228 229
b. Kesehatan. c. Pendidikan dan kebudayaan.
d. Pertanian. e. Perhubungan.
f. Industri dan Perdagangan. g. Penanaman Modal.
h. Lingkungan Hidup. i. Pertanahan.
j. Koperasi, dan k. Tenaga Kerja.
Dengan diaturnya pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten dan kota sep-
erti tersebut di atas, maka tidak perlu lagi ada persoalan mengenai apakah otonomi akan diberikan di tingkat propinsi ataupun di tingkat
kabupaten. Karena, baik propinsi maupun kabupaten dan kota sama- sama merupakan daerah otonom. Jika sasaran otonomi di kabupaten
dan kota belum dapat dilaksanakan atau belum dapat dicapai, maka koordinasi dan pelaksanaan otonominya untuk sementara waktu dipu-
satkan di propinsi yang bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan dan mempersiapkan segala sesuatunya sampai daerah kabupaten
atau kota yang bersangkutan siap melaksanakan otonomi yang di- harapkan. Dengan demikian, keseluruhan jajaran birokrasi pemerin-
tahan, mulai dari pusat sampai ke daerah-daerah, dapat mengalami penataan ulang untuk memenuhi tuntutan aspirasi reformasi, dan
mendekatkan jarak pelayanan yang makin eisien dan transparan kepada masyarakat serta sekaligus dalam rangka pemberdayaan
dan peningkatan otonomi masyarakat dalam berhadapan dengan organisasi pemerintahan.
Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menugaskan kepada Dae- rah tugas-tugas tertentu dalam rangka perbantuan medebewin dis-
ertai pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumberdaya manusia dengan kewajiban menyampaikan laporan mengenai pelaksanaannya
dan mempertanggungjawabkannya kepada Pemerintah Pusat. Setiap penugasan ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Lembaga Eksekutif di daerah
Pada daerah ditentukan adanya lembaga eksekutif pemerintah Ketentuan demikian ini, jika dikaitkan dengan teori mengenai
kekuasaan sisa dalam sistem federasi dan konfederasi, dibandingkan dengan sistem negara kesatuan, dapat dikatakan bahwa sistem yang
dianut dalam UU No.22999 tentang Pemerintahan Daerah adalah sistem federasi. Karena kekuasaan asal berada di kabupaten dan kota,
sedangkan kewenangan di tingkat pemerintah pusat dirumuskan secara rinci, persis seperti pembagian kekuasaan dalam pengaturan
konstitusi di lingkungan negara-negara federasi dan konfederasi. Dalam UU No.22999 tersebut, kewenangan daerah kabupaten
dan daerah kota justru ditentukan mencakup semua kewenangan pemerintahan selain kewenangan yang dikecualikan seperti tercan-
tum dalam Pasal 7 dan diatur dalam Pasal 9 UU tersebut. Padahal, dalam sistem negara kesatuan, biasanya kewenangan pemerintah
daerah itulah yang dirinci sedangkan kekuasaan yang tidak dirinci dianggap dengan sendirinya merupakan kewenangan pemerintah
pusat residual power. Dalam ketentuan di atas, kewenangan pusatlah yang dirinci, sedangkan sisanya dianggap merupakan kewenangan
daerah.
Daerah ditentukan berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan bertanggungjawab memelihara ke-
lestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, misalnya kewenangan daerah di wilayah laut, meliputi:
a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah laut tersebut;
b. pengaturan kepentingan administratif; c. pengaturan tata ruang;
d. penegakan peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah Pusat; dan
e. bantuan penegak keamanan dan kedaulatan negara. Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota di wilayah laut,
ditentukan dalam Pasal 0 ayat UU No.22999, sejauh sepertiga dari batas laut daerah propinsi. Sedangkan wilayah duapertiga sisa-
nya menjadi wilayah kewenangan atau wilayah koordinasi Pemerin- tah Pusat. Di samping itu, ada pula bidang-bidang terinci ditentukan
wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, yaitu meliputi kewenangan di bidang-bidang:
a. Pekerjaan umum.
20 2
adil. Syarat-syarat untuk dapat dipilih dan ditetapkan menjadi Kepala Daerah adalah:
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2 Setia dan taat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
NKRI dan Pemerintah yang sah. Tidak pernah terlibat dalam kegiatan yang menghianati NKRI
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 945 yang dinyatakan dengan Surat Keterangan Ketua Pengadilan Negeri.
4 Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas danatau sederajat.
5 Berumur sekurang-kurangnya tiga puluh tahun. 6 Sehat jasmani dan rohani.
7 Nyata-nyata tidak terganggu jiwaingatannya. 8 Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak
pidana. 9 Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan Pen-
gadilan Negeri. 0 Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahn-
ya. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi, dan
2 Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Daerah. Pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang
memperoleh suara terbanyak melalui pemilihan, ditetapkan menjadi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh DPRD, dan disahkan
dengan Keputusan Presiden. Kewajiban Kepala Daerah, baik Guber- nur maupun BupatiWalikota, berkewajiban untuk:
Mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kes-
atuan Republik Indonesia sebagaimana cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 7 Agustus 945.
2 Memegang teguh Pancasila dan UUD 945. Menghormati kedaulatan rakyat.
4 Menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan. 5 Meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat.
6 Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat, dan dan lembaga legislatif yang sederajat dan saling mengontrol satu sama
lain. Di daerah propinsi, pihak pemerintah dipimpin oleh Gubernur yang mempunyai kedudukan sebagai Kepala Daerah dan sekaligus
sebagai Kepala Wilayah mewakili Pemerintah Pusat. Sedangkan di daerah kabupaten, pihak pemerintah dipimpin oleh Bupati dan di
daerah kota dipimpin oleh Walikota yang berkedudukan sebagai Kepala Daerah Otonom.
Baik Gubernur di daerah propinsi maupun Bupati dan Walikota di daerah kabupaten dan kota mempunyai kedudukan yang sedera-
jat dan seimbang dengan kedudukan lembaga Dewan Perwakilan Rakyat masing-masing untuk daerah propinsi ataupun untuk daerah
kabupaten dan daerah kota. Karena itu, dalam UU No.22999, istilah Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II tidak digunakan lagi agar
tidak mengesankan adanya hirarki antar daerah yang lebih tinggi di daerah yang tingkatnya lebih rendah.
Setiap daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah yang berdasarkan asas desentralisasi merupakan Kepala Eksekutif yang
dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah. Kepala Daerah propinsi disebut Gubernur yang karena jabatannya juga merupakan Wakil
Pemerintah Pusat di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi. Dalam menjalankan tugas dan kewenangannya menurut asas desentralisasi,
Kepala Daerah bertanggungjawab kepada DPRD Propinsi. Tetapi dalam kedudukannya sebagai Wakil Pemerintah Pusat, Gubernur
mempertanggungjawabkan segala pelaksanaan tugas dan kewenan- gannya kepada Presiden Republik Indonesia.
Ketentuan pertanggungjawaban Gubernur tersebut berbeda dari mekanisme pertanggungjawaban Bupati dan Walikota yang
sepenuhnya mempunyai kedudukan sebagai Kepala Daerah dalam rangka asas desentralisasi. Dengan demikian, kedudukan Bupati
dan Walikota berada di bawah dan bertanggungjawab kepada De- wan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten atau Kota, dan tidak
bertanggungjawab kepada Gubenur. Karena Bupati dan Walikota bukanlah wakil pemerintah propinsi di kabupaten dalam rangka
asas dekonsentrasi.
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih secara bersa- maan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam Rapat Paripurna
yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2 jumlah anggota DPRD yang bersangkutan, dengan cara langsung, bebas, rahasia, jujur dan
22 2
lembaga pengontrol terhadap kekuasaan pemerintah daerah daripada sebagai lembaga legislatif dalam arti yang sebenarnya. Namun dalam
kenyataan sehari-hari, lembaga DPRD itu biasa disebut sebagai lem- baga legislatif. Memang benar, seperti halnya pengaturan mengenai
fungsi DPR-RI menurut ketentuan UUD 945 sebelum diamandemen, lembaga perwakilan rakyat ini berhak mengajukan usul inisiatif per-
ancangan produk hukum. Menurut ketentuan UUD 945 yang lama, DPR berhak memajukan usul inisiatif perancangan UU. Demikian
pula DPRD, baik di daerah propinsi maupun daerah kabupaten kota, berdasarkan ketentuan UU No.22999, berhak mengajukan
rancangan Peraturan Daerah kepada Gubernur. Namun, hak inisiatif ini sebenarnya tidaklah menyebabkan kedudukan DPRD menjadi
pemegang kekuasaan legislatif yang utama. Pemegang kekuasaan utama di bidang ini tetap ada di tangan pemerintah, dalam hal ini
Gubernur atau BupatiWalikota.
Oleh karena itu, fungsi utama DPRD adalah untuk mengontrol jalannya pemerintahan di daerah, sedangkan berkenaan dengan
fungsi legislatif, posisi DPRD bukanlah aktor yang dominan. Peme- gang kekuasaan yang dominan di bidang legislatif itu tetap Gubernur
atau BupatiWalikota. Bahkan dalam UU No.22999 Gubernur dan BupatiWalikota “diwajibkan” mengajukan rancangan Peraturan
Daerah dan menetapkannya menjadi Peraturan Daerah dengan per- setujuan DPRD. Artinya, DPRD itu hanya bertindak sebagai lembaga
pengendali atau pengontrol yang dapat menyetujui, menolak ataupun menyetujui dengan perubahan-perubahan, dan sekali-sekali dapat
mengajukan usul inisiatif sendiri mengajukan rancangan Peraturan Daerah.
5. Kepala desa dan Parlemen desa Salah satu materi penting yang diatur dalam UU No.22999