Analisa Data Pengujian untuk Tebal Spesimen 20 mm

Tabel 4.9 Nilai Koefisien absorbsi untuk tebal spesimen 40 mm FrekuensiHz A1 A2 A1A2 A2A1 =42+A1A2+A2A1 250 3,300 0,200 16,500 0,061 0,216 500 4,600 1,000 4,600 0,217 0,587 750 5,800 2,200 2,636 0,379 0,798 1000 5,900 2,050 2,878 0,347 0,765 1500 5,750 2,950 1,949 0,513 0,896 2000 14,100 6,100 2,311 0,433 0,843 Tabel 4.10 Nilai Impedansi akustik pada ketebalan spesimen 40 mm Frekuensi Hz kgm2.s 1 + R 1 - R 1+R1-R Z = 1+R1-R kgm2.s 250 413,3332 1,784 0,216 8,259259 3413,826059 500 413,3332 1,413 0,587 2,407155 994,9570896 750 413,3332 1,202 0,798 1,506266 622,5896070 1000 413,3332 1,235 0,765 1,614379 667,2764732 1500 413,3332 1,104 0,896 1,232143 509,2855500 2000 413,3332 1,157 0,843 1,372479 567,2912365 Tabel 4.11 Nilai Koefesien Absorbsi, Reflection, Impedansi, dan NRC untuk tebal spesimen 40 mm Frekuensi Hz Koefisien abrsorbsi Reflection R Impedansi Z kgm 2 s NRC 250 0,216 0,784 3413,8261 0,6028 500 0,587 0,413 994,9571 750 0,798 0,202 622,5896 1000 0,765 0,235 667,2765 1500 0,896 0,104 509,2856 2000 0,843 0,157 567,2912 Dari data tabel 4.11 di atas maka dapat langsung diplot grafik untuk koefisien absorbsi pada ketebalan spesimen 40 mm, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.8 berikut. Gambar 4.8 Grafik Frekuensi Vs Koefisien Absorbsi dengan tebal 40 mm Dari gambar grafik 4.8 di atas dapat simpulkan bahwa untuk campuran material polyurethane dan serat batang sawit dengan tebal 40 mm baik untuk menyerap bunyi pada frekuensi 1500 Hz dengan nilai koefisien absorbsi 0,896 sedangkan pada frekuensi 250 Hz penyerapan bunyi kurang baik karena hanya 0,216.

4.2.4 Analisa Data Pengujian untuk Tebal Spesimen 50 mm

Untuk menganalisa koefisien absorbsi, koefisien pantul, dan impedansi dengan tebal spesimen 50 mm adalah sama caranya seperti menganalisa pada tebal spesimen 20 mm, maka dapat langsung ditabelkan hasil perhitungan koefisiennya dari data pengujian pada 4.12, 4.13, dan 4.14 berikut. Tabel 4.12 Koefisien Absorbsi untuk tebal spesimen 50 mm Frekuensi Hz A1 A2 A1A2 A2A1 =42+A1A2+A2A1 250 3,300 0,200 16,500 0,061 0,216 500 4,500 1,020 4,412 0,227 0,603 750 5,900 2,200 2,682 0,373 0,791 1000 5,900 2,100 2,810 0,356 0,774 1500 6,050 2,700 2,241 0,446 0,853 2000 14,400 5,800 2,483 0,403 0,819 0,216 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 500 Ko ef isi en A bs or bs i Frekuensi Vs Koefisien Absorbsi Gambar 4.8 Grafik Frekuensi Vs Koefisien Absorbsi dengan tebal 40 mm Dari gambar grafik 4.8 di atas dapat simpulkan bahwa untuk campuran material polyurethane dan serat batang sawit dengan tebal 40 mm baik untuk menyerap bunyi pada frekuensi 1500 Hz dengan nilai koefisien absorbsi 0,896 sedangkan pada frekuensi 250 Hz penyerapan bunyi kurang baik karena hanya 0,216.

4.2.4 Analisa Data Pengujian untuk Tebal Spesimen 50 mm

Untuk menganalisa koefisien absorbsi, koefisien pantul, dan impedansi dengan tebal spesimen 50 mm adalah sama caranya seperti menganalisa pada tebal spesimen 20 mm, maka dapat langsung ditabelkan hasil perhitungan koefisiennya dari data pengujian pada 4.12, 4.13, dan 4.14 berikut. Tabel 4.12 Koefisien Absorbsi untuk tebal spesimen 50 mm Frekuensi Hz A1 A2 A1A2 A2A1 =42+A1A2+A2A1 250 3,300 0,200 16,500 0,061 0,216 500 4,500 1,020 4,412 0,227 0,603 750 5,900 2,200 2,682 0,373 0,791 1000 5,900 2,100 2,810 0,356 0,774 1500 6,050 2,700 2,241 0,446 0,853 2000 14,400 5,800 2,483 0,403 0,819 0,216 0,587 0,798 0,765 0,896 0,843 500 1000 1500 2000 2500 Frekuensi Hz Frekuensi Vs Koefisien Absorbsi Gambar 4.8 Grafik Frekuensi Vs Koefisien Absorbsi dengan tebal 40 mm Dari gambar grafik 4.8 di atas dapat simpulkan bahwa untuk campuran material polyurethane dan serat batang sawit dengan tebal 40 mm baik untuk menyerap bunyi pada frekuensi 1500 Hz dengan nilai koefisien absorbsi 0,896 sedangkan pada frekuensi 250 Hz penyerapan bunyi kurang baik karena hanya 0,216.

4.2.4 Analisa Data Pengujian untuk Tebal Spesimen 50 mm

Untuk menganalisa koefisien absorbsi, koefisien pantul, dan impedansi dengan tebal spesimen 50 mm adalah sama caranya seperti menganalisa pada tebal spesimen 20 mm, maka dapat langsung ditabelkan hasil perhitungan koefisiennya dari data pengujian pada 4.12, 4.13, dan 4.14 berikut. Tabel 4.12 Koefisien Absorbsi untuk tebal spesimen 50 mm Frekuensi Hz A1 A2 A1A2 A2A1 =42+A1A2+A2A1 250 3,300 0,200 16,500 0,061 0,216 500 4,500 1,020 4,412 0,227 0,603 750 5,900 2,200 2,682 0,373 0,791 1000 5,900 2,100 2,810 0,356 0,774 1500 6,050 2,700 2,241 0,446 0,853 2000 14,400 5,800 2,483 0,403 0,819 Tebal 40 mm Tabel 4.13 Nilai Impedansi akustik pada ketebalan spesimen 50 mm Frekuensi Hz kgm2.s 1 + R 1 - R 1+R1-R Z = 1+R1-R kgm2.s 250 413,3332 1,784 0,216 8,259259 3413,826059 500 413,3332 1,397 0,603 2,31675 957,5895197 750 413,3332 1,209 0,791 1,528445 631,7570655 1000 413,3332 1,226 0,774 1,583979 654,7112444 1500 413,3332 1,147 0,853 1,344666 555,7950532 2000 413,3332 1,181 0,819 1,442002 596,0274838 Tabel 4.14 Nilai koefisien Absorbsi, Reflection, Impedansi, dan NRC untuk tebal spesimen 50 mm Frekuensi Hz Koefesien abrsorbsi Reflection R Impedansi Z kgm 2 s NRC 250 0,216 0,784 3413,8261 0,6030 500 0,603 0,397 957,5895 750 0,791 0,209 631,7571 1000 0,774 0,226 654,7112 1500 0,853 0,147 555,7951 2000 0,819 0,181 596,0275 Dari tabel 4.14 di atas maka dapat langsung diplot grafik untuk koefisien absorbsi pada ketebalan spesimen 50 mm, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.9 berikut. Gambar 4.9 Grafik Frekuensi Vs Koefisien Absorbsi dengan tebal 50 mm Dari gambar grafik 4.9 di atas dapat simpulkan bahwa untuk campuran material polyurethane dan serat batang sawit dengan tebal 50 mm baik untuk menyerap bunyi pada frekuensi 1500 Hz dengan nilai koefisien absorbsi 0,853 sedangkan pada frekuensi rendah, 250 Hz penyerapan bunyi kurang baik karena hanya 0,216. Harga rata-rata koefisien serap bunyi pada ketebalan 50 mm ini adalah yang paling kecil, maka pada ketebalan ini kurang baik untuk dijadikan sebagai rancangan material akustik. Dari data-data yang telah dianalisa tersebut, maka dapatlah dibandingkan hasil dari setiap ketebalan spesimen yang telah dianalisa sebelumnya, untuk hasil keseluruhan nilai karakteristik akustik pada pengujian koefisien absorbsi yang ditunjukkan pada tabel 4.15 rekapitulasi hasil data analisa berikut ini. 0,216 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 500 Ko ef es ie n Ab so rb si Frekuensi Vs Koefisien Absorbsi Gambar 4.9 Grafik Frekuensi Vs Koefisien Absorbsi dengan tebal 50 mm Dari gambar grafik 4.9 di atas dapat simpulkan bahwa untuk campuran material polyurethane dan serat batang sawit dengan tebal 50 mm baik untuk menyerap bunyi pada frekuensi 1500 Hz dengan nilai koefisien absorbsi 0,853 sedangkan pada frekuensi rendah, 250 Hz penyerapan bunyi kurang baik karena hanya 0,216. Harga rata-rata koefisien serap bunyi pada ketebalan 50 mm ini adalah yang paling kecil, maka pada ketebalan ini kurang baik untuk dijadikan sebagai rancangan material akustik. Dari data-data yang telah dianalisa tersebut, maka dapatlah dibandingkan hasil dari setiap ketebalan spesimen yang telah dianalisa sebelumnya, untuk hasil keseluruhan nilai karakteristik akustik pada pengujian koefisien absorbsi yang ditunjukkan pada tabel 4.15 rekapitulasi hasil data analisa berikut ini. 0,216 0,603 0,791 0,774 0,853 0,819 500 1000 1500 2000 2500 Frekuensi Hz Frekuensi Vs Koefisien Absorbsi Gambar 4.9 Grafik Frekuensi Vs Koefisien Absorbsi dengan tebal 50 mm Dari gambar grafik 4.9 di atas dapat simpulkan bahwa untuk campuran material polyurethane dan serat batang sawit dengan tebal 50 mm baik untuk menyerap bunyi pada frekuensi 1500 Hz dengan nilai koefisien absorbsi 0,853 sedangkan pada frekuensi rendah, 250 Hz penyerapan bunyi kurang baik karena hanya 0,216. Harga rata-rata koefisien serap bunyi pada ketebalan 50 mm ini adalah yang paling kecil, maka pada ketebalan ini kurang baik untuk dijadikan sebagai rancangan material akustik. Dari data-data yang telah dianalisa tersebut, maka dapatlah dibandingkan hasil dari setiap ketebalan spesimen yang telah dianalisa sebelumnya, untuk hasil keseluruhan nilai karakteristik akustik pada pengujian koefisien absorbsi yang ditunjukkan pada tabel 4.15 rekapitulasi hasil data analisa berikut ini. Tebal 50 mm Tabel 4.15 Nilai rekapitulasi hasil data analisa Tebal Material VT Perbandingan Berat Serat Sawit dengan Resin Polyurethane NRC 1:03 Frekuensi Hz 250 500 750 1000 1500 2000 20 mm R 0,784 0,386 0,217 0,16 0,114 0,125 0,6363 0,216 0,614 0,783 0,84 0,886 0,875 Z 3413,826 933,029 642,4349 570,7935 519,6989 531,4284 30 mm R 0,787 0,409 0,229 0,256 0,122 0,181 0,5918 0,213 0,591 0,771 0,744 0,878 0,819 Z 3467,7297 985,4255 658,867 697,7776 528,2002 596,0275 40 mm R 0,784 0,413 0,202 0,235 0,104 0,157 0,6028 0,216 0,587 0,798 0,765 0,896 0,843 Z 3413,8261 994,9571 622,5896 667,2765 509,2856 567,2912 50 mm R 0,784 0,397 0,209 0,226 0,147 0,181 0,6030 0,216 0,603 0,791 0,774 0,853 0,819 Z 3413,8261 957,5895 631,7571 654,7112 555,7951 596,0275 Dari tabel 4.15 di atas dapat dilihat dengan jelas hasil keseluruhan karakteristik akustik material untuk setiap ketebalan spesimen. Dari tabel data hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa campuran serat batang kelapa sawit dengan resin polyurethane sangat baik untuk menyerap bunyi terutama pada frekuensi tinggi. Untuk keseluruhan ketebalan spesimen, koefisien absorbsi tertinggi terjadi pada frekuensi 1500 Hz, kemudian diikuti pada frekuensi 2000 Hz, 1000 Hz, 750 Hz dan selanjutnya yang terendah adalah 250 Hz. Dan untuk nilai koefisien pantul dan impedansi, nilai tertinggi terjadi pada frekuensi 250 Hz dan terendah pada frekuensi 1500 Hz yang merupakan hasil kebalikan dari nilai koefisien absorbsinya. Dari tabel 4.15 dapat diplot grafik koefisien reduksi bunyi NRC untuk mendapatkan ketebalan yang paling baik tanpa melihat rentang frekuensinya sebagai penyerapan bunyi dari material yang diuji sebagaimana ditunjukkan pada gambar grafik 4.10 berikut. Gambar 4.10 Grafik koefisien reduksi bunyi NRC Dari gambar grafik 4.10 di atas menginformasikan bahwa nilai NRC tertinggi terjadi pada ketebalan 20 mm yaitu 0,6363, ini berarti penyerapan bunyi paling baik adalah pada ketebalan 20 mm. Sedangkan untuk ketebalan 30 mm adalah kurang baik karena nilai NRC-nya yang terendah yaitu 0,5918. Untuk perbandingan grafik koefisien absorbsi pada keseluruhan ketebalan spesimen dapat dilihat pada gambar grafik 4.11 berikut ini. Gambar 4.11 Grafik koefisien Absorbsi untuk seluruh ketebalan spesimen 0,58 0,59 0,6 0,61 0,62 0,63 0,64 Ko ef isi en R ed uk si Bu ny i 0,216 0,213 0,216 0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 0,700 0,800 0,900 1,000 Ko ef isi en A bs or bs i Frekuensi Vs Koefisien Absorbsi Gambar 4.10 Grafik koefisien reduksi bunyi NRC Dari gambar grafik 4.10 di atas menginformasikan bahwa nilai NRC tertinggi terjadi pada ketebalan 20 mm yaitu 0,6363, ini berarti penyerapan bunyi paling baik adalah pada ketebalan 20 mm. Sedangkan untuk ketebalan 30 mm adalah kurang baik karena nilai NRC-nya yang terendah yaitu 0,5918. Untuk perbandingan grafik koefisien absorbsi pada keseluruhan ketebalan spesimen dapat dilihat pada gambar grafik 4.11 berikut ini. Gambar 4.11 Grafik koefisien Absorbsi untuk seluruh ketebalan spesimen 0,6363 0,5918 0,6028 0,603 10 20 30 40 50 60 Ketebalan mm NRC 0,216 0,614 0,783 0,840 0,886 0,875 0,213 0,591 0,771 0,744 0,878 0,819 0,216 0,587 0,798 0,765 0,896 0,843 0,216 0,603 0,791 0,774 0,853 0,819 500 1000 1500 2000 2500 Frekuensi Hz Frekuensi Vs Koefisien Absorbsi Gambar 4.10 Grafik koefisien reduksi bunyi NRC Dari gambar grafik 4.10 di atas menginformasikan bahwa nilai NRC tertinggi terjadi pada ketebalan 20 mm yaitu 0,6363, ini berarti penyerapan bunyi paling baik adalah pada ketebalan 20 mm. Sedangkan untuk ketebalan 30 mm adalah kurang baik karena nilai NRC-nya yang terendah yaitu 0,5918. Untuk perbandingan grafik koefisien absorbsi pada keseluruhan ketebalan spesimen dapat dilihat pada gambar grafik 4.11 berikut ini. Gambar 4.11 Grafik koefisien Absorbsi untuk seluruh ketebalan spesimen 60 NRC Tebal 20 mm Tebal 30 mm Tebal 40 mm Tebal 50 mm Dari gambar grafik 4.11 terlihat bahwa koefisien absorbsi maksimum untuk frekuensi 250 Hz terjadi pada spesimen dengan ketebalan 20 mm, 40 mm dan 50 mm yaitu 0,216 dan minimum pada ketebalan 30 mm yaitu 0,213. Untuk frekuensi 500 Hz koefisien absorbsi maksimum terjadi pada spesimen dengan ketebalan 20 mm yaitu 0,614 dan minimum pada ketebalan 40 mm adalah 0,587. Untuk frekuensi 750 Hz koefisien absorbsi maksimum terjadi pada spesimen dengan ketebalan 40 mm yaitu 0,798 dan minimum pada ketebalan 30 mm adalah 0,771. Untuk frekuensi 1000 Hz koefisien absorbsi maksimum terjadi pada spesimen dengan ketebalan 20 mm yaitu 0,840 dan minimum pada ketebalan 30 mm adalah 0,744. Untuk frekuensi 1500 Hz koefisien absorbsi maksimum terjadi pada spesimen dengan ketebalan 40 mm yaitu 0,896 dan minimum pada ketebalan 50 mm adalah 0,853. Dan untuk frekuensi 2000 Hz koefisien absorbsi maksimum terjadi pada spesimen dengan ketebalan 20 mm yaitu 0,875 dan minimum pada ketebalan 30 mm dan 50 mm adalah 0,819.

4.3 DATA PENGUJIAN TRANSMISSION LOSS

Secara teoritik untuk mendapatkan nilai Transmission Loss dengan Metode tabung impedansi dapat ditentukan dengan persamaan berikut: TL = NR + 10 log dimana : NR = L 1 L 2 dB S = luas permukaan spesimen atau luas diameter tabung m 2 = r 2 = 40,5 mm 2 = 5150,385 mm 2 A 2 = penyerapan total ruang penerima sabin.m 2 = S. sabin.mm 2

Dokumen yang terkait

Kajian Eksperimental Pengukuran Transmission Loss dari Paduan Aluminium-Magnesium Menggunakan Metode Impedance Tube

0 35 143

Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong Sawit (TKS) SEBAGAI Campuran Media Tumbuh Dan Pemberian Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit Mindi (Melia azedarach L.)

2 25 76

Penyelidikan Karakteristik Akustik (Acoustical Properties) Material Komposit Polimer Yang Terbuat Dari Serat Batang Kelapa Sawit Menggunakan Variabel Komposisi Dan Ketebalan

10 96 132

Kajian Koefisien Absorpsi Bunyi Dari Material Komposit Serat Gergajian Batang Sawit Dan Gypsum Sebagai Material Penyerap Suara Menggunakan Metode Impedance Tube

5 92 107

Kualitas Serat dari Limbah Batang Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Papan Serat

4 62 61

PENGUJIAN SIFAT FISIS PAPAN DARI CAMPURAN LIMBAH SERAT BATANG KELAPA SAWIT DAN SERBUK KAYU INDUSTRI DENGAN PEREKAT POLIESTER.

0 4 21

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Gelombang dan Bunyi - Kajian Eksperimental Pengukuran Transmission Loss dari Paduan Aluminium-Magnesium Menggunakan Metode Impedance Tube

0 0 44

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS DARI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM MENGGUNAKAN METODE IMPEDANCE TUBE SKRIPSI

0 0 21

Sintesis Dan Karakterisasi Komposit Polyurethane Berpenguat Nanocellulose Dari Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Akustik - ITS Repository

0 0 132

Studi Bahan Akustik dan Insulasi Termal Poliester Berpenguat Nanoselulosa dari Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Metode Penuangan (Casting) - ITS Repository

1 6 151