26
2. Guru menjelaskan manfaat yang diperoleh apabila seseorang mampu dan
mahir menulis dan memberikan beberapa contoh penulis ternama sebagai upaya untuk memotivasi siswa.
3. Guru menjelaskan tahap-tahap menulis cerita pendek menggunakan model
pebelajaran berbasis pengalaman. 4.
Siswa diminta memulai tahap experience selama 10 menit. Siswa difokuskan untuk memilih satu pengalaman dari hasil observasi.
5. Siswa menuliskan poin-poin dari hasil observasi pada tahap experience.
6. Siswa melakukan publishing hasil observasi dengan pasangan masing-masing
serta saling memberi saran dan komentar. 7.
Siswa mulai membuat kerangka karangan yang berisi tema, latar, penokohan, alur, sudut pandang.
8. Siswa mulai mengembangkan kerangka karangan masing-masing menjadi
cerita pendek yang utuh. 9.
Siswa mempresentasikan hasil cerita pendek masing-masing. Siswa lain memberi komentar dan saran sebagai bahan untuk perbaikan cerita pendek.
10. Setelah siswa mempresentasikan dan saling mengomentari hasil pekerjaan
satu sama lain, selanjutnya guru beserta siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek.
E. Penilaian Pembelajaran Menulis Cerita Pendek
Nurgiyantoro dalam bukunya Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, kemampuan menulis dapat dinilai melalui jalan tes. Pada umunya,
27
aktivitas orang menghasilkan bahasa tidak semata-mata hanya bertujuan demi produktivitas bahasa itu sendiri, melainkan karena ada sesuatau yang ingin
dikomunikasikan lewat bahasa. Bahasa hanya merupakan sarana dan gagasan apa yang ingin dikomunikasikan pada hakikatnya lebih penting dari pada sarana
bahasa itu sendiri. Oleh karena itu, tugas menulis hendaklah bukan semata-mata tugas untuk memilih dan manghasilkan bahasa saja, melainkan bagaimana
mengungkapkan gagasan dengan memergunakan sarana bahasa tulis secara tepat Nurgiyantoro, 2013: 423.
Penilaian menulis khususnya pada cerita pendek sebaiknya dilakukan secara objektif dan menyeluruh. Akan tetapi, permasalahan yang sering terjadi
adalah seseorang menilai dengan subjektivitas. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan skala pengukuran yang mencakup aspek-aspek antara karangan
yang satu dengan yang lain supaya tidak terjadi subjektivitas. Adapun aspek pokok penilaian, yaitu 1 isi; 2 organisasi dan penyajian isi, 3 gaya dan bentuk
bahasa, dan 4 amanat. Sementara itu, kriteria penilaian penulisan cerita pendek dapat dilihat pada lampiran 1e, halaman 98.
F. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini ada enam. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Farisma 2014 dengan judul skripsi
“Keefektifan Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman Experiential Learning
dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas X MAN Yogyakarta III”. Kesimpulan penelitian tersebut menunjukkan bahwa