UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE MIND MAP PADA SISWA KELAS VB SD N GEDONGKIWO.

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE MIND MAP

PADA SISWA KELAS VB SD N GEDONGKIWO

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

Irma Meilina Nurfajriati NIM 13108241045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE MIND MAP

PADA SISWA KELAS VB SD N GEDONGKIWO

Oleh:

Irma Meilina Nurfajriati NIM. 13108241045

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan upaya meningkatkan kemandirian belajar IPS siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo dengan menggunakan metode mind map. Metode mind map diterapkan pada awal siklus I.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan model penelitian Kemmis & Taggart yang terdiri dari perencanaan, tindakan&observasi, dan refleksi. Subjek penelitian yang digunakan adalah kelas VB berjumlah 17 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar checklist yang divalidasi melalui expert judgment. Data yang diperolehdianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan metode mind map dapat meningkatkan kemandirian belajar IPS pada siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kemandirian belajar IPS yaitu dengan cara meningkatkan tanggung jawab, percaya diri, kreativitas, semangat, dan disiplin siswa. Untuk meningkatkan tanggung jawab siswa diajarkan untuk dapat menyiapkan dan membereskan buku pelajaran sendiri. Rasa percaya diri siswa ditingkatkan dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa secara acak serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat. Kreativitas siswa ditingkatkan dengan cara memberikan kebebasan untuk berkreasi sendiri dalam membuat mind map. Semangat belajar ditingkatkan melalui penggunaan media pembelajaran agar siswa menjadi tertarik dan konsentrasi saat belajar. Disiplin belajar siswa ditingkatkan dengan cara menetapkan waktu dalam kegiatan membuat mind map.


(3)

iii

IMPROVEMENT SELF-REGULATED LEARNING OF IPS ACHIEVMENT THROUGH MIND MAP METHODE

IN CLASS VB SD N GEDONGKIWO

Irma Meilina Nurfajriati 13108241045

ABSTRACK

This research aimed to explain about improving self regulated learning of IPS in grade VB SDN Gedongkiwo by using the mind map method. The mind map method is applied at the beginning of cycle I.

The type of this research was classroom action research (CAR) adopted from Kemmis& Taggart’s research model consisted of planning, action & observation, and reflection.The subjects of the research were 17 students.The data were collected through checklist and validated through expert judgment. The data obtained than analyzed by using quantitative descriptive techniques.

The result of data analyzed showed that mind map method could improve self-regulated learning of IPS in students grade VB SDN Gedongkiwo. The efforts in improved self-regulated learning IPS was done by increased responsibility, confidence, creativity, spirit, and discipline. To increase responsibility, students are taught to prepare and complete their own textbooks. The students' confidence is enhanced by randomly questioning students and giving students the opportunity to express their opinions. Student creativity is enhanced by giving freedom to be creative in making mind map. The spirit is enhanced through the used of instructional media then students become interested and concentrated. Discipline is improved by setting the time in mind map activity.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

“Bangun dengan sadar, awali dengan niat, jalani dengan sabar, akhiri dengan syukur, dan selalu sertakan Dia.”


(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT dan dengan mengucap syukur alhamdulillah atas karunia Allah SWT serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Orang tua, adik, dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan semangat dan doa.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi

dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar IPS Menggunakan Metode Mind Map pada Siswa Kelas VB SD N Gedongkiwo” dapat terselesaikan denga baik. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir guna memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Hidayati, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing TAS yang dengan sabar membimbing penulis dalam menyusun skripsi dan berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan saran, araha, dan motivasi pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Agung Hastomo, M.Pd., selaku Validator instrumen penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengnan tujuan.

3. Dr. Taat Wulandari, M.Pd., Sekar Purbarini K,. M.Pd., dan Hidayati, M.Hum., selaku Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

4. Drs. Suparlan, M.Pd.I., selaku Ketua Jurusan beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

5. Dr. Haryanto, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan TAS ini.

6. Rumgayatri, S.Pd selaku kepala SD Negeri Gedongkiwo yang telah memberikan izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian TAS ini.


(10)

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

LEMBAR PERSETUJUAN... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Belajar ... 7

1. Pengertian Kemandirian ... 7

2. Pengertian Belajar ... 8

3. Pengertian Kemandirian Belajar ... 9

4. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar ... 11

5. Pentingnya Kemandirian Belajar ... 14

6. Cara Menumbuhkembangkan kemandirian Belajar ... 15

B. Pembelajaran IPS di SD ... 16

1. Pengertian IPS ... 16

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS ... 17

3. Ruang Lingkup IPS ... 19

C. Metode Mind Map ... 19

1. Pengertian Mind Map ... 19

2. Manfaat Mind Map ... 20

3. Langkah-langkah Membuat Mind Map ... 23

D. Karakteristik Anak SD ... 23

E. Langkah-langkah Penggunaan Mind Map dalam Pembelajaran ... 24

F. Pengaruh Penggunaan Mind Map terhadap Kemandirian Belajar IPS ... 25

G. Kerangka Pikir ... 27


(12)

xii

I. Definisi Operasional ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 30

C. Desain Penelitian ... 30

D. Setting Penelitian ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Instrumen Penelitian ... 33

G. Validitas Instrumen ... 34

H. Teknik Analisis Data ... 34

I. Indikator Keberhasilan ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36

1. Pra Tindakan ... 37

2. Siklus I ... 47

3. Siklus II ... 73

B. Pembahasan ... 100

C. Keterbatasan Penelitian ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Checklist Kemandirian Belajar Siswa ... 33 Tabel 2. Klasifikasi Hasil Pengamatan Lembar Checklist ... 35 Tabel 3. Jadwal Penelitian ... 36 Tabel 4. Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB

Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan ... 40 Tabel 5. Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS

pada Pra Tindakan ... 45 Tabel 6. Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB

Berdasarkan Kategori pada Siklus I Pertemuan 1 ... 54 Tabel 7. Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS

Siswa Kelas VB pada Siklus I Pertemuan 1 ... 59 Tabel 8. Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB

Berdasarkan Kategori pada Siklus I Pertemuan 2 ... 61 Tabel 9. Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS

Siswa Kelas VB pada Siklus I Pertemuan 2 ... 65 Tabel 10. Perbandingan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB

Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan dengan Siklus I ... 67 Tabel 11. Perbandingan Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian

Belajar IPS Siswa pada Pra Tindakan dengan Siklus I ... 69 Tabel 12. Hasil Refleksi Siklus I dan Rencana Perbaikan di Siklus II ... 73 Tabel 13. Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB

Berdasarkan Kategori pada Siklus II Pertemuan 1 ... 80 Tabel 14. Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa

pada Siklus II Pertemuan 1 ... 85 Tabel 15. Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar

Siswa Kelas VB pada Siklus II Pertemuan 2 ... 87 Tabel 16. Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa

pada Siklus II Pertemuan 2 ... 91 Tabel 17. Perbandingan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB

Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan, Siklus I,

dan Siklus II ... 93 Tabel 18. Perbandingan Rata-rata Kemandirian Belajar IPS

Siswa Kelas VB per Indikator pada Pra Tindakan, Siklus I,

dan Siklus II ... 94 Tabel 19. Perbandingan Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian

Belajar IPS Siswa Kelas VB pada


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Anatomi Konsep Belajar Mandiri ... 10

Gambar 2. Siklus PTK ... 31

Gambar 3. Kondisi Kelas ... 38

Gambar 4. Guru dan Siswa Membahas Soal ... 39

Gambar 5. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan ... 40

Gambar 6. Diagram Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Kelas VB pada Pra Tindakan ... 46

Gambar 7. Guru Menjelaskan Cara Membuat Mind Map ... 50

Gambar 8. Kegiatan Siswa Saat Membuat Mind Map ... 52

Gambar 9. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus I Pertemuan 1 ... 54

Gambar 10. Diagram Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Siklus I Pertemuan 1 ... 60

Gambar 11. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus I Pertemuan 2 ... 61

Gambar 12. Diagram Persentase Rata-rata Indikator kemandirian Belajar IPS Kelas VB pada Siklus I Pertemuan 2 ... 66

Gambar 13. Diagram Perbandingan Persentase Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan dengan Siklus I ... 67

Gambar 14. Diagram Perbandingan Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Pra Tindakan dan Siklus I ... 69

Gambar 15. Kegiatan Siswa Membuat Mind Map ... 76

Gambar 16. Siswa Mempresentasikan Mind Map ... 76

Gambar 17. Kegiatan Siswa Membuat Mind Map ... 78

Gambar 18. Siswa Mempresentasikan Mind Map ... 79

Gambar 19. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Siklus II Pertemuan 1 ... 81

Gambar 20. Diagram Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Siklus II Pertemuan 1 ... 86

Gambar 21. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VB pada Siklus II Pertemuan 2 ... 87

Gambar 22. Diagram Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa pada Siklus II Pertemuan 2 ... 92

Gambar 23. Diagram Perbandingan Persentase Rata-rata Kemandirian Belajar IPS Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 95


(15)

xv

Gambar 24. Diagram Perbandingan Persentase Rata-rata

Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa kelas VB

pada Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II ... 98


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP ... 112

Lampiran 2. Lembar Checklist Siswa ... 142

Lampiran 3. Lembar Pengamatan Guru ... 143

Lampiran 4. Hasil Pengamatan Siswa ... 144

Lampiran 5. Hasil Pengamatan Guru ... 190

Lampiran 6. Dokumentasi ... 194


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peserta didik adalah anak yang masih memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang yang sudah dewasa dalam upaya mengembangkan kemampuannya melalui proses pendidikan sehingga anak tersebut dapat melaksanakan tugasnya sebagai anggota masyarakat (Ahmadi & Uhbiyati, 2007: 251). Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang penting dan dibutuhkan oleh setiap orang sebagai proses pembentukan dan pengembangan kemampuan yang dimilki. Melalui pendidikan, setiap orang dapat mengembangkan potensi diri untuk menjadikan dirinya menjadi pribadi yang lebih dewasa, mandiri dan lebih baik.

Mandiri merupakan suatu sikap yang harus dimiliki oleh setiap individu agar tidak mudah bergantung kepada individu lain, dan pendidikan merupakan salah satu jalan yang dapat menjembatani setiap individu untuk dapat mengembangkan sikap mandiri tersebut. Sikap mandiri dapat ditumbuhkan dimanapun dan dengan cara apapun termasuk dengan pendidikan di sekolah melalui proses belajar. Kemandirian merupakan salah satu ciri yang dimiliki oleh siswa di sekolah. Hal ini senada dengan pendapat Umar Tirta rahardja dan La Sulo (Siswoyo, dkk, 2013: 87) yang menyatakan bahwa salah satu ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri, karena dalam diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan diri, sehingga mewajibkan bagi pendidik dan orang tua untuk setapak demi setapak memberikan kebebasan kepada anak dan pada akhirnya pendidik mengundurkan diri.


(18)

2

Kemandirian belajar bagi siswa merupakan hasil dari sebuah proses dimana siswa sudah mampu melaksanakan tugasnya sendiri dan berkembang sesuai kemampuannya sendiri sehingga memiliki kebebasan dalam belajar. Kemandirian belajar dapat ditunjang oleh pembelajaran yang membebaskan siswa untuk belajar sendiri sesuai dengan keinginan mereka, percaya diri saat belajar, dan mempunyai semangat untuk memotivasi dirinya sendiri dalam belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Paulina Pannen, dkk (Supardi, 2013: 160) bahwa ciri utama dalam belajar mandiri adalah adanya pengembangan kemampuan siswa untuk melakukan proses belajar yang tidak tergantung pada faktor guru, teman, kelas, dan lain-lain. Dalam posisi seperti itu, maka peran guru adalah menjadi fasilitator dan pembimbing yang memiliki tugas untuk bisa memfasilitasi dan membimbing siswanya sehingga siswa mampu mencapai hasil yang maksimal sesuai harapan guru. Berdasarkan hasil observasi guru saat pembelajaran IPS di kelas VB SD Negeri Gedongkiwo yang dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2016, terdapat beberapa masalah yaitu sebagai berikut.

Pertama, guru belum memiliki inovasi yang dapat membuat siswa merasa senang dan tertarik untuk mempelajari IPS. Hal ini dapat terlihat dari sikap siswa pada saat guru memberikan tugas untuk membaca dan memahami materi yang ada pada buku paket. Sebagian siswa tidak melaksanakan perintah guru dan melakukan kegiatan lain seperti mengerjakan tugas mata pelajaran lain dengan alasan materi yang harus dibaca dan dipahami terlalu banyak dan membuat mereka lelah.


(19)

3

Kedua, guru kurang memperhatikan semangat dan konsentrasi siswa saat belajar. Ketika mendengarkan penjelasan mengenai materi yang sedang disampaikan oleh guru, sikap yang terlihat pada beberapa siswa diantaranya tidak mendengarkan penjelasan guru, mengobrol dengan teman yang duduk di bangku depan atau belakangnya, melakukan aktivitas lain yaitu menggambar sesuatu yang tidak berkaitan dengan materi, bahkan mengantuk saat pembelajaran. Guru belum bisa menangani dan bertindak untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada beberapa siswa tersebut.

Ketiga, belum memperhatikan keaktifan siswa pada saat pembelajaran. Masih terlihat beberapa siswa cenderung hanya diam dan bersifat pasif, siswa yang aktif bertanya dan menjawab hanya beberapa siswa tertentu saja. Guru terlalu sering bertanya kepada siswa tertentu saja.

Keempat, kemandirian belajar IPS siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat ketika siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Misalnya ketika siswa mengerjakan latihan soal atau LKS, beberapa diantaranya masih saja sering menanyakan jawaban dari soal yang sedang dikerjakan, padahal guru sudah memberikan toleransi jika siswa boleh membuka buku catatan ataupun buku paket yang sudah disediakan. Tetapi meskipun guru sudah memberikan toleransi tersebut, masih saja ada siswa yang terus menerus bertanya kepada teman bahkan kepada guru secara langsung dengan beberapa alasan seperti kesulitan menemukan jawabannya dan terlalu lama jika harus membaca kembali materi atau bahan bacaan untuk mendapatkan jawabannya. Dalam hal tersebut, guru masih membiarkan siswa dan kurang bersikap tegas dalam menangani maslah tersebut.


(20)

4

Kelima, guru terlalu sering menggunakan metode ceramah. Pada saat guru menggunakan metode ceramah beberapa siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk mencoba menjawab pertanyaan karena tidak semuanya mendapatkan giliran untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Dengan adanya permasalahan-permasalahan di atas, maka peneliti bermaksud ingin menerapkan sebuah metode belajar. Metode merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai tujuan yang dikehendaki (Wuryandani & Fathurrohman, 2012: 135). Dengan demikian, metode belajar merupakan suatu cara yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran yang memiliki tujuan untuk membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapakan. Terdapat berbagai metode belajar yang sering diterapkan oleh guru seperti metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode latihan, dan lain-lain. Namun penggunaan metode pada saat pembelajaran tetap harus diperhatikan dan disesuaikan dengan faktor-faktor tertentu seperti keadaan peserta didik, situasi dan kondisi kelas, dan terutama disesuaikan dengan materi atau bahan ajar yang akan disampaikan. Metode yang telah dipilih oleh peneliti adalah metode mind map (peta pikiran). Menurut Buzan (2008: 10) mind map adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otakmu, cara baru untuk belajar dan berlatih yang cepat dan ampuh, cara membuat catatan yang tidak membosankan, dan cara terbaik untuk mendapatkan ide baru dan merencanakan proyek. Mind map merupakan metode belajar yang dapat membantu siswa untuk belajar sesuai keinginanya sendiri. Metode mind map dapat diterapkan karena sesuai dengan


(21)

5

karakteristik siswa SD yaitu senang bermain dan senang melakukan/ memeragakan sesuatu secara langsung, kreatif, senang berimajinasi, dan melakukan segala sesuatu sesuai kehendaknya. Dalam belajar, siswa senang bermain dan lebih senang melakukan/ memeragakan sesuatu secara langsung dalam artian mereka diberikan kesempatan untuk berkreasi seperti menggambar sesuatu yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan, sehingga mereka tidak merasa jenuh. Selain itu, setelah siswa menerima informasi atau penjelasan tentang materi pelajaran dari guru atau buku, mereka akan lebih memahami jika terlibat langsung dalam pembelajaran. Misalnya seperti menuliskan kembali informasi yang diterima sesuai pemahaman dan keinginannya sendiri.

Dengan kata lain, melalui metode tersebut siswa diajarkan cara merangkum materi dengan membuat catatan yang dilengkapi dengan bentuk, gambar serta warna-warna dalam mencatat materi tersebut sehingga akan menciptakan kreasi dari masing-masing siswa. Dengan menggunakan mind map siswa mampu berkreasi dalam belajar yang akan membuat mereka merasa diberikan kebebasan oleh guru. Siswa juga bebas membuat mind map dalam bentuk apapun seperti gambar, simbol, warna, dan sebagainya sehingga dapat membantu siswa untuk mampu belajar secara mandiri.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka teridentifikasi permasalahan sebagai berikut.

1. Guru belum memiliki inovasi untuk membuat pembelajaran IPS menjadi menarik.


(22)

6

2. Guru kurang memperhatikan semangat dan konsentrasi siswa saat belajar. 3. Guru belum memperhatikan keaktifan siswa pada saat pembelajaran 4. Kemandirian belajar IPS siswa yang rendah.

5. Guru kurang memperhatikan metode belajar. C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, peneliti membatasi masalah pada kemandirian belajar IPS yang rendah pada siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo.

D. Rumusan Masalah

Bagaimana upaya meningkatkan kemandirian belajar IPS yang rendah pada siswa kelas VB di SD Negeri Gedongkiwo?

E. Tujuan Penelitian

Untuk menjelaskan upaya meningkatkan kemandirian belajar IPS yang rendah pada siswa kelas VB di SD Negeri Gedongkiwo.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat adanya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Guru

a. Mengetahui tingkat kemandirian belajar siswa.

b. Menjadi refleksi dalam menggunakan metode pembelajaran yang sudah diterapkan sebelumnya.


(23)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Belajar

1. Pengertian Kemandirian

Kemandirian belajar merupakan penggabungan dari kata kemandirian dan belajar. Kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan untuk bertanggung jawab atas proses belajar untuk diri sendiri (Wicaksono, 2016: 430). Menurut Desmita (2011: 185) kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana peserta didik secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain. Selanjutnya, Anwar (2015: 35) menyatakan bahwa kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Zimbardo (Ambarita, 2006: 90) yang menyatakan bahwa kemandirian (independence) berkenaan dengan sikap dan perilaku yang cenderung memiliki karakteristik kepribabdian yang kreatif yang berarti selalu berupaya mencari alternatif, tidak bergantung atau terpengaruh oleh orang lain dalam proses penentuan keputusan, serta dapat melakukan sesuatu atas inisiatif dan kreativitas sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan suatu sikap yang membuat seseorang bebas, kreatif, percayaan diri serta tanggung jawab dalam melakukan segala sesuatu atas dasar kehendaknya sendiri sehingga tidak mudah bergantung pada orang lain. Dengan


(24)

8

adanya sikap mandiri, setiap orang harus mampu mengembangkan kemampuannya serta percaya akan kemampuannya sendiri.

Kemandirian merupakan salah satu sikap yang melekat pada diri sesorang dan bisa terus berkembang. Kemandirian dapat berkembang dengan adanya kemampuan dan kemauan pada diri yang terus dilatih secara berkelanjutan. Maka dari itu kemandirian dapat dirumuskan sebagai suatu kemampuan dan kemauan. Kemampuan berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman (Ambarita, 2006: 90). Pendidikan, pelatihan, dan pengalaman bisa didapatkan melalui belajar, salah satunya dengan belajar di sekolah.

Mustari (2014: 82) sekolah harus lebih efektif dalam melatih kemandirian, dengan berbagai kegiatannya sekolah harus bisa mengajarkan pada murid agar tidak bergantung pada orang lain, berusaha menyelesaikan tugas berdasarkan kemampuan sendiri, berani berbuat tanpa minta ditemani. Sekolah berperan sebagai lembaga yang memberikan pendidikan dan pelatihan termasuk pengalaman bagi siapa saja melalui proses belajar.

2. Pengertian Belajar

Djamarah & Zain (2010: 38) belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Susanto, 2013: 4). Menurut Hakim (2005: 1) belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian manusia dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti


(25)

9

peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan bagi individu untuk mengetahui informasi, mengembangkan kemampuan yang dimiliki, merubah perilaku, dan menanamkan nilai serta sikap pada diri individu tersebut.

3. Kemandirian Belajar

Terdapat beberapa istilah yang sering digunakan untuk kemandirian belajar yaitu seperti self- regulated learning dan mandiri belajar. Dickinson (Wicaksono, 2016: 430) mengemukakan bahwa kemandirian dalam belajar ialah sebuah situasi yang menuntut siswa secara total bertanggung jawab untuk semua keputusan menyangkut proses belajarnya dan melakukan keputusan tersebut. Menurut Winne (Amir dan Risnawati, 2016: 168) menyatakan bahwa self-regulated learning (SRL) adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri di dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal.

Sumarno (2004: 1) dalam Amir dan Risnawati (2016: 169) menyatakan bahwa kemandirian belajar merupakan proses perancangan dan pemantauaun diri yang seksama terhadap proses kognitif dan efektif dalam menyelesaikan suatu tugas akademik. Selanjutnya, kemandirian belajar merupakan kesiapan dari individu yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metode belajar, dan evaluasi hasil belajar (Tahar dan Enceng, 2006: 92).


(26)

10

Mudjiman (2011: 9) menambahkan bahwa belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki.

Anatomi konsep belajar mandiri menurut Mujiman (2009: 4) dapat digambarkan seperti berikut.

Gambar 1. Anatomi Konsep Belajar Mandiri

Berdasarkan gambar di atas, konsep anatomi belajar mandiri dapat dijelaskan sebagai berikut.

KOMPE-TENSI

BELAJAR AKTIF

MOTI

VA

S

I

B

ELA

JAR

KONSTRUKTIVISME Tujuan Pembelajaran

Strategi Pembelajaran

Prekondisi


(27)

11 a. Tujuan Pembelajaran

Tujuan belajar mandiri adalah mencari kompetensi baru, baik yang berbentuk pengetahuan maupun keterampilan, untuk mengatasi suatu masalah.

b. Strategi

Dalam mencapai tujuan mandiri, strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah strategi belajar aktif. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam mencari, menggali, sekaligus mengolah informasi dari berbagai sumber. Selain itu, strategi yang digunakan adalah strategi yang mampu membuat siswa senang saat belajar.

c. Prekondisi/ Prasyarat

Motivasi belajar dapat timbul dengan berbagai cara seperti menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan semangat bagi siswa. Selain itu, guru juga mempunyai peran untuk memancing siswa dengan memberikan beberapa informasi untuk selanjutnya digali lebih dalam oleh siswa sendiri.

d. Paradigma Pembelajaran

Penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki yang bersifat relevan sebagai modal awal untuk menciptakan pengetahuan baru sehingga proses belajar dapat berjalan lancar.

Berdasarkan berbagai macam penjelasan di atas mengenai kemandirian belajar, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar merupakan suatu usaha


(28)

12

atau keinginan yang muncul karena adanya motivasi dan rasa tanggung jawab dari diri sendiri untuk belajar secara mandiri.

4. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar

Seseorang yang memiliki kemandirian tinggi dapat mengambil inisiatif, mengatasi kesulitan, dan ingin melakukan hal-hal untuk dan oleh diri sendiri (Ambarita, 2006: 90). Hal tersebut ditegaskan oleh pendapat Desmita (2011: 185) yang menyebutkan bahwa kemandirian biasnya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain.

Zimbardo (Ambarita, 2006: 90) berpendapat bahwa kemandirian (independence) berkenaan dengan sikap dan perilaku yang cenderung memiliki karakteristik kepribadian yang kreatif yang berarti selalu berupaya mencari alternatif, tidak bergantung atau terpengaruh oleh orang lain dalam proses penentuan keputusan, serta dapat melakukan sesuatu atas inisiatif dan kreativitas sendiri. Guglielmino dan Guglielmino (1991) dalam Islam (2010: 2) menyatakan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan belajar mandiri dicirikan oleh beberapa faktor, yaitu: a) mempunyai inisiatif dalam belajar; b) bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri; c) disiplin dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar; d) memiliki keinginan yang kuat untuk belajar atau melakukan perubahan serta memiliki rasa percaya diri yang tinggi; e) mampu mengatur waktu, mengatur kecepatan belajar, dan rencana penyelesaian tuga; f) senang belajar dan berkecenderungan untuk memenuhi target yang telah direncanakan.


(29)

13

Zumbrunn, Tadlock, dan Danielle Roberts (2011: 13) menyebutkan bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar adalah sebagai berikut.

In summary, self-regulated learners are able to set short- and long-term goals for their learning, plan ahead to accomplish their goals, self-motivate themselves, and focus their attention on their goals and progress. They also are able to employ multiple learning strategies and adjust those strategies as needed, self-monitor their progress, seek help from others as needed, and self-evaluate their learning goals and progress based upon their learning outcomes.

Pernyataan di atas memaparkan bahwa ciri-ciri siswa yang memiliki kemandirian belajar yaitu: a) mampu menentukan tujuan jangka panjang dan jangka pendek belajarnya. Misalnya seperti belajar untuk mempersiapkan ulangan akhir semester, siswa belajar dari jauh-jauh hari dengan memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar sehingga mendapatkan nilai/ hasil yang memuaskan; b) merencanakan tujuan yang ingin dicapainya. Misalnya mempunyai target untuk mendapatkan nilai sempurna di mata pelajaran IPS; c) memotivasi dirinya sendiri. Siswa mempunyai semangat dan kemauan yang dapat memacu dirinya untuk rajin belajar; d) fokus terhadap tujuan dan kemajuan diri. Mampu memfokuskan diri dalam belajar; e) mampu menggunakan dan menyesuaikan berbagai macam strategi yang dibutuhkan. Siswa mampu menyesuaikan dan mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru; f) memantau perkembangan diri.Siswa terus melihat perkembangan belajarnya, apakah prosesnya menghasilkan kemajuan atau tanpa perubahan sehingga siswa dapat mengetahui sejauh mana tujuannya sudah tercapai; g) mencari bantuan yang dibutuhkan.Suatu saat siswa akan mencari bantuan mengenai kekurangannya yang dibutuhkan, tetapi tidak untuk meminta bantuan sepenuhnya; h) mengevaluasi pencapaian tujuan dan


(30)

14

kemajuan belajar melalui hasil belajar. Mencermati hasil dari proses belajar yang sudah dilakukan sehingga mampu mengukur dan melihat sejauh mana tujuan dan kemajuan yang tercapai.

Berdasarkan pendapat Zimbardo (Ambarita, 2006: 90) dan Guglielmino & Guglielmino (Islam, 2010: 12) dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa yang memiliki kemandirian belajar adalah sebagai berikut.

a. Memiliki sikap tanggung jawab b. Memiliki rasa percaya diri c. Memiliki kreativitas

d. Memiliki semangat belajar. e. Memiliki sikap disiplin

5. Pentingnya Kemandirian Belajar

Sikap kemandirian merupakan salah satu sikap yang penting dan perlu ditanamkan dalam diri siswa untuk membantu membangun kepercayaan diri dan tidak mudah bergantung kepada orang lain. Hal tersebut ditegaskan dengan pendapat Musbikin (2006: 50) yang menyatakan bahwa kemandirian anak sangat penting bagi perkembangan jiwa anak karena akan menimbulkan tingkat kepercayaan diri anak. Selanjutnya Musbikin menambahkan bahwa dampaknya, anak memiliki semangat untuk melakukan aktivitasnya, dan memiliki keinginan untuk banyak mencoba sesuatu yang baru dan meningkatkan prestasinya.

Sikap kemandirian yang ada pada diri juga dapat membantu anak agar terhindar dari dampak negatif dan kebiasaan belajar yang kurang baik.Seperti yang dikemukakan oleh Desmita (2011: 189) bahwa fenomena peserta didik yang


(31)

15

kurang mandiri dalam belajar dapat menimbulkan gangguan mental dan kebiasaan belajar yang kurang baik seperti tidak betah belajar lama atau belajar hanya menjelang ujian, membolos, menyontek, dan mencari bocoran soal-soal ujian. Melihat dari beberapa fenomena dan dan dampak negatif yang ada, maka kemandirian merupakan salah satu sikap yang penting yang harus ada pada diri siswa.Siswa yang mandiri akan jauh dari sifat dan sikap bergantung pada orang lain, selalu berusaha mencari dan memanfaatkan kesempatan untuk perbaikan diri sehingga lebih berkualitas (Ambarita, 2006: 92). Dengan adanya kualitas diri yang baik, siswa akan mampu memahami apa yang seharusnya ia lakukan untuk perbaikan dirinya sebagai usaha pencapaian tujuan.

Dengan adanya peran penting kemandirian bagi siswa untuk menghindari banyaknya fenomena dan dampak negatif dari kurangnya kemandirian, maka hal tersebut menuntut dunia pendidikan khususnya sekolah agar dapat menjadi tempat dan sarana untuk menumbuhkembangkan kemandirian pada diri siswa

6. Cara Menumbuhkembangkan Kemandirian Belajar

Kemandirian bukanlah hal yang diperoleh dengan sendirinya, tetapi membutuhkan proses, dukungan, dorongan, serta kesempatan (Ambarita, 2006: 89). Ambarita juga menambahkan bahwa kemandirian dapat berkembang dengan baik apabila diberi kesempatan berupa latihan yang berkesinambungan. Berdasarkan pendapat tersebut, siswa tidak mungkin dapat berjalan sendiri dalam melalui proses menuju kemandirian, dalam hal ini seorang guru mempunyai peran yang penting dalam membantu dan membimbing siswa. Seperti pendapat dari Mujiman (2009: 169) yang menyebutkan bahwa tugas seorang guru dalam belajar


(32)

16

mandiri siswa adalah 1) mengajar dengan bahan dan cara yang merangsang siswa untuk tertarik memperdalam dan mengembangkannya sendiri; 2)memberikan bantuan kepada siswa dalam proses pendalaman dan pengembangan bila diperlukan.

Desmita (2011: 184) berpendapat bahwa kemandirian muncul dan berfungsi ketika siswa menemukan diri pada posisi yang menuntut suatu tingkat kepercayaan diri. Desmita menambahkan bahwa pendidikan di sekolah perlu melakukan upaya-upaya pengembangan kemandirian siswa, diantaranya yaitu: a) menciptakan proses pembelajaran yang membuat siswa merasa dihargai; b) mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran; c) memberi kebebasan kepada anak untuk bereksplorasi dan mendorong rasa ingin tahu mereka; d) menerimaan kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain; e) menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.

B. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar 1. Pengertian IPS

Sumaatmadja (Siska, 2016: 6) berpendapat bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora. Pendapat tersebut diperjelas oleh Siska (2016: 7) yang mengemukakan jika Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.


(33)

17

Hidayati (2002: 4) mengemukakan bahwa IPS bagi pendidikan dasar dan menengah merupakan hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi dan sebagainya.

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS

IPS sebagai bidang studi tidak sekedar memberikan pengetahuan saja, tetapi juga mengarahkan siswa agar mengetahui perannya di masyarakat sehingga mampu menjadi masyarakat yang bertanggung jawab. Menurut Sapriya (2009: 12) tujuan pendidikan IPS di Indonesia pada dasarnya mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat dipergunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. Pendapat tersebut diperjelas lagi oleh Siska (2016: 9) yang mengungkapkan bahwa tujuan diberikannya pengajaran IPS pada jenjang sekolah dasar adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Hidayati (2002: 22) menyatakan bahwa tujuan utama Social studies (IPS) adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta emnjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik.


(34)

18

Sumaatmadja (Hidayati, 2002: 24-25) menyatakan Tujuan Kurikuler pengajaran IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya yaitu: a) membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat; b) membekali anak didik dengan kemampuan memecahkan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat; c) membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan masyarakat; d) membekali anak didik dengan sikap dan mental yang baik; e) membekali anak didik dengan kemampuan untuk bereksplorasi.

Sapriya (2009: 194) berpendapat bahwa mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis, dengan tujuan: a) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; b) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; c) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; d) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Fungsi mata pelajaran IPS adalah untuk memberikan kepada peserta didik informasi tentang segala sesuatuu yang menyangkut peri-kehidupan manusia dalam lingkungannya. Menurut Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial tahun 2006 (Siska, 2016: 13) fungsi mata pelajaran IPS adalah mengembangkan pengetahuan,


(35)

19

nilai, sikap, dan keterampilan sosial peserta didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

3. Ruang Lingkup IPS

Pembelajaran IPS memang berhubungan dengan segala macam aspek dalam kehidupan manusia. IPS tidak hanya mempelajari bagaimana cara berinteraksi dengan individu lain, tetapi juga mempelajari tentang kebudayaan, lingkungan, kebutuhan, dll. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 2) ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD/MI meliputi bebrapa aspek yaitu sebagai berikut.

a. Manusia, tempat tinggal, dan lingkungan. b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. c. Sistem sosial budaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. C. Metode Mind Map

1. Pengertian Mind Map

Mind map atau peta pikiran merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang melibatkan siswa secara langsung dan menuntut siswa belajar aktif dan

kreatif. Buzan (2006: 4) memaparkan bahwa “mind map merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Informasi yang panjang bisa dialihkan bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat”. Menurut Olivia (2008: 13) anak tidak akan menyadari jika ia sebenarnya sedang belajar, metode belajar mind map merupakan gabungan dari creative thinking dan active learning yang


(36)

20

akan menyajikan konsep belajar sekaligue bermain. Olivia menambahkan, minnd map anak dapat menuangkan isi bacaan secara ringkas dan menunjukkan kreativitasnya dalam membuat mind map sesuai keinginannya.

Mind map merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah

akan “memetakan” pikiran-pikiran kita.Selain itu, menurut Sugiarto (2004: 75) peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang perlu dipelajari, dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya.Mind map merupakan bentuk penulisan catatan yang penuh warna dan bersifat visual, yang bisa dikerjakan oleh satu orang atau sebuah tim.

Buzan (2006: 5) juga mengemukakan bahwa mind map merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan dari pada menggunakan teknik pencatatan tradisional.

2. Manfaat Mind Map

Menurut Buzan (2006: 176) mind map mendatangkan banyak manfaat seperti menghemat waktu, membantu menyusun dan menjelaskan pikiran, menghasilkan ide baru, melacak segalanya, memperbaiki ingatan dan konsentrasi, lebih merangsang otak. Mind map juga dapat bermanfaat bagi keseimbangan otak kanan dan kiri kita, hal tersebut ditegaskan oleh Buzan (2005: 7) bahwa mind map menggunakan huruf dan angka, dan juga warna dan gambar. Garis, urutan, huruf


(37)

21

dan daftar merupakan keterampilan mental otak kiri. Sedangkan keterampilan otak kanan meliputi interpretasi warna, gambar, irama, dan kesadaran ruang.

Buzan (2006: 5) memaparkan lebih rinci bahwa manfaat dari mind map yaitu: a) memberi ringkasan atas suatu subjek atau area yang luas; b) memudahkan kita membuat rencana perjalanan atau suatu pilihan, dan membantu kita mengetahui tujuan kita dan posisi kita sekarang; c) mengumpulkan sejumlah besar data dan meletakannya di suatu tempat; d) memberi dorongan atas upaya pemecahan masalah dengan memberi kesempatan untuk melihat jaln-jalan keluar kreatif yang baru; e) merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk dipandang, dibaca, direnungkan, dan diingat.

Menurut Porter dan Hernacki (2002: 152) otak seringkali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan perasaan.Manfaat peta pikiran menunrut Porter dan Hernacki (2002: 172) adalah fleksibel, dapat memusatkan perhatian, meningkatkan pemahaman, serta menyenangkan. Berikut adalah penjelasan dari berbagai manfaat tersebut.

a. Fleksibel, peta pikiran bersifat fleksibel dalam cara penulisannya yang. Jika kita lupa belum mencatat suatu hal dan ingin menambahkannya kita dapat langsung menuliskannya dengan mudah.

b. Dapat memusatkan perhatian, dengan menggunakan peta pikiran kita mampu memusatkan perhatian karena peta pikiran disajikan dalam bentuk poin-poin singkat dan ringkas sehingga membantu kita untuk bisa berkonsentrasi pada tulisan tersebut.


(38)

22

c. Meningkatkan pemahaman, peta pikiran dapat membantu kita saat membaca untuk memahami ulang apa yang telah kita tulis, karena bacaan tersebut merupakan sebuah ringkasan.

d. Menyenangkan, peta pikiran tidak hanya menyajikan tulisan saja, tetapi kita dibebaskan untuk berkreasi dalam membuatnya sehingga dapat lebih menyenangkan.

Sugiarto (2004: 78) menambahkan supaya fungsi otak bisa optimal dianjurkan untuk menggunakan peta pikiran supaya mempermudah dalam hal mengingat atau mengulang kembali.Berikut adalah penjelasan mengenai keuntungan menggunakan peta pikiran yaitu: a) tema utama diletakkan di tengah-tengah sehingga cepat dapatdilihat dan dimengerti, selain itu jika terdapat beberapa informasi tambahan maka informasi tersebut lebih mudah untuk ditempatkan karena terdapat ruang yang cukup selain di bagian tengah-tengah; b) lebih dapat berkonsentrasi dan mengembangkan pemikiran kita melalui penggunaan kata-kata kunci karena tidak terlalu panjang sehingga lebihn mudah untuk diingat; c) peta pikiran sangat cocok untuk mengulang kembali apa yang telah dipelajari karena hanya berupa ringkasan materi sehingga mudah dipelajari; d) peta pikiran dapat meringkas beberapa lembar bahan yang dipelajari menjadi satu halaman saja; (e) lebih mudah mengingat karena di dalam peta pikiran, kita bisa mempergunakan gambar, warna, serta simbol-simbol; (f) peta pikiran memberikan kita langkah pertama menuju era persaingan.


(39)

23 3. Langkah-langkah Membuat Mind Map

Buzan (2006: 14) menyatakan karena mind map begitu mudah dan alami, bahan-bahan untuk resep mind map sangatlah sedikit yaitu sebagai berikut. a. Kertas kosong tak bergaris.

b. Pena dan pensil warna. c. Otak

d. Imajinasi

Selanjutnya Buzan menjelaskan lebih rinci langkah-langkah dalam membuat mind map yaitu: a) memulai dari bagian tengah kertas; b) menggunakan gambar untuk membantu memperjelas maksud tulisan; c) menggunakan warna, karena dapat membuat mind map lebih menarik; d) menghubungkan cabang-cabang berisi informasi yang saling berkaitan; e) membuat garis hubung yang melengkung agar tidak membosankan otak; f) menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis.

D. Karakteristik Anak SD

Dalam proses pembelajaran, siswa merupakan sasaran utama untuk dilihat perkembangan belajarnya. Dalam hal ini guru harus mampu memahami karakteristik siswa agar siswa dapat belajar dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sulistyorini (2007: 7) mengemukakan bahwa sifat-sifat khas yang terdapat pada anak usia SD adalah: 1) sangat ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada dalam dunia realitas dan sekitarnya; 2) tidak lagi semata-mata tergantung pada orang yang lebih tua; 3) suka melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna terhadap lingkungannya; 4) telah dapat melakukan kompetisi dengan


(40)

24

sehat; dan 5) sudah mulai muncul kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain. Menurut Sholeh dan Ahmadi (2005: 39) beberapa karakteristik atau sifat khas anak-anak pada kelas tinggi Sekolah dasar adalah yaitu: 1) sangat ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada dalam dunia realitas di sekitarnya; 2) tidak lagi semata-mata tergantung pada orang yang lebih tua; 3) sudah mulai muncul kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain; 4) anak lebih mudah memahami dan mengingat sesuatu yang bersifat konkret dan dekat dengan kehidupan siswa; 5) realistis, ingin tahu, ingin belajar, anak memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang belum ia ketahui; 6) anak memiliki minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, anak sudah mulai memilih mata pelajaran yang ia sukai.

E. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Mind Map

Berikut adalah langkah-langkah penerapan mind map dalam pembelajaran di kelas.

a. Menentukan dan memberikan materi. Guru memberikan materi sekaligus menjelaskan pokok-pokok materi yang akan dipelajari oleh siswa.

b. Membaca isi materi. Masing-masing siswa membaca dan mempelajari materi yang diberikan oleh guru lebih dalam.

c. Menentukan pokok materi atau hal-hal penting dari materi. Masing-masing siswa membuat ringkasan materia ataupun menandai dan menggarisbawahi pokok-pokok bacaan.

d. Membuat mind map. Guru menunjukkan contoh mind map dan membimbing siswa dalam membuat mind map.


(41)

25

e. Mempresentasikan mind map dan ngevaluasi mind map. Siswa mempresentasikan mind map yang sudah dibuat.

F. Pengaruh Penggunaan Mind Map terhadap Kemandirian Bealajar IPS Olivia (2008: 13) mengemukakan bahwa mind map merupakan metode belajar aktif dan kreatif yang dapat membantu siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan serta ide-ide baru yang didapat melalui pembelajaran yang menyenangkan. Melalui mind map siswa dapat berkreativitas sesuai keinginanya sendiri. Wahyudin (2007: 15) berpendapat bahwa kreativitas merupakan segala proses yang dilakukan anak dalam melakukan, mempelajari, dan menemukan sesuatu yang baru. Kreativitas merupakan salah satu sikap yang dapat membangun kemandirian pada diri seseorang. Zimbardo (Ambarita, 2006: 90) menyatakan bahwa kemandirian (independence) berkenaan dengan sikap dan perilaku yang cenderung memiliki karakteristik kepribadian yang kreatif yang berarti selalu berupaya mencari alternatif, tidak bergantung atau terpengaruh oleh orang lain dalam proses penentuan keputusan, serta dapat melakukan sesuatu atas inisiatif dan kreativitas sendiri. Kemandirian setiap orang tentu tidak bisa muncul begitu saja dengan sendirinya, melainkan melalui sebuah proses. Seperti pendapat Ambarita (2006: 91) yang mengemukakan bahwa kemandirian merupakan bagian dari kepribadian, yang dapat berkembang dengan baik, apabila diberi kesempatan berupa latihan yang berkesinambungan untuk melakukan eksplorasi ide-ide yang dimiliki.

Kemandirian dapat muncul dengan adanya kesempatan dan latihan melalui proses belajar di sekolah. Salah satu contoh sikap kemandirian yang dapat tumbuh


(42)

26

dengan adanya pembelajaran di sekolah adalah sikap kemandirian belajar. Kemandirian belajar sangat penting bagi siswa karena dapat membantu membangun rasa percaya diri dan tanggung jawab siswa dalam belajar, termasuk menghindarkan siswa dari pengaruh negatif seperti malasa saat belajar di sekolah. IPS merupakan salah satu mata pelajaran penting yang harus dipelajari karena memuat berbagai macam ilmu seperti tentang nilai, sikap, ekonomi, masyarakat.IPS membantu menyiapkan siswa untuk dapat menempatkan dirinya sebagai anggota masyarakat yang baik. Mata pelajaran IPS memang identik dengan materi hafalan yang menuntut siswa untuk rajin membaca agar dapat memahami isi materi, dan hal tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat siswa malas untuk belajar IPS sehingga siswa kurang bersemangat saat belajar. Dengan adanya permasalahan tersebut maka solusinya adalah dengan menumbuhkan kemandirian belajar siswa. Salah satu cara menumbuhkan kemandirian belajar IPS bagi siswa adalah dengan menggunakan mind map. Porter dan Hernacki (2002:175) menjelaskan, mind map merupakan metode mencatat yang membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasikan materi, daan memberikan wawasan baru dengan cara yang tidak biasa. Informasi yang panjang bisa dialihkan bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat sesuai kreativitas masing-masing (Buzan, 2006: 4). Dari penjelasan tersebut, mind map cocok diterapkan pada mata pelajaran IPS yang padat akan materi. Mind map dapat membantu siswa dalam meringkas materi dan membuat catatan sesuai kreativitas mereka. Setiap siswa dibebaskan membuat bentuk mind


(43)

27

map sesuai keinginannya dan membuat catatan sesuai pemahaman masing-masing. Dari mind map inilah kemandirian belajar IPS siswa dapat tumbuh karena mereka diberikan kebebasan dalam belajar tanpa harus bergantung kepada temannya.

G. Kerangka Pikir

Kemandirian belajar sangat penting bagi siswa karena dapat membantu membangun rasa percaya diri, tanggung jawab, kreativitas serta menjauhkan siswa dari kebiasaan buruk dalam belajar. Peneliti melihat masih terdapat beberapa masalah yang berkaitan dengan kemandirian belajar seperti siswa tidak melaksanakan perintah guru ketika diminta untuk mencatat suatu materi, bergantung kepada temannya ketika diberikan tugas, dan kurang bersemangat sehingga menjadi malas mengikuti pembelajaran di kelas. Kemandirian belajar dalam mata pelajaran IPS merupakan kegiatan belajar yang membebaskan siswa dalam memahami materi IPS yang dipelajari tanpa terus bergantung kepada orang lain sehingga siswa bebas berkreasi dalam mencatat materi mata pelajaran IPS. Sebagai orang yang membimbing siswa saat pembelajaran di kelas, guru harus ikut serta dalam membangun kemandirian belajar siswa. Salah satu yang dapat dilakukan guru adalah menyelenggarakan pembelajaran aktif yaitu dengan menggunakan metode mind map. Mind map merupakan metode belajar yang melibatkan siswa secara langsung dan aktif dalam pembelajaran, metode ini sesuai dengan karakteristik siswa yang senang bermain dan berkreasi serta senang melakukan segala sesuatu secara langsung. Mind map memberikan kebebasan kepada siswa untuk membuat catatan sesuai kehendak dan kreasi siswa. Dengan


(44)

28

menggunakan mind map, siswa diharapkan mampu belajar aktif, dan dan bersemangat saat belajar. Siswa diharapkan mampu mandiri melalui pembelajaran menggunakan mind map dengan cara membuat catatan sesuai keinginan dan kreasi siswa, sehingga dapat membantu menunmbuhkan dan meningkatkan kemandirian belajar siswa terutama dalam mata pelajaran IPS.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah penggunaan metode mind map dapat meningkatkan kemandirian belajar IPS siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo.

I. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang perlu didefinisikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar IPS merupakan merupakan suatu sikap yang membuat seseorang bebas, kreatif, percayaan diri serta tanggung jawab dalam melakukan segala sesuatu atas dasar kehendaknya sendiri sehingga tidak mudah bergantung pada orang lain. Dengan adanya sikap mandiri, setiap orang harus mampu mengembangkan kemampuannya serta percaya akan kemampuannya sendiri. 2. Mind Map

Mind map merupakan cara belajar aktif yang membantu siswa untuk mengembangkan kreativitas dan pengetahuannya.Metode mind map membantu siswa untuk dapat mencatat dan meringkas materi yang dipelajari sesuai kehendak siswa, siswa diberikan kebebasan untuk berkreasi dalam membuat catatan


(45)

29

tersebut. Cara atau langkah-langkah dalam membuat mind map yaitu: (a) menulis/ mencatat judul materi di bagian tengah kertas; (b) menuliskan beberapa kata kunci dari materi di bagian atas, bawah, samping kanan dan kiri dari bagian tengah judul tadi (membuat cabang dari pusat); (c) menuliskan isi atau penjelasan sesuai kata kunci yang telah dibuat secara singkat (dibuat bercabang kembali); (d) menggunakan garis untuk mengaitkan antar kata kunci jika terdapat keterkaitan; (e) menggunakan warna atau gambar sesuai keinginan/ kreasi untuk memperjelas dan membuatnya lebih menarik. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode mind map yaitu sebagai berikut.

a. Menentukan dan memberikan materi. Guru memberikan materi sekaligus menjelaskan pokok-pokok materi yang akan dipelajari oleh siswa.

b. Membaca isi materi. Masing-masing siswa membaca dan mempelajari materi yang diberikan oleh guru lebih dalam.

c. Menentukan pokok materi atau hal-hal penting dari materi. Masing-masing siswa membuat ringkasan materia ataupun menandai dan menggarisbawahi pokok-pokok bacaan.

d. Membuat mind map. Guru menunjukkan contoh mind map dan membimbing siswa dalam membuat mind map.

e. Mempresentasikan mind map dan ngevaluasi mind map. Siswa mempresentasikan mind map yang sudah dibuat.


(46)

30 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2006: 3) PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Menurut Sanjaya (2011: 26) PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemandirian belajar IPS dengan menggunakan metode mind map yang melibatkan siswa untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu peneliti bekerjasama dengan guru kelas yang bersangkutan dalam pelaksanaan tindakan.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri Gedongkiwo dengan jumlah 17 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Sedangkan objek penelitian ini adalah pembelajaran IPS menggunakan metode mind map.


(47)

31 C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan model PTK yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart. Model ini terdiri dari empat komponen penelitian dalam setiap siklus. Komponen tersebut yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada model Kemmis dan Robin Mc Taggart, komponen tindakan dan observasi menjadi satu komponen karena kedua kegiatan ini dilakukan secara bersamaan (Pardjono, dkk 2007: 23). Berikut adalah visualisasi dari model Kemmis dan Robin Mc Taggart.

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2010: 132).

Berikut penjelasan kegiatan dengan model Kemmis dan Robin Mc Taggart yang dilakukan dalam penelitian ini.


(48)

32 1. Perencanaan

Dalam perencanaan peneliti menyusun kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada saat melaksanakan tindakan. Susunan kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang kemudian dikonsultasikan kepada guru kelas.

b. Membuat instrumen pengamatan. c. Membuat contoh mind map.

d. Menyiapkan peralatan atau sarana yang akan digunakan saat pembelajaran seperti media dan alat tulis.

e. Menyiapkan kamera sebagai alat dokumentasi saat pembelajaran. 2. Pelaksanaan tindakan dan Pengamatan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan rencana yang sudah dibuat sekaligus melakukan pengamatan/ observasi. Pengamatan dilakukan untuk melihat kegiatan pembelajaran terkait dengan tindakan yang dilakuakan. Pengamatan dilakukan sesuai dengan lembar instrumen observasi yang telah dibuat.

3. Refleksi

Dalam tahap ini peneliti berdiskusi dengan guru terkait pembelajaran dan tindakan yang sudah dilakukan. Peneliti dan guru melihat dan menilai apa saja kekurangan dan permasalahan yang muncul dalam tindakan beserta solusinya untuk perbaikan. Hasil refleksi siklus I menjadi acuan bagi siklus berikutnya.


(49)

33 D. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V B SD Negeri Gedongkiwo yang terletak di jalan Bantul, Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016/ 2017. Gambaran penataan kelas VB untuk penelitian yaitu tempat duduk siswa menghadap ke depan ke arah papan tulis dengan jumlah siswa dalam satu meja berjumlah dua orang, sedangkan tempat duduk guru berada di depan samping kanan siswa. Setting tempat duduk siswa ditujukan agar siswa mampu berkonsentrasi dan memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dapat digunakan peniliti dalam mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2012: 62). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar checklist.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, dan pedoman wawancara.

1. Lembar Checklist

Lembar checklist digunakan selama proses tindakan berlangsung untuk melihat dan mengetahui kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran IPS serta aktivitas guru pada saat mengajar menggunakan metode mind map. Kisi-kisi pada lembar observasi siswa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(50)

34

Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Checklis Kemandirian Belajar Siswa No. Aspek yang diamati Jumlah Butir No. Butir 1. Memiliki sikap tanggung jawab 4 2, 5, 6, 14 2. Memiliki rasa percaya diri 3 9, 10, 11

3. Memiliki kreativitas 2 8, 15

4. Memiliki semangat belajar 1 7

5. Memiliki sikap disiplin 5 1,3,4,12,13

Jumlah 15

G. Validitas Instrumen

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya dikur. Validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang telah dibuat oleh peneliti dapat digunakan atau tidak. Pengujian validitas dilakukan melalui pertimbangan dari para ahli (expert judgment).

H. Teknik Analisis Data

Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kuantitatif. Rincian analisis yang digunakan untuk data-data yang didapatkan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Analisis data hasil lembar checklist.

Dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui sebaran

centangan pada kolom pilihan “Ya” dan “Tidak” (Arikunto, 2010: 187). Data hasil

lembar checklis dianalisis secara kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung jawaban checklist “Ya” dan “Tidak”, skor untuk checklist“Ya” yaitu 1 dan skor untuk checklist “Tidak” yaitu 0. Selanjutnya skor yang sudah diperoleh dijumlahkan. Jumlah skor yang sudah didapat kemudian dipersentasekan dengan cara membagi jumlah skor keseluruhan yang diperoleh


(51)

35

siswa dengan skor maksimum, dan kemudian dikalikan 100 persen (Yoni dkk, 2010: 177). Berikut adalah gambaran dari rumus tersebut.

Persentase kemudian dikategorikan dengan klasifikasi berdasarkan perhitungan rumus interval kelas sebagai berikut (Riduwan dan Akdon, 2010: 177).

Tabel 2. Klasifikasi Hasil Lembar Checklist. Persentase skor yang diperoleh Kategori

81-100% Sangat Tinggi

61-80% Tinggi

41-60% Sedang

21-40% Rendah

0-20% Sangat Rendah

I. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan tindakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari meningkatnya kemandirian siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan metode mind map. Penelitian dinyatakan berhasil apabila persentase rata-rata kemandirian belajar siswa kelas VB sebesar ≥ 70% dengan 70% siswa mencapai kategori minimum tinggi.


(52)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan sejak bulan Oktober 2016 sampai bulan Maret 2017 di kelas VB SD Negeri Gedongkiwo. Pada bulan Oktober peneliti melakukan observasi awal untuk melihat permasalahan yang ada di kelas, sedangkan pelaksanaan penelitian di kelas dilaksanakan selama bulan Maret 2017. Siswa VB awalnya berjumlah 21 siswa, tetapi peneliti hanya mengambil 17 siswa sebagai subjek penelitian dikarenakan terdapat 1 siswa yang tidak pernah masuk sekolah sejak awal semester genap, 3 orang siswa tidak masuk sekolah pada saat pra tindakan dan pertemuan pertama di siklus 1 karena dua diantaranya sakit dan satu siswa harus mengikuti latihan untuk persiapan lomba. Subjek penelitian 17 siswa tersebut terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuuan. Adapun jadwal penelitian yang telah dilaksanakan yaitu sebagai berikut.

Tabel 3. Jadwal Penelitian

Siklus Waktu Materi

Pra Tindakan

Senin, 13 Maret 2017

07.30-08.40 Penjajahan Belanda di Indonesia

Siklus 1 Rabu, 15 Maret 2017

09.35-10.45 Perjuangan tokoh-tokoh daerah pada masa penjajahan Belanda Rabu, 22 Maret

2017

09.35-10.45 Perjuangan tokoh-tokoh daerah pada masa penjajahan Belanda Siklus 2 Senin, 27 Maret

2017

07.30-08.40 Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Rabu, 29 Maret

2017


(53)

37

Deskripsi penelitian yang sudah dilaksanakan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Pra Tindakan

Pengamatan pra tindakan dilaksanakan pada hari Senin, 13 Maret 2017. Pengamatan pra tindakan bertujuan untuk mengamati kondisi awal siswa dengan menggunakan lembar checklist.

Setiap hari senin setelah melaksanakan upacara pagi, seluruh siswa dihimbau untuk masuk ke kelas masing-masing dan berdo’a dengan membaca surat-surat

pendek serta menunggu bel mulai pembelajaran. Selesai berdo’a peneliti

membagikan name tag untuk dipakai oleh siswa, name tag digunakan agar memudahkan peneliti dalam mengobservasi siswa. Setelah berdo’a hanya ada 8 orang yang tetap berada di dalam kelas sedangkan sisanya berada di luar kelas, beberapa diantaranya pergi ke kantin.

Ketika peneliti meminta siswa yang berada di luar kelas untuk masuk, siswa tersebut menjawab dengan alasan menunggu guru yang belum datang, sementara siswa yang berada di dalam kelas tetap di tempat duduk masing-masing. Sebagian melakukan aktivitas menggambar, sebagian berbicara dengan teman di samping dan belakangnya, dan dua orang terlihat sedang membuka-buka buku paket IPS. Semua siswa masuk ke kelas ketika terdapat guru kelas IV yang meminta mereka untuk masuk kelas.


(54)

38

Gambar 3. Suasana ketika guru belum berada di kelas

Ketika guru masuk, guru melihat kondisi kelas terlebih dahulu dengan melihat semua siswa dan mengecek kesiapan siswa. Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan melakukan presensi, pada saat itu hanya terlihat dua siswa yang sudah menyiapkan buku paket dan lembar fotokopian di atas meja. Di awal pembelajaran, guru memberikan acuan dengan membahas sedikit materi yang sudah disampaikan pada pembelajaran sebelum pelaksanaan UTS, selanjutnya guru menyampaikan bahwa pembelajaran hari ini akan diisi dengan membahas materi yang sudah dipelajari di pertemuan sebelum UTS selama satu jam dan satu jam berikutnya digunakan untuk membahas soal-soal UTS .

Pada saat guru menjelaskan materi, empat siswa tidak memperhatikan penjelasan guru karena mengobrol, satu siswa melakukan kegiatan lain yaitu menggambar dan menulis sesuatu yang tidak jelas, empat siswa beberapa kali mengobrol dengan teman sebangku dan teman di belakangnya. Setelah menjelaskan, guru melakukan tanya-jawab dengan siswa terkait materi yang dipelajari. Sebagian siswa sudah benar dalam menjawab pertanyaan meskipun


(55)

39

mereka menjawabnya secara bersama-sama karena siswa belum berani menjawab sendiri dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu.

Selanjutnya guru membagikan hasil UTS siswa dan membahas soal-soal tersebut secara bersama-sama. Pada saat guru membagikan hasil UTS terdapat tiga siswa laki-laki yang saling mengejek karena nilai UTS yang diperoleh tidak begitu baik sehingga membuat suasana kelas menjadi ramai, kemudian salah satu siswa laki-laki bertindak menghentikan mereka dan guru pun ikut menertibkannya. Saat membahas soal-soal, terdapat empat siswa yang aktif berpendapat mengenai jawaban yang sedang dibahas, sedangkan dua siswa terlihat tidak memperhatikan dan menanyakan kunci jawaban yang benar kepada siswa perempuan yang ada disebrang tempat duduknya.

Gambar 4. Siswa dan guru membahas soal UTS

Sebelum menutup pembelajaran, siswa mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru yang harus dikumpulkan dalam waktu 5 menit. Setelah 5 menit, hanya ada tiga siswa yang mengumpulkannya tepat waktu. Guru juga memberikan informasi


(56)

40

bahwa semua siswa ditugaskan untuk membawa pensil warna atau spidol atau crayon pada pembelajaran IPS berikutnya.

Dari hasil observasi pra tindakan menunjukkan bahwa rata-rata kemandirian belajar IPS siswa kelas VB sebesar 39,55% (di lampiran) dan belum terdapat siswa yang mampu mencapai kategori keberhasilan. Hasil pengamatan kemandirian belajar siswa berdasarkan kategori yang dicapai dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4. Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan

Kategori Persentase Skor (%) Frekuensi Persentase Siswa (%)

Sangat Tinggi 81-100% 0 0%

Tinggi 61-80% 0 0%

Sedang 41-60% 4 24%

Rendah 21-40% 13 76%

Sangat Rendah 0-20% 0 0%

Gambar 5. Diagram Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan

0% 0%

24%

76%

0% 0%

20% 40% 60% 80% 100%

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat

Rendah Persentase Hasil Pengamatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB Berdasarkan Kategori pada Pra Tindakan


(57)

41

Berdasarkan tabel dan diagram di atas, dapat diketahui jika kemandirian belajar IPS siswa kelas VB yang termasuk dalam kategori sangat tinggi belum ada (0%); kategori tinggi belum ada (0%); kategori sedang sebanyak 4 siswa (24%); kategori rendah sebanyak 13 siswa (76%); dan kategori sangat rendah 0%. Hanya terdapat 4 siswa yang kemandirian belajarnya termasuk ke dalam kategori sedang, sebagian besar dari 4 siswa tersebut masih kurang dalam indikator percaya diri yaitu menjawab pertanyaan sebelum ditunjuk oleh guru dan mengemukakan pendapat atau menambahkan jawaban. Lalu siswa juga masih kurang dalam indikator kreativitas yaitu mencatat dan menandai/menggaris bawahi hal-hal penting. Siswa belum bisa menyelesaikan tugas tepat waktu serta belum bisa bersikap tegas ketika kelas mulai tidak kondusif.

Sedangkan 13 siswa yang kemandirian belajarnya termasuk ke dalam kategori rendah, sebagian besar siswa tersebut masih kurang dalam indikator disiplin yaitu belum bisa menyelesaikan tugas tepat waktu, kurang tertib dan belum siap belajar, serta siswa masih berada di luar kelas ketika guru belum hadir. Siswa hanya menggunakan satu buku sebagai sumber belajar, belum mampu menyelesaikan tugas tepat waktu, masih bergantung kepada teman ketika mengerjakan tugas, belum berani berpendapat dan belum berani menjawab pertanyaan.

Penjelasan secara rinci hasil pengamatan kemandirian belajar IPS setiap siswa berdasarkan kategori yang dicapai yaitu sebagai berikut.

1. Siswa nomor 1 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 33% yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator disiplin, percaya diri, dan kreativitasnya. Hal ini dikarenakan siswa tidak


(58)

42

terlihat fokus saat pembelajaran, dan cenderung pasif. Siswa hanya menjawab ketika guru memintanya untuk menjawab pertanyaan tersebut.

2. Siswa nomor 2 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 60% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang dalam indikator tanggung jawab dan percaya diri, hal ini disebabkan karena siswa masih terlihat ragu-ragu ketika menjawab soal-soal yang sedang dibahas.

3. Siswa nomor 3 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 40% yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator disiplin, tanggung jawab dan kreativitas. Hal ini dikarenakan siswa tidak fokus saat belajar, siswa lebih banyak mengobrol bersama teman satu bangkunya.

4. Siswa nomor 4 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 40% yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator percaya diri, semangat, dan kreativitas. Ketika membahas soal-soal, siswa terlihat kurang bersemangat dan jarang memperhatikan temannya yang sedang membacakan soal.

5. Siswa nomor 5 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 33% yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator disiplin, percaya diri dan tanggung jawab. Siswa terlihat tidak fokus ketika guru menjelaskan materi, siswa juga beberapa kali terlihat menanyakan jawaban dari soal-soaol yang sedang dibahas kepada temannya.

6. Siswa nomor 6 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 47% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang dalam indikator


(59)

43

disiplin, kreatif, dan semangat. Siswa terlihat belum siap sejak awal pembelajaran, siswa juga terlihat lebih sering bermain dengan alat tulisnya. 7. Siswa nomor 7 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 47%

yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa masih kurang dalam indikator tanggung jawab dan semangat belajar. Siswa cenderung pasif dan diam selama pembelajaran.

8. Siswa nomor 8 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 40% termasuk dalam kategori rendah. Siswa belum mencapai indikator disiplin, kreatif, dan semangat belajar. Siswa belum berani menjawab ataupun mengemukakan pendapat serta terlalu sering bergantung kepada teman satu bangkunya.

9. Siswa nomor 9 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 40% termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator disiplin dan semangat. Siswa terlihat belum siap belajar ketika guru memulai pembelajaran, siswa masih bermain dengan buku pelajaran membatik. 10. Siswa nomor 10 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 33%

termasuk dalam kategori rendah. Siswa belum mampu mencapai idikator tanggung jawab, percaya diri, kreatif, dan semangat belajar. Siswa nomor 10 memang tergolong lamban dalam belajar, sehingga siswa harus selalu dibimbing oleh guru.

11.Siswa nomor 11 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 47% yang termasuk dalam kategori sedang. Siswa belum mampu mencapai


(60)

44

indikator disiplin dan kreativitas. Hal tersebut dikarenakan siswa belum siap karena mengobrol ketika guru memulai pembelajaran.

12.Siswa nomor 12 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 40% yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator disiplin, percaya diri dan kreativitas. Hal ini dikarenakan siswa belum terlihat siap ketika guru mulai menjelaskan materi, serta menjawab pertanyaan dengan bantuan teman.

13.Siswa nomor 13 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 40% yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa belum menunjukkan indikator percaya diri, kreatif, dan semangat belajar. Hal tersebut karena siswa kurang fokus pada saat pembelajaran.

14.Siswa nomor 14 secara keseluruhan kemandirian belajar siswa sebesar 40% yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator tanggung jawab, kreatif, dan semangat. Hal tersebut dikarenakan siswa terlihat kurang serius dalam belajar, siswa beberapa kali terlihat mengobrol bersama temannya.

15.Siswa nomor 15 seecara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 33% yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator tanggung jawab, kreatif, dan semangat. Hal tersebut dikarenakan siswa terlihat kurang serius dalam belajar, siswa beberapa kali terlihat mengobrol bersama temannya.

16.Siswa nomor 16 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 27% yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam


(61)

45

indikator disiplin, percaya diri dan semangat. Siswa kurang fokus selama pembelajaran, siswa juga melakukan kegiatan lain yaitu menggambar.

17.Siswa nomor 17 secara keseluruhan memiliki kemandirian belajar sebesar 33% yang termasuk dalam kategori rendah. Siswa masih kurang dalam indikator disiplin, tanggung jawab dan semangat belajarnya. Siswa beberapa kali terlihat menanyakan kunci jawaban dari soal yang dibahas kepada temannya karena tidak fokus pada saat guru membahas soal-soal tersebut.

Selain berdasarkan kategori, adapun hasil pengamatan berdasarkan rata-rata per indikator kemandirian belajar siswa kelas VB pada saat pra tindakan yaitu sebagai berikut.

Tabel 5. Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas VB pada Pra Tindakan

No. Indikator Hasil

Persentase (%) Kategori

1. Tanggung jawab 49,95% Sedang

2. Percaya diri 43,1% Sedang

3. Kreativitas 2,9% Sangat Rendah

4. Semangat Belajar 17,6% Sangat Rendah


(62)

46

Gambar 6. Diagram Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS Kelas VB pada Pra Tindakan

Berdasarkan tabel dan diagram di atas, peneliti dapat menjelaskan lebih rinci dari setiap indikator yaitu sebagai berikut.

1. Indikator tanggung jawab termasuk ke dalam kategori sedang karena indikator tersebut hanya tercapai 49,95%. Sebagian besar yang belum dapat dicapai oleh siswa pada indikator tanggung jawab adalah bersikap tegas ketika kelas kurang kondusif serta belum menyiapkan buku pelajaran ketika pembelajaran dimulai.

2. Indikator percaya diri termasuk ke dalam kategori sedang karena indikator tersebut hanya tercapai 43,1%. Sebagian besar yang belum dapat dicapai oleh siswa pada indikator percaya diri adalah siswa berani menjawab sebelum ditunjuk oleh guru dan belum berani menambahkan pendapat atau jawaban.

49,95%

43%

2,9%

17,6%

48,21%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Tanggung jawab

Percaya diri Kreativitas Semangat Belajar

Disiplin Persentase Rata-rata Indikator Kemandirian Belajar IPS


(63)

47

3. Indikator kreativitas termasuk ke dalam kategori sangat rendah karena indikator tersebut hanya tercapai 2,9%. Siswa masih bergantung pada satu buku sebagai sumber belajar, siswa juga tidak mencatat atau menandai hal-hal penting dari materi yang sedang dipelajari.

4. Indikator semangat belajar termasuk ke dalam kategori sangat rendah karena indikator tersebut hanya tercapai 17,6%. Sebagian besar siswa masih terlihat bekerjasama dengan temannya dalam mengerjakan tugas.

5. Indikator disiplin termasuk ke dalam kategori sedang karena indikator tersebut hanya tercapai 48,21%. Sebagian besar siswa masih berada di luar ketika guru belum hadir di kelas, siswa terlihat belum siap dan tertib ketika guru akan memulai pembelajaran, serta siswa belum mampu mengumpulkan tugas tepat waktu.

2. Siklus 1

Siklus 1 terdiri dari dua pertemuan yang dilaksanakan pada Rabu, 15 Maret 2017 dan Rabu, 22 Maret 2017. Alokasi waktu untuk setiap pertemuan yaitu 2x35 menit, dengan materi tentang Perjuangan Para Tokoh Sebelum Kebangkitan Nasional dan pada Masa Kebangkitan Nasional. Berikut adalah penjelasan dari penelitian Siklus 1 yang telah dilaksanakn oleh peneliti.

a. Perencanaan Siklus 1

Perencanaan dilaksanakan guna mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tindakan. Kegiatan perencanaan Siklus 1 yaitu sebagai berikut.


(64)

48 1) Menyusun RPP

Dalam menyusun RPP, peneliti berkolaborasi dengan guru, RPP disusun oleh peneliti yang selanjutnya dikonsultasikan kepada guru.

2) Membuat lembar evaluasi

Peneliti dan guru bekerjasama dalam membuat lembar evaluasi untuk diberikan pada pertemuan kedua atau akhir siklus. Lembar evaluasi yang dibuat yaitu berupa isian singkat.

3) Menyiapkan instrumen observasi

Peneliti menjelaskan kepada guru terkait lembar observasi yang akan digunakan dalam mengamati siswa saat pembelajaran berlangsung.

4) Menyiapkan media pembelajaran

Media pembelajaran disiapkan oleh peneliti dan guru. Dalam membuat contoh mind map peneliti berkolaborasi dengan guru terkait isi dari mind map yang akan dibuat. Selain itu, peneliti dan guru juga menyiapkan kertas putih kosong berukuran A3 serta pensil warna dan spidol yang akan dipakai oleh siswa untuk membuat mind map.

4) Menyiapkan kamera sebagai alat dokumentasi. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan yang ada pada RPP. Berikut adalah rincian kegiatan yang dilakukan pada siklus 1.


(65)

49 1) Pertemuan Ke-1

a) Kegiatan Awal

Pembelajaran IPS menggunakan metode mind map dimulai setelah jam istirahat yaitu pukul 09.35 dengan rincian kegiatan sebagai berikut.

Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Selanjutnya guru memberikan acuan dengan membahas materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu tentang penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Belanda terhadap rakyat Indonesia. Dalam menyampaikan acuan, guru juga memberikan beberapa pertanyaan terkait materi seperti dampak apa yang terjadi dari adanya penjajahan oleh pihak Belanda, serta apa alasan yang membuat pihak Belanda memerintahkan rakyat Indonesia untuk membuat jalan raya dari Anyer sampai Panarukan. Pada saat guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut dan terlihat pasif. Guru harus membimbing siswa agar mereka berani menjawab dan berpendapat.

Sebelum menjelaskan materi, guru melakukan apersepsi dengan mengeluarkan uang kertas nominal seribu dan bertanya kepada siswa“anak-anak apakah kalian tahu nama tokoh yang ada pada uang ini?”. Dari pertanyaan tersebut, beberapa siswa mencoba menjawab tetapi belum ada jawaban yang tepat. Selanjutnya guru memberikan petunjuk kedua dengan cara menyebutkan inisial nama tokoh tersebut serta asal daerahnya. Setelah guru melakukan tanya-jawab, guru memberikan nasehat kepada siswa agar membiasakan rajin belajar di rumah dan mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya meskipun guru tidak menyuruhnya.


(1)

199

Beberapa siswa tidak memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan

Beberapa siswa melihat pekerjaan temannya, dan melihat contoh mind map yang dibuat oleh guru


(2)

200 Lampiran 7. Surat-surat Penelitian


(3)

(4)

(5)

(6)