Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa

54 55 atas hukum constitutional democracy dan prinsip negara hukum yang demokratis democratische rechtsstaat. Karena itu, setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan kedaulatan mereka disalurkan secara kelembagaan melalui lembaga parlemen yang menentukan bentuk dan materi hukum yang mengatur kehidupan kenegaraan. Sebagai konsekuensi prinsip ke-Maha-Kuasa-an Tuhan Yang Maha Esa itu, tidak boleh ada materi konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan nilai-nilai ke-Tu- hanan Yang Maha Esa, dan bahkan hukum dan konstitusi merupakan pengejawantahan nilai-nilai luhur ajaran agama yang diyakini oleh warga negara. Semua ini dimaksudkan agar Negara Indonesia dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

2. Cita Negara Hukum dan ‘The Rule of Law’

Bentuk pemerintahan Indonesia adalah ‘Republik’. Disebut Re- publik, dan bukan Kerajaan monarchi, karena pengalaman bangsa Indonesia di masa sebelum kemerdekaan, penuh diliputi oleh sejarah kerajaan-kerajaan, besar dan kecil di seluruh wilayah Nusantara. Namun, sejak bangsa Indonesia merdeka dan membentuk negara modern yang diproklamasikan pada tanggal 7 Agustus 945, ben- tuk pemerintahan yang dipilih adalah Republik. Karena itu, falsafah dan kultur politik yang bersifat ‘kerajaan’ yang didasarkan atas sis- tem feodalisme dan paternalisme, tidaklah dikehendaki oleh bangsa Indonesia modern. Bangsa Indonesia menghendaki negara modern dengan pemerintahan ‘res publica’. Dalam konstitusi ditegaskan bahwa negara Indonesia adalah Negara Hukum Rechtsstaat, bukan Negara Kekuasaan Machtsstaat. Di dalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisah- an dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yang diatur dalam Undang-Undang Dasar, adanya jaminan-jaminan hak asasi manusia dalam Undang-Undang Dasar, adanya prinsip per- adilan yang bebas dan tidak memihak yang menjamin persamaan setiap warga negara dalam hukum, serta menjamin keadilan bagi setiap orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa. Dalam paham Negara Hukum itu, hukumlah yang memegang komando tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Yang sesungguhnya memimpin dalam penyelenggaraan negara itu pai sekarang. Kesepuluh prinsip itu adalah: i Ketuhanan Yang Maha Esa, ii Cita Negara Hukum atau Nomokrasi, iii Paham Kedaulatan Rakyat atau Demokrasi, iv Demokrasi Langsung dan Demokrasi perwakilan, v Pemisahan Kekuasaan dan Prinsip ‘Checks and Bal­ ances’ , vi Sistem Pemerintahan Presidensiil, vii Prinsip Persatuan dan Keragaman dalam Negara Kesatuan, viii Demokrasi Ekonomi dan Ekonomi Pasar Sosial, dan ix Cita Masyarakat Madani.

1. Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa

Undang-Undang Dasar merupakan dokumen hukum yang mewu- judkan cita-cita bersama setiap rakyat Indonesia yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa. Sesuai dengan pengertian sila pertama Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar, setiap manusia Indonesia sebagai rakyat dan warga negara Indone- sia, diakui sebagai insan beragama berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Paham ke-Tuhanan Yang Maha Esa tersebut merupakan pandangan dasar dan bersifat primer yang secara substansial men- jiwai keseluruhan wawasan kenegaraan bangsa Indonesia. Karena itu, nilai-nilai luhur keberagamaan menjadi jiwa yang tertanam jauh dalam kesadaran, kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia sehari-hari. Jiwa keberagamaan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa itu juga diwujudkan dalam kerangka kehidupan bernegara yang tersusun dalam Undang-Undang Dasarnya. Keyakinan akan prinsip ke-Maha Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan dalam sila kedua Pancasila, yaitu sila kemanusiaan yang adil dan beradab, berisi paham persamaan kemanusiaan egali­ tarianisme yang menjamin peri kehidupan yang adil, dan dengan keadilan itu kualitas peradaban bangsa dapat terus meningkat dengan sebaik-baiknyanya. Karena itu, prinsip keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berkaitan erat, bahkan menjadi pra- syarat utama untuk terciptanya keadilan, dan peri kehidupan yang berkeadilan itu sendiri menjadi prasyarat pula bagi pertumbuhan dan perkembangan peradaban bangsa Indonesia di masa depan. Dalam kehidupan bernegara, prinsip ke-Maha-Kuasa-an Tuhan Yang Maha Esa tersebut diwujudkan dalam paham kedaulatan rakyat democracy dan sekaligus dalam paham kedaulatan hukum nomocracy yang saling berjalin berkelindan satu sama lain. Keduanya diwujudkan dalam pelembagaan sistem demokrasi yang berdasar 56 57 efektiitas dan keteladanan kepemimpinan, dukungan sistem pen- didikan masyarakat, serta basis kesejahteraan sosial ekonomi yang berkembang makin merata dan berkeadilan. Karena itu, prinsip kedaulatan rakyat democratie dan kedaulatan hukum nomocratie hendaklah diselenggarakan secara beriringan seb- agai dua sisi dari mata uang yang sama. Untuk itulah, maka Undang- Undang Dasar Republik Indonesia hendaklah menganut pengertian bahwa Negara Republik Indonesia itu adalah Negara Hukum yang demokratis democratische rechtsstaat dan sekaligus adalah Negara Demokrasi yang berdasar atas hukum constitutional democracy yang tidak terpisahkan satu sama lain. Keduanya juga merupakan perwu- judan nyata dari keyakinan segenap bangsa Indonesia akan prinsip ke-Maha-Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang juga dikonstruksikan sebagai paham kedaulatan Tuhan.

4. demokrasi Langsung dan demokrasi Perwakilan