Modul PKB 2017 PPKn SMP KK J

(1)

(2)

MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN PANCASILA

DAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI J

Penulis:

Drs. Supandi, M.Pd.

Drs. H. Haryono Adi Purnomo Rahma Tri Wulandari, S.Pd. Dr. Sri Untari, M.Si.

Hj. Elita, M.Pd.

Gatot Malady, S.I.P., M.Si. Magfirotun Nur Insani, S.Pd. Dr. Sutoyo, S.H., M.Hum. Drs. Suparlan Al Hakim, M.S. Dra. Siti Mulyani

Yudarini Probowati, S.Pd. Drs. Sumarno

P.M. Henny Dwi Omegawati, S.Pd. Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si. Dra. Siti Mulyani

Penyunting: Ahmad Hanif Hasan

Desain Grafis dan Ilustrasi: Tim Desain Grafis

Copyright © 2017

Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


(3)

iii

Kata Sambutan

Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan berkarakter prima. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian Pemerintah maupun pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru.

Pengembangan profesionalitas guru melalui Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan merupakan upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependikan dalam upaya peningkatan kompetensi guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi guru telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) untuk kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun 2015. Peta profil hasil UKG menunjukkan kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam penguasaan pengetahuan pedagogik dan profesional. Peta kompetensi guru tersebut dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG pada tahun 2016 dan akan dilanjutkan pada tahun 2017 ini dengan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan sumber belajar utama bagi peserta didik. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru dilaksanakan melalui tiga moda, yaitu: 1) Moda Tatap Muka, 2) Moda Daring Murni (online), dan 3) Moda Daring Kombinasi (kombinasi antara tatap muka dengan daring).

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LP3TK KPTK) dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS) merupakan Unit Pelaksanana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal


(4)

Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam mengembangkan perangkat dan melaksanakan peningkatan kompetensi guru sesuai bidangnya. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut adalah modul Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru moda tatap muka dan moda daring untuk semua mata pelajaran dan kelompok kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan memberikan sumbangan yang sangat besar dalam peningkatan kualitas kompetensi guru.

Mari kita sukseskan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.

Jakarta, April 2017 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,

Sumarna Surapranata, Ph.D. NIP. 195908011985031002


(5)

v

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru jenjang Sekolah Menengah Pertama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Seni Budaya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Modul ini merupakan dokumen wajib untuk Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru merupakan tindak lanjut dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) 2015 dan bertujuan meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.

Sebagai salah satu upaya untuk mendukung keberhasilan suatu program diklat, Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar pada tahun 2017 melaksanakan review, revisi, dan mengembangkan modul paska UKG 2015 yang telah terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan Penilaian Berbasis Kelas, serta berisi materi pedagogik dan profesional yang akan dipelajari oleh peserta selama mengikuti Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru jenjang Sekolah Menengah Pertama ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan wajib bagi para peserta diklat untuk dapat meningkatkan pemahaman tentang kompetensi pedagogik dan profesional terkait dengan tugas pokok dan fungsinya.


(6)

Terima kasih dan penghargaan yang tinggi disampaikan kepada para pimpinan PPPPTK IPA, PPPPTK PKn/IPS, PPPPTK Bahasa, PPPPTK Matematika, PPPPTK Penjas-BK, dan PPPPTK Seni Budaya yang telah mengijinkan stafnya dalam menyelesaikan modul Pendidikan Dasar jenjang Sekolah Menengah Pertama ini. Tidak lupa saya juga sampaikan terima kasih kepada para widyaiswara, Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP), dosen perguruan tinggi, dan guru-guru hebat yang terlibat di dalam penyusunan modul ini.

Semoga Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini dapat meningkatkan kompetensi guru sehingga mampu meningkatkan prestasi pendidikan anak didik kita.

Jakarta, April 2017 Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar

Poppy Dewi Puspitawati NIP. 196305211988032001


(7)

vii

Daftar Isi

Hal.

Kata Sambutan ... iii

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Gambar ... xi

Daftar Tabel ... xi

Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Peta Kompetensi ... 4

D. Ruang Lingkup ... 5

E. Saran Penggunaan Modul ... 6

Bagian I Kompetensi Profesional ... 17

Kegiatan Pembelajaran 1 Paradigma PPKn ... 17

A. Tujuan ... 17

B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 17

C. Uraian Materi ... 17

D. Aktivitas Pembelajaran ... 25

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 27

F. Rangkuman ... 30

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 31

Kegiatan Pembelajaran 2 Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila ... 33

A. Tujuan ... 33

B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 33

C. Uraian Materi ... 33

D. Aktivitas Pembelajaran ... 44

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 46

F. Rangkuman ... 51

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 51

Kegiatan Pembelajaran 3 Aktualisasi Pancasila Sebagai Ideologi Negara. 53 A. Tujuan ... 53

B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 53

C. Uraian Materi ... 54

D. Aktivitas Pembelajaran ... 57

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 59

F. Rangkuman ... 63


(8)

Kegiatan Pembelajaran 4 Pengembangan Amandemen Pasal-Pasal Dalam

UUD Negara RI Tahun 1945 ... 65

A. Tujuan ... 65

B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 65

C. Uraian Materi ... 65

D. Aktivitas Pembelajaran ... 69

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 71

F. Rangkuman ... 75

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 76

Kegiatan Pembelajaran 5 Pengembangan Sikap dan Komitmen Mempertahankan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ... 77

A. Tujuan ... 77

B. Indikator Pencapain Kompeensi ... 77

C. Uraian Materi ... 78

D. Aktivitas Pembelajaran ... 83

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 86

F. Rangkuman ... 90

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 90

Kegiatan Pembelajaran 6 Pengembangan Fungsi Lembaga-Lembaga Negara Dalam UUD Negara RI Tahun 1945 ... 91

A. Tujuan ... 91

B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 91

C. Uraian Materi ... 92

D. Aktivitas Pembelajaran ... 103

E. LatihanKerja/Kasus/Tugas ... 105

F. Rangkuman ... 110

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 110

Kegiatan Pembelajaran 7 Pengembangan Jaminan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia ... 112

A. Tujuan ... 112

B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 112

C. Uraian Materi ... 112

D. Aktivitas Pembelajaran ... 115

E. LatihanKerja/Kasus/Tugas ... 117

F. Rangkuman ... 121

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 121

Kegiatan Pembelajaran 8 Indonesia Negara Hukum ... 122

A. Tujuan ... 122


(9)

ix

D. Aktivitas Pembelajaran ... 129

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 132

F. Rangkuman ... 135

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut. ... 136

Kegiatan Pembelajaran 9 Pengembangan Kerukunan dan Harmonisasi dalam Keberagaman Masyarakat Indonesia ... 138

A. Tujuan ... 138

B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 138

C. Uraian Materi ... 138

D. Aktivitas Pembelajaran ... 141

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 143

F. Rangkuman ... 145

G. Umpan Balik dan Tindak lanjut ... 146

Kegiatan Pembelajaran 10 Pengembangan Penerapan Persatuan Dan Kesatuan Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika ... 148

A. Tujuan ... 148

B. Indikator Pencapaian Kopetensi ... 148

C. Uraian Materi ... 149

D. Aktifitas Pembelajaran ... 155

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 157

F. Rangkuman ... 160

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 161

Kegiatan Pembelajaran 11 Pengembangan Sikap dan Komitmen Menjaga, Memperkuat, dan Memperkokoh NKRI ... 163

A. Tujuan ... 163

B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 163

C. Uraian Materi ... 163

D. Aktivitas Pembelajaran ... 167

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 169

F. Rangkuman ... 174

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 174

Bagian II Kompetensi Pedagogik ... 175

Kegiatan Pembelajaran 12 Pengembangan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PPKn SMP ... 175

A. Tujuan ... 175

B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 175

C. Uraian Materi ... 176

D. Aktifitas Pembelajaran ... 179

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 182

F. Rangkuman ... 184


(10)

Kegiatan Pembelajaran 13 Pengembangan Model-Model Pembelajaran PPKn

SMP ... 187

A. Tujuan ... 187

B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 187

C. Uraian Materi ... 188

D. Aktivitas Pembelajaran ... 196

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 198

F. Rangkuman ... 200

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 201

Kegiatan Pembelajaran 14 Pengembangan Penilaian Hasil Belajar PPKn SMP ... 202

A. Tujuan ... 203

B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 203

C. Uraian Materi ... 203

D. Aktifitas Pembelajaran ... 228

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 230

F. Rangkuman ... 233

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 234

Kegiatan Pembelajaran 15 Pengembangan Sumber Belajar dan Media Pembelajaran PPKn SMP ... 235

A. Tujuan ... 236

B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 236

C. Uraian Materi ... 236

D. Aktivitas Pembelajaran ... 244

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 245

F. Rangkuman ... 246

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 246

Kegiatan Pembelajaran 16 Pengembangan Penyusunan RPP PPKn SMP 248 A. Tujuan ... 248

B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 248

C. Uraian Materi ... 248

D. Aktivitas Pembelajaran ... 257

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 259

F. Rangkuman ... 261

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 261

Rambu-rambu Jawaban Latihan/Kasus/Tugas ... 263

Evaluasi ... 269

Penutup ... 277

Daftar Pustaka ... 279


(11)

xi

Daftar Gambar

Hal

Gambar 1. Ruang Lingkup ... 6

Gambar 2. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka ... 7

Gambar 3. Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh ... 7

Gambar 4. Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In ... 9

Gambar 5. Aktivitas Pembelajaran Aktualisasi Pancasila Sebagai Ideologi Negara ... 57

Gambar 6. Aktifitas pembelajaran pengembangan sumber dan media belajar 244

Daftar Tabel

Hal Tabel 1. Peta Kompetensi ... 4

Tabel 2. Daftar Latihan Kerja Modul ... 11

Tabel 3. kisi-kisi ujian sekolah SMP/MTs – PPKn ... 14

Tabel 4. Aktivitas Pembelajaran Materi Paradigma PPKn ... 25

Tabel 5. Rincian identifikasi moral dan etika ... 27

Tabel 6. Aktivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat “Pengembangan Amandemen Pasal-Pasal Dalam UUDNRI Tahun 1945” ... 69

Tabel 7. Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat “Pengembangan sikap dan komitmen mempertahankan Pembukaan UUDNRI Tahun 1945 ... 83

Tabel 8. HAM dalam Pembukaan UUD Tahun 1945 ... 113

Tabel 9. HAM dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 ... 115

Tabel 10. Format Pertanyaan dan Jawaban ... 116

Tabel 11. Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat “Indonesia Negara Hukum ... 129

Tabel 12. Akitivitas pembelajaran diklat dalam kegiatan pembelajaran ... 141

Tabel 13. Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat “ Peserta diklat mampu mengembangkan semangat persatuan dan kesatuan untuk memperkuat dan memperkokoh NKRI” ... 167 Tabel 14. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih


(12)

rendah hingga yang lebih tinggi ... 177

Tabel 15. Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat “Pengembangan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMP” ... 179

Tabel 16. Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah ... 190

Tabel 17. Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat “ Pengembangan model-modelpembelajaran PPKn SMP” ... 196

Tabel 18. Contoh Jurnal Perkembangan Sikap ... 206

Tabel 19. Contoh Jurnal Perkembangan Sikap Spiritual oleh Walil Kelas dan Guru BK ... 207

Tabel 20. Contoh Jurnal Perkembangan Sikap Sosial oleh Wali Kelas & Guru BK ... 208

Tabel 21. Contoh Jurnal Sikap Spiritual dan Sosial oleh Wali Kelas & Guru BK ... 208

Tabel 22. Contoh Jurnal Sikap Spiritual dan Sosial oleh Pendidik ... 209

Tabel 23. Contoh Lembar Penilaian Diri Peserta didik ... 210

Tabel 24. Contoh Lembar Penilaian Diri Peserta didik ... 210

Tabel 25. Contoh Format Penilaian Antar Teman ... 211

Tabel 26. Contoh Lembar Penilaian Antar Teman ... 212

Tabel 27. Jenis, Subjenis, dan Contoh Dimensi Pengetahuan ... 218

Tabel 28. Aktivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat Pengembangan Penilaian hasil belajar mata pelajaran PPKn SMP ... 228

Tabel 29. Skenario pengembangan media Pembelajaran Sederhana ... 241

Tabel 30. Akitivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat “Penyusunan RPP” ... 257


(13)

1

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam siklus kehidupan manusia mulai dari lahir sampai akhir hayat. Secara konsep, pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia. Untuk mewujudkan hal tersebut tidak terlepas dari adanya peran keluarga, sekolah dan masyarakat yang biasa dikenal istilah Tri Pusat Pendidikan, yang meliputi: keluarga, sekolah dan masyarakat. Tiga pusat pendidikan tersebut memiliki sifat-sifat fungsi serta peran masing-masing yang mana sangat berpengaruh terhadap perilaku dan sikap anak. Diharapkan ketika masing masing peran berjalan dengan baik maka anak akan memiliki tutur kata, perilaku dan sikap yang baik yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama GNRM (religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas) ingin ditanamkan melalui sistem pendidikan nasional agar diketahui, dipahami dan diterapkan di seluruh sendi kehidupan. PPK lahir karena kesadaran akan tantangan ke depan yang semakin kompleks dan tidak pasti, namun sekaligus melihat ada banyak harapan bagi masa depan bangsa. Ini menuntut lembaga pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara keilmuan dan kepribadian, berupa individu-individu yang kokoh dalam nilai-nilai moral, spiritual dan keilmuan. Memahami latar belakang, urgensi, dan konsep dasar PPK menjadi sangat penting bagi Kepala Sekolah agar dapat menerapkannya sesuai dengan konteks pendidikan di daerah masing-masing.


(14)

penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. apa dan mengapa materi ini penting diberikan sebagai materi diklat guru yang akan ditingkatkan kualitasnya?. Untuk menjawab pertanyaan ini perlu diingat bahwa Pancasila adalah landasan ideologi bangsa Indonesia yang dijadikan acuan dalam berperilaku dan bersikap. Untuk itu materi yang berkenaan dengan pengetahuan dan pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila yakni permasalahan penerapan bertutur kata, berperilaku dan bersikap harus dikuasai oleh guru dan merupakan hal penting yang harus menjadi perhatian bangsa Indonesia. Pada abad 21 yang menuntut warga bangsa ini memiliki kompetensi dan profesional untuk dapat bersanding dan bertanding secara global, maka materi ini merupakan materi strategis yang harus dikuasai guru PPKn agar semakin berkualitas atau guru semakin profesional. Keprofesian guru harus dikembangkan secara berkelanjutan melalui strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan agar dapat meningkatkan kemampuan guru dan tenaga kependidikan, sehingga dapat memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan secara berkelanjutan. Kegiatan Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan (PKB) diselenggarankan untuk mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan.

PKB merupakan kewajiban bagi Guru dan tenaga kependidikan baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK , salah satunya adalah di PPPPTK PKn dan IPS. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat, diantaranya adalah modul “

Revitalisasi nilai PPKn SMP dan pengembangan pendekatan saintifik dalam pembelajaran dan penilaian serta pengembangan RPP PPKn SMP

Modul ini didesain sebagai bahan ajar yang dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru PPKn SMP kelompok kompetensi J Modul ini berisi


(15)

3

tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Dasar hukum dari penulisan modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan untuk guru PPKn SMP antara lain :

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; 3. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK.

6. Dan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 21, 22, 23, dan 24 tahun 2016

Kompetensi peserta diklat PKB Kelompok Komptensi J bagi guru mata pelajaran PPKn SMP yang diharapkan melalui modul Revitalisasi nilai PPKn SMP dan pengembangan pendekatan saintifik dalam pembelajaran dan penilaian RPP PPKn SMP meliputi (1) Paradigma PPKn (2) Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila (3) Aktualisasi Pancasila Sebagai Ideologi Negaradll.

B. Tujuan

Modul kelompok kompetensi J ini, merupakan kesatuan utuh dari materi-materi yang ada. Modul diklat ini sebagai panduan belajar bagi guru PPKn SMP dalam memahami materi PPKn Sekolah Menengah Pertama. Modul ini bertujuan dalam upaya peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional materi PPKn SMP sebagai tindak lanjut dari UKG tahun 2015.

Kita akan mengajak Anda, mengkaji terkait materi yang terdiri atas materi pedagogik dan profesional. Materi pedagogik berhubungan dengan materi yang mendukung proses pembelajaran seperti Pendekatan Pembelajaran dan


(16)

Model-model Pembelajaran, RPP, Penilaian, Sumber dan Media, serta PTK. Materi profesional terkait dengan materi PPKn, yaitu mencakup Paradigma PPKn, Pembudayaan nilai-nilai Pancasila, Aktualisasi Pancasila sebagai Ideologi Negara, Pengembangan amandemen pasal-pasal dalam UUDNRI Tahun 1945, Pengembangan sikap dan komitmen mempertahankan Pembukaan UUDNRI Tahun 1945, Pengembangan fungsi Lembaga-lembaga Negara dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pengembangan jaminan dan perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Indonesia negara hukum, Pengembangan kerukunan dan harmonisasi dalam keberagaman masyarakat Indonesia, Pengembangan penerapan persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, Pengembangan sikap dan komitmen menjaga, memperkuat dan memperkokoh NKRI, Pengembangan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMP, Pengembangan model-model pembelajaran PPKn SMP, Pengembangan penilaian hasil belajar PPKn SMP, Pengembangan sumber belajar dan media pembelajaran PPKn SMP.

C. Peta Kompetensi

Kompetensi yang ingin dicapai setelah peserta diklat mempelajari Modul ini adalah:

Tabel 1. Peta Kompetensi

Kegiatan

Pembelajaran

ke -

Kompetensi

1.

Merumuskan Paradigma PPKn

2.

Menyusun Pembudayaan nilai-nilai Pancasila

3.

Merumuskan Aktualisasi Pancasila sebagai ideologi

negara

4.

Menyusun Pengembangan amandemen pasal-pasal

dalam UUDNRI Tahun 1945


(17)

5

Kegiatan

Pembelajaran

ke -

Kompetensi

6.

Menyusun Pengembangan fungsi Lembaga-lembaga

Negara dalam UndangUndang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945

7.

Menyusun Pengembangan jaminan dan perlindungan

Hak Asasi Manusia di Indonesia

8.

Merumuskan Indonesia negara hukum

9.

Menyusun Pengembangan kerukunan dan harmonisasi

dalam keberagaman masyarakat Indonesia

10.

Menyusun Pengembangan penerapan persatuan dan

kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika

11.

Menyusun Pengembangan sikap dan komitmen

menjaga, memperkuat dan memperkokoh NKRI

12.

Menyusun Pengembangan pendekatan saintifik dalam

pembelajaran PPKn SMP

13.

Menyusun Pengembangan model-model pembelajaran

PPKn SMP

14.

Menyusun Pengembangan penilaian hasil belajar PPKn

SMP

15.

Menyusun Pengembangan sumber belajar dan media

pembelajaran PPKn SMP

16.

Menyusun Pengembangan RPP PPKn SMP


(18)

Gambar 1. Ruang Lingkup

E. Saran Penggunaan Modul

Modul ini dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda

M

a

te

ri

PPKn

SM

P

Profesional

Paradigma PPKn

Pembudayaan nilai-nilai Pancasila

Aktualisasi Pancasila sebagai Ideologi Negara

Pengembangan amandemen pasal-pasal dalam UUDNRI Tahun 1945

Pengembangan sikap dan komitmen mempertahankan Pembukaan UUDNRI Tahun 1945

Pengembangan fungsi Lembaga-lembaga Negara dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pengembangan jaminan dan perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia

Indonesia negara hukum

Pengembangan kerukunan dan harmonisasi dalam keberagaman masyarakat Indonesia

Pengembangan penerapan persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika

Pengembangan sikap dan komitmen menjaga, memperkuat dan memperkokoh NKRI

Pedagogik

Pengembangan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PPKn SMP

Pengembangan model-model pembelajaran PPKn SMP

Pengembangan penilaian hasil belajar PPKn SMP

Pengembangan sumber belajar dan media pembelajaran PPKn SMP


(19)

7

Gambar 2. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka

1. Deskripsi Kegiatan Tatap muka:

Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanan secara terstruktur pada suatu waktu yang di pandu oleh fasilitator.Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang dapat dilihat pada alur dibawah.


(20)

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari :

• Latar belakang yang memuat gambaran materi • Tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi

• Kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul. • Ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran

• langkah-langkah penggunaan modul b. Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi J,fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

c. Melakukan aktivitas pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan yang akan secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan bersama fasilitator dan peserta lainnya, baik itu dengan menggunakan diskusi tentang materi, malaksanakan praktik, dan latihan kasus.

Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh adalah bagaimana menerapkan pemahaman materi-materi yang berada pada kajian materi. Pada aktivitas pembelajaran materi ini juga peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data sampai pada peserta dapat membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran.


(21)

9

bagian ini juga peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran

e. Persiapan Tes Akhir

Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir. 2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In

Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalan kegiatan fasilitasi peningkatan kompetensi guru yang menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu

In Service Learning 1 (In-1), on the job learning (On), dan In Service Learning

2 (In-2). Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka In-On-In tergambar pada alur berikut ini.

Gambar 4. Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In

Sedangkan Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan sebagai berikut,

a. Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat pelaksanaan

In service learning 1 fasilitator member kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari :

 Latar belakang yang memuat gambaran materi  Tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi


(22)

 Kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.  Ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran

 langkah-langkah penggunaan modul b. In Service Learning 1 (IN-1)

Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensiJ, fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indicator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

Melakukan aktivitas pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode yang secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan, baik itu dengan menggunakan metode berfikir reflektif, diskusi, brainstorming, simulasi, maupun studi kasus yang kesemuanya dapat melalui Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada IN1.

Pada aktivitas pembelajaran materi ini peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mempersiapkan rencana pembelajaran pada on the job learning.

c. On the Job Learning (ON) Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi J,guru sebagai peserta akan mempelajari materi yang telah diuraikan pada in service learning 1 (IN1). Guru sebagai peserta dapat membuka dan mempelajari kembali materi sebagai bahan dalam mengerjakan tugas-tugas yang ditagihkan kepada peserta.

Melakukan aktivitas pembelajaran


(23)

11

modul. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode praktik, eksperimen, sosialisasi, implementasi, peer discussion yang secara langsung dilakukan di sekolah maupun kelompok kerja melalui tagihan berupa Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada ON.

• Mengerjakan Latihan kerja/Tugas/Kasus

Pada aktivitas pembelajaran materi pada ON, peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan melakukan pekerjaan dan menyelesaikan tagihan pada on the job learning. d. In Service Learning 2 (IN-2)

Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan ON dan yang akan di konfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama. Pada bagian ini juga peserta dan penyaji mereview materi yang dianggap sulit bagi peserta untuk dibahas bersama fasiliotator berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran

f. Persiapan Tes Akhir

Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir. 3. Latihan Kerja

Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan kelompok komptetansi J terdiri dari beberapa kegiatan pembelajaran yangdidalamnya terdapat aktivitas-aktivitas pembela-jaran sebagai pendalaman dan penguatan pemahaman materi yang dipelajari.

Modul ini mempersiapkan lembar kerja yang nantinya akan dikerjakan oleh peserta, lembar kerja tersebut dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Daftar Latihan Kerja Modul

No Kode

LK Nama LK Keterangan

1. LK.1.1 Mengidentifikasikan wujud perbuatan moral dan etika pada saat sendirian, kejujuran melaksana-kan profesi, dan penciptaan suasana sekolah

TM, IN1

2. LK.1.2 Menjelaskan soal-soal paradigma PPKn TM, ON 3. LK.2.1 Mengerjakan latihan pembudayaan nilai-nilai TM, IN1


(24)

No Kode

LK Nama LK Keterangan

Pancasila

4. LK.2.2 Membuat bestpractice pembudayan nilai-nilai Pancasila

TM, ON 5. LK.2.3 Mengembangkan kisi-kisi USBN ON 6. LK.3.1 Mendiskusikan penguatan nilai-nilai luhur

Pancasila

TM, IN1 7. LK.3.2 mengobservasi berita terkait dengan

pelaksana-an / aktualisasi nilai Ppelaksana-ancasila di media massa

TM, ON 8. LK.3.3 Pengembangan Soal USBN PPKn SMP ON 9. LK.4.1. Menganalisis pengembangan amandemen dalam

UUDNRI tahun 1945

TM, IN1 10. LK.4.2. Buatlah rencana aksi untuk membiasakan

pelaksanaan kewajiban sebagai warga negara di lingkungan sekolah

TM, ON

11. LK. 4.3 Pengembangan Soal USBN PPKn SMP ON 12. LK. 5.1 Mengidentifikasikan kasus-kasus yang

bertentangan dengan isi pembukaan UUDNRI tahun 1945

TM, IN1

13. LK. 5.2 Pengembangan Soal USBN PPKn SMP ON 14. LK. 6.1 Menyusun sebuah proposal penelitian tentang

“Desain Pengembangan Fungsi Lembaga-lembaga Negara dalam UUD Negara RI Tahun 1945

TM, IN1, ON

15. LK. 6.2 Pengembangan Soal USBN PPKn SMP ON 16. LK. 7.1 Menyusun pengembangan jaminan dan

perlindungan hak asasi manusia di Indonesia TM, ON 17. LK. 7.2 Pengembangan Soal USBN PPKn SMP ON 18. LK. 8.1 Membahas dan menganalisis Konsepsi hukum,

negara hukum, unsur negara hukum.

TM, IN1 19. LK. 8.2 Membuat makalah Konsepsi hukum, negara

hukum, unsur negara hukum.

ON, 20. LK. 8.3 Pengembangan Soal USBN PPKn SMP ON 21. LK. 9.1 Mencari informasi dan berdiskusi permasalahan

mengembangkan kerukunan hidup dalam keberagaman masyarakat Indonesia..

TM, IN1

22. LK. 9.2 Buatlah Kliping dengan tema upaya dan permasalahan mengembangkan kerukunan hidup dalam keberagaman masyarakat Indonesia


(25)

13

No Kode

LK Nama LK Keterangan

sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.

25. LK. 10.2 Membuat Rencana aksi dalam bentuk simulasi pembelajaran mengembangkan penerapan persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika di lingkungan sekolah

ON,

26. LK. 10.3 Pengembangan Soal USBN PPKn SMP ON 27. LK. 11.1 Membaca berdiskusi berita tentang teror ISIS,

kemudian tentukan sikap saudara sebagai warga negara sikap dan sikap apa yang perlu dikembangkan untuk mengantisipasinya

TM, IN1

28. LK. 11.2 Mengembangkan sikap ddan perilaku warga negara menjaga pulau terluar dan perbatasan

ON, 29. LK. 11.3 Pengembangan Soal USBN PPKn SMP ON

30. LK. 12.1 Membuat pengembangan pendekatan saintific TM, IN1, ON 31. LK. 13.1 Membuat implementasi pembelajaran sesuai

dengan langkah – langkah pengembangan model PJBL, PBL dan DL dalam pembelajaran PPKn SMP

TM, IN1

32. LK. 13.2 Membuat implementasi Pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah salah satu pengembangan alternatif model-model pembelajaran PPKn SMP, seperti Jigsaw, STAD, Think Paire and Share, NHT, dan sebagainya.

ON,

33. LK. 14.1 Membuat rencana pengembangan penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk mata pelajaran PPKn SMP

TM, IN1

34. LK. 14.2 Membuat kisi-kisi penilaian untuk aspek sikap spiritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan.

ON 35. LK. 15.1 Membuat skenario pengembangan media

pembelajaran PPKn TM, IN1

36. LK 16.1 Membuat RPP satu kali tatap muka. TM, IN1 37. LK 16.2 Membuat secara lengkap untuk 4 pertemuan

(melanjutkan LK 16.1)

ON, Keterangan.

TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh IN1 : Digunakan pada In service learning 1 ON : Digunakan pada on the job learning


(26)

4. Kisi – kisi USBN PPKn Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013

Tabel 3. kisi-kisi ujian sekolah SMP/MTs – PPKn

KISI – KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERAMA/MADRASAH TSANAWIYAH

KURIKULUM 2006 TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017 Mata Pelajaran : PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

LEVEL KOGNITIF LINGKUP MATERI

ATURAN DAN IDEOLOGI HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA KEDAULATAN RAKYAT GLOBALISASI DDAN PRESTASI DIRI Pengetahuan dan Pemahaman

• Mengidentifikasi

• Menunjukkan

• Menjelaskan

• Mendeskripsikan

Siswa dapat memahami dan menguasai:

• Norma

• Konstitusi dan Proklamasi

• Bahaya Korupsi

• Pancasila

Siswa dapat memahami dan

menguasai:

• Hak Asasi Manusia

• Usaha Bela Negara

Siswa dapat mema-hami dan menguasai:

• Demokrasi dan Kedaulatan

• Kemerdekaan mengemukakan pendapat

• Otonomi daerah

Siswa dapat memahami dan

menguasai:

• Globalisasi

• Prestasi diri

Aplikasi

• Memberi contoh

• Menentukan

• Menerapkan

• Menginterpretasi

• Mengurutkan

Siswa dapat menerapkan pengetahuan dan pemahaman tentang :

• Norma

• Konstitusi dan Proklamasi

• Bahaya Korupsi

• Pancasila

Siswa dapat menerapkan pengetahuan dan pemahaman tentang :

• Hak Asasi Manusia

• Usaha Bela Negara Siswa dapat mene-rapkan pengetahuan dan pemahaman tentang :

• Demokrasi dan Kedaulatan

• Kemerdekaan mengemukakan pendapat

• Otonomi daerah

Siswa dapat menerapkan pengetahuan dan pemahaman tentang:

• Globalisasi

• Prestasi diri

Penalaran

• Menganalisis

• Mengevaluasi

• Mengaitkan

• Menyimpulkan

Siswa dapat menganalisis :

• Norma

• Konstitusi dan Proklamasi

• Bahaya Korupsi

• Pancasila

Siswa dapat menganalisis :

• Hak Asasi Manusia

• Usaha Bela Negara

Siswa dapat menganalisis:

• Demokrasi dan Kedaulatan

• Kemerdekaan mengemukakan pendapat

• Otonomi daerah

Siswa dapat menganalisis

• Globalisasi


(27)

15

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH

KURIKULUM 2013 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

MATA PELAJARAN: PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

LEVEL KOGNITIF CAKUPAN MATERI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA NORMA DAN KONSTITUSI KOMITMEN TERHADAP KEUTUHAN NKRI Pengetahuan dan Pemahaman • Mengidentifikasi • Menunjukkan • Menjelaskan • Mendeskripsikan

Siswa dapat memahami dan menguasai :

• Proses perumusan

Pancasila

• Nilai-nilai dan moral

dalam Pancasila

Siswa dapat memahami dan menguasai :

• Proses perumusan UUD

NRI Tahun 1945

• Penerapan Norma

• Lembaga negara

berdasarkan UUD NRI 1945

• Hak Asasi Manusia

Siswa dapat memahami dan menguasai :

• Aspek-aspek

pengokohan NKRI

• Keberagaman dalam

masyarakat

• Semangat persatuan

dan kesatuan Aplikasi • Membericontoh • Menentukan • Menerapkan • Menginterpretasi • Mengurutkan

Siswa dapat menerapkan pengetahuan dan pemahaman tentang :

• Proses perumusan

Pancasila

• Nilai-nilai dan moral

dalam Pancasila

Siswa dapat menerapkan pengetahuan dan pemahaman tentang :

• Proses perumusan UUD

NRI Tahun 1945

• Penerapan Norma

• Lembaga negara

berdasarkan UUD NRI 1945

• Hak Asasi Manusia

Siswa dapat menerapkan pengetahuan dan pemahaman tentang :

• Aspek-aspek

pengokohan NKRI

• Keberagaman dalam

masyarakat

• Semangat persatuan

dan kesatuan Penalaran • Menganalisis • Mengevaluasi • Mengaitkan • Menyimpulkan

Siswa dapat menganalisis :

• Proses perumusan

Pancasila

• Nilai-nilai dan moral

dalam Pancasila

Siswa dapat menganalisis :

• Proses perumusan UUD

NRI Tahun 1945

• Penerapan Norma

• Lembaga negara

berdasarkan UUD NRI 1945

• Hak Asasi Manusia

Siswa dapat menganalisis :

• Aspek-aspek

pengokohan NKRI

• Keberagaman dalam

masyarakat

• Semangat persatuan


(28)

(29)

17

BAGIAN I KOMPETENSI PROFESIONAL


(30)

(31)

17

Kegiatan Pembelajaran 1

Paradigma PPKn

A. Tujuan

1. Dengan membaca dan berdiksusi materi modul peserta diklat dapat merumuskan paradigma PPKn dari aspek etika secara benar

2. Dengan membaca dan berdiksusimateri modul peserta diklat dapat merumuskan paradigma PPKn dari aspek moral secara benar

3. Dengan membaca dan berdiksusimateri modul peserta diklat dapat merumuskan paradigma PPKn aspek civics secara benar.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Merumuskan aspek etika dalam PPKn 2. Merumuskan aspek moral dalam PPKn 3. Merumuskan aspek civics dalam PPKn

4. Menunjukkan integritas dan kemandirian dalam merumuskan paradigma PPKn

C. Uraian Materi

Pola penataan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang dimasa depan menekankan pembahasannya kedalam tiga aspek yaitu Etika, Moral dan Civics dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Paradigma PPKn dari Aspek Etika

Istilah Etika berasal dari: bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu: ethos, sedangkan bentuk jamaknya yaitu “ta etha”. Ethos mempunyai banyak arti yaitu: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Dan dalam bentuk jamak dimaknai adat istiadat atau kebiasaan. Dari bentuk jamak inilah yang melatarbelakangi terbentuknya istilah “etika” dan diberikan arti sebagai ilmu tentang adat istiadat


(32)

atau kebiasaan atau tenrang apa yang bisa dilakukan manusia baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan kelompok.

Fran Magnis Suseno (1996) menyatakan bahwa etika dalam arti yang sebenarnya berarti filsafat mengenai bidang moral. Jadi etika merupakan ilmu atau reflektif sistematik mengenai pendapat-pendapat, norma-norma dan istilah-istilah moral. Sedangkan Badudu-Zain (1994) menyatakan bahwa memiliki dua pengertian, yaitu (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik sesuai dengan ukuran moral atau akhlak yang dianut olah masyarakat luas, dan (2) ukuran nilai mengenai yang salah dan yang benar sesuai dengan anggapan umum.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988)menjelaskan bahwa etika dimaknai ke dalam tiga pengertian yaitu

a. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);

b. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;

c. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Bertens (2000) menjelaskan bahwa kata etika bisa dipakai dalam arti nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisa berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial. Kata etika bisa dipakai dalam artikumpulan asas atau nilai moral.Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik, Kode Etik Guru. Kata etika juga bisa dipakai dalam artiilmu tentang yang baik atau buruk. Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral. Etika sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas moral selalu dihadapkan pada


(33)

19

sifat kompleksitasnya khususnya sebagai makhluk intelektual. Sebagai makhlk intelektual manusia memiliki kemampuan berpikir dalam menghadapi setiap tantangan dari lingkungan sekitar di mana manusia berada. Setiap tantangan memerlukan keputusan untuk mencari solusinya. Namun demikian sebelum menetapkan keputusan, manusia harus selalu berpikir tentang tempat dan posisi di mana ia sedang berada di saat keputusan akan di ambil.

Etika sebagai ilmu memberikan tuntutan bagaimana lewat pikir rasionalnya, manusia mengkaji berbagai perilaku moraldan Bertens (2000) menjelaskan bahwa ada beberapa pendekatan untuk mempelajari tingkah laku moral yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Etika deskriptif menggambarkan perilaku moral dalam arti umum misalnya adat istiadat, pandangan-pandangan tentang baik buruk, tindakan-tindakan yang boleh dilakukan dan yang dilarang atau tidak boleh dilakukan. Karena hanya bersifat menggambarkan maka etika deskriptif tidak melakukan penilaian melainkan hanya melukiskan moralitas yang terdapat pada manusia-manusia tertentu, pada kebudayaan-kebudayaan tertentu dan seterusnya.

Etika normatif memposisikan diri untuk mengambil sikap yang mendasarkan pendiriannya atas norma tertentu. Dalam etika normatif bersifat memerintahkan dan menentukan baik buruknya, benar salahnya tingkah laku atau anggapan moral. Berkaitan dengan itu maka etika normatif mengetangahkan berbagai argumentasi mengenai alasan-alasan tingkah laku itu dikatakan baik atau tidak baik, benar atau salah. Dalam memberikan argumentasi ini etika normatif selalu bertumpu pada prinsip-prinsip etis atau norma-norma yang kebenarannyaatau kebaikannya tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Metaetika, dalam bahasa Yunani “meta” yang diartikan melebihi atau melampaui. Dalam hubungannya dengan etika menjadi metaetika dimaksudkan pengkajian yang tidak sekedar pada perilaku moral secara langsung, tetapi lebih dari itu, yaitu ucapan-ucapan yang berkenaan dengan perilaku moral atau bahasa etis. Jadi, metaetika mempelajari dan mengkaji secara khusus tentang ucapan-ucapan etis. Etika diberikan untuk peserta didik di SD/MI karena lebih banyak pada perilaku-perilaku yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik pada jenjang tersebut. Karakteristik perkembangan kognitif pada peserta didik Sekolah Dasar menurut


(34)

teori Piaget, jika dihubungkan dengan kemampuan yang dapat didemonstrasikan berdasarkan taksonomi Bloom (revisi), maka aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis sudah dapat diterapkan.

2. Paradigma PPKn dari Aspek Moral (Integritas, komitmen moral)

Istilah moral berasal dari bahasa Latin, mores, yaitu adat kebiasaan. Istilah ini erat dengan proses pembentukan kata, ialah: mos, moris, manner, manners, morals. Dalam bahasa Indonesia kata moral hampir sama dengan akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau hati nurani yang dapat menjadi pembimbing tingkah laku lahir dan batin manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Oleh karena itu, moral erat kaitannya dengan ajaran tentang sesuatu yang baik dan buruk yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.

Tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang dianut dan ditampilkan secara sukarela diharapkan dapat diperoleh melalui proses pendidikan. Hal ini dilakukan sebagai transisi dari pengaruh lingkungan masyarakat hingga menjadi otoritas di dalam dirinya dan dilakukan berdasarkan dorongan dari dalam dirinya. Tindakan yang baik yang dilandasi oleh dorongan dari dalam diri inilah yang diharapkan sebagai hasil pendidikan nilai dalam pendidikan kewarganegaraan. Istilah moral mengandung makna integritas pribadi manusia, yaitu harkat dan martabat seseorang. Derajat keribadian seseorang amat ditentukan oleh moralnya. Moral pribadi seperti predikat atau atribut kemanusiaan seseorang. Moral adalah inti dan nilai kepribadian. Bahkan moral bermakna integritas dan identitas manusia. Secara praktis sehari-hari, istilah moral adalah kepribadian seseorang, citra pribadi manusia.

Moral sebagai kata benda mengandung makna prinsip-prinsip benar salah mengenai tingkah laku dan karakter, dan pendidikan tentang ukuran tingkah laku yang baik. Morale berarti sikap mental seperti keberanian mengemukakan pendapat, kepatudan terhadap atasan, disiplin tinggi. Moralis berarti pribadi yang mencerminkan tingkahlaku dan kepribadian yang selalu baik (ideal). Moral sebagai


(35)

21

kepribadian manusia, tingkahlaku yang baik dan benar, sikap semangat, mental atau batin yang memancar dalam kepribadian (Dardji Darmodihardjo:1986). Moral merupakan ukuran nilai dan norma dalam kehidupan pribadi dan sosial manusia. Moral juga merupakan perwujudan kesetiaan dan kepatuhan manusia dalam mengemban nilai dan norma. Oleh sebab itu tujuan dan fungsi moral adalah pengamalan nilai dan norma, sekaligus perwujudan harkat-martabat kepribadian manusia.

Moral menjamin keharmonisan antarhubungan sosial pribadi, karena moral memberikan landasan kepercayaan kepada sesama; percaya atas etiket baik dan kebaikan setiap orang karena moralitasnya yang luhur. Moral memberikan wawasan masa depan baik konsekuensi dan sanksi sosial dalam kehidupan di dunia yang selalu dipertimbangkan sebelum bertindak; juga konsekuensi tanggung jawab terhadap Tuhan dalam kehidupan di akherat. Moral memberikan landasan kesabaran, untuk bertahan terhadap segala dorongan naluri dan keinginan (nafsu); memberi daya tahan dalam menunda atau menolak dorongan-dorongan yang rendah dan yang mengancam martabat pribadi manusia. Fungsi moral lebih memberilan motivasi kebaikan dan kebajikan dalam tiap sikap dan tindakan manusia; manusia berbuat kebaikan dan kebajikan didasarkan atas kesadaran kewajiban yang dilandasi moral (Ketuhanan, keagamaan dan atau moral nasional/filsafat negara).

Orang yang berusaha hidup baik secara tekun dapat mencapai keunggulan moral yang biasa disebut keutamaan moral. Keutamaan moral adalah kemampuan yang dicapai seseorang untuk bersikap batin maupun berbuat secara benar. Misalnya: kerendahan hati, kepercayaan kepada orang lain, keterbukaan, kebijaksanaan, ketekunan kerja, kejujuran, keadilan, keberanian, penuh harap, penuh kasih dan sebagainya (Al Purwa Hadiwardoyo:1990).

Moral lebih diberikan pada peserta didik pada tingkatan SMP/MTs karena peserta didik pada periode ini ditandai dengan kemampuan untuk mengoperasionalkan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat oleh objek-objek yang bersifat kongkret. Perilaku kognitif yang tampak pada peserta didik antara lain:


(36)

b. Kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada.

c. Kemampuan mengembangkan suatu proporsi atas dasar proporsi-proporsi yang diketahui

d. Kemampuan menarik generalisasi dan inferensi dari berbagai katagori objek yang beragam.

3. Paradigma PPKn dari Aspek Civics (Karakter Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong dan Integritas)

Menurut asal-usul katanya, civics berasal dari kata Latin civis (jenis kata – genus

communis generalis: masculinum atau femininum), yang berarti: warga, warganegara, sesama warganegara, sesama penduduk, orang setanah air, saudara, bawahan, kawula. Sejajar dengan kata itu ada kata lain, yaitu cives

(jamak), yang berarti rakyat. Dari kata civis terjelma pula kata civicus (genus: adiectum), yang berarti: dari (tentang) warganegara, penduduk, rakyat. Dari kata itu dikenal pula kata civilis atau civile yang berarti sama. Selanjutnya, kata civis

diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi civic (adj), dengan arti: mengenai warganegara atau kewarganegaraan. Dari kata itu diturunkan istilah civics (noun plural yang diterangkan atau dibentuk sebagai noun single). Di lingkungan ilmu Civics,istilah ini timbul sebagai hasil analogi dari istilah politics.

Karena subyek sekaligus obyeknya adalah warga negara, maka sebagian tugas Civics serupa dengan Sosiologi, yakni menempatkan manusia di tengah peristiwa kemasyarakatan, tetapi dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Manusia merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan negara; b. Di dalam sejarah perkembangan kemasyarakatan, manusia adalah pendukung

utama kebudayaan.

Manusia sebagai unsur terpenting di antara unsur-unsur lainnya tidak saja tampak dalam sejarah, melainkan juga dalam tata kehidupan masa kini. Tanda-tanda khusus yang membedakan manusia dari unsur lainnya ialah:


(37)

23

kewarganegaraan tertentu (mereka yang karena suatu hal berstatus tanpa kewarganegaraan – stateless – tak termasuk dalam pembicaraan ini);

b. Manusia sebagai warganegara melaksanakan kedaulatan negara. Dalam hal ini, negara memegang monopoli kekuasaan terhadap bentuk-bentuk kemasyarakatan. Warga negara melaksanakan syarat-syarat penghidupan umum yang bersifat lahiriah dan menentukan serta mempertahankan garis-garis besar kewajiban-kewajiban kemasyaraka-tan. Sebagai ilmu, Civics membutuhkan bantuan ilmu-ilmu lain untuk dapat melaksanakan tugasnya. Selain itu, terdapat sejumlah ilmu lain yang bersama-sama ‘melahirkan’ Civics: Sebagai ilmu kemasyarakatan, mempelajari masalah hak dan kewajiban warganegara yang nyata ada dalam masyarakat, Civics bersifat praktis. Hak dan kewajiban itu meliputi sifat hakikatnya, dasar landasannya, proses berlangsungnya, luas lingkupnya serta hasil-hasil dan akibatnya. Hak dan kewajiban – sebagai konsep fundamental Civics – itu bukanlah hak dan kewajiban segolongan warga negara saja dan dipaksakan untuk tidak dimiliki pula oleh warganegara lainnya. Dengan kata lain, hak dan kewajiban itu melekat pada seluruh warga negara suatu negara tertentu.Semakin jelaslah bahwa dalam ruang lingkup dan kewajiban warga negara yang luas itu, obyek Civics adalah usaha-usaha memperoleh kesadaran dan mempertahankan hak dan kewajiban, penggunaan hak dan kewajiban atau usaha-usaha yang akan menghambat penggunaan hak dan kewajiban itu.

Selain itu,karena peserta didik berada dalam lingkungan kehidupan nyata dan berhadapan langsung dengan masalah praktis kewarganegaraan, maka berbagai isu dan masalah kewarganegaran yang aktual perlu mendapat porsi yang memadai. Dengan demikian proses pembelajaran akan semakin efektif apabila mampu memberikan pengalaman untuk memecahkan masalah-masalah kewarganegaraan baik pada tataran lokal, nasional, maupun global. Implikasinya materi pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan perlu diorganisasikan sebagai kajian masalah kenegaraan dan kemasyarakatan yang aktual.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menekankan pembahasannya kedalam tiga aspek penekanan yaitu Etika, Moral dan Civics. Berkaitan dengan


(38)

hal tersebut maka pola penataannya dapat dlakukan bahwa untuk Satuan Pendidikan SD/MI lebih menekankan pada aspek etika; Satuan Pendidikan SMP/MTs menekankan pada aspek moral, dan Satuan Pendidikan SMA/MA menekankan pada aspek civics.

Penekanan aspek moral dalam pengembangan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada jenjang SMP/MTs dilandasi oleh pemikiran bahwa dimensi moral dalam pembentukan karakter kewarganegaraan sangat penting untuk usia peserta didik SMP/MTs. Menurut Piaget, anak usia 11-15 tahun berada pada tahap operasional formal (formal operational stage). Pada tahap ini, individu telah mampu melampaui dunia nyata dan pengalaman-pengalaman yang bersifat konkrit. Para remaja telah mampu berpikir secara abstrak dan lebih logis.

Strategi dasar penataan kurikukum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan perlu menekankan pengorganisasian substansi dan pengalaman belajar-pembentukan karakter yang secara proporsional dan kontekstual mengorkestrasikan/ secara harmoni mengintegrasikan tiga pendekatan pengembangan nilai, moral dan karakter, yaitu: pendekatan nilai dan sikap moral

(civic disposition-moral feeling)); pendekatan keterampilan kewarganegaraan

(civic skills-moral behavior); dan pendekatan pengetahuan kewarganegaraan

(civic knowledge-moral reasoning), dengan pola orientasi kontekstual sebagai berikut.

 Untuk jenjang pendidikan dasar, bentuk pendidikan SD/MI lebih menekankan pendekatan nilai dan sikap moral (civic disposition-moral feeling) dan pendekatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills-moral behavior )dengan pola orientasi konteks operasi psikologis konkrit sampai awal operasi formal/abstrak ( Perkembangan Kognitif anak usia 6-12 tahun)

 Untuk jenjang pendidikan dasar, bentuk pendidikan SMP/MTS menekankan pada pendekatan nilai dan sikap moral (civic disposition-moral feeling) dan

pendekatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills-moral behavior) dengan pola orientasi konteks operasi psikologis konkrit menuju konteks operasi psikologis awal formal/abstrak yang mulai diperkuat dengan


(39)

25

D. Aktivitas Pembelajaran

Dalam aktivitas pembelajaran kegiatan pembelajaran 1 ini, peserta yang mengikuti moda tatap muka penuh melakukan aktivitas pembelajaran pada point 1. Sedangkan bagi peserta yang mengikuti model In-On-In melakukan aktivitas pembelajaran pada point 2.

1. Aktivitas Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi “Paradigma PPKn”, maka Anda perlu mengikuti aktivitas pembelajaran sebagai berikut.

Tabel 4. Aktivitas Pembelajaran Materi Paradigma PPKn

Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

Alokasi

waktu

Pendahuluan

(menghargai)

1. Memberikan motivasi peserta diklat untuk

mengikuti proses pembelajaran dan

kebermaknaan mempelajari materi modul

“Paradigma PPKn”.

2. Menginformasikan judul modul, lingkup

kegiatan pembelajaran dan tujuan yang

hendak dicapai pada modul ini.

3. Menyampaikan skenario kerja diklat dan

gambaran tugas serta tagihan hasil kerja

sebagai indikator capaian kompetensi

peserta dalam penguasaan materi modul

baik yang dikerjakan secara individual

atau kelompok

menit

Kegiatan Inti

(kerjasama,

tanggung

jawab,

musyawarah

mufakat)

1. Mempersilahkan peserta diklat (secara

individual) membaca cerdas terhadap

materi modul

2. Membagi peserta diklat ke dalam

beberapa kelompok (sesuai dengan

keperluan); (kerjasama)

3. Mempersilahkan kelompok untuk

berdiskusi materi latihan/kasus/tugas/LK1

sebagaimana yang telah dipersiapkan di

dalam modul. (tanggungjawab terhadap

tugas)

4. Presentasi kelompok, pertanyaan, saran

dan komentar. (menghargai pendapat

kelompok lain)


(40)

Kegiatan

Deskripsi Kegiatan

Alokasi

waktu

Kegiatan

Penutup

(komitmen atas

keputusan

bersama)

1. Menyimpulkan hasil pembelajaran

(komitmen atas keputusan bersama)

2. Melakukan refleksi terhadap kegiatan

yang sudah dilaksanakan.

3. Memberikan umpan balik terhadap proses

dan hasil pembelajaran

4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut

menit

Alokasi waktu dapat dimusyawarahkan dengan peserta diklat. 2. Moda Tatap Muka In-On-In

a. Aktivitas In -1

Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi “Paradigma PPKn”, maka Anda perlu mengikuti aktivitas pembelajaran sebagai berikut.  Memberikan motivasi peserta diklat untuk mengikuti proses

pembelajaran dan kebermaknaan mempelajari materi modul “Paradigma PPKn”.

 Menginformasikan judul modul, lingkup kegiatan pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai pada modul ini.

 Menyampaikan skenario kerja diklat dan gambaran tugas serta tagihan hasil kerja sebagai indikator capaian kompetensi peserta dalam penguasaan materi modul yang dikerjakan secara individual

 Mempersilahkan peserta diklat (secara individual) membaca cerdas dan kerja keras memahami terhadap materi modul. (nilai tanggung jawab, belajar sepanjang hayat)

b. Kegiatan on

Peserta diklat mengerjakan latihan/tugas (LK/ Katihan Kerja) secara individu sebagaimana yang telah dipersiapkan di dalam modul. Dengan harapan peserta diklat dengan berani mengemukakan pendapat, bekerja keras dalam mengerjakan LK yang ada.(nilai kemandirian, tanggung jawab, etos kerja, keberanian)


(41)

27

 Peserta diklat mempresentasikan hasil LK yang dikerjakan dan

pertanyaan, saran dan komentar. (nilai keberanian, tanggung jawab, prestasi diri, disiplin mengerjakan LK)

 Peserta berani memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya dan menghargai pendapat peserta lain. (nilai keberanian, menghargai pendapat, percaya diri)

 Fasilitator bersama peserta diklat menyimpulkan hasil pembelajaran. (nilai kerjasama, tanggung jawab)

 Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.  Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.  Merencanakan kegiatan tindak lanjut. (nilai tanggung jawab, disiplin)

E. Latihan/Kasus/Tugas

1. Latihan Kerja

Aktivitas 1.1: Mengidentifikasi wujud perbuatan moral dan etika dalam kehidupan. LK.1.1: Identifikasikan wujud perbuatan moral dan etika pada saat sendirian, kejujuran melaksanakan profesi, dan penciptaan suasana sekolah

Prosedur Kerja :

1. Bacalah dengan cermat uraian materi paradigma PPKn

2. Buatlah rincian identifikasi wujudan perbbuatan moral dan etika seperti yang ada pada LK pada tabel 3

3. Presentasikan hasil diskusi kelompok.

Tabel 5. Rincian identifikasi moral dan etika

NO.

Wujud perbuatan

moral dan etika

Identifikasi moral dan etika


(42)

NO.

Wujud perbuatan

moral dan etika

Identifikasi moral dan etika

2.

Kejujuran melaksanakan

profesi

3.

Penciptaan suasana

sekolah

Aktifitas 1.2: Menjawab konsep Paradigma PPKn LK 1.2:

Jawablah soal – soal tentang paradigma PPKn sebagai berikut : 1. Jelaskan pengertian etika!

2. Jelaskan etika sebagai ilmu! 3. Jelaskan pengertian moral! 4. Jelaskan makna moral!

5. Mengapa etika lebih ditekankan untuk diberikan di SD/MI, moral di SMP/MTs, dan civics di SMA/MA? Jelaskan!

Prosedur Kerja :

1. Bacalah dengan cermat uraian materi paradigma PPKn 2. Kerjakan soal – soal sesuai LK 1.2 di lembaran

3. Presentasikan hasil diskusi kelompok. 2. Tes Formatif

Pilihlah jawaban a, b, c, atau d dengan memberi tanda silang (X)

1. Etika dalam arti yang sebenarnya berarti filsafat mengenai bidang moral. Merupakan pendapat dari ...


(43)

29

d. Pieget

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menekankan pembahasannya kedalam tiga aspek penekanan yaitu Etika, Moral dan Civics. Sedangkan untuk pendidikan setingkat SMP, lebih menekankan pada aspek ....

a. Etika b. Moral c. Civics d. Metaetika

3. Pengkajian yang tidak sekedar pada perilaku moral secara langsung, tetapi lebih dari itu, yaitu ucapan-ucapan yang berkenaan dengan perilaku moral atau bahasa etis. Merupakan kajian ...

a. Etika b. Moral c. Civics d. Metaetika

4. Perhatikan pernyataan berikut !

1. Ukuran nilai dan norma dalam kehidupan pribadi dan sosial manusia. 2. perwujudan kesetiaan dan kepatuhan manusia dalam mengemban nilai

dan norma.

3. menjamin keharmonisan antarhubungan sosial pribadi, Merupakan pernyataan terhadap ...

a. Etika b. Moral c. Civics d. Metaetika

5. Mempelajari masalah hak dan kewajiban warganegara yang nyata ada dalam masyarakat dan bersifat praktis, ....

a. Etika b. Moral c. Civics


(44)

d. Metaetika

F. Rangkuman

Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini.

1. Etika sebagai ilmu dapat mengendalikan berbagai kecenderungan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

2. Etika sebagai sistem nilai dan moral yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok manusia dalam mengatur tingkah lakunya, pemahamannya tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan manusia sebagai makhluk pribadi/individu dan sebagai makhluk sosial.

3. Moral memberikan wawasan masa depan baik konsekuensi dan sanksi sosial dalam kehidupan di dunia yang selalu dipertimbangkan sebelum bertindak; juga konsekuensi tanggung jawab terhadap Tuhan dalam kehidupan di akherat. 4. Moral menjamin keharmonisan antarhubungan sosial pribadi, karena moral

memberikan landasan kepercayaan kepada sesama; percaya atas etiket baik dan kebaikan setiap orang karena moralitasnya yang luhur.

5. Obyek civics adalah usaha-usaha memperoleh kesadaran dan mempertahankan hak dan kewajiban, penggunaan hak dan kewajiban atau usaha-usaha yang akan menghambat penggunaan hak dan kewajiban itu.


(45)

31

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan pembelajaran 1

Arti tingkat penguasaan : 90 – 100 % = baik sekali 80 – 89 % = baik

70 – 79 % = cukup < 70 % = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, maka Anda dapat meneruskan dengan kegiatan pembelajaran 2, jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi kegiatan pembelajarn 1, terutama yang masih belum dikuasai.


(46)

(47)

33

Kegiatan Pembelajaran 2

Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila

A. Tujuan

1. Melalui kegiatan membaca dan berdiskusi, peserta diklat dapat menjelaskan esensi pembudayaan Pancasila dengan benar

2. Melalui kegiatan membaca dan berdiskusi, peserta diklat dapat menjelaskan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai kehidupan dengan benar

3. Melalui kegiatan membaca dan berdiskusi, peserta diklat dapat menyusun pembudayaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dengan benar

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan tentang esensi pembudayaan Pancasila

2. Menjelaskan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai kehidupan.

3. Menyusun pembudayaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat 4. Mempunyai komitmen sikap religius dan nasionalis dalam membudayakan nilai

- nilai Pancasila

C. Uraian Materi

1. Esensi Pembudayaan Pancasila

Pada hakikatnya Pancasila bersumber dari nilai-nilai budaya dan keragamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sehingga sesuai dengan ciri khas bangsa Indonesia. Selain sebagai dasar negara, kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah sebagai budaya bangsa. Nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila merupakan nilai yang bersumber dari adat istiadat, kebudayaan dan nilai agama yang telah diyakini kebenarannya oleh masyarakat Indonesia.


(48)

Pancasila sebenarnya secara budaya merupakan kristalisasi nilai-nilai positif, yang digali dari bangsa Indonesia sendiri. Kemudian para pendiri Negara mengangkat nilai-nilai tersebut dan merumuskannya secara musyawarah berdasarkan moral yang luhur melalui sidang BPUPKI, Panitia Sembilan, dan sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Kelima sila dalam Pancasila merupakan serangkaian unsur-unsur tidak boleh terputus satu sama lainnya. Dengan landasan Pancasila maka kebudayaan yang tumbuh merupakan kebudayaan yang baik. Pancasila sebagai landasan dapat berperan sebagi filter untuk menyaring kebudayaan asing yang tidak baik. Pancasila telah diterima sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Pembudayaan pancasila dalam kehidupan sehari-hari telah digalakkan.

Pancasila tidak muncul secara tiba-tiba tetapi melalui proses yang cukup panjang. Nilai-nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah dari bangsa Indonesia sendiri.

Pancasila yang digali dari akar budaya dan nilai-nilai luhur bangsa mencakup kebutuhan dasar dan hak-hak azasi manusia secara universal, sehingga dapat dijadikan landasan dan falsafah hidup serta menjadi tuntunan perilaku seluruh warga negara dalam mewujudkan tujuan nasional.

Dari pernyataan di atas bisa disimpulkan bahwa Pancasila terbentuk berdasarkan perbedaan. Pancasila sendiri hadir sebagai penengah adanya perbedaan yang ada. Dan sebagai bentuk kepribadian bangsa Pancasila membuat Indonesia hadir dengan ciri khas yang membedakannya dengan negara lain.

Kita telah mengetahui bahwa kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang berdasarkan Pancasila. Hal ini berarti bahwa Pancasila berkaitan erat dengan kebudayaan Indonesia. Pengertian dari budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Kebudayaan itulah yang memberi ciri khas ke-Indonesiaan. Bangsa Indonesia terkenal dengan kemajemukannya yang memiliki


(49)

35

kemajemukan itu tidak dapat dibina dengan baik bukannya tidak mungkin menjadi bibit perpecahan dan sumber konflik.

Bangsa Indonesia mewarisi nilai budaya yang melandasi tata kehidupannya. Pandangan hidup yang tertuang pada nilai Pancasila yang menjadi keyakinan dan pandangan hidup bangsa Indonesia terutama :

1. Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai Maha Pencipta Semesta, pengayom alam semesta. Kepada-Nya manusia menaruh kepercayaan dan harapan bagi hidup di dunia dan sesudah mati. Inilah asas kehidupan ketuhanan dan keagamaan (Religius)

2. Asas kekeluargaan, cinta kebersamaan sebagi satu keluarga, ayah, ibu, anak-anak. Cinta dan kekeluargaan ini menjadi dasar terbentuknya masyarakat, kesatuan dan kerukunan. (Nasionalis)

3. Asas musyawarah mufakat : kebersamaan adalah kumpulan banyak pribadi, warga, dan keluarga. Keinginan dan kemampuan warga masyarakat berbeda-beda. Supaya mereka tetap rukun bersatu, keputusan ditetapkan atas dasar musyawarah mufakat. (Gotong royong dan integritas)

4. Asas gotong royong : kebersamaan memikul beban tanggung jawab demi kepentingan bersama. Keputusan yang ditetapkan atas asas musyawarah mufakat untuk kebersamaan adalah tanggung jawab bersama. Jadi dilaksanakan bersama, secara gotong royong oleh dan untuk kedudukan bersama. (Gotong royong)

5. Asas tenggang rasa atau tepo silero : saling menghayati keadaan dan perasaan antar warga, antar pribadi, asas saling menghargai dan menghormati dalam keragaman dan perbedaan. Saling menghormati hak, pendapat, keyakinan dan agama masing-masing demi terpeliharanya kesatuan dan keharmonisan hidup bersama. (Gotong royong dan integritas)

Asas mendasar ini merupakan sifat utama masyarakat kita sepanjang sejarah. Tata kehidupan berdasarkan asas-asas demikian membudaya dan merupakan watak masyarakat Indonesia. Karena itu pula nilai-nilai ini dianggap sebagai kepribadian bangsa. Nilai-nilai Pancasila sebagai ciri khas budaya bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:


(50)

1. Ketuhanan Yang Maha Esa (Religius)

Setiap individu memiliki hak asasi dalam menjalani kepercayaannya masing-masing tanpa bisa dipaksanakan oleh kehendak orang lain. Dengan adanya kepercayaan tersebut membuat masing-masing individu memperoleh ketenangan dan berusaha melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan sesuai petunjuk agama maupun kepercayaan masing-masing. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mencerminkan nilai rohani yang mengatur hubungan negara dan agama, hubungan manusia dengan Sang Pencipta, serta hubungan antar sesama manusia.

Sikap positif terhadap Pancasila khususnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat kita tunjukkan dengan cara menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pengembangan sikap sila pertama adalah sebagai berikut: a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Tidak memaksanakan agama dan kepercayaan terhadap orang lain. c. Membina adanya kerjasama dan toleransi antar sesama pemeluk agama

dan penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Nasionalis, Gotong royong dan integritas)

Sila kedua ini bisa dilihat dari masyarakat Indonesia yang terkenal dengan keramahannya. Bahkan sifat ramah ini dikenal dan diakui oleh bangsa lain. Sifat ramah merupakan bagian dari sikap kemanusiaan dimana masyarakat Indonesia ingin hidup berdampingan dengan siapapun secara damai. Dalam sila ini terkandung nilai cinta kasih, nilai kesopanan, membela kebenaran, sopan santun, dan menghormati orang lain.

Sikap positif terhadap Pancasila sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dapat kita tunjukkan dengan cara mengakui dan memperlakukan manusia sesuai harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang


(51)

37

melakukan kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan.

Pengembangan sikap terhadap sila kedua adalah sebagai berikut: a. Tidak saling membedakan warna kulit.

b. Saling menghormati dengan bangsa lain. c. Saling bekerja sama dengan bangsa lain. d. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

3. Persatuan Indonesia (Nasionalis, Mandiri dan integritas)

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwasanya Indonesia merupakan bangsa majemuk yang terdiri dari berbagai perbedaan baik perbedaan pendapat, suku, agama, bahasa, budaya dan lainnya. Semua kemajemukan yang ada diikat peristiwa dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Peristiwa ‘Sumpah Pemuda’ pada 28 Oktober 1928 merupakan suatu peristiwa bersejarah dimana pada saat itu pemuda pemudi dari berbagai suku, pulau berkumpul dan mengikrarkan sumpah yang antara lain mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia, bertanah air satu tanah air Indonesia serta menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia. Selain itu yang juga perlu diingat bahwasanya Indonesia juga memiliki semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Sila ketiga bermakna adanya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang meliputi politik, ekonomi, sosial dan budaya dan pertahanan keamanan. Tujuannya untuk mewujudkan persatuan antar warga negara yang memiliki keberagaman budaya sehingga dapat menumbuhkan rasa kesamaan, solidaritas, kebanggaan, dan cinta kepada bangsa dan negara Indonesia. Sikap positif terhadap Pancasila khususnya sila Persatuan Indonesia dapat kita tunjukkan dengan menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan. Menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan berarti bahwa manusia Indonesia sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa ketika diperlukan


(52)

Pengembangan sikap yang mencerminkan nilai sila ketiga adalah sebagai berikut:

a. Menempatkan persatuan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

b. Menetapkan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

c. Bangga berkebangsaan Indonesia.

d. Memajukan pergaulan untuk persatuan bangsa

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusya-waratan/Perwakilan (gotong royong)

Bila dipahami maka sila keempat ini sebenarnya mencerminkan pengertian demokrasi. Sistem demokrasi yang dianut Indonesia adalah sistem demokrasi Pancasila yang mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan segala permasalahan yang ada.

Sikap positif terhadap pancasila sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /perwakilan dapat kita perlihatkan dengan cara menunjukkan sikap persamaan kedudukan, hak dan kewajiban. Dengan demikian, tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain.

Pengembangan sikap yang mencerminkan nilai terhadap sila keempat adalah sebagai berikut:

a. Mengakui bahwa manusia Indonesia memiliki kedudukan dan hak yang sama.

b. Melaksanakan keputusan bersama dengan penuh tanggung jawab dan itikad baik.

c. Mengambil keputusan yang harus sesuai dengan nilai kebenaran dan keadilan.


(53)

39

keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta nilai kedermawanan terhadap sesama manusia.

Sila kelima bermakna keadilan disegala aspek kehidupan, baik secara material maupun spiritual untuk semua rakyat Indonesia..

Pengembangan sikap yang mencerminkan nilai sila kelima adalah sebagai berikut:

a. Adanya hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa atau dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan bernegara.

b. Menjunjung tinggi sifat dan suasana gotong royong dengan rasa kekeluargaan dan penuh kegotong royongan.

2. Sikap dan Perilaku Yang Mencerminkan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Berbagai Kehidupan (Religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas)

Berikut ini merupakan contoh sikap positif terhadap Pancasila dalam Kehidupan sehari-hari:

a. Wujud pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam kehidupan bermasyarakat

1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.


(54)

6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

b. Wujud pengamalan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. 4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. 5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. 6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 8) Berani membela kebenaran dan keadilan.

9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

c. Wujud pengamalan sila Persatuan Indonesia

1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.


(55)

41

d. Wujud pengamalan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan

dalam Permusyawaratan/Perwakilan

1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. 5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai

hasil musyawarah.

6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

e. Wujud pengamalan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyta Indonesia 1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan

suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. 2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. 3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 4) Menghormati hak orang lain.

5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. 6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan

terhadap orang lain.

7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.


(1)

Glosarium

Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya, baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah hukum dasar tertulis (basic law) konstitusi pemerintahan Negara Republik Indonesia saat ini

Bhineka Tunggal Ika adalah kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atauberbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan

Global adalah secara umum dan keseluruhan; secara bulat; secara garis besar: memberikan penjelasan secara -- saja; 2 bersangkut paut, mengenai, meliputi seluruh dunia;

Letak Geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataannya di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografis ditentukan pula oleh segi astronomis, geologis, fisiografis dan social budaya.

Individualisme adalah asas (kebenaran yg menjadi pokok dasar Berpikirbertindak, dsb); dasar; -- deskripsi asas perbedaan; -- konvensi asas persesuaian; ber·prin·sipv mempunyai (menganut) prinsip

Kepentingan Golongan adalah Kepentingan yang yang didahulukan untuk kepentingan masing-masing anggota golongan atau kelompok tertentu untuk kepentingna kelompok tersebut

Kristalisasi adalah perihal menjadi jernih dan jelas (tt suatu gagasan dsb): sbg -- idenya, disusunlah sebuah rencana pelaksanaan yg konkret Pancasila adalah Terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañcaberarti lima dan śīla

berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia


(2)

Glosarium

286

Prinsip adalah asas (kebenaran yg menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dsb); dasar; -- deskripsi asas perbedaan; -- konvensi asas persesuaian; ber·prin·sipv mempunyai (menganut) prinsip

Semboyan adalah tanda atau alamat untuk memberitahukansesuatu (tentang bunyi kentungan, nyala api, lambaian bendera, dan sebagainya Samudra Indonesia : Samudra Indonesia atau Samudra Indiaadalah kumpulan

air terbesar ketiga di dunia, meliputi sekitar 20% permukaan air Bumi. Di utara dibatasi oleh selatan Asia; di barat oleh Jazirah Arabia dan Afrika; di timur oleh Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, dan Australia; di selatan oleh Antartika. Samudra ini dipisahkan dengan Samudra Atlantik oleh 20° timur meridian, dan dengan Samudra Pasifik oleh 147° timur meridian. Samudra Hindia atau Samudra India adalah satu-satunya samudra yang menggunakan nama negara yaitu India

Sila adalah dasar; adab; akhlak; moral: -- dalam Pancasila saling terkait Kesatuan: hasil perkumpulan tersebut yang telah menjadi satu dan utuh

Landas kontinen: Landas Kontinen adalah dasar laut dan tanah di bawahnya yang bersambungan dengan pantai tetapi diluar laut teritorial, sampai pada kedalaman 200 meter atau lebih, sepanjang dalamnya air laut di atasnya masih memungkin kan untuk dapat mengekplorasi-nya dan mengekploitasi sumber-sumber daya alamnya

Laut teritorial: wilayah yang menjadi hak kedaulatan penuh suatu Negara di laut. Lebarnya adalah 12 mil diukur dari pulau terluar kepulauan suatu Negara pada saat air laut surut.

ZEE: yaitu wilayah laut suatu Negara yang lebarnya 200 mil ke laut bebas. Persatuan: Persatuan dapat diartikan sebagai perkumpulan dari berbagai

komponen yang membentuk menjadi satu

catatan anekdot: cara pengumpulan data melalui pengamatan langsung tentang sikap dan perilaku anak yang muncul secara tiba-tiba (peristiwa yang terjadi secara insidental).

meaningfull learning: suatu proses pembelajaran dimana siswa lebih mudah memahami dan mempelajari, karena guru mampu dalam memberi kemudahan bagi siswanya sehingga mereka dengan mudah mengaitkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada dalam pikirannya.

mecanical device: alat mekanik yang digunakan untuk memotret peristiwa- peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh responden.

soft skill: suatu kemampuan, bakat, atau keterampilan yang ada di dalam diri setiap manusia.

pendekatan saintific: kerangka ilmiah pembelajaran yang diusung oleh Kurikulum 2013. Langkah-langkah pada pendekatan saintifik merupakan bentuk


(3)

adaptasi dari langkah-langkah ilmiah pada sains

discovery Learning: metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri

hipotesis: jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

Interprestasi: penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan). PJBL: .pembelajaran Berbasis Proyekmerupakan metode belajar yang

menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata

problem Solving: engembangan model PBL dalaml pembelajaran PPKn SMP.Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata

sintesis: intesis adalah kemampuan menyatukan unsur-unsur atau bagian menjadi satu kesatuan yang menyeluruh.


(4)

Glosarium


(5)

(6)