Pada penelitian yang dilakukan rentang skor antara siswa motivasi berprestasi tinggi dengan siswa motivasi berprestasi rendah sangat kecil. Hal ini
dapat dilihat pada lampiran 214. Berdasarkan angket motivasi berprestasi, jumlah terendah 32 dan jumlah tertinggi 128. Dari data penelitian, skor minimal siswa
adalah 58 dan skor tertinggi 116. Berdasarkan rentang nilai tersebut, perbedaan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah tidak tajam atau
dengan kata lain rata-rata motivasi berprestasi siswa hampir sama.
3. Hipotesis ketiga
Berdasarkan hasil analisis anava dua jalan sel tak sama diperoleh p-value α pada tabel 4.14 dan tabel 4.15 berarti ada pengaruh modalitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar. Rata-rata prestasi belajar siswa yang memiliki modalitas belajar visual lebih tinggi dibanding dengan prestasi belajar siswa yang memiliki
modalitas belajar auditori dan kinestetik. Sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa yang memiliki modalitas belajar kinestetik lebih tinggi dibanding dengan
prestasi belajar siswa yang memiliki modalitas belajar auditori. Seperti yang dijelaskan pada bagian teori, masing-masing individu belajar
dengan menggunakan ketiga modalitas ini pada tahapan tertentu. Tetapi kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara ketiganya. Modalitas
belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Modalitas belajar yang berbeda akan memberikan hasil belajar yang berbeda.
Dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini tampak jelas perbedaan hasil belajar dari siswa yang memiliki modalitas belajar yang berbeda-beda. Ini berarti
bahwa modalitas belajar siswa yang berbeda benar akan memberikan hasil prestasi belajar yang berbeda. Rangsangan yang sesuai diberikan pada siswa
dengan modalitas belajar yang berbeda akan memberikan kemudaha bagi siswa untuk menyerap informasi yang diperoleh yang kemudian terwujud dalam prestasi
belajar.
4. Hipotesis keempat
Berdasarkan hasil analisis anava dua jalan sel tak sama diperoleh p-value α pada tabel 4.14 dan tabel 4.15 berarti tidak ada interaksi antara motivasi
berprestasi siswa dengan media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Kit multimedia dan media interaktif berbasis komputer yang
digunakan dalam pembelajaran tidak memberikan perbedaan prestasi belajar berdasarkan motivasi berprestasi. Hal ini berarti, apapun media yang digunakan
dalam pembelajaran, hasil prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah tidak ada perbedaan.
Sesuai dengan pendapat McClelland pada bagian teori dijelaskan bahwa kondisi dan situasi sangat menentukan cara membuat orang termotivasi untuk
berprestasi sehingga dapat mencapai tujuan yang menantang tapi tetap realistis. Karakteristik orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah adanya
pengembangan dan perbaikan dalam segala hal yang dikerjakan, ingin mendapatkan umpan balik yang segera dan ingin selalu merasa telah melakukan
sesuatu yang bermakna secara tuntas. Siswa dapat segera memperoleh umpan balik melalui media interaktif berbasis komputer. Dari hasil penelitian yang
dilakukan ternyata media interaktif berbasis komputer tidak lebih baik daripada kit multimedia untuk siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Keinginan
siswa untuk selalu merasa telah melakukan sesuatu yang bermakna secara tuntas merupakan andil yang paling besar sehingga apapun media yang digunakan akan
memberikan hasil prestasi belajar yang sama bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi.
Siswa dengan motivasi berprestasi rendah kurang berpikir general dan lebih mencemaskan kesulitan-kesulitan dalam mencapai keberhasilan, seperti
yang diungkapkan oleh McClleland 1976. Pembelajaran menggunakan kit multimedia diharapkan dapat membantu siswa dengan motivasi berprestasi rendah
karena media ini tidak menuntut siswa berpikir general. Akan tetapi kecemasan akan kesulitan dalam mencapai keberhasilan telah memberikan dorongan yang
besar sehingga kelompok ini dapat memperoleh prestasi belajar yang sama baik meskipun dengan media yang berbeda.
Secara umum, dorongan memperoleh hasil prestasi belajar pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah bukan terletak pada media
melainkan pada semangat dan keinginan untuk menjadi lebih baik. Dorongan dari dalam diri siswa merupakan faktor penentu baik tidaknya prestasi belajar siswa.
Kondisi siswa yang menjadi sampel penelitian yang homogen berdasarkan tes masuk tentu saja memberikan pengaruh yang cukup besar sehingga hasil prestasi
belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah dengan menggunakan media apa pun akan memberikan hasil yang tidak berbeda.
5. Hipotesis kelima