26 e.
Cepat bosan pada tugas-tugas rutin Siswa merasa cepat bosan kepada hal-hal yang berulang-ulang begitu
saja dan memuat individu tidak berkembang dan tidak kreatif dalam mengembangkan pikirannya.
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
Siswa dapat berargumen dan bertahan pada argumennya dalam suatu diskusi.
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
Siswa memiliki pendirian yang kuat dengan apa yang telah siswa tersebut yakini benar dari awal.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
Siswa yang selalu merasa tertantang dengan hal-hal yang tidak biasa dan menginginkan sesuatu yang tidak monoton.
4. Peran Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang
belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran Uno, 2016:27, antara lain:
a. Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu maslaah yang
27 memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan
hal-hal yang pernah dilaluinya. b.
Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat
kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau
dinikmati manfaatnya bagi anak. c.
Peran Motivasi dalam Menentukan Ketekunan Belajar Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu,
akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tanpa bahwa motivasi
untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar,
maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi
sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.
D. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Peter Salovey dan Jack Mayer, pencipta istilah “kecerdasan emosional” Stein, 2004:30-31, menjelaskan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan
28 membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan
dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosional. Dengan kata lain, kecerdasan
emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang rumit
– aspek pribadi, sosial dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan
kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari.
2. Dimensi Kecerdasan Emosional
Ada lima dimensi kecerdasan emosional menurut Goleman 2009: 58- 59, yang meliputi:
a. Mengenal emosi diri.
Kesadaran diri dengan mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk
memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk
mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan.
b. Mengelola emosi.
Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Meninjau
kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul
29 karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Orang-orang yang
buruk dalam keterampilan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit
kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.
c. Memotivasi diri sendiri.
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk
memotivasi diri sendiri dan meguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Dan, mampu menyesuaikan diri dalam “
flow
” memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi.
d. Mengenali emosi orang lain.
Empat, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Orang yang
empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau yang
dikehendaki orang lain. e.
Membina hubungan. Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan
keterampilan mengelola emosi orang lain. Keterampilan mengeola
30 emosi orang lain ini merupakan keterampilan yang menunjang
popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi.
E. Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara pembelajaran aktif dengan motivasi belajar siswa.
Dalam indikator pembelajaran aktif yang telah dibahas diatas terdapat 14 indikator terjadinya pembelajaran aktif, salah satu indikatornya adalah
pembelajaran aktif membuat siswa melakukan proses penemuan. Dalam proses siswa melakukan kegiatan pembelajaran dan dihadapkan pada
suatu masalah yang dapat dipecahkan oleh siswa tersebut, maka siswa mendapatkan suatu pengalaman berhasil dari kegiatan belajarnya di kelas,
siswa menjadi senang dan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Media yang diberikan dalam proses pembelajaran juga dapat menarik
perhatian siswa di kelas, contohnya adalah media video yang menyita perhatian siswa di kelas untuk memperhatikan dan juga artikel yang
membuat siswa mampu menganalisis permasalahan apa yang ada di dalam artikel tersebut. Dengan media yang diberikan, membuat siswa terlibat
aktif dalam pembelajaran yang tengah berlangsung. Dari pernyataan di atas penulis menduga terdapat hubungan positif
antara pembelajaran aktif dengan motivasi belajar siswa.
31 2.
Hubungan antara pembelajaran aktif dengan kecerdasan emosional siswa. Dalam pembelajaran aktif yang telah dibahas di atas terdapat beberapa
indikator terjadinya pembelajaran aktif di kelas, salah satu indikator yang mencakup kecerdasan emosional adalah aktivitas individual dan juga
faktor interaksi sosial yang juga ikut ambil bagian dalam pembelajaran aktif. Dalam pembelajaran aktif, kita tidak hanya belajar secara individu,
tetapi juga secara kelompok. Dari sini kita harus bisa memahami orang lain saat bertukar pikiran, berdebat tentang argumen tentang materi yang
dibahas. Tetapi tidak hanya dengan memahami orang lain saja, juga dengan mengendalikan emosi kita sendiri. Faktor emosi sangat tergantung
pada penciptaan suasana yang menyenangkan dalam konteks kelas yang demokratis. Siswa hendaknya juga mampu mengendalikan emosi dan
dapat menikmati proses dan pemerolehan hasil belajarnya. Dari pernyataan di atas penulis menduga terdapat hubungan positif
antara pembelajaran aktif dengan kecerdasan emosional siswa.
F. Model Penelitian
Hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini jika digambarkan secara sistematis dalam paradigma penelitian adalah sebagai
berikut:
32 1
2
X : Pembelajaran Aktif
Y : 1. Motivasi Belajar
2. Kecerdasan Emosional