Metode Pengajaran untuk Kompetensi Apresiasi Seni

Seni Budaya SD KK J 25 keterlibatan aktif siswa senderung tinggi; sementara itu kelemahannya metode ini adalah waktu proses pembelajaran membutuhkan waktu relatif lebih panjang.

d. Metode Pengajaran untuk Kompetensi Apresiasi Seni

Kegiatan apresiasi seni dalam pembelajaran seni merupakan kegiatan memahami dan menyadari guna meningkatkan sensitivitas penghayatan seseorang sehingga mampu menikmati, menilai dan menghargai karya seni. Secara umum dapat dikatakan apresiasi mengandung makna kemampuan mengamatimencerap dan menanggapi bentuk visual atau tekstual yang ada pada karya seniobjek estetik, dimana proses tersebut mulai dari sekedar kemampuan mencari atau mengidentifikasi ciri‐ciri yang ada pada objek hingga kesanggupan menemukan kandungan simbolmakna isi objek estetik; mulai sekedar menikmati melalui rasa hingga menikmati yang didukung oleh pemahaman. Kegiatan pembelajaran apresiasi seni sebenarnya sudah terpadu dengan kegiatan berkarya seni, yaitu ketika berolah seni tentu sudah ada keterlibatan rasa estetik siswa. Jika ini dilakukan terus menerus sebenarnya telah melatih dan mengasah pengembangan dan peningkatan kesadaran, kepekaan, dan sikap estetik siswa. Namun ini tidak dilakukan secara langsung untuk melatih dan mengasah kemampuan apresiasi seni siswa melalui kegiatan pengamatan hingga responsi terhadap objek estetik. Dalam pembelajaran apresiasi dikenal beberapa pendekatan dan metode apresiasi seni, khususnya apresiasi seni. Secara teori berdasarkan landasan konsep estetika pembelajaran apresiasi seni dibagi menjadi dua basis model yaitu apresiasi seni berbasis sikap estetik dan apresiasi seni berbasis pengalaman kognitif. Apresiasi seni merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran di sekolah baik tingkat dasar maupun menengah, karena apresiasi akan meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan ekspresi dalam menciptakan suatu karya seni. Pembelajaran apresiasi bertujuan untuk mengembangkan kesadaran estetis, walaupun seringkali salah satu pertanyaan yang selalu diperdebatkan, yaitu apakah rasa dapat diajarkan. Pengembangan kemampuan peserta untuk DRAFT Kegiatan Pembelajaran 1 26 melakukan seleksi atau penilaian berdasarkan suatu kriteria yang telah ditetapkan, sehingga diharapkan peserta memiliki rasa keindahan yang baik, dengan demikian dapat dengan mudah menseleksi dan menilai atau menghargai suatu karya seni Lowenfeld, : . Kesenian dan keindahan menyiratkan nilai rasa dalam arti luas, kemanunggalan budi dan badan pada diri seorang manusia tak mampu mengungkapkan pengalaman secara mandiri dengan akal yang murni. Rasa memiliki kepekaan terhadap kenyataan yang tidak ditemukan oleh akal, ketika pengamat aktif mengamati hasil seni, perasaannya tergetar. Dengan modal pengalamannya ia mendeskripsi, menganalisis dan menginterpretasikan secara objektif tentang nilai‐nilai yang terkandung di dalam hasil seni, sehingga ia memperoleh pengalaman seni, pengamat pada tahap itu mulai menampilkan argumentasi terhadap objek seni Bastomi, : . Menurut Primadi : ‐ rasa apresiasi seseorang ketika dihadapkan terhadap suatu karya seni, berhubungan dengan ciri‐ciri kreasi karya tersebut, dengan urutan sebagai berikut: . Kejutan; . Empati; . Rasa estetis; . Simpati; . Rasa Etis; . Terpesona; . Terharu.

8. Model pembelajaran apresiasi seni berbasis sikap estetik