Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Komputer Multimedia dan DVD Terhadap Prestasi Belajar Listening ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Di SMP Negeri Kabupaten Wonogiri

(1)

commit to user

i

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN KOMPUTER

MULTIMEDIA DAN

DIGITAL VIDEO DISC

TERHADAP PRESTASI

BELAJAR

LISTENING

DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR

SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

DI KABUPATEN WONOGIRI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh: ARI PRASMONO NIM: S. 810809302

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ari Prasmono

NIM : S. 810809302

Program Studi : Teknologi Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Komputer Multimedia dan Digital Video Disc Terhadap Prestasi Belajar

Listening Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Wonogiri adalah betul-betul karya sendiri.

Sepanjang pengetahuan saya, dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Pebruari 2011 Yang Membuat Pernyataan,


(5)

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.

(QS. Ali Imran: 110)

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada:

· Ibuku dan istriku tersayang

· Daffa, Vasya dan Daniya tersayang.


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Komputer Multimedia dan Digital Video Disc

Terhadap Prestasi Belajar Listening Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Wonogiri untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dengan selesainya penyusunan tesis ini, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. dr. M. Syamsulhadi, Sp. KJ (K) selaku Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin dan motivasi untuk melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D., Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam menempuh studi di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd., Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberikan fasilitas dan pengarahan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan tesis ini.

4. Prof. Dr. H. Soetarno Joyoatmojo, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing penulis dengan penuh ketelitian dan kesabaran.


(7)

commit to user

vii

5. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis sampai dengan terselesaikannya tesis ini.

6. Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Wonogiri yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penulisan tesis ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan dan bantuan hingga terselesaikannya peneilitan dan penyusunan tesis ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini mendapat amal kebaikan dari Allah SWT.

Penulis menyadari banyak keterbatasan dan kekurangan dalam tesis ini, untuk itu penulis dengan senang hati menerima kritikan dan saran yang membangun.

Surakarta, Pebruari 2011


(8)

commit to user

viii

ABSTRAK

Ari Prasmono, S. 810809302. “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Komputer Multimedia dan DVD Terhadap Prestasi Belajar Listening Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Di SMP Negeri Kabupaten Wonogiri.” Pembimbing I: Prof. Dr. H. Soetarno Joyoatmojo, M.Pd. Pembimbing II: Dr. Nunuk Suryani, M.Pd., Tesis, Surakarta: Program Studi Teknologi Pendidikan, Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret 2010.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ada tidaknya pengaruh yang signifikan penggunaan media komputer multimedia dan DVD terhadap prestasi belajar listening siswa di SMP Negeri Kabupaten Wonogiri, (2) ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar listening pada siswa SMP Negeri Kabupaten Wonogiri, dan (3) ada tidaknya interaksi pengaruh yang signifikan antara media pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar listening siswa SMP Negeri Kabupaten Wonogiri.

Metode penelitian kuantitatif ini adalah eksperimen. Dikarenakan oleh luasnya wilayah populasi maka dalam penelitian diambil sub populasi sebanyak tiga sekolah yang memiliki kesetaraan dari ujian nasional. Sampel terdiri dari 3 sekolah negeri. Sekolah tersebut adalah SMP Negeri 1 Baturetno sebagai sekolah kontrol untuk media pembelajaran komputer multimedia, SMP Negeri 1 Tirtomoyo sebagai sekolah kontrol untuk media pembelajaran DVD, dan SMP Negeri 2 Baturetno sebagai sekolah uji coba instrumen. Teknik analsis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis dua jalan.

Berdasarkan uji hipotesis dibuktikan bahwa: (1) Ada pengaruh yang signifikan penggunaan media komputer multimedia dan DVD terhadap prestasi belajar listening (F observasi > F Tabel atau 24,409 > 4,00). uji ini menunjukkan bahwa penggunaan media komputer multimedia lebih baik dibandingkan dengan media DVD. (2) Ada pengaruh yang signifikan dari motivasi belajar terhadap prestasi belajar listening (F observasi > F Tabel atau 10,260 > 4,00) dari besarnya rataan dibuktikan bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasinya dari pada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. (3) Ada interaksi pengaruh yang signifikan penggunaan media pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar listening (F observasi > F Tabel atau 8,280 > 4,00).


(9)

commit to user

ix

ABSTRACT

Ari Prasmono. S. 810809302. “The Effect of The Use of Computer Multimedia and DVD

on the Learning Achievement of Listening Viewed from the Learning Motivation of the Students of State Junior Secondary Schools of Wonogiri Regency.” First Advisor: Prof. Dr. H. Soetarno Joyoatmojo, M.Pd. Second Advisor: Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. Thesis: The Graduate Program in Educational Technology, Sebelas Maret University Surakarta 2010.

The objectives of this research are to know: (1) whether or not there is a significant effect of the use of computer multimedia and DVD on the listening achievement of the students of State Junior Secondary Schools of Wonogiri Regency, (2) whether or not there is a significant effect of learning motivation on the listening achievement of the students of State Junior Secondary Schools of Wonogiri Regency, and (3) whether or not there is an interaction of effect of the use of instructional media and the learning motivation towards the learning achievement in listening competence.

The method of this research is expeerimental quantitative research method. Due to the area of the populatioan is too large, therefore in this research sub population from three state schools was taken. These three state schools have achievement equivalence in state examination. The samples chosen were State Secondary School 1 Baturetno students who were exposed to the experimental learning with computer multimedia, State Secondary School 1 Tirtomoyo students were exposed to the experimental learning with DVD, and the students of State Secondary School 2 of Baturetno were involved to try out of the test used in this research. The technique used to analize data in this research was using two analysis of variance (ANAVA).

Based on hyphotesis test, it can be proved that: (1) There is a significant effect of the use of computer multimedia and DVD on students learning achievement (F observation > F Table or 24,409 > 4,00). This test shows that the use of the computer multimedia is better than using DVD. (2) There is a significant effect from learning motivation on listening learning achievement (F observation > F Table or 10,260 > 4,00). It is proved that students who have high learning motivation have better learning achievement then the students with low learning motivation. (3) There is a significant effect of the use of the computer multimedia and DVD and the learning motivation towards the learning achievement in listening competence (F observation > F Table or 8,280 > 4,00).


(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ………... iii

PERNYATAAN ………... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……….... v

KATA PENGANTAR ……….. vi

ABSTRAK ………... viii

ABSTRACT ……….. ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR GAMBAR ……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9


(11)

commit to user

xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

A. Kajian Teori... 11

1. Listening dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMP... 11

2. Media Pembelajaran ... 17

3. Motivasi Dalam Pembelajaran ... 32

4. Prestasi Belajar ... 39

5. Penelitian Yang Relevan ………. 42

B. Kerangka Berpikir ... 42

C. Hipotesis... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 47

A. Metode Penelitian... 47

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 48

C. Desain Penelitian... 48

D. Sumber Data... 49

E. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel... 50

F. Variabel dan Definisi Operasional... 52

G. Instrumen Penelitian... 53


(12)

commit to user

xii

I. Teknik Analsis Data... 63

BAB IV HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Deskripsi Data ……….66

B. Uji Prasyarat ………... 75

C. Uji Hipotesis ……….. 76

D. Pembahasan ………...……….…. 81

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ……… 88

B. Implikasi ………... 89

C. Saran ………. 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Desain Penelitian Analisis Data Faktorial 2 x 2 ………49

Tabel 2: Interpretasi Indeks Kesukaran ……….………..56

Tabel 3: Hasil Analisis Tingkat Kesukaran ……….………56

Tabel 4: Klasifikasi Daya Beda ………...58

Tabel 5: Interpretasi Koefisien Reliabilitas ……….61

Tabel 6: Hasil Analisis Data Prestasi Listening dengan Anava Two Ways ……….67

Tabel 7: Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorof-Smirnov (K-S) ………..76


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR/GRAFIK

Gambar 1: Model Komunikasi Schramm ………..………19

Gambar 2: Grafik Histogram Data Prestasi Belajar Listening dengan

Media Pembelajaran Komputer Multimedia ………...68 Gambar 3: Grafik Histogram Data Prestasi Belajar Listening dengan

Media Pembelajaran DVD……….………...…………...69 Gambar 4: Grafik Histogram Data Prestasi Belajar Listening bagi Siswa Yang

Memiliki Motivasi Belajar Rendah ……….……70 Gambar 5: Grafik Histogram Data Prestasi Belajar Listening bagi Siswa Yang

Memiliki Motivasi Belajar Tinggi.. ……….……71 Gambar 6: Grafik Histogram Data Prestasi Belajar Listening bagi Siswa Dengan

Media Komputer Multimedia dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah……...72 Gambar 7: Grafik Histogram Data Prestasi Belajar Listening bagi Siswa Dengan

Media Komputer Multimedia dan Memiliki Motivasi Belajar Tinggi..……...73 Gambar 8: Grafik Histogram Data Prestasi Belajar Listening bagi Siswa Dengan

Media DVD dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah………...74 Gambar 9: Grafik Histogram Data Prestasi Belajar Listening bagi Siswa Dengan


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian

Lampiran 1.1 : RPP Media Komputer Multimedia ………... 96

Lampiran 1.2 : RPP Media DVD ………. 107

Lampiran 1.3 : Kisi-kisi soal Listening ………. 117

Lampiran 1.4 : Soal Listening ……….. 119

Lampiran 1.5 : Kisi-kisi Angket Kuisioner Motivasi ………....122

Lampiran 1.6 : Uji Instrumen Motivasi Belajar ………123

Lampiran 2 : Uji Coba Instrumen Penelitian Lampiran 2.1 : Distribusi Skor Hasil Uji Coba Listening ……….127

Lampiran 2.2 : Hasil Uji Coba Reliabilitas Soal Tes ………130

Lampiran 2.3 : Uji Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal ………...132

Lampiran 2.4 : Uji Reliabilitas Soal Tes Prestasi Belajar ……… 135

Lampiran 2.5 : Ringkasan Uji Validitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda .…….137

Lampiran 2.6 : Hasil Uji Validitas Angket Motivasi ………..…..138

Lampiran 2.7 : Hasil Uji Kerja Reliabiltas Angket Motivasi ……….……...…141

Lampiran 2.8 : Hasil Uji Reliabilitas Angket Motivasi ……… 143

Lampiran 2.9 : Rekapitulasi Skor Kemampuan Awal Siswa ………145

Lampiran 2.10 : Hasil Uji Kesetaraan ………. 146 Lampiran 3 : Data Hasil Penelitian


(16)

commit to user

xvi

Lampiran 3.2 : Data Hasil Tes Prestasi Listeneing Dengan DVD ………150 Lampiran 3.3 : Skor Hasil Angket Motivasi Dengan Komputer Multimedia………152 Lampiran 3.4 : Skor Hasil Angket Motiavasi Dengan DVD ………153 Lampiran 3.5 : Data Skor Motivasi Belajar Siswa ………154 Lampiran 3.6 : Data Penelitian Kategori Motivasi Belajar Dengan Prestasi

Belajar Listening ………...155 Lampiran 3.7 : Rekapitulasi Data Penelitian ……….156

Lampiran 4 : Uji Prasyarat Analisis ………...………...158

Lampiran 5 : Hasil Analsis Data dan Pengujian Hipotesis

Lampiran 5.1 : Hasil Analisis Data ………...161 Lampiran 5.2 : Uji Beda Mean (Uji Tukey)………. 166


(17)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Bahasa yang digunakan oleh negara-negara di seluruh dunia untuk berbagai tujuan dan kepentingan baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik maupun pendidikan. Bahasa Inggris menjadi bahasa pemersatu. Komunikasi yang dilakukan oleh negara negara di dunia menggunakan bahasa ini. Semua informasi (pengetahuan) dan berita yang ada di dunia ini dapat diketahui melalui bahasa Inggris dengan difasilitasi oleh layanan internet yang sudah merambah sampai ke pelosok-pelosok desa ataupun dengan media masa dan elektronik yang lain.

Indonesia adalah salah satu bagian dari negara-negara di dunia. Indonesia tidak menginginkan menjadi bangsa yang tertinggal dari bangsa lain. Oleh karena itu pemerintah Indonesia dalam Undang Undang No. 25 tahun 2000 tentang Propenas 2000 – 2004, menganggap penting terhadap keberadaan bahasa Inggris. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional memasukkan pelajaran bahasa Inggris ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Bahkan karena dianggap sebagai pengetahuan yang penting maka paling tidak para siswa yang mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Pertama ataupun di Sekolah Menengan Atas mendapatkan alokasi waktu sekurang kurangnya empat jam pelajaran dalam satu minggunya. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) memasukkan pelajaran Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran yang diujikan secara nasional (Ujian Nasional). Apabila nilai pelajaran Bahasa Inggris jauh dari rata-rata yang dijadikan patokan maka siswa dapat dinyatakan tidak lulus ujian nasional.


(18)

commit to user

Muatan pendidikan yang menekankan kecakapan atau keterampilan hidup (life skills) antara lain ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa asing di samping bahasa Indonesia (Undang-Undang No.25 tahun 2000 tentang Propenas 2000-2004). Sebagai alat komunikasi, bahasa Inggris akan tetap menjadi the world standard language sebagaimana proyeksi para pakar. Olah karena itu bahasa Inggris menjadi salah satu keterampilan hidup yang harus dikuasai oleh setiap siswa agar mereka memiliki keunggulan kompetitif baik dalam memasuki dunia kerja maupun ketika hendak meneruskan ke perguruan tinggi.

Keadaan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah kebanyakan masih membosankan. Secara umum kondisi kelas masih jauh dari rasa menggairahkan. Proses pembelajaran bahkan memenjarakan kecerdasan siswa sebenarnya sudah menjadi obyek kritikan yang menohok kenyataan-kenyataan praktek pendidikan di lapangan. Pembelajaran bahasa Inggris juga masih miskin metode-metode pembelajaran. Banyak guru yang masih belum secara optimal menggunakan media pembelajaran di kelas. Mereka bahkan tidak sedikit yang belum dapat mengoperasikannya.

Ada empat ketrampilan dalam pembelajaran Bahasa Ingris di SMP, yaitu: menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing). Dari ke empat ketrampilan atau kompetensi dasar yang telah disebutkan, menyimak (listening) adalah kompetensi yang cukup menantang bagi para guru dan murid. Bukanlah hal yang mudah bagi guru untuk mengantarkan keterampilan atau komprtensi ini di kelas bahasa Inggris sehingga murid dapat mempunyai ketrampilan menyimak yang baik. Brett (1995: 15) mengatakan bahwa menyimak (listening) adalah kunci keterampilan bahasa kedua. Kenyataan yang ada adalah prestasi belajar


(19)

commit to user

Listening masih menjadi persoalan yang cukup serius dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas. Guru masih terkesan monoton ketika mengantarkan kompetensi ini di kelas karena mereka kadang-kadang hanya memberikan teks lisan dari guru tersebut. Kadang-kadang guru sudah menggunakan media audio seperti misalnya tape recorder dan kaset. Ini sudah lebih baik dari pada hanya menggunakan suara atau ucapakan guru secara langsung. Keterampilan

listening akan sangat berpengaruh terhadap keterampilan bahasa Inggris yang lain yaitu speaking (berbicara). Apabila siswa terbiasa dengan benar mendengarkan ujaran-ujaran bahasa Inggris maka siswa akan secara benar mengucapkannya.

Keterampilan lain yang juga belum mendapatkan perhatian yang baik dari guru adalah speaking. Masih banyak siswa yang belum mempunyai keberanian, kemauan, dan keberanian mengungkapkan hal-hal yang sederhana secara lisan dengan bahasa Inggris.

Menciptakan sebuah pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable

learning) merupakan tantangan agar supaya guru mampu melakukan orkestrasi terhadap segala kemampuan yang ada menjadi sebuah kekuatan pembelajaran total. Rasa senang dalam pembelajaran karena adanya totalitas dalam indrawi kita untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Dalam konteks ini media pembelajaran menemukan arti pentingnya. Karena bila diimplementasikan dengan tepat dan kreatif, media akan menjadi sarana yang efektif untuk menggugah totalitas indrawi dalam pembelajaran.

Melihat betapa pentingnya pelajaran bahasa Inggris, maka semakin besarlah peranan dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran bahasa Inggris. Guru sebagai pengelola (class manager) dituntut untuk mampu merencanakan, merancang dan mengelola pembelajaran yang kondusif sehingga siswa terlibat aktif dalam proses


(20)

commit to user

pembelajaran. Davis (1986: 248 – 249) bahkan tidak hanya menuntut keaktifan siswa, tetapi guru juga harus mampu menciptakan suasana belajar tersebut menyenangkan dan siswa dapat menikmatinya.

Soekartawi (1995: 16) mengatakan bahwa setiap pengajar mempunyai cara tersendiri dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar. Hal ini dapat dimengerti karena setiap pengajar mempunyai kapasitas mengajar yang berbeda-beda. Selanjutnya juga dikatakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, seorang pengajar memerlukan tiga hal penting, yaitu : a) bagaimana cara mengajar yang baik dan benar, b) alat bantu mengajar apa yang digunakan, c) cara evaluasi apa yang digunakan.

Salah satu upaya meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran bahasa Inggris khususnya dalam keterampilan listening dalam rangka meningkatkan prestasi belajar adalah dengan penggunaan media pembelajaran. Melalui media ini apalagi media audio visual siswa tidak hanya mendengarkan materi tetapi juga dapat melihat gambaran visual sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan kegiatan pembelajaran akan lebih bervariasi dan menarik sehingga membangkitkan motivasi belajar. Selain itu, media pembelajaran dapat memperjelas informasi yang diberikan oleh guru pada saat mengajar, memberikan dasar pengalaman yang lebih konkrit bagi pemikiran dan dan pengertian yang abstrak. Meskipun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media yaitu masalah kecocokan dengan tema, usia dan budaya. Ada dua tipe pebelajar dalam merespon media yakni tipe belajar auditif dan tipe belajar visual. Semakin banyak indera yang digunakan dalam belajar semakin baik pula hasilnya. Sebagaimana telah dilakukan oleh Munsterberg (dalam Davies, 1986: 156), bahwa belajar dengan menggunakan dua saluran memberikan hasil lebih baik, karena indera tertentu menerima pesan tertentu dan


(21)

commit to user

didukung dan diperkuat oleh indera lain. Media ini bisa didapatkan dengan menggunakan komputer interaktif.

Teknologi Pembelajaran berkaitan dengan teknologi audiovisual dalam proses pembelajaran. Teknologi Pembelajaran pada awalnya merupakan teknologi peralatan, media maupun perangkat keras yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Teknologi pembelajaran merupakan pengajaran yang memanfaatkan alat bantu audio-visual (Rountree dalam Seels dan Richey, 1994: 13). Pemanfaatan media adalah merupakan salah satu kawasan dalam Teknologi Pendidikan. Januszewski dan Molenda (2008: 1) mendefinisikan Teknologi Pendidikan sebagai studi dan praktek memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja/performance

dengan menciptakan, memanfaatkan, dan mengatur proses dan sumber teknologi secara tepat.

Pembelajaran Bahasa Inggris memerlukan berbagai media yang sesuai dengan materi pelajaran. Banyak sekali media yang dapat digunakan dalam pembelajaran ini diantaranya; media gambar, tape recorder, OHP, komputer dan sebagainya. Media ini menurut Smaldino, Russel, Heinich, dan Molenda (2005: 8), diperlukan karena media adalah suatu saluran komunikasi. Tujuan dari penggunaan media adalah untuk memfasilitasi komunikasi. Ahmad Rohani (1997: 4) mengemukakan bahwa media instruksional edukatif adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil instruksional secara efektif dan esfisien, serta tujuan instruksional dicapai dengan mudah.

Ada beberapa klasifikasi media pembelajaran yang salah satunya adalah menurut Amir Hamzah Sulaiman (1988: 27) yang mengelompokkan media sebagai berikut:


(22)

commit to user

1. Alat–alat audio, yaitu alat–alat yang dapat menghasilkan bunyi seperti: kaset, tape recorder, radio dan CD.

2. Alat–alat visual, yaitu alat–alat yang dapat memperlihatkan rupa dan bentuk yang dikenal sebagai alat peraga, dua dimensi maupun tiga dimensi seperti : gambar, slide, poster, foto film stripe.

3. Alat–alat audiovisual, yaitu alat–alat yang dapat menghasilkan rupa dan suara dalam satu unit, misalnya TV, film bersuara, komputer multimedia.

Dengan penggunaan berbagai media diharapkan para siswa sekolah menengah pertama akan tumbuh motivasi dalam dirinya untuk belajar bahasa Inggris. Usaha–usaha untuk membangkitkan motivasi pada diri siswa adalah suatu keharusan karena bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama yang diajarkan dan mempunyai ucapan, bentuk kalimat, serta ejaan yang tidak sama dengan Bahasa Indonesia. Menurut Gagne (dalam Heinich, Molenda, Russel, Smaldino, 2006: 34) penggunaan media akan efektif kalau memperhatikan komputer multimedia penggunaan media pembelajaran ASSURE. Guru harus menganalisis pebelajar, menyatakan tujuan, meyeleksi metode, media, material, menggunakan media, penyediaan partisipasi pebelajar dan mengevaluasi. Diharapkan penggunaan media ini akan membangkitkan motivasi diri siswa.

Motivasi belajar berperan sangat penting dalam memberikan gairah dan semangat dalam belajar, sehingga siswa yang memiliki motivasi tinggi akan mempunyai energi yang kuat untuk belajar. Motivasi juga akan memberikan arah yang jelas dalam aktifitas belajar.

Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas maka dapat dimengerti bahwa penggunaan media pembelajaran baik itu audio, visual maupun audiovisual akan dapat membangkitkan motivasi belajar bahasa Inggris dan diharapkan prestasinya


(23)

commit to user

akan baik pula. Media pembelajaran ini dapat berupa komputer multimedia dan juga DVD. Penggunaan media pembelajaran bahasa Inggris ini sebagian telah digunakan oleh beberapa sekolah di Kabupaten Wonogiri. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian experiment dengan judul: “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Multimedia Komputer dengan DVD Terhadap Prestasi Belajar

Listening Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Wonogiri Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah seperti tertulis di atas, maka dapat diidentifikasi masalah – masalah yang akan diteliti, yaitu:

1. Adanya guru bahasa Inggris di sekolah yang belum menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan karakter mata pelajaran bahasa Inggris karena mereka belum mengetahui pengaruh dari penggunaan media pembelajaran. 2. Adanya guru bahasa Inggris yang belum dapat menggunakan komputer untuk

digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMP Negeri di Kabupaten Wonogiri karena keengganana mereka untuk mempelajari perangkat ini.

3. Adanya guru bahasa Inggris yang belum menguasi prosedur penggunaan media pembelajaran secara benar karena mereka belum mengetahui teori mengantarkan pembelajaran dengan media pembelajaran.

4. Masih sedikit guru bahasa Inggris yang mempunyai kemampuan memilih media

secara tepat pada pembelajaran bahasa Inggris karena kadang-kadang ditemukan kendala yang tidak sesuai dengan budaya yang ada.

5. Ada banyak siswa yang belum mempunyai keberanian untuk mengekspresikan bahasa secara lisan di kelas karena tidak banyak waktu untuk latihan berbicara.


(24)

commit to user

6. Masih rendahnya motivasi siswa terhadap pelajaran listening karena mereka tidak diberikan contoh yang cukup oleh gurunya.

7. Masih rendahnya motivasi siswa terhadap pelajaran listening karena belum digunakannya media pembelajaran di kelas secara baik.

C. Pembatasan Masalah

Dari berbagai macam masalah yang telah teridentifikasi tersebut diatas, dan karena keterbatasan penulis untuk memfokuskan permasalahan, maka masalah akan dibatasi pada masalah–masalah sebagai berikut.

1. Penggunaan media pembelajaran komputer multimedia dan DVD sebagai media pembelajaran bahasa Inggris di SMP Negeri Kabupaten Wonogiri.

2. Peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan menggunakan media belajar yang tepat.

3. Peningkatan prestasi belajar terutama pada kemampuan listening siswa dengan upaya memotivasi siswa, khususnya menggunakan media belajar yang menarik, yaitu komputer multimedia dan DVD.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan media komputer multimedia dan media DVD terhadap prestasi belajar listening siswa sekolah menengah pertama di Kabupaten Wonogiri?


(25)

commit to user

2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar listening siswa sekolah menengah pertama di Kabupaten Wonogiri?

3. Apakah terdapat interaksi pengaruh penggunaan media pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar listening siswa sekolah menengah pertama di Kabupaten Wonogiri?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan media

pembelajaran multimedia komputer dan DVD terhadap prestasi belajar listening

siswa sekolah menengah pertamadi Kabupaten Wonogiri.

2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar listening siswa sekolah menengah pertama di Kabupaten Wonogiri.

3. Mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran dan motivasi terhadap prestasi belajar listening siswa sekolah menengah pertama di Kabupaten Wonogiri.

F. Manfaat Penelitan 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitan yang dilakukan diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu tentang inovasi–inovasi pembelajaran yang efektif, menarik dan menyenangkan khususnya yang berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran audiovisual yang berupa komputer multimedia yang merupakan media pembelajaran yang kaya akan


(26)

commit to user

unsur-unsur interaktif dan Digital Video Disc dalam pembelajaran bahasa Inggris pada kompetensi listening.

2. Manfaat Praktis

a. Menumbuhkan motivasi dan kreatifitas guru untuk menggunakan media komputer multimedia dan DVD dalam rangka meningkatkan prestasi listening siswa SMP Negeri di Kabupaten Wonogiri .

b. Memberikan sajian fakta tentang penggunaan media komputer multi media dan DVD sebagai landasan pengambilan kebijakan praktis dan strategis.

c. Sebagai bahan masukan bagi para guru untuk memanfaatkan dan menggunakan media pembelajaran komputer multimedia dan DVD dalam kegiatan belajar mengajar, guna membangkitkan motivasi siswa.


(27)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI

1. Listening dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Pertama

a. Pembelajaran Bahasa Inggris di SMP

Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.

Tingkat literasi (keaksaraan dan kewicaraan) mencakup performative, functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses


(28)

commit to user

pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic

orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran.

Mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1)Mengembangkan potensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi functional.

2)Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya Bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global

3)Mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dan budaya.

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs meliputi:

1)Kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau

menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat ketrampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis secara terpadu untuk mencapai tingkat literasi functional.

2)Kemampuan memahami dan mencipatakan berbagai teks functional pendek dan monolog serta esei berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative,

dan report. Gradasi bahan ajar tampak dalam penggunaan kosa kata, tata bahasa, dan langkah-langkah retorika.

3)Kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik (menggunakan tata bahasa dan kosa kata, tata bunyi, tata tulis), kompetensi sosiokultural (menggunakan ungkapan dan tindak bahasa secara berterima dalam berbagai konteks komunikasi), kompetensi strategi (mengatasi masalah yang timbul dalam proses komunikasi dengan berbagai cara agar komunikasi tetap


(29)

commit to user

berlangsung), dan kompetensi pembentuk wacana (menggunakan piranti pembentuk wacana).

b. Pengertian Listening

Listening atau menyimak menurut Downs (2008: 1) adalah melakukan suatu usaha untuk mendengarkan sesuatu untuk memberi perhatian terhadap bahasa lisan. Ini berbeda dengan hearing/mendengar yang hanyalah merupakan proses fisologi telinga untuk menyerap gelombang bunyi dan mentransfernya sepanjang susunan saraf ke bagian-bagian otak. Menyimak melibatkan lima langkah proses yaitu: mendatangi, memahami, mengintepretasi, merespon dan mengingat. Proses ini adalah proses secara aktif dan melibatkan penggunaan sejumlah sikap dan alat untuk menjadi efektif.

Listening atau menyimak menurut Rost (1994: 2) adalah sebuah proses yang dipicu oleh perhatian seseorang. Dalam istilah psikologi perhatian adalah sebuah rangsangan saluran saraf, otak, untuk mengatur rangsangan yang datang dalam sebuah cara yang efisien. Underwood (1989: 1) menyatakan bahwa

listening adalah suatu kegiatan memperhatikan dan mencoba memperoleh arti dari apa yang didengarkan seseorang. Dia menjeleskan bahwa untuk mendengarkan dengan sukses bahasa lisan, seorang pendengar/listener perlu mampu untuk berusaha apa yang dimaksud oleh pembicara/speakers ketika mereka menggunakan kata-kata tertentu dalam cara-cara tertentu, dan tidak mudah untuk memahami kata-kata itu sendiri. Untuk memahami pesan bahasa lisan, tidak cukup hanya memahami kata-kata itu sendiri, melainkan suara yang datang perlu untuk diproses melibatkan isyarat yang tersedia seperti gangguan latar belakang, para penutur, dan setting untuk membentuk arti.


(30)

commit to user

Coakley dan Wolvin dalam Donaldson dan Haggastron (2006: 68) menyatakan bahwa listening adalah sebuah proses menerima, menghadiri, dan memberikan arti terhadap rangsangan lisan. Tiga sub proses ini sangat mendasar

untuk menyimak pada banyak bahasa. Peranan pemahaman menyimak (listening

comprehension) pada bahasa kedua adalah lebih komplek dari pada bahasa aslinya.

Listening comprehension adalah suatu proses, suatu proses yang sangat kompleks, dan jika ingin mengukurnya harus memahami terlebih dahulu bagaimana proses itu bekerja. Sebuah pemahaman terhadap apa yang akan dicoba untuk diukur adalah titik awal dari bentuk tes (Buck, 2001: 1).

Ada lima tipe menyimak/listening menurut Wolvin dan Coakley (1993: 19) yaitu:

1) Discrimotivasive Listening: Tipe menyimak untuk membedakan rangsangan suara dan atau visual. Tipe ini melibatkan konsentrasi yang harus cermat dan memerlukan kepekaan.

2) Listening for Comprehension: tipe ini berkembang dari diskriminasi rangsangan pada sebuah pemahaman pesan. Penyimak jenis ini terdapat pada saat mendengarkan; kuliah, pengarahan, laporan, konferensi, TV, film, dan pesan telepon, untuk memahami informasi yang ditampilkan.

3) Therapeautic/Emphatic: tipe ini memberikan persaratan bahwa sajian penyimak sebagai sebuah papan mendengarkan untuk menyediakan kesempatan kepada pembicara untuk berbicara melalui sebuah masalah terhadap pemecahan masalah dari pembicara.

4) Critical Listening: tipe ini mensaratkan bahwa seorang penyimak mengevaluasi apa yang sedang dikatakan.


(31)

commit to user

5) Appreciative Listening: menyimak untuk mendapatkan kesan dari materi atau bahan misalnya mendengarkan musik, suara lingkungan atau tayangan televisi.

c. Mengajarkan Listening di Kelas

Listening menurut Flohr dan Paesler (2010: 18) adalah sebuah keterampilan dasar untuk proses pembelajaran yang berbeda. Keterampilan ini adalah sikap yang aktif yang berlawanan dengan membaca yang menerima gelombang suara/bunyi. Ada tiga langkah dasar listening meliputi: mendengar, memahami dan menilai. Listening mempunyai dua tujuan utama yaitu untuk memelihara hubungan komunikasi (interactional function) dan memberi informasi (transactional function).

Faktor-faktor yang yang paling penting dalam listening adalah pengetahuan tentang bentuk linguistik, sejumlah bunyi konsonan dan vokal, tekanan kata, intonasi, pengetahuan awal, perhatian dan memori jangka pendek dan jangka panjang. Ada tiga tahapan yang berbeda pada pengajaran listening, yaitu:

1) Pre Listening yang berarti bahwa guru membuat murid peduli pada situasi dan mengaktifkan pengetahuan yang sudah dimiliki.

2) While Listening yang berarti bahwa guru memberikan dukungan visual atau memberikan pertanyaan sebelumnya.

3) Post Listening adalah tahapan ketika murid menjadi aktif dan bekerja dengan apa yang telah mereka dengar.


(32)

commit to user

Menurut Flohr dan Pasler (2010: 20), ada lima karakter situasi pembelajaran listening, yaitu:

1) The informal spoken discourse yang berarti bahwa kebanyakan percakapannya adalah spontan dan oleh sebab itu informal. Pronunciation/pengucapan adalah sesuatu aspek yang penting karena sering berbeda dengan apa yang ada di dalam kamus.

2) Listener expectation and purpose yang menyatakan bahwa penyimak mengerti kelanjutan dari apa yang akan dikatakan dan berharap untuk mendengar sesuatu yang relevan dalam sebuah percakapan.

3) Looking as well as listening mengindikasikan bahwa biasanya penyimak benar-benar mempunyai sesuatu untuk dilihat yang sesuai dengan topik dan dapat berupa pembicara, peta, ataupun sebuah gambar.

4) Ongoing purposeful listener responses yang berarti bahwa normalnya penyimak merespon pada waktu jeda untuk memperlihatkan bahwa sebagai seorang pembicara seharusnya masih mendengarkan dan memahami apa

yang sedang dikatakan/diucapkan.

5) Speaker attention yang mengatakan bahwa sebuah pidato biasanya diarahkan kepada pendengar dan sifat pendengar dan tujuan-tujuannya akan dipertimbangkan.

Kedua adalah kegiatan-kegiatan menyimak yang lain dengan respon singkat akan diuraikan. Yang pertama adalah mendeteksi kesalahan. Selagi guru bercerita tentang suatu tema, para murid harus memperhatikan dengan seksama dan diberi instruksi untuk mendeteksi kesalahan. Kemudian selanjutnya adalah menyimak dengan suatu wacana/teks yang berisi sejumlah pernyataan dan para murid harus menggambarkan mana yang benar dan mana yang salah. Contohnya


(33)

commit to user

adalah menyimak sebuah teks yang mempunyai bagian yang kosong dan murid harus mengisikan kata-kata yang hilang. Yang ketiga adalah beberapa kegiatan dengan respon yang lebih panjang. Menjawab pertanyaan yang telah diberikan dalam tingkatan lebih tinggi, mencatat ketika menyimak dan merangkum teks dengan kata-kata mereka sendiri.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik memampu mengemukakan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

2. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran

Smaldino, Russell, Heinich, dan Molenda (2005: 8) menyatakan bahwa media adalah saluran komunikasi. Istilah media menunjuk pada segala sesuatu yang dapat membawa informasi kepada penerima informasi. Contoh dari media ini adalah video, film, televisi, diagram, materi cetak, komputer dan instruktur. Hal ini berarti bahwa media merupakan sarana komunikasi dalam pembelajaran. Dengan pemanfaatan media yang tepat maka informasi yang disampaikan akan dapat diterima oleh siswa dengan baik. Masih tentang media menurut Smaldino, Lowther dan Russell (2008: 6), mereka menyatakan bahwa media adalah alat komunikasi. Kata ini berasal dari bahasa latin “medium” yang berarti di antara dua. Istilah ini menunjuk pada segala sesuatu yang dapat membawa informasi diantara sebuah sumber dan penerima. Enam kategori utama dari media adalah


(34)

commit to user

teks, audio, visual, benda nyata, benda yang dimanipulasi dan manusia. Tujuan dari media pembelajaran adalah untuk memfasilitasi komunikasi dan pembelajaran.

Gerlach & Ely dalam Azhar Arsyad (1997: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan ketrampilan atau sikap. Media pembelajaran menurut Corte dalam Winkel (1996: 285) adalah suatu sarana nonpersonal yang digunakan atau disediakan oleh pengajar yang memegang peranan dalam proses belajar dan mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pakar pendidikan lain seperti Arief S Sadiman (1996: 6) mendefinisikan media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan motivasi serta perhatian siswa sedimikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Ahmad Rohani (1997: 4) memberikan batasan media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran secara efektif dan efisien, serta tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan mudah.

b. Peranan Media Dalam Proses Belajar Mengajar

Media dan teknologi dapat berperan dalam menyajikan banyak peranan dalam pembelajaran (Smaldino, Lowther, dan Russell, 2008: 11). Pada saat pembelajaran berpusat pada guru, teknologi dan media digunakan untuk


(35)

commit to user

mendukung presentasi pembelajaran. Sebaliknya, ketika pembelajarannya adalah berpusat pada murid, murid adalah pengguna utama teknologi dan media.

Media berperan sangat penting dalam pembelajaran bahasa Inggris. Hal ini berkaitan dengan proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran media tertentu ke penerima pesan. Proses komunikasi itu digambarkan oleh Shcramm (dalam Heinich, Molenda, Russell, Smaldino, 1996: 13). Dari komputer multimedia ini digambarkan bahwa signal atau pesan dikirim oleh

sender (pengirim pesan) kepada penerima pesan. Pesan yang berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide atau pengalaman tersebut dituangkan oleh pengirim (sumber pesan) ke dalam simbol – simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan maupun tertulis) maupun simbol-simbol non verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam komunikasi disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses penafsiran simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan disebut decoding.

Gambar 1

Model Komunikasi Schramm

(Sumber: Heinich, Molenda, Russell, dan Smaldino, 1996: 13) Field of experience

Field of experience

Signal Decoder Receiver

Sender Encoder

NOISE

Feed back Field of experince


(36)

commit to user

Meskipun demikian, proses penafsiran pesan kadang-kadang dapat berhasil dengan baik dan adakalanya tidak berhasil atau gagal. Kegagalan ini disebabkan adanya faktor-faktor penghambat yang disebut dengan istilah noise.

Faktor-faktor penghambat atau noise ini dapat berupa; faktor psikologis, fisik, kultural, dan faktor lingkungan (Arief Sadiman, 1996: 13).

Peranan media pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Inggris sangatlah tampak terutama yang berkaitan erat dengan masalah kepercayaan diri dan motivasi. Penggunaan media cassete dan media video player dapat menggantikan ucapan guru ketika menuturkan ujaran bahasa Inggris karena guru yang bukan penutur asli (native speaker) sering merasa tidak percaya diri dengan ucapannya ketika mengajar di kelas. Dengan kaset murid dapat mendengarkan variasi aksen yang berbeda-beda lebih dari satu penutur.

Pakar lain seperti Dale, Finn, Hoban (dalam Ahmad Rohani, 1997: 6) juga mengemukakan bahwa media pendidikan audio visual bila digunakan secara baik dapat memberikan sumbangan pendidikan sebagai berikut :

1) Memberikan dasar pengalaman konkrit bagi pemikiran dan pengertian abstrak.

2) Memberikan dasar pengalaman kongkrit bagi pemikiran dan pengertian abstrak.

3) Mempertinggi perhatian anak.

4) Memberikan realitas sehingga mendorong self activity. 5) Memberikan hasil belajar yang permanen.

6) Menambah perbendaharaan bahasa anak-anak yang benar-benar dipahami. 7) Memberikan pengalaman yang sukar diperoleh dengan cara lain.


(37)

commit to user

c. Jenis-jenis Media pembelajaran

Dalam pembelajaran bahasa Inggris, ada banyak jenis media pembelajaran yang dapat digunakan. Hal ini tergantung pada kemampuan dan ketersediaan. Ada jenis media yang sederhana seperti: gambar, papan tulis atau bahkan jenis media yang canggih dan mahal seperti CD, lap top dan komputer multimedia.

Heinich, Molenda, Russell dan Smaldino (1996: 13) mengklasifikasi-kan jenis-jenis media sebagai berikut:

1) Media non proyeksi, seperti photo, diagram, display dan komputer multimedia.

2) Media proyeksi, seperti film strip, slide, overhead transparancies, dan proyeksi komputer.

3) Media audio, seperti kaset dan compact disk (CD). 4) Media gerak, seperti film dan video.

5) Media computer.

6) Komputer multi media dan hyper media. 7) Media jarak jauh seperti radio dan televisi.

Seiring dengan perkembangan teknologi, Azhar Arsyad (1997: 29) mengelompokkan media pembelajaran menjadi empat kelompok yaitu :

1) Teknologi cetak yaitu cara menghasilkan atau menyampaikan materi visual statis terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Media teknologi cetak meliputi teks, grafik, foto, dan reproduksi.

2) Teknologi audio-visual yaitu cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk


(38)

commit to user

menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Media ini meliputi: mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual lebar.

3) Teknologi berbasis komputer yaitu cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor.

4) Menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan

komputer.

Berbeda dengan dua pakar di atas, Briggs dalam Arief Sadiman (1996: 23) mengklasifikasikan media berdasarkan stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkannya daripada media itu sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas belajar, bahan dan transmisinya. Berkaitan dengan hal tersebut, Briggs mengidentifikasi 13 macam media yaitu: Obyek, komputer multimedia, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film televisi, dan gambar. Sementara itu ada pakar berpendapat lain, yaitu Edgar Dale. Dia mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar peserta didik (dalam Seels dan Richey, 1994: 15), yaitu dari yang bersifat kongkrit sampai ke yang bersifat abstrak, yang dikenal dengan kerucut pengalaman Dale (Dale’s Cone of experience).

Smaldino, Lowther, Russell (2008: 7) menyatakan bahwa media adalah kategori yang sangat luas; teks, audio, video, dan manusia. Dalam tiap-tiap kategori mempunyai jenis-jenis format media. Format media adalah bentuk fisik ketika sebuah pesan dimasukkan dan ditayangkan. Format media meliputi; papan tulis, slide Power Point, CD, DVD, dan komputer multimedia.

Syaiful Bahri Djamarah (2002: 124) membagi berbagai ragam media dilihat dari jenis, daya liput dan bahan pembuatannya.


(39)

commit to user

a. Media dilihat dari jenis:

1) Media Auditif yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara.

2) Media Visual yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media ini ada yang menampilkan gambar diam.

3) Media Audiovisual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar, seperti (1) audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam, dan (2) audiovisual gerak, yaitu media yang menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak.

b. Media Dilihat dari Daya Liput

1) Media dengan daya liput luas dan serentak, yaitu penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.

2) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, yaitu media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus.

3) Media untuk pengajaran individual, yaitu media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri, termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.

c. Media Dilihat dari Bahan Pembuatan

1) Media Sederhana, yaitu media dengan bahan dasarnya mudah diperoleh dan murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunannya tidak sulit. 2) Media Kompleks, yaitu media yang bahan dan alat pembuatannya sulit

diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunannya memerlukan keterampilan yang memadai.


(40)

commit to user

Penggunaan media pembelajaran akan efektif jika dipadukan dengan sebuah komputer multimedia pembelajaran. Salah satu model perencanaan pengembangan media pembelajaran yang direkomendasikan oleh para pakar adalah model ASSURE (Heinich, Molenda, Russel, Smaldino, 2006: 34). ASSURE adalah akronim dari Analyze learners characteristics, State objectives, Select or modify media, Utilize, Require learner response, and Evaluate. Model perencanaan penggunaan media ini dijabarkan sebagai berikut :

(A) Menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, apakah mereka siswa sekolah dasar, sekolah lanjutan, perguruan tinggi, usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, serta menganalisa karakteristik khusus yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap awal mereka.

(S) Menyatakan/merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu perilaku atau kemampuan baru apa (pengatahuan, ketrampilan, sikap) yang diharapkan siswa miliki dan kuasai setelah proses pembelajaran selesai. Tujuan pembelajaran ini akan mempengaruhi pemilihan media dan urutan penyajian serta kegiatan pembelajaran.

(S) Memilih, memodifikasi, atau merancang dan mengembangkan materi dan media yang tepat. Apabila materi dan media pembelajaran telah tersedia akan dapat mempermudah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, materi dan media pembelajaran itu sebaiknya digunakan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Perlu juga diperhatikan apakah materi dan media pembelajaran yang ada tidak cocok dengan tujuan pembelajaran, maka materi dan media pembelajaran tersebut dapat dimodifikasi.

(U) Menggunakan materi dan media. Setelah memilih materi dan media pembelajaran yang tepat, diperlukan persiapan bagaimana dan berapa lama waktu


(41)

commit to user

yang diperlukan untuk menggunakannya. Diperlukan latihan dan praktek menggunakan media pembelajaran, juga perlu persiapan ruang sebelum penyajian, misalnya tata letak tempat duduk siswa, dan fasilitas yang diperlukan antara lain meja peralatan, listrik, monitor dan sebagainya. Pada langkah ini melibatkan perencanaan guru untuk menggunakan teknologi, media, dan materi untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.

(R) Meminta tanggapan dari siswa. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk memberikan respon dan umpan balik mengenai keefektifan proses

pembelajaran. Respon siswa dapat berupa mengulangi fakta-fakta,

mengemukakan ihtisar atau rangkuman informasi/materi pelajaran, manganalisis alternatif pemecahan masalah. Dengan demikian siswa akan menampakkan partisipasi yang lebih besar atau terjadi interaksi antar siswa dan antara siswa dan guru.

(E) Mengevaluasi proses pembelajaran. Tujuan utama evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, keefektifan media pembelajaran yang digunakan, pendekatannya dan guru itu sendiri.

d. Media Pembelajaran Komputer Multimedia

Ada dua aplikasi komputer utama dalam pembelajaran menurut Heinich, Molenda, Russel dan Smaldino, (1996: 228). Mereka mengatakan bahwa dua hal utama itu adalah CAI (pembelajaran dibantu komputer) dan CMI (pembelajaran diatur oleh komputer). Dalam CAI (Computer-Assisted Instruction) murid berinteraksi secara langsung dengan komputer sebagai bagian dari aktifitas pembelajaran sedangkan pada CMI (Computer-Managed Instruction), komputer


(42)

commit to user

membantu baik guru maupun murid dalam pemeliharaan informasi mengenai murid dan dalam pencapaian pembelajaran.

Multimedia menurut Gayeski (1993: 4) adalah sekelompok sistem komunikasi interaktif berbasis komputer yang membuat, menyimpan, mengirimkan, dan mengambil jaringan tekstual, grafis dan jaringan informasi audio. Jika mengacu pada kata benda, multimedia adalah sebuah teknologi untuk menampilkan bahan ajar/materi baik secara visual maupun bentuk-bentuk verbal (Mayer, 2001: 3). Apabila menunjuk pada kata sifat, multimedia dapat dugunakan dalam konteks: (1) pembelajaran multimedia, (2) pesan multimedia, dan (3) pesan pembelajaran multimedia yaitu presentasi yang melibatkan kata-kata dan gambar yang dimaksudkan untuk menguatkan belajar.

Smaldino, Rusell, Heinich, dan Molenda (2005: 141) menyatakan bahwa sistem multimedia terdiri dari media tradisional dalam suatu kombinasi atau digabungkan dengan komputer sebagai sarana untuk menampilkan teks, gambar, grafik, suara dan video. Ada lima peranan media komputer dalam pembelajaran (Heinich, Molenda, Russel, Smaldino, 1996: 230). Kelima peranan itu adalah :

1) Sebagai sebuah obyek pembelajaran. Komputer itu sendiri dapat menjadi obyek pembelajaran. Sebagai contoh, dalam kursus komputer murid mempelajari komputer dan di sekolah kejuruan murid mempelajari penggunaan komputer untuk pekerjaan pemrosesan data dan menganalisa tujuan.

2) Sebagai sebuah alat. Dalam peranannya sebagai alat, komputer memberikan pelayanan sebagai kalkulator yang canggih, mesin ketik, komposer multimedia, alat presentasi, alat komunikasi dan sumber data.


(43)

commit to user

3) Sebagai sebuah alat pembelajaran. CAI membantu murid mempelajari ketrampilan khusus. Sebagai contoh, seri The Muncher membantu murid untuk menguasai matematika dan seni bahasa.

4) Sebagai sebuah katalisator untuk pembentukan sekolah. 5) Sebagai sebuah alat pengajaran berpikir secara logis.

Dalam tiap-tiap kategori ini, peranan komputer sangat bervariasi. Multimedia berbasis komputer ini mengintegrasikan beberapa media yang tiap elemennya melengkapi yang lain, sehingga suatu keseluruhan lebih besar daripada bagian-bagiannya.

Komputer multimedia juga telah mempengaruhi kurikulum dan pembelajaran. Ada banyak metode-metode pembelajaran yang dapat terintegrasi dalam komputer multimedia ini. Heinich, Molenda, Russell dan Smaldino (1996: 243) menjelaskan bahwa ada tujuh metode pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dalam mengantarkan pembelajaran yaitu: (1). latihan dan drilling, (2) tutorial, (3) permaianan, (4) simulasi, (5) penemuan/discovery, dan (6) pemecahan masalah/problem solving.

Yudhi Munadi (2008: 150) menyatakan ada beberapa kelebihan penggunaan multimedia presentasi yaitu:

1) Mampu menampilkan obyek-obyek yang sebenarnya tidak ada secara fisik atau diistilahkan dengan imagery. Secara kognitif pembelajaran dengan mental imagery akan meningkatkan resistensi siswa dalam mengingat materi-materi pelajaran.

2) Memiliki kemampuan dalam menggambarkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik, dan suara menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi.


(44)

commit to user

3) Memiliki kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai dengan modalitas belajarnya terutama bagi mereka yang memiliki tipe visual, auditif, kinastetik atau yang lainnya.

Ketika guru hendak mengintegrasikan software dan multimedia dalam pembelajaran, Smaldino, Lowther dan Russell (2008: 138) mengingatkan pentingnya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Isi harus menyeimbangkan keterampilan fundamental dengan berpikir runtut dan menyesuaikan dengan standar kurikulum.

2) Isi harus merangsang dan harus menarik siswa untuk belajar.

3) Isi seharusnya siap dan tersedia kapan saja dan dimanapun diperlukan baik itu di sekolah maupun di rumah.

Pembelajaran bahasa Inggris di kelas juga dapat memanfaatkan bantuan media komputer multimedia. Dalam perkembangannya komputer dapat digunakan untuk mencapai pembelajaran mandiri dengan hadirnya CD-ROM interaktif sehingga anak dapat belajar mengenal kosa kata bahasa Inggris,

mengucapkannya, melatih grammar, sampai dengan mengerjakan berbagai

latihan-latihan berbahasa. Kemajuan teknologi ini menandai lahirnya sebuah sistem pembelajaran bahasa Inggris dengan bantuan komputer yang disebut dengan CALL (Computer-Assisted Learning Language). Menurut Levy (1997: 282), Ada dua peranan komputer yang sangat fundamental dalam pembelajaran bahasa. 1) Komputer Tutor, yang berperan juga untuk mengevaluasi, dan 2). Alat komputer, yang tidak berperan untuk mengevaluasi.

Tutor komputer menawarkan janji yang memperluas dan memperkaya kesempatan pembelajaran bahasa yang tersedia untuk siswa, dalam pusat pencapaian diri, atau di dalam rumah siswa sendiri. Peran ini dapat memberikan


(45)

commit to user

kebebasan kepada siswa untuk aspek-aspek pembelajaran tertentu seperti: kosa kata, grammar, pemahaman menyimak (listening comprehension), pengulangan, dan latihan sehingga siswa tidak dibatasi hanya dengan belajar dengan seorang guru saja di dalam kelas.

Sebaliknya, alat komputer (computer tools) justru menyediakan suatu cara untuk pengaturan informasi atau berkomunikasi dengan orang lain. Di dalam

CALL , alat-alat komputer meliputi email, program konferensi (conferencing programs), kamus-kamus yang berbeda jenis, program daftar kata (concordancing programs), arsip bahasa baik lisan maupun tertulis dan tentu saja program pemrosesan kata. Dalam hal ini komputer sebagai sebuah jenis alat yang memungkinkan, menyediakan alat melengkapi tugas khusus dengan lebih efisien dan lebih efektif. Tidak seperti tutor komputer, dalam perannya sebagai alat, komputer ini tidak membuat tugas. Hal ini dikerjakan oleh siswa secara individu mapun berkelompok.

Dua peranan komputer ini berpengaruh sangat berbeda perannya

dengan guru. Guru mungkin mempunyai peranan yang sedikit jika materi CALL

dipercaya sebagai sebuah kelengkapan diri, paket tutorial; sebaliknya, guru mungkin memainkan peran yang sangat penting dalam pembuatan tugas yang sesuai untuk alat komputer (computer tools). Ada satu contoh sistem tutoring/pengajaran bahasa kedua oleh Hamburger (dalam Levy, 1997: 286) yang disebut dengan istilah FLUENT (Foreign Language Understanding Engendered by Naturalistics Techniques). Salah satu produk dari sistem ini adalah

KitchenWorld. Pebelajar memanipulasi figur seseorang dengan tangan yang dapat digerakkan/ dipindahkan yang digunakan untuk memanipulasi obyek-obyek di dalam sebuah dapur. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pebelajar adalah


(46)

commit to user

membuat kata, frase, dan kalimat untuk mencapai tujuan sederhana dan sistem ini merespon secara tepat pada setiap tempat.

e. Media Pembelajaran DVD

DVD (Digital Videodisc) menurut Taylor (2004: 1) adalah teknologi penyimpanan disk optik generasi terakhir yang dapat menyimpan dan mendukung film-film seperti video dengan lebih baik dari pada audio CD, foto diam dan data komputer. DVD dimaksudkan untuk mencakupi hiburan di rumah, komputer, dan info bisnis dengan sebuah format digital tunggal. DVD merupakan salah satu format media. Format media adalah suatu bentuk fisik sehingga sebuah pesan dibentuk/digabungkan dan ditampilkan (Smaldino, Lowther dan Russell, 2008: 7). Masih menurut pakar tersebut, DVD adalah media yang menawarkan penyimpanan digital dan pemutaran ulang dari video full motion. Disk ini secara fisik sama ukurannya dengan CD audio tetapi dapat menopang banyak data untuk lebih dari empat film (hampir berdurasi sembilan jam) dengan soundtrack

berkualitas tinggi. DVD menyediakan suara dan gambar beerkualitas superior jika dibandingkan dengan videocassettes. DVD ini diperuntukkan untuk film sedangkan CD untuk musik.

Smaldino, Lowther dan Molenda (2008: 310) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis video dengan beberapa soundtrack dapat ditujukan pada pebelajar dengan tipe yang berbeda-beda. Teks dapat ditampilkan dalam berbagai macam bahasa dan digunakan untuk memberi keterangan isi video. Beberapa DVD menawarkan kemampuan untuk melihat sebuah obyek dari sudut yang berbeda yang dipilih oleh penonton. Di dalam video tersedia dalam banyak topik dan untuk semua tipe pebelajar dalam semua domain pembelajaran kognitif,


(47)

commit to user

afektif, motor skill, dan interpersonal. DVD dapat membawa pebelajar hampir ke setiap tempat.

Video dapat digunakan kapan saja berkaitan dengan pembelajaran. Siswa dengan kemampuan fisik terbatas dapat saling membantu dengan kamera video

digital tripod-mounted dengan bantuan teknologi untuk bercerita. Kemudian murid sekolah dasar mempelajari bagaimana sebuah kaleng aluminium dapat didaur ulang dengan melihat video. Siswa taman kanak-kanak melihat video yang dapat memahami dengan lebih baik perasaan dan tantangan dari anak-anak yang tidak mempunyai kemampuan. Siswa SMP dapat memahami budaya dan bahasa lain.

DVD termasuk dalam media audiovisual. Abdul Mannan Bagulia (2005: 2) mengatakan bahwa alat bantu audio visual, materi audio visual, media audio visual, teknologi komunikasi, media pembelajaran dan sumber belajar secara luas bermakna sama. Pembelajaran audio visual menurut Burton dalam Abdul Mannan Bagulia (2005: 3) adalah media yang dapat menghasilkan rupa dan suara dalam satu unit secara bersama-sama seperti apa yang dikatakan oleh Amir Hamzah Sulaiman (1988: 27). Media audio visual ini banyak sekali ditemukan di dunia pembelajaran baik berupa CD, DVD maupun dalam bentuk CD-ROM dan televisi. Pemerintah melaui Departemen Pendidikan Nasional telah memproduksi banyak DVD dan DVD pembelajaran berbagai bidang studi oleh Pustekom.

Ada beberapa alasan mengapa media audiovisual perlu diajarkan kepada para siswa. Menurut Kemp dan Dayton (1985: 6) beberapa alasan ini adalah :

1) membuat pendidikan lebih produktif melalui peningkatan pembelajaran dengan pengalaman yang berharga yang tidak dapat disediakan guru.


(48)

commit to user

2) membuat pendidikan lebih mandiri melalui alternatif-alternatif dengan sumber yang beraneka ragam sehingga pembelajaran bisa sesuai dengan kesenangan murid.

3) membuat pembelajaran lebih cepat melalui usaha menjembatani kesenjangan antara dunia dalam dan luar kelas dengan pengalaman dari sumber-sumber. 4) membuat hubungan ke pendidikan lebih menyeluruh untuk siswa dimanapun

mereka berada, melalui kemampuan berbagai jenis media.

Penggunaan dua media atau lebih secara bersamaan diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan satu media saja. Seperti apa yang dikemukakan oleh Munsterberg dalam Davies (1986: 156), bahwa belajar dengan menggunakan dua saluran memberikan hasil yang lebih baik, karena indera tertentu menerima pesan tertentu dan didukung dan diperkuat oleh indera yang lain.

3. Motivasi Dalam Pembelajaran a. Pengertian Motivasi

Maeher dan Meyer dalam Brophy (2004: 5) mendefinisikan motivasi sebagai bangunan teori yang digunakan untuk menjelaskan inisiasi, petunjuk, intensitas, ketahanan dan kualitas sikap, khususnya sikap mengarah kepada tujuan. Istilah motivasi berasal dari bahasa latin “movera” yang berarti “menggerakkan”. Wlodkowsky dalam Prasetyo Irawan, Suciati & Wardani (1997: 41) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Lahey mendefinisikan motivasi sebagai pernyataan dari dalam yang mengaktifkan dan memberikan arah kepada pikiran, perasaan dan gerakan (Crowl,


(49)

commit to user

Kaminsky, Podell, 1997: 231). Motivasi menurut Elliot, Kracto tchwill, Cook dan Travers didefinisikan sebagai sebuah pernyataan dari dalam yang membangkitkan seseorang untuk melakukan, mendorong seseorang dalam tujuan khusus, dan

memelihara seseorang terlibat dalam kegiatan-kegiatan internal yang

menggerakkan, memberi petunjuk dan memelihara tingkah laku. Mc Donald dalam Sardiman A.M (2001: 71) menjelaskan bahwa motivasi merupakan perubahahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan. Morgan dalam Toeti Soekamto dan Udin Saripudin Winataputra (1997: 39) memberi batasan motivasi yang lebih sedehana, yaitu tenaga pendorong/penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Baron dan Scunk dalam Slavin (1997 : 345) membatasi motivasi sebagai proses. Belajar dan motivasi sebenarnya adalah sama untuk sebuah kinerja. Belajar menampilkan seseorang untuk mencapai pengetahuan dan ketrampilan baru sedangkan motivasi menyediakan daya dorong untuk memperlihatkan apa yang telah dipelajari. Secara umum, orang yang lebih termotivasi akan mencapai tingkatan yang lebih tinggi.

Dari berbagai teori diatas maka dapat dilihat bahwa orang atau siswa yang termotivasi akan memperhatikan arah dan jarak dari sikap atau tingkah laku manusia (Dornyei, 2001: 8), yaitu:

1) pilihan dari suatu kegiatan khusus 2) ketahanan terhadapnya

3) usaha untuk memperluas kegiatan itu

Dengan kata lain, motivasi bertanggung jawab terhadap: 1) mengapa seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu 2) berapa lama seseorang ingin mendukung kegiatan tersebut


(50)

commit to user

3) seberapa sungguh mereka ingin mengejarnya

b. Teori-Teori Motivasi

1) Teori Motivasi Kebutuhan (Needs Motivation).

Kebutuhan (need) dapat dirumuskan sebagai kekosongan dalam

kehidupan manusia atau tidak terdapatnya sesuatu pada seseorang yang diperlukan bagi kesejahteraannya. Dorongan akan timbul sebagai penggerak untuk melakukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan itu, jika suatu kebutuhan tertentu mulai dihayati. Banyak kebutuhan dalam kehidupan manusia tidak selalu terpenuhi secara memuaskan pada saat sekarang. Oleh karena itu, penghayatan akan kebutuhan menjadi suatu sumber motivasi selama kehidupan manusia. Salah satu konsep yang dikembangkan dalam lingkup pandangan humanistis adalah kerangka teoritis Maslow mengenai hierarki kebutuhan manusia.

Maslow dalam Slavin (1997: 348) menyusun urutan hierarki kebutuhan manusia dari bawah ke atas: (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan untuk dicintai dan diakui oleh kelompoknya, (4) kebutuhan menikmati rasa harga diri, (5) kebutuhan mengembangkan diri secara intelektual, (6) kebutuhan untuk mengetahui dan memahami dan (7) kebutuhan estetis. Empat kebutuhan pertama dipandang sebagai kebutuhan kekurangan (deficiency needs), sedangkan tiga kebutuhan berikutnya dipandang sebagai kebutuhan pengayaan (growth needs). Deficiency need adalah suatu kebutuhan yang akan meningkatkan motivasi semakin kuat jika kebutuhan tersebut belum terpenuhi. Tetapi sekali terpenuhi, maka motivasi akan berkurang.

Sockett dalam Kay (2004: 7), mengatakan bahwa pendidikan setidak tidaknya menjadikan orang mau melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak ingin


(51)

commit to user

dilakukannya, memahami sesuatu yang sebelumnya tidak diketahuinya dan mungkin menjadi seseorang yang sebelumya tidak diinginkannya. Pernyataan ini menjadi alasan utama tentang peranan sebuah motivasi.

Menurut McClelland (1987: 224), pelopor teori motivasi berprestasi ini, seseorang mempunyai motivasi untuk bekerja/belajar karena adanya kebutuhan untuk berprestasi. Motivasi menurut teori ini merupakan fungsi dari tiga variabel, yaitu (1) harapan untuk melakukan tugas dengan berhasil, (2) persepsi tentang nilai tugas tersebut dan (3) kebutuhan untuk sukses (Toeti Soekamto dan Udin Saripudin Winataputra, 1997: 41).

Atkinson dalam Winkel (1996: 176), seorang psikolog yang

mengembangkan lebih lanjut teori McClelland menjelaskan bahwa keberhasilan atau sukses dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan mencapai taraf prestasi yang baik dan dengan melalui usaha menghindari kegagalan. Menurutnya, Atkinson menemukan bahwa terdapat orang yang lebih berorientasi untuk memperoleh keberhasilan yang berupa menghindari kegagalan, dari pada berupa mencapai taraf prestasi baik. Orang yang disebutkan terakhir mengakui bahwa dia berkemungkinan akan gagal dan tidak mencapai sukses yang diharapkan, tetapi perhatiannya yang utama diarahkan pada prestasi yang bagus, bahkan sampai berusaha lebih keras seandainya pernah mengalami kegagalan.

Dalam penelitiannya, McClelland (1987: 26) menggambarkan empat prinsip motif yang diekspresikan oleh orang yang berbeda dalam Thematic Apperception Test atau TAT. TAT ini berisi sejumlah gambar seri yang melukiskan bebagai situasi. Orang yang mengambil tes tersebut diharapakan dapat menceritakan sesuatu berdasarkan gambar-gambar yang tercantum dalam tes. Cerita orang yang mengambil tes tersebut kemudian dianalisis dengan tujuan


(52)

commit to user

untuk mengetahui harapan-harapannya, kelakuannya, motif-motifnya, dan masalah-masalah yang dihadapi oleh orang tersebut.

Dalam rangka belajar di sekolah, achievement motivation terwujud dalam daya penggerak pada siswa untuk mengusahakan kemajuan dalam belajar dan mengejar prestasi maksimal, demi pengayaan diri sendiri dan penghargaan terhadap diri sendiri. Daya penggerak sebagai motivasi berprestasi ini disebut

needs-achievement (kebutuhan berprestasi) yang kemudian disingkat “n-ach”. Orang yang mempunyai n-ach tinggi ingin menyelesaikan tugas dan meningkatkan penampilan atau kinerja mereka. Sebaliknya, orang yang mempunyai n-ach rendah hanya memilih tugas-tugas yang sangat mudah atau sangat sulit. Mereka memilih itu hanya didasari kepahamannya bahwa kelak ia akan berhasil atau gagal, bukan karena kepuasan menikmati tantangannya.

Orang yang memiliki n-ach tinggi ini secara umum memiliki ciri-ciri: 1) mereka menjadi lebih bersemangat jika unggul dibanding yang lain,

2) menentukan tujuan secara realitik dan berani mengambil resiko, 3) bertanggung jawab atas segala pilihan yang telah diputuskan,

4) berani menghadapi tantangan serta memiliki inisiatif yang lebih beragam dibanding dengan kebanyakan orang,

5) menghendaki umpan balik yang konkrit terhadap prestasi yan dihasilkan, 6) pekerjaan yang dilakukan tidak selalu diorientasikan pada uang dan kekuasaan. Sebagaimana penjelasan McClelland, bahwa motivasi merupakan interaksi tiga aspek, yaitu n-Pwr (need for power), n-Aff (need for affiliation dan n-Ach (needfor achievment); maka orang yang memiliki n-ach tinggi dapat diandalkan dalam mengelola organisasi jika keberadaan dari ketiga aspek tersebut seimbang. Secara khusus, orang yang memiliki n-ach tinggi memerlukan motivasi lebih lanjut dalam


(53)

commit to user

hal otonomi, umpan balik dari segala kegagalan atau keberhasilan, dan keleluasaan ruang untuk berekspresi serta tantangan.

Menurut Wigfield dan Eccles (2002: 5), motivasi beprestasi menunjuk pada situasi dimana kompentensi individu adalah suatu isu/bahan diskusi. Teori motivasi ini berusaha untuk menjelaskan pilihan manusia terhadap tugas–tugas prestasi, kekuatan dalam melaksanakan tugas, semangat untuk melakukan tugas itu dan kualitas dari kesepakatan tugas itu. Bandura dalam Schunk (2001: 14) mengatakan bahwa perkembangan satu jenis proses motivasi adalah adannya Self-efficacy. Self-efficacy ini menunjuk pada kepercayaan tentang kemampuan seseorang untuk belajar atau memperlihatkan sikap atau tingkah laku terhadap tingkatan yang sudah didesain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy mempengaruhi motivasi akademik, pembelajaran dan prestasi. Indikator dari seseorang yang termotivasi adalah : (1) mempunyai ketertarikan kepada sesuatu, (2) mempunyai keingintahuan terhadap sesuatu, (3) membutuhkan informasi-informasi untuk memecahkan suatu masalah, dan (4) ingin mendapatkan keberhasilan dan menghindari kegagalan.

c. Motivasi Belajar Bahasa Inggris

Pakar teori motivasi pembelajaran bahasa asing atau bahasa kedua adalah Gardner. Wacana kunci dari teori motivasi Gardner adalah hubungan antara motivasi dan orientasi (Dronyei, 2001: 48).

Dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, ada dua orientasi mengapa seseorang dengan serius mempelajarinya :

1) Orientasi Integratif: Yaitu orientasi yang berhubungan dengan suatu kecenderungan positif melalui kelompok bahasa kedua/ asing dan keinginan


(54)

commit to user

untuk berinteraksi dengan anggota tetap dari komunitas itu dan bahkan sama dengan kelompok tetap itu dan didefinisikan oleh Dronyei sebagai keinginan untuk menjadi seperti anggota tetap dari komunitas bahasa.

2) Orientasi Instrumental: Adalah pasangan orientasi yang dipakai oleh Gardner yang berhubungan dengan keuntungan praktis yang potensial dari kecakapan bahasa kedua, seperti mendapatkan pekerjaan yan lebih baik atau gaji yang lebih tinggi.

Menurut Gardner dalam Dronjei (2001: 49), motivasi secara keseluruhan memasukkan tiga komponen:

1) Intensitas motivasi

2) Keinginan untuk belajar bahasa 3) Sikap melalui belajar bahasa

Oleh karena itu, dalam pandangannya, motivasi menunjuk pada suatu jenis/macam mesin pemikiran pusat/central atau pusat energi yang memasukkan usaha, keinginan dan kesenangan pada tugas/sikap. Gardner menerangkan bahwa tiga komponen ini milik bersama kerena orang yang benar-benar termotivasi memperlihatkan semua dari ketiganya. Orang yang termotivasi akan mempunyai kecenderungan terhadap hal-hal yang berorientasi positif. Kemudian dari orientasi-orientasi ini adalah untuk membantu membangkitkan motivasi dan mengarahkannya melalui suatu perangkat tujuan, baik dengan kualitas interpersonal yang kuat (integratif) atau kualitas praktek yang kuat (instrumental).

Penggunaan media pembelajaran yang menarik dan menantang khususnya yang mengandung unsur visual sangat diperlukan untuk memberikan motivasi belajar siswa. Sass dalam Hebl, Brewer dan Benjamin (2000: 67)


(55)

commit to user

menyatakan bahwa untuk mengatasi pembelajaran yang monoton apabila memungkinkan maka penggunaan elemen visual akan sangat bermanfaat dan memberikan motivasi. Banyak studi menyatakan bahwa pembelajaran dengan visual dapat secara aktif mempengaruhi proses kognitif seperti menggugah kembali memori dan memberikan motivasi.

Untuk mengetahui apakah level motivasi siswa itu tinggi atau rendah, ada beberapa tes yang dapat diaplikasikan. Siswa atau subyek yang diobservasi biasanya diharuskan mengisi kuisioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan tentang motivasi seperti misalnya; bagaimana tanggung jawabnya terhadap pelajaran; kerutinannya, ketahanannya dalam meraih tujuan belajar, usaha-usahanya ke arah yang lebih baik serta harapan-harapannya terhadap teman dan guru-gurunya.

3. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Phye (1993: 4) prestasi belajar adalah pengetahuan yang dicapai atau keterampilan yang dikuasai pada mata pelajaran di sekolah yang biasanya didesain dengan nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar biasanya dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri siswa seperti self-efficacy, sikap dan motivasi (Aronson, 2002: 168). Perubahan dalam belajar mencakup dimensi yang sangat luas. Masing-masing individu menunjukkan perkembangan (progress) yang berbeda dalam proses belajar. Perbedaan perubahan sebagai akibat proses belajar ini yang kemudian sering diistilahkan sebagai prestasi belajar.


(1)

commit to user

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis variansi diperoleh kesimpulan:

1. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran yang

menggunakan media pembelajaran komputer multimedia dan media

pembelajaran DVD terhadap prestasi belajar listening siswa SMP Negeri

Kabupaten Wonogiri yang ditunjukkan dengan nilai F sebesar 24,409 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Dengan terbuktinya hipotesis tersebut membuktikan bahwa penggunaan komputer multimedia menghasilkan prestasi belajar yang berbeda dengan media pembelajaran DVD.

2. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar tinggi dan

motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar listening siswa SMP Negeri

Kabupaten Wongiri ditunjukkan dengan nilai F sebesar 10,260 dengan nilai signifikan sebesar 0,002 < 0,05. Dengan tebuktinya hipotesis tersebut membuktikan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. 3. Terdapat interaksi pengaruh penggunaan media pembelajaran dan motivasi belajar

terhadap prestasi belajar listening siswa SMP Negeri Kabupaten Wonogiri ditunjukka dengan nilai F sebesar 8,280 dengan nilai signifikan sebesar 0,006 < 0,05. Dengan terbuktinya hipotesis tersebut membuktikan bahwa dengan penggunaan media pembelajaran yang sesuai dan disertai dengan motivasi

belajar yang dimiliki oleh siswa dapat meningkatkan prestasi belajar listening

siswa SMP Negeri Kabupaten Wonogiri.


(2)

commit to user

Adanya perbedaan pengaruh pembelajaran menggunakan komputer

multimedia dan media pembelajaran DVD terhadap prestasi belajar listening siswa

SMP Negeri Kabupaten Wonogiri mempunyai implikasi bahwa guru yang mengajar dengan menggunakan media pembelajaran komputer multimedia menghasilkan

prestasi belajar listening yang berbeda dengan guru yang menggunakan media

pembelajaran DVD.

Terdapatnya perbedaan pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar

tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar listening siswa SMP

Negeri Kabupaten Wonogiri, mempunyai implikasi bahwa semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka semakin tinggi prestasi belajar siswa, sebaliknya semakin rendah

motivasi belajar siswa, maka semakin rendah prestasi belajar listening siswa. Siswa

bermotivasi tinggi dalam pembelajaran listening akan mempunyai sifat-sifat positif

yang mengarah pada prestasi belajar. Sifat ingin tahu, bertanggung jawab, rajin

mengerjakan tugas listening, senang mendengarkan berita dan lagu-lagu berbahasa

Inggris serta ingin berprestasi. Tingginya motivasi belajar siswa yang disebabkan oleh penggunaan media pembelajaaran yang tepat akan berdampak baik pada peningkatan motivasi belajar siswa, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan

prestasi belajar listening. Sebaliknya apabila siswa tidak tertarik dengan media

pembelajaran-media pembelajaran yang digunakan oleh guru, bahkan tidak mempunyai motivasi yang cukup maka akan berdampak berkurangnya prestasi

belajar listening siswa atau prestasi siswa tidak optimal.

Interaksi antara pengaruh penggunaan media pembelajaran dan motivasi

belajar terhadap prestasi belajar listening siswa SMP Negeri Kabupaten Wonogiri,

memberikan implikasi bahwa penggunaan media pembelajaran dan motivasi belajar


(3)

commit to user

sehingga untuk meningkatan prestasi belajar listening siswa, guru harus lebih kreatif

dan inovatif dalam penggunaan media pembelajaran dan selalu memberikan motivasi belajar kepada siswa. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan prosedural oleh guru dan didukung motivasi belajar siswa terbukti meningkatkan prestasi belajar

listening. Guru bahasa Inggris diharapkan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Apabila

guru tidak menggunakan media pembelajaran ini pada keterampilan listening dan

siswa tidak termotivasi untuk belajar, kemungkinan prestasi belajar listening akan

tidak optimal.

C. Saran

Disarankan para guru bahasa Inggris di SMP Negeri Kabupaten Wonogiri

untuk menggunakan media pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan listening.

Keterampilan ini merupakan keterampilan memahami bahasa lisan. Dengan dibantu visualisasi melalui komputer multimedia yang lebih menarik dan interaktif, maka guru diharapkan mengenali teknologi ini dan mengaplikasikasikan dalam pembelajaran bahasa Inggris. Alangkah lebih baik jika suara atau komputer

multimedia adalah penutur asli (native speaker). Dengan penutur asli ini siswa akan

terbiasa mendengarkan ucapan-ucapan yang mendekati standar bahasa Inggris. Untuk lebih meningkatkan ketertarikan siswa terhadap kompetensi menyimak, guru dapat memadukan dengan metode-metode pembelajaran yang lain yang sesuai. Mendengarkan lagu adalah sesuatu yang menyenangkan. Guru dapat menggunakan lagu yang sesuai dengan situasi pembelajaran. Banyak media yang dapat mengembangkan beberapa kompetensi siswa secara bersamaan, misalnya


(4)

commit to user

juga diajak untuk mendengarkan cerita atau berita dalam bahasa Inggris. Kegiatan-kegiatan ini perlu dilakukan agar pembelajaran semakin menarik dan tidak monoton, sehingga siswa akan merasa senang dan termotivasi. Dengan rasa senang dan

mempunyai motivasi belajar yang tinggi untuk kompetensi listening maka siswa


(5)

(6)