagnagn yang lancer pada umumnya. Pembangunan perdagangan dalam negeri sangat berperan dalam
mewujudkan trilogy pembangunan, yang meliputi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan laju pertumbuhan, dan memantapkan stabilitas
ekonomi. Perdagangan dalam negeri yang efisien dan efektif akan memperlancar arus barang dan jasa serta semakin meluasnya pasar produk-produk dalam negeri
akan meningkatkan kegiatan produksi dari sector ynag bersangkutan maupun sector lain. Berkembangnya sector-sektor tersebut dengan sendirinya akan
meningktkan kesmpatan kerja. Tersedianya barang dna jasa dipasar dengan harga yang layak bagi kesejahteraan hidup rakyat. Hal ini dimungkinkan apabila
diterapakan system tata niaga yang efisien dan efektif.
Universitas Sumatera Utara
C. Pengaruh AFTA terhadap Kebijakan Perdagangan Indonesia