PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi kasus pada PT. Petrokopindo Cipta Selaras).
TERHADAP KINERJA KARYAWAN
(Studi kasus pada PT. Petrokopindo Cipta Selaras)
T E S I S
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Guna Mencapai Gelar Magister
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
Oleh :
BAMBANG SAPUTRA
NPM : 066 102 0008
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2007
(2)
Kinerja Karyawan” dapat selesai dengan baik.
Dengan selesainya penelitian ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Soeparlan P., SE, MM, Ak selaku Pembimbing Utama yang selalu memberi arahan dan memotivasi kemudian kepada Bapak Drs. Ec. Prasetyo Hadi, MM selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak memberikan saran dan kritik positif. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada :
1. Rektor Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Surabaya Jawa Timur. 2. Direktur Program Pascasarjana beserta staf Universitas Pembangunan
Nasional ”Veteran” Surabaya Jawa Timur.
3. Ketua Program Studi Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Surabaya Jawa Timur.
4. Bapak / Ibu dosen Studi Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Surabaya Jawa Timur.
5. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan Studi Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Surabaya Jawa Timur yang telah membantu memberikan berbagai informasi.
6. Secara khusus penulis sampaikan kepada Ibu kami tercinta, Istri tercinta dan ananda tercinta Rahmatika Dyah Saputri dan Febrina Safitri beserta segenap keluarga yang telah mendoakan untuk keberhasilan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga tesis ini berguna dan dapat memberikan manfaat sumbangan keilmuan khususnya bidang manajemen sumberdaya manusia walaupun penulis merasa tesis ini masih jauh dari sempurna.
Surabaya, Juni 2007 Penulis.
(3)
HALAMAN SAMPUL... i
HALAMAN JUDUL... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
RINGKASAN... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………... 1
1.2 Perumusan Masalah……….. 7
1.3 Tujuan Penelitian……… 7
1.4 Manfaat Penelitian………. 7
. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya………. 9
2.2 Landasan Teori……….. 10
2.2.1 Motivasi………..…. 10
2.2.2 Disiplin Kerja………...…. 20
2.2.3 Kinerja………... 32
2.3 Hubungan antara Motivasi dan Kinerja Karyawan... 40
2.4 Hubungan Disiplin dengan Kinerja... 41
2.5 Kerangka Konseptual... 43
(4)
3.2.2 Sampel... 46
3.3 Variabel Penelitian... 46
3.3.1 Identifikasi Variabel... 46
3.3.2 Definisi Operasional & Pengukurannya... 47
3.4 Pengukuran Variabel Penelitian... 56
3.5 Batasan dan Asumsi Penelitian... 56
3.5.1 Batasan Masalah... 56
3.5.2 Asumsi Penelitian ... 57
3.6 Instrumen Penelitian ... 57
3.6.1 Uji Validitas Alat Ukur ... 58
3.6.2 Uji Reliabilitas Alat Ukur... 58
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian... 60
3.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data... 60
3.9 Analisis Data ... 61
3.9.1 Analisis Deskriptif .……… 61
3.9.2 Analisis Statistik ...……….. 62
3.10 Structure Equation Modeling... 63
3.10.1 Pengembangan Model Teoritis... 64
3.10.2 Diagram Alur... 64
3.10.3 Pemilihan Matrik Input & Teknik Estimasi Model.. 66
3.10.4 Penilaian Identifikasi Model ... 67
3.10.5 Evaluasi Penerimaan Model... 68
3.10.6 Interpretasi dan Modifikasi Model... 70
3.11 Pengujian Hipotesis ……….. 71
(5)
4.4 Bidang Usaha... 76
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Hasil Penelitian... 77
5.1.1 Analisis Statistik Deskriptif... 77
5.1.2 Uji Outlier... 79
5.1.3 Uji Reliabilitas... 80
5.1.4 Uji Validitas... 82
5.1.5 Uji Construct Reliability & Variance Extracted... 83
5.1.6 Uji Normalitas……….……. 84
5.2 Evaluasi Model One – Step Approach to SEM….……. 85
5.3 Pembahasan……… 89
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan………...………. 91
6.2 S a r a n……….. 91
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(6)
3.1 Gooddness Of Fit... 69
5.1 Jawaban Responden... 78
5.2 Hasil Uji Outlier…... 80
5.3 Uji Reliabilitas... 81
5.4 Uji Validitas... 82
5.5 Construct Reliability & Variance Extracted…... 83
5.6 Uji Normalitas……….……… 84
5.7 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices One – Step Approach……….……….. 86
5.8 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices One – Step Approach Elimination……….. 87
5.9 Modifikasi……… 88
5.10 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices One – Step Approach Modification………. 88
(7)
2.1 Hierarki kebutuhan menurut Maslow... 13
2.2 Kerangka Teoritis... 43
2.3 Kerangka Konseptual... 44
3.1 Path Diagram... 65
4.1 Struktur Organisasi... 75
5.1 Model Pengukuran & Struktural Motivasi, Disiplin Kerja & Kinerja Karyawan, One Step Approach Model... 85
5.2 Model Pengukuran & Struktural Motivasi, Disiplin Kerja & Kinerja Karyawan, One Step Approach-Elimination... 86
5.3 Model Pengukuran & Struktural Motivasi, Disiplin Kerja & Kinerja Karyawan, One Step Approach-Elimination- Modiification... 87
(8)
R I N G K A S A N
Era globalisasi keberhasilan suatu organisasi tidak hanya ditentukan oleh bentuk susunan organisasi yang lengkap melainkan juga sumber daya manusia (SDM). SDM sebagai faktor produksi kenyataannya masih perlu ditingkatkan dan diperhatikan faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi, tidak hanya yang bersifat fisik semata tetapi aspek motivasi dan disiplin kerja.Adanya pelanggaran-pelanggaran disiplin karyawan baik ringan maupun berat terlepas itu desengaja atau tidak disengaja terhadap tatatertip karyawan dan peraturan karyawan yang berkaitan dengan disiplin karyawan ini menggambarkan bahwa masih kurangnya kesadaran disiplin karyawan dalam mentaati peraturan dan tata tertip yang berlaku. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Petrokopindo Cipta Selaras. Diharapkan penelitian ini dapat membantu atau memberi masukan kepada manajemen PT. Petrokopindo Cipta Selaras dalam melakukan pembinaan SDM. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dan pemodelan persamaan struktural untuk mengkonfirmasikan model berdasarkan teori. Pengumpulan data primer melalui kuisioner kepada para karyawan PT. Petrokopindo Cipta Selaras. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling sebanyak 65 responden. Hasil analisa Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan AMOS 4.01 disimpulkan sebagai berikut :
1. Motivasi tidak berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan pada PT.Petrokopindo Cipta Selaras.
2. Disiplin Kerja berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan pada PT.Petrokopindo Cipta Selaras.
Implikasi penelitian ini diharapkan kepada manajemen PT. Petrokopindo Cipta Selaras meningkatkan disiplin kerja yang ada selama ini, karena disiplin merupakan unsur pengikat atau unsur yang dapat menggairahkan kerja. Manajemen PT. Petrokopindo Cipta Selaras perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja yang selama ini ada apakah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan.Manajemen PT. Petrokopindo Cipta Selaras perlu memperhatikan aspek-aspek disiplin kerja. Karena pelaksanaan disiplin yang baik adalah setiap aturan-aturan disiplin harus diketahui, dipahami, diingat dan ditaati untuk dilaksanakan oleh setiap anggota atau karyawan dalam melangsungkan kehidupannya.
(9)
Perkembangan abad ini yang memasuki era globalisasi dengan
arus perubahan sarat dengan persaingan, tantangan dan
perkembangan ilmu pengetahuan disamping kemajuan teknologi yang
menuntut profesionalisme tinggi yang harus dimiliki oleh sumber daya
manusia disegala aspek sebagai penunjang dalam kompetensi guna
mencapai keberhasilan aktivitas dalam organisasi.
Keberhasilan aktivitas dalam suatu organisasi tidak hanya
ditentukan oleh bentuk susunan organisasi yang lengkap melainkan
juga dipengaruhi oleh factor penempatan individu dalam posisi yang
tepat sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki, yang
mana semua individu tersebut merupakan suatu bentuk mitra kerja
yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu aktivitas dalam
organisasi tersebut.
Manusia sebagai salah satu faktor produksi menyediakan
sumber daya yang sangat berperan dalam mencapai tujuan organisasi.
Efisien dan efektifnya suatu organisasi sangat tergantung pada baik
buruknya pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi
tersebut, karena sangat pentingnya sumber daya manusia maka
sumber daya manusia tersebut harus mendapat perhatian agar dapat
(10)
Kenyataan menunjukkan bahwa sumber daya manusia sebagai
salah satu faktor produksi atau input masih harus ditingkatkan lebih
baik lagi sehingga mampu mengantisipasi segala tantangan dan
kendala dalam persaingan, yang mana upaya peningkatan dan
pengembangan kemampuan sumber daya manusia tersebut dapat
dilakukan melalui pembinaan, pengarahan dan pelatihan yang
dilakukan secara berkesinambungan, selain itu perlu juga diperhatikan
faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi kerja dari para
individu dalam lingkungan organisasi tersebut.
Perkembangan saat ini, organisasi semakin tanggap terhadap
perubahan keadaan yang memasuki era globalisasi dengan arus
perubahan yang sangat cepat, komplek serta persaingan yang semakin
ketat sehingga setiap organisasi yang ingin tetap eksis harus mampu
membangun serta mempertahankan kepercayaan yang tinggi dari
masyarakat.
Peningkatan adaptasi perubahan tuntutan masyarakat,
diperlukan pembaharuan dan perubahan organisasi kearah yang lebih
maju harus selalu diupayakan dengan syarat-syarat meliputi :
1. Melibatkan karyawan secara aktif dalam menyusun rencana dan
pelaksanaan pembaharuan tersebut
2. Pembaharuan tersebut tidak hanya mencakup aspek fisik saja tetapi
(11)
3. Menjawab suatu kebutuhan pembaharuan, perubahan dan
penyempurnaan yang aktual dan diinginkan karyawan.
Adanya pembaharuan sebagai dinamika dalam pertumbuhan
organisasi suatu kebutuhan dan tidak hanya apa yang bersifat fisik
semata tetapi aspek motivasi dan disiplin kerja karyawan juga harus
mendapat perhatian yang sama pentingnya.
Motivasi merupakan hal atau sesuatu yang mendorong
seseorang berbuat sesuatu, motivasi individu dapat timbul dari dalam
diri individu (motivasi internal) dan dapat timbul pula dari luar individu
(motivasi eksternal) dan keduanya mempunyai pengaruh terhadap
perilaku dan kinerja dari para karyawan.
Menurunnya motivasi yang dapat dilihat dari dimensi : motivasi
internal dan motivasi eksternal karyawan (As’ad,1999 ;
Tampubalon,2004 ; Radiq,1998 ; Martoyo,2000 ; Sukanto,1996) yang
sebenarnya apabila dipelihara dengan baik akan berguna untuk
meningkatkan sumber daya yang mampu menghadapi tugas-tugas
dan tanggung jawab yang akan datang.
Pengertian disiplin pada dasarnya merupakan pelajaran, patuh,
taat, kesetiaan dan hormat kepada ketentuan / peraturan atau norma
yang berlaku, dalam hubungan dengan disiplin karyawan, disiplin
merupakan unsur pengikat, yaitu unsur yang dapat menggairahkan
(12)
Bertolak dari apa yang telah disampaikan diatas ada beberapa
hal yang harus mendapat perhatian khusus yaitu antara lain motivasi
kerja karyawan, disiplin kerja karyawan serta kinerja karyawan.
Dilihat dari beberapa hal secara umum yang dapat dirasakan
oleh manajemen/pimpinan perusahaan, yaitu kinerja karyawan dapat
dilihat dari dimensi : kemampuan, penguasaan, tanggung jawab,
kreativitas dan kerjasama karyawan dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan.
Adanya pelanggaran-pelanggaran disiplin karyawan baik ringan,
sedang maupun berat terlepas itu disengaja atau tidak disengaja
terhadap tata tertib karyawan dan peraturan karyawan yang berkaitan
dengan disiplin karyawan, ini menggambarkan bahwa masih kurangnya
kesadaran disiplin karyawan dalam mentaati peraturan dan tata tertib
yang berlaku. Disiplin kerja dapat dilihat dari dimensi yaitu teladan
pimpinan, pengawasan dan sanksi hukuman, (Moenir,1987 ; Nitisemito,1996 ; Radiq,1998 ; Nawawi,2000).
Demikian juga apa yang terjadi pada perusahaan PT.
Petrokopindo Cipta Selaras, perusahaan yang bergerak dibidang jasa
ini juga mengalami situasi yang pasang surut ini dapat dilihat pada
laporan daftar kehadiran karyawannya yang perbulan rata-rata
mengalami keterlambatan 40% dari jumlah karyawannya dengan waktu
(13)
Kondisi ini bila berlangsung secara terus menerus dan
berlarut-larut tentunya akan menghambat, menghalangi atau mengganggu
kinerja karyawan itu sendiri pada khususnya maupun kinerja organisasi
pada umumnya.
Kinerja karyawan dapat dilihat dari dimensi : kemampuan,
penguasaan, tanggung jawab, kreativitas dan kerjasama karyawan dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, menurunnya
motivasi dapat dilihat dari dimensi : motivasi internal dan motivasi
eksternal karyawan yang sebenarnya apabila dipelihara dengan baik akan berguna untuk meningkatkan sumber daya yang mampu
menghadapi tugas-tugas dan tanggung jawab yang akan datang.
Upaya diatas pada prinsipnya untuk mencapai tujuan utama
perusahaan yaitu mewujudkan Visi dan Misi perusahaan, dibutuhkan
adanya peran serta semua pihak untuk memberikan semangat
membangun secara kebersamaan dan sekaligus dukungan kuat serta
diterima oleh seluruh komponen organisasi yang ada untuk
meningkatkan produktifitas kinerja karyawan.
Dilain sisi anggota organisasi yang terdiri dari tingkat dan posisi
karyawan juga dipengaruhi oleh adanya factor pendorong yang mampu
membuat mereka untuk rajin dan semangat bekerja, berkarya untuk
mengembangkan motivasi pada seluruh karyawan maka upaya yang
harus dilaksanakan harus bersifat menyeluruh yang mencakup aspek
(14)
Peningkatan kinerja organisasi juga ditentukan oleh factor-faktor teknis,
seperti singkat atau ketepatan waktu, prosedur serta kualitas pekerjaan
yang dihasilkan selayaknya sesuai dengan apa yang telah
direncanakan, dalam hal ini ketaatan serta kesetiaan seluruh
komponen organisasi terhadap upaya pencapaian tujuan dimaksud
sudah menjadi persyaratan yang tidak dapat dihindari lagi. Disiplin kerja
karyawan sebagai bagian dari system organisasi secara keseluruhan
akan sangat menentukan tinggkat kinerja yang dicapai oleh suatu
organisasi.
Penelitian ini secara khusus menitikberatkan pembahasan pada
aspek motivasi dan disiplin kerja karyawan sebagai telah dikemukakan
diatas. Berdasarkan pada hal-hal yang telah diuraikan diatas ,
sangatlah relevan bagi peneliti untuk mengadakan penelitian yang
berkaitan dengan masalah tersebut pada PT.Petrokopindo Cipta
Selaras.
Salah satu model yang digunakan untuk mengukur factor
motivasi, disiplin kerja terhadap kinerja karyawan adalah SEM
(Structural Equation Modeling). Model ini digunakan sebagai variable
laten yang saling berhubungan (interrelated variables) yang terdiri dari
(15)
1.2 Perumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan didalam latar belakang masalah,
masalah yang timbul adalah berkaitan dengan kemungkinan adanya
pengaruh antara motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan
dilingkungan PT.Petrokopindo Cipta Selaras.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perumusan
masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada
PT.Petrokopindo Cipta Selaras ?
2 Apakah disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT.
Petrokopindo Cipta Selaras ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas
maka diskripsi mengenai tujuan dari penulisan tesis ini adalah :
1. Untuk menganalisis motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja
karyawan pada PT.Petrokopindo Cipta Selaras.
2. Untuk menganalisis disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja
karyawan PT. Petrokopindo Cipta Selaras.
1.4 Manfaat Penelitian
(16)
1. Memberikan informasi kepada manajemen PT.Petrokopindo Cipta
Selaras mengenai evaluasi dimensi, motivasi kerja dan disiplin kerja
yang terjadi pada karyawan selama ini dan pengaruhnya terhadap
kinerja karyawan sehingga dapat digunakan untuk pertimbangan
dalam mengevaluasi dan untuk perbaikan / kemajuan
PT.Petrokopindo Cipta Selaras dimasa yang akan datang.
2. Menambah acuan akademis atau sebagai bahan pertimbangan atau
perbandingan antara teori dengan penerapan ilmu manajemen
sumber daya manusia.
3. Membuka kesempatan bagi peneliti lanjutan dengan kajian dan
pembahasan yang lebih mandalam dimasa mendatang yang
berkaitan dengan motivasi kerja, disiplin kerja serta kinerja
(17)
2.1 Penelitian Sebelumnya
Tony Listianto, Bambang Setiaji (2002) meneliti “ Pengaruh
Motivasi, Kepuasan dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan”
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda variabel motivasi,
kepuasan kerja dan variabel disiplin kerja terbukti mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Syamsudin, Daryatmi (2002) meneliti “ Pengaruh Motivasi,
Pengawasan Dan Budaya Kerja Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit
Desa Kabupaten Karanganyar, dengan kesimpulan bahwa motivasi,
pengawasan dan budaya kerja secara bersama-sama pempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan.
H.M Yani Syafei, Erwin Maulana Pribadi (2003) meneliti ”
Analisa Pengaruh Motivasi Kerja dan Faktor Kognisi Pekerja Terhadap
Kemampuan Kerja Serta Dampaknya Terhadap Performasi Kerja”
dengan hasil penelitian menunjukkan pengaruh antara variabel motivasi
kerja, kognisi (kewaspadaan, perhatian , kebosanan, mental) pekerja
dan kemampuan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap
(18)
Dewi Ma’rifah (2005) meneliti “ Pengaruh Motivasi Kerja dan
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pekerja Sosial pada Unit
Pelaksana Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur” dengan
kesimpulan motivasi kerja dan budaya organisasi secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja pekerja.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Motivasi
A. Pengertian Motivasi
Setiap karyawan pasti membutuhkan dorongan dan kebutuhan
yang memerlukan pemuasan yang membuat bergairah untuk
bertingkahlaku dimana didalam perbuatannya tersebut mempunyai
tujuan tertentu secara umum yaitu yang disebut motivasi.
Motivasi merupakan hal atau sesuatu yang mendorong
seseorang berbuat sesuatu, motivasi individu dapat timbul dari dalam
diri individu (motivasi internal) dan dapat timbul pula dari luar individu
(motivasi eksternal) dan keduanya mempunyai pengaruh terhadap
perilaku dan kinerja dari para karyawan.
Radiq (1998) memberikan pengertian motivasi sebagai berikut :
pemberian motif, penimbunan motif atau hal yang menimbulkan
dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan, dapat juga
(19)
motivasi yang tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian motivasi dalam penelitian ini adalah dorongan, keinginan
sehingga seseorang melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan
memberikan sesuatu yang terbaik dari dirinya, baik waktu maupun
tenaga demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
B. Teori Motivasi
Cukup banyak teori motivasi yang telah dikemukakan oleh para
ahli, hal ini dapat dimengerti karena motivasi memang merupakan hal
yang sangat penting dalam organisasi, masing-masing teori motivasi
pada dasarnya berusaha menjelaskan bagaimana motivasi terjadi dan
mengapa orang berperilaku tertentu.
Ada beberapa teori motivasi dan hasil riset yang berusaha
memberikan penjelasan tentang hubungan antara perilaku dan
hasilnya. Teori motivasi dikelompokkan dalam dua kategori yaitu :
a. Teori kepuasan, yang memusatkan pada faktor-faktor dalam diri
orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan
menghentikan perilaku, mereka berusaha menentukan kebutuhan
khusus yang memotivasi orang.
b. Teori proses, yang menguraikan dan menganalisis bagaimana
perilaku itu dikuatkan, diarahkan, didukung dan dihentikan.
(20)
Teori-teori penting tentang kepuasan yaitu Teori Hierarki
Kebutuhan dari Abraham H.Maslow (1943), Teori Dua Faktor dari
Frederick Herzberg (1987) dan Teori Prestasi dari D.C.McClelland
(1972), teori-teori ini telah mendorong banyak ahli untuk melakukan
penelitian yang mendalam serta mendorong para manajer lebih
berusaha keras menerapkannya ke dalam praktek.
Teori-teori ini tetap terkenal dan mempunyai pengaruh pada
praktek manajer selama bertahun-tahun, sejak teori-teori ini disajikan
pertama kalinya. Motivasi instrumental adalah teori yang berpendapat
bahwa harapan akan imbalan atau hukuman merupakan pendorong
bagi tindakan seseorang.
a. Teori Hierarki Kebutuhan menurut Abraham H.Maslow.
Inti dari teori Maslow ini menghipotesiskan bahwa dalam diri
manusia terdapat lima tingkatan kebutuhan yaitu :
1) Kebutuhan fisiologis (psychological) termasuk lapar, haus,
tempat berteduh dan kebutuhan badaniah lainnya.
2) Kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman (safety) termasuk
keamanan dan perlindungan terhadap gangguan fisik serta
emosional.
3) Kebutuhan sosial (social) termasuk kasih sayang, penerimaan
oleh masyarakat, keanggotaan kelompok dan kesetiakawanan.
(21)
5) Kebutuhan aktualitas diri (self actualization) termasuk
kemampuan berkembang, kemampuan mencapai sesuatu,
kemampuan mencukupi diri sendiri.
Kebutuhan Akan aktualisasi diri
___________________ Kebutuhan penghargaan _________________________
Kebutuhan sosial
_______________________________
Kebutuhan akan keamanan ____________________________________ Kebutuhan phsikologis
Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan menurut Maslow.
Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berusaha
memenuhi kebutuhan yang lebih cocok (fisiologis) sebelum
memenuhi kebutuhan tertinggi (realisasi diri).
Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu
sebelum kebutuhan yang lebih tinggi mulai mengendalikan
seseorang, hal yang penting dalam perkiraan Maslow adalah bahwa
kebutuhan yang telah terpenuhi akan menghentikan daya
(22)
dari organisasi sudah cukup tinggi, maka uang tidak lagi mempunyai
daya motivasi.
Teori Maslow didasarkan atas anggapan bahwa orang
mempunyai kebutuhan untuk berkembang dan maju, asumsi ini
mungkin hanya berlaku bagi beberapa karyawan tetapi tidak bagi
karyawan yang lain, kebenaran dari teori ini masih dipersoalkan
karena teori ini tidak diuji secara ilmiah oleh penemunya.
Maslow hanya menerangkan bahwa orang dewasa telah
memenuhi delapan puluh persen dari kebutuhan fisiologisnya, tujuh
puluh persen dari kebutuhan keselamatan dan keamanan, dan lima
puluh persen dari kebutuhan rasa memiliki sosial dan cinta, empat
puluh persen dari kebutuhan penghargaan dan sepuluh persen dari
kebutuhan realisasi diri, tidak terpenuhinya kebutuhan tingkat yang
lebih tinggi yakni kebutuhan dalam ketagori realisasi diri dan
penghargaan menyebabkan para manajer harus memusatkan
perhatian pada strategi untuk memenuhi kebutuhan ini.
Logika ini mengasumsikan bahwa usaha memenuhi
kebutuhan ini lebih besar kemungkinannya untuk berhasil dari pada
mengarahkan perhatian pada kebutuhan yang lebih rendah yang
telah dipenuhi sebelumnya dengan memuaskan, selanjutnya
kebutuhan yang belum dipenuhi sama sekali mungkin menimbulkan
(23)
Seorang ahli teknik yang terampil dalam suatu laboratorium
riset yang disertai pekerjaan administrasi dan bukan pekerjaan yang
lebih menantang, merupakan contoh dari orang yang tidak diberi
kesempatan untuk memenuhi kebutuhan akan realisasi diri, tidak
adanya kesempatan untuk memenuhi kebutuhan ini akan dapat
menyebabkan frustasi dan mengalami tekanan yang akhirnya dapat
menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.
b. Teori Dua Faktor Herzberg
Herzberg dalam Tampubolon (2004) mengembangkan Teori
Dua Faktor tentang motivasi, dimana faktor yang membuat orang
merasa puas dan yang membuat tidak puas (ekstrinsik dan
intrinsik), yang juga dikenal sebagai Teori Hygieni Motivasi (motivation hygiene theory). Penelitian Herzberg melahirkan
kesimpulan mengenai teori tersebut yaitu :
Pertama : ada serangkaian kondisi ekstrinsik, dimana
keadaan pekerjaan dan hygieni yang menyebabkan rasa tidak puas
diantara para karyawan apabila kondisi ini tidak ada, maka hal ini
tidak perlu memotivasi karyawan, sebaliknya apabila keadaan
pekerjaan dan hygieni cukup baik, keadaan ini dapat membentuk
(24)
Faktor-faktor itu meliputi :
a) Upah / gaji
b) Keamanan kerja
c) Kondisi kerja
d) Prosedur kerja
e) Mutu dari supervisi
f) Hubungan interpersonal diantara rekan kerja / atasan / bawahan.
Kedua : serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan pekerjaan
yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat
motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi pekerjaan
yang baik. Jika kondisi ini tidak ada, maka tidak menimbulkan rasa
ketidakpuasan yang berlebihan yang dinamakan pemuas atau
motivator, yang meliputi antara lain :
a) Prestasi (achievement)
b) Pengakuan (recognitiont)
c) Tanggung jawab (responsibility)
d) Kesempatan berkembang (the possibility growth)
e) Pekerjaan itu sendiri (the work it self)
c. Teori Kebutuhan McClelland
McClelland dalam Moekijat (1989) , menghubungkan teori
(25)
McClelland berusaha mengukur motivasi dengan berusaha
mendapatkan macam kegiatan apakah yang akan dilakukan oleh
orang-orang bila ditempatkan dalam situasi khayalan. Mereka akan
menjumpai ada individu-individu tertentu bila diberi kesempatan
untuk menciptakan suatu macam khayalan yang mereka inginkan
dengan melihat gambar-gambar tertentu, akan melakukan
kegiatan-kegiatan yang berkisar pada penyelesaian suatu tugas
memecahkan suatu masalah, kemudian dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada orang-orang yang mempunyai tingkat kebutuhan yang
sangat tinggi untuk mencapai sesuatu.
McClelland menggambarkan orang-orang yang
sungguh-sungguh memperoleh motivasi sebagai sifat-sifat yang berikut :
1. Mereka lebih menyukai menyerang dan memecahkan sendiri
masalah-masalah. Mereka mengembangkan perasaan memiliki
tugas yang dihadapi dan meskipun mereka dapat bekerja
dengan orang lain, mereka lebih menyukai situasi-situasi,
dimana mereka menganggap satu-satunya tanggung jawab
untuk pemecahan masalah atau penyelesaian tugas.
2. Orang-orang yang sungguh-sungguh memperoleh motivasi
cenderung menuju ke situasi-situasi, dimana mereka dengan
segera dapat memperoleh umpan balik pada hasil kerja mereka.
Inilah sebabnya McClelland mengatakan sangat banyak orang
(26)
mengetahui dengan segera, apabila ia mencapai hasil yang ia
inginkan. Orang yang berhasil adalah orang yang suka
mengetahui secara terus menerus betapa baik ia bekerja dan
menginginkan suatu umpan balik demikian untuk menjadi
kenyataan.
3. Orang yang berhasil adalah juga orang yang menentukan
dengan selayaknya tujuan yang mengandung resiko, sehingga ia
dapat menambah kesempatan untuk kepuasan hasil kerja.
Ia tidak menentukan tujuan yang rendah yang terlalu mudah
mencapainya dan tidak akan memberikan kepuasan kepadanya,
dalam penyelesaiannya juga tidak menentukan tujuan yang terlalu
tinggi, dimana secara relatif hanya ada suatu kemungkinan kecil
untuk mencapainya.
Beberapa langkah untuk mengembangkan motivasi prestasi
adalah sebagai berikut :
1. Tujuan atau hasil akhir kegiatan harus bersifat khusus dan
ditentukan dengan tegas.
2. Tujuan atau hasil yang diinginkan untuk dicapai harus menunjukkan
suatu tingkat resiko yang sedang untuk individu-individu yang
terlibat. Ini berarti bahwa tujuan harus mengandung unsur resiko,
tetapi bukan tingkat resiko yang tinggi, sehingga akan mengejutkan
(27)
3. Tujuan harus mempunyai sifat demikian rupa, sehingga tujuan
tersebut sewaktu-waktu dapat disesuaikan sebagai jaminan situasi,
terutama apabila tujuan tersebut berbeda banyak.
4. Individu-individu harus diberi umpan balik yang seksama dan jujur
mengenai prestasi mereka.
5. Individu-individu diberi tanggung jawab untuk suksesnya hasil
kegiatan mereka. Tanggung jawab terhadap hasil ini harus
merupakan tanggung jawab yang sungguh-sungguh.
6. Penghargaan dan hukuman yang diberikan karena hasil kerja yang
sukses atau yang gagal harus dihubungkan dengan selayaknya
tujuan hasil kerja. Artinya harus ada penghargaan yang besar untuk
hasil kerja yang besar dan sebaliknya hanya ada hukuman yang
ringan bagi mereka yang kegagalannya sedikit.
Motivasi prestasi dari McClelland ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada tiga pandangan yang berharga mengenai pengembangan
manajemen yaitu :
1. Motivasi prestasi dapat dikembangkan.
2. Orang-orang akan bekerja lebih cepat dan lebih baik, apabila
mereka sungguh-sungguh diberi motivasi untuk menyelesaikan
suatu tugas.
3. Orang yang berhasil karena sungguh-sungguh diberi motivasi untuk
mencapai tujuannya, akan memberikan saran-saran tentang
(28)
membantu organisasi mengembangkan manajer-manajer dengan
motivasi prestasi yang tinggi, semuanya itu berhubungan dengan
bagaimana pekerjaan direncanakan dan disusun, lingkungan di
dalam mana pekerjaan ini ditempatkan dan sistem komunikasi yang
ada.
2.2.2 Disiplin Kerja
A. Pengertian Disiplin Kerja
Pengertian disiplin pada dasarannya merupakan pelajaran,
patuh, taat, kesetiaan dan hormat kepada ketentuan / peraturan atau
norma yang berlaku, dalam hubungan dengan disiplin karyawan,
disiplin merupakan unsur pengikat, yaitu unsur yang dapat
menggairahkan kerja karyawan bahkan dapat pula sebaliknya.
Spriegel dalam Siswanto (1987) mengatakan bahwa disiplin
adalah suatu tindakan pemaksaan terhadap individu atau kelompok
menjadi faktor pengikat dan integrasi yaitu merupakan kekuatan yang
dapat memaksa karyawan untuk mematuhi peraturan serta prosedur
kerja yang telah ditentukan terlebih dahulu, dan dianggap bahwa
dengan berpegangan pada peraturan ini tujuan dari organisasi dapat
tercapai. Pelanggaran terhadap peraturan maka dengan sendirinya
seseorang atau sekelompok karyawan dapat dihukum karena telah
(29)
sesuai peraturan dan prosedur tata kerja yang berlaku dalam
organisasi.
Atmosoedirdjo (1976) mengemukakan tentang pengertian
disiplin dan aspek disiplin sebagai berikut : “Disiplin merupakan suatu
bentuk ketaatan mengendalikan diri yang erat hubungannya dengan
rasionalisme dan oleh karena itu merupakan suatu ketaatan atau
pengendalian diri yang rasional, sadar penuh, tidak memakai perasaan,
sehingga tidak emosional”.
Aspek-aspek disiplin sebagai berikut :
1. Suatu sikap mental (state of mind, mental attitude) tertentu yang
merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil daripada “latihan dan
pengendalian pikiran dan watak” (training and control of the mind
character) oleh pemimpin secara tertentu.
2. Suatu pengetahuan (knowledge) tingkat tinggi tentang
sistem-sistem aturan perilaku (system of rules of conduct) sistem-sistem serta
norma-norma, (conciousness) bahwa ketaatan akan aturan-aturan,
norma-norma, kriteria standar-standar, struktur dan sistem
organisasi dan sebagainya itu adalah syarat mutlak (condition sine
qua non) untuk mencapai keberhasilan.
3. Suatu sikap kelakukan (behaviour) yang secara wajar menunjukkan
kesungguhan hati, pengertian dan kesadaran untuk mentaati segala
(30)
Pengertian dan aspek disiplin itu dapat disimpulkan bahwa
dalam pelaksanaan disiplin yang baik, setiap aturan-aturan disiplin
harus diketahui, dipahami, diingat dan ditaati untuk dilaksanakan oleh
setiap anggota atau karyawan dalam melangsungkan kehidupannya
melalui kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, yang pada umumnya
dilakukan secara dini, dan keberhasilan organisasi tersebut mutlak
bergantung antara lain dari disiplin kerja yang kuat pada semua lapisan
dalam organisasi.
Selain itu masih ada beberapa pendapat mengenai pengertian
disiplin kerja dari para ahli, meskipun definisi-definisi tersebut pada
hakekatnya saling melengkapi satu sama lain.
Menurut Siswanto (2003) mengenai pendapat tentang disiplin
dinyatakan bahwa: “Disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati,
menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang
berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup
menjalankan dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya
apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya”.
Pendapat lain yang menjelaskan mengenai disiplin kerja yang
disampaikan oleh Siagian (1993), menyatakan bahwa : “Pendisiplinan
karyawan adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki
dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga
(31)
Pendapat-pendapat tersebut didukung oleh Nitisemito (1996),
bahwa “Kedisiplinan diartikan sebagai suatu sikap, tingkah laku dan
perbuatan yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik yang
tertulis maupun tidak”.
Pendapat-pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
disiplin kerja adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang
sesuai dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun yang
tidak, yang menunjukkan sikap kepatuhan dan ketaatan terhadap
peraturan tersebut agar tercipta lingkungan kerja yang teratur dan tertib
sesuai dengan ketentuan yang ada sehingga dapat meningkatkan
prestasi kerjanya.
B. Tujuan Disiplin Kerja
Tujuan pembinaan ada dua, yaitu: tujuan utama dan tujuan
khusus yang mana hal tersebut dibahas oleh Siswanto (2003), tujuan
utama dari pembinaan disiplin adalah untuk menjaga kontinuitas
perusahaan sesuai dengan motif perusahaan yang bersangkutan, baik
hari ini maupun hari esok,sedangkan secara khusus pembinaan disiplin
kerja bertujuan untuk :
1. Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan
kebijaksanaan ketenaga kerjaan maupun peraturan dan
(32)
tertulis, serta melaksanakan perintah manajeman perusahaan
dengan sebaik-baiknya.
2. Dapat bertindak sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada
perusahaan, para tenaga kerja mampu memperoleh tingkat
produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan, baik dalam jangka
pendek/jangka panjang.
C. Jenis Disiplin Kerja
Menurut Handoko (1985), tipe kegiatan pendisiplinan ada dua,
yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif. Disiplin preventif adalah
kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar
mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga
penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk
mendorong disiplin diri antara para karyawan, disiplin korektif adalah
kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap
aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran
lebih lanjut, kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman dan
disebut tindakan pendisiplinan.
D. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Moenir (1987) menyatakan bahwa pada dasarnya dalam hal
(33)
kesadaran, keteladanan dan adanya keketatatn pengaturan.
Kesadaran merupakan faktor utama, sedangkan keteladanan dan
keketatan pengaturan merupakan penyerta dan penguat faktor utama
tersebut.
Nitisemito (1996) menyatakan bahwa faktor yang menunjang
kedisiplinan ada lima yaitu kesejahteraan, sanksi hukuman, ketegasan
pimpinan, kemampuan karyawan, keteladanan pimpinan.
Beberapa uraian telah disampaikan sebelumnya maka dalam
penelitian ini variabel indikator yang dipergunakan pada disiplin kerja
terdiri dari : teladan pimpinan, pengawasan dan sanksi hukuman
dijelaskan, sebagai berikut :
1. Teladan Pimpinan
Menurut Radiq (1998) keteladanan maksudnya bahwa
pemimpin dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang
menentukan atas berhasil tidaknya suatu organisasi atau
perusahaan, sebab kepemimpinan yang sukses, menunjukkan
bahwa pengelolaan suatu organisasi berhasil dilaksanakan dengan
sukses.
Sebab seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai
wewenang memerintah orang lain dan selain itu pula diharapkan
(34)
selalu memperhatikan bagaimana dapat menegakkan disiplin
dirinya dari ucapan, perbuatan sikap yang sesuai aturan disiplin
yang sudah ditetapkan.
Teladan dari pimpinan mempunyai pengaruh yang sangat
besar dalam menegakkan kedisiplinan, sebab pimpinan merupakan
panutan dan sorotan dari bawahannya, oleh karena itu apabila
suatu perusahaan ingin menegakkan kedisiplinan misalnya agar
karyawan datang tepat pada waktunya di kantor, hendaknya
diusahakan agar pimpinan datang tepat pada waktunya, terutama
pimpinan-pimpinan yang langsung berhubungan dengan karyawan.
Menurut Nitisemito (1996) “Setiap pimpinan dalam
organisasi harus bertanggung jawab atas pembinaan disiplin dari
setiap kinerja karyawan yang menjadi tanggung jawabnya”, apabila
hal tersebut dilaksanakan dengan baik, maka diharapkan karyawan
akan lebih berdisiplin bukan hanya sekedar takut akan hukuman
melainkan karena segan atau sungkan dengan pimpinan.
Menurut Nawawi (2000) seorang pimpinan harus mampu
menegakkan disiplin di lingkungan kelompok / organisasinya.
Disiplin harus dimulai dari pimpinan itu sendiri. Disiplin itu dapat
berupa disiplin waktu, disiplin kerja, dan disiplin dalam mentaati
peraturan-peraturan yang berlaku dilingkungannya. Disiplin
(35)
sehari-hari baik dalam rumah maupun di luar rumah khususnya
dilingkungan organisasinya yang biasanya tampak pada perbuatan
yang dilakukan pimpinan di tempat kerja yaitu ketepatan waktu hadir
dan saat meninggalkan tempat kerja, pimpinan selalu menjaga
sikap dan ucapan, baik terhadap atasan maupun bawahannya,
menunjukkan sikap keras dalam bekerja dan selalu mematuhi
aturan perusahaan.
2. Pengawasan
Setiap kegiatan yang dilakukan harus ada pengawasan
yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan
pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang ditetapkan.
Pengawasan berfungsi sebagai pendidik dan pengarah dalam
proses pelaksanaan pekerjaan, oleh karena itu dalam pengawasan
sangat penting diperhatikan sejauh mana pengawas memiliki
kemampuan untuk mengarahkan bawahannya dan memberikan
instruksi secara jelas bagaimana mengerjakan pekerjaan tersebut,
kapan harus dan standart kualitas yang dikehendaki sehingga
karyawan dapat melaksanakan pekerjaan secara tepat.
Kemampuan pengawas dalam memberikan pengarahan
kepada karyawan akan mempengaruhi bagaimana karyawan
(36)
3. Sanksi Hukuman
Penegakan disiplin kerja karyawan harus ada ketegasan
seperti yang diungkapkan oleh Nitisemito (1996) “Ketegasan dalam
pelaksanaan disiplin kerja perlu dijaga agar pelaksanaan program
berlangsung terus menerus, dengan membiarkan pelanggaran
tanpa tindakan yang tegas sesuai ancaman (sanksi hukuman) maka
akan lebih berarti melanggar aturan tersebut.
Kebijaksanaan tidak hanya sekedar terlihat dalam tindakan
menjatuhkan sanksi atau hukuman, tetapi juga dalam
kepemimpinan lainnya. Diantaranya dapat dimanifestasikan dalam
perseorangan, pimpinan harus mengusahakan agar volume dan
beban kerja suatu unit atau perseorangan seimbang.
Peningkatan kesejahteraan dan ancaman hukuman yang bersifat
mendidik diharapkan meningkatkan kedisplinan karyawan, namun
dalam kenyataan hal ini belumlah mencukupi, sebab suatu
hukuman yang tidak dilaksanakan dengan tegas dan konsekuen
justru akan lebih jelek akibatnya daripada tanpa ancaman.
Karyawan yang melanggar peraturan perusahaan, maka pimpinan
harus mempunyai ketegasan untuk mengambil tindakan atau
menjatuhkan sanksi kepada karyawan tersebut, sehingga karyawan
(37)
telah diketahui tanpa suatu tindakan atau membiarkan suatu
pelanggaran tersebut menjadi berlarut-larut tanpa tindakan yang
jelas, maka karyawan akan menganggap bahwa ancaman yang
diberikan hanyalah ancaman kosong belaka, sehingga pelanggaran
tersebut tidak mustahil akan diulangi lagi.
Pelaksanaan ancaman tersebut harus adil, artinya pelaksanaan
ancaman janganlah memberikan dispensasi kepada salah seorang
karyawan karena dekat pimpinan, hal ini akan menimbulkan
ketidakadilan sehingga mengakibatkan kedisiplinan yang akan
ditegakkan tidak akan berhasil.
Siagian (1993) menyatakan : “Pengenaan sanksi yang
dilakukan oleh pimpinan harus dilakukan secara obyektif, sifat
sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang dilakukan dan harus
bersifat mendidik”.
Suatu peraturan yang telah dibuat batasannya sukar
dilaksanakannya begitu saja bila tidak ada sanksi yang dikenakan
bagi pelanggarnya. Sanksi yang sudah ditetapkan ini akan efektif
bila benar-benar dapat dilaksanakan tepat sesuai sasaran. Sanksi
dapat juga berfungsi untuk mendidik para karyawan bagaimana
seharusnya bertingkah laku dalam melaksanakan pekerjaan di
(38)
Pemahaman tentang ancaman merupakan hal yang perlu bagi
setiap karyawan, ancaman merupakan salah satu faktor penunjang
kedisiplinan yang tak kalah pentingnya, karena dalam kenyataan
tidak jarang ditemukan bahwa banyak karyawan mempunyai
kebiasaan-kebiasaan yang tidak diinginkan oleh perusahaan, dalam
hubungan ini dibutuhkan suatu aturan tertentu yang meyakinkan
seseorang tidak melakukan atau mengulangi suatu pekerjaan yang
tidak diinginkan oleh perusahaan dan dalam hal ini juga dibutuhkan
suatu ancaman atau hukuman namun harus bersifat mendidik.
Kedisiplinan merupakan kebiasaan, sehingga ancaman yang
diberikan bukanlah suatu hukuman melainkan lebih ditekankan agar
mereka melaksanakan kebiasaan yang kita anggap baik, oleh
karena itu sebelum ancaman dijatuhkan perlu ada peringatan atau
hukuman yang bersifat peringatan.
Ancaman-ancaman tersebut bagi mereka akan berupaya untuk
merubah kebiasaan-kebiasaan yang dapat merugikan perusahaan
(mengurangi tingkat disiplin kerja) dan kemudian menjadikan yang
sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Ancaman tersebut
dapat dilaksanakan apabila peraturan-peraturan dan sanksi yang
akan dijatuhkan telah disampaikan kepada karyawan agar supaya
(39)
sanksi-Penetapan jenis sanksi disiplin yang akan dijatuhkan harus
dipertimbangkan dengan cermat, teliti dan seksama bahwa sanksi
yang akan dijatuhkan tersebut setimpal dengan tindakan dan
perilaku yang diperbuat sehingga sanksi disiplin tersebut dapat
diterima oleh rasa keadilan.
Schuller dan Jackson (1999) sasaran hukuman adalah
mengurangi frekuensi perilaku yang tidak diinginkan . Hukuman
yang lebih umum bersifat interpersonal dan mencakup dorongan
kepada para penyelia karena mereka merasa telah mengambil
tindakan.
Menurut Siswanto (2003) bahwa jenis disiplin kerja, meliputi :
1) Sanksi disiplin berat yang meliputi :
a. Demosi jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan
pekerjaan yang dibebankan sebelumnya.
b. Pembebasan dari jabatan untuk dijadikan sebagai tenaga
kerja biasa bagi yang memegang jabatan.
c. Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan
sendiri tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Pemutusan hubungan kerja tidak dengan hormat sebagai
tenaga kerja.
(40)
a. Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah
dicanangkan sebagaimana tenaga kerja lainnya.
b. Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasanya
diberikan harian, mingguan atau bulanan.
c. Penundaan program promosi bagi tenaga kerja yang
bersangkutan pada jabatan yang lebih tinggi.
3) Sanksi ringan yang meliputi :
a. Teguran lisan kepada tenaga kerja yang bersangkutan
b. Teguran tertulis
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis
2.2.3 Kinerja
A. Pengertian Kinerja
Secara umum, batasan istilah kinerja disamakan dengan hasil
atau out-put, sehingga tidak dapat dilepaskan dengan produktivitas,
pendapat dan pandangan semacam itu memang wajar sebagaimana
diungkapkan oleh Bernadin dan Russel dikutip oleh Gomes (1977)
yang memberikan batas kinerja sebagai :”Suatu catatan hasil (out-put)
yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan
selama suatu periode tertentu “ sedangkan produktivitas merupakan
(41)
sedangkan hasil bisa berupa penjualan, laba, posisi pasar, bahkan
dalam pengertian produktivitas ini lebih ditekankan pada efisisensi”.
Dapat dipahami bahwa kinerja itu sangat bervariasi ukurannya,
karena hasil out-put yang dihasilkan antara bagian yang satu dengan
yang lainya bisa berbeda, selain itu kinerja merupakan out-put, maka
hal tersebut merupakan kontribusi yang diberikan oleh karyawan
kepada organisasi sehingga dalam pengertian ini kinerja bukan hanya
merupakan jumlah barang atau pekerjaan yang mampu diselesaikan
saja, namun juga bisa berarti gagasan-gagasan atau ide-ide yang
dikemukakkan kepada organisasi dalam rangka meningkatkan hasil
secara keseluruhan.
Di sisi lain, pandangan tentang kinerja atau performance selalu
dikaitkan dengan 2 (dua) faktor utama, yaitu faktor kesediaan atau
motivasi dari karyawan yang mengakibatkan dia melaksanakan usaha,
serta faktor kemampuan karyawan dalam melaksanakannya, untuk
mengetahui seberapa besar kinerja, maka dilakukan pengukuran yang
bermanfaat untuk menentukan pemberian balasan jasa (reward) yang
layak bagi setiap karyawan, serta untuk memberikan motivasi dalam
(42)
B. Penilaian Kinerja
Perusahaan harus mengetahui kinerja karyawan agar dapat
mengambil tindakan yang diperlukan apabila terjadi penurunan kinerja,
ada beberapa definisi yang diberikan untuk menerangkan penilaian
kinerja antara lain oleh Henderson (1982) yang mengatakan bahwa
Penilaian Kinerja adalah proses formal, secara normal yang
menggunakan beberapa instrumen tertulis, yang memiliki konstribusi
pemegang pekerjaan dan kebiasaan tempat kerja.
Gibson (1998) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai evalusi
formal yang sistematis mengenai hasil karya dan potensi untuk
pengembangan yang akan datang. Handoko (1985) berpendapat
bahwa penilaian kinerja adalah proses melalui mana
organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.
C. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Penilaian Kinerja
Penilaian yang baik harus dapat menggambarkan secara akurat
tentang yang diukur, artinya penilaian tersebut benar-benar menilai
kinerja karyawan.
Agar penilaian mencapai tujuan ini maka ada 2 hal yang perlu
(43)
1. Penilaian harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job
related), artinya sistem penilaian itu benar-benar menilai perilaku atau kerja yang kegiatan organisasi di mana karyawan itu bekerja.
2. Adanya pelaksanaan kerja (performance standard), standard
pelaksanaan adalah ukuran yang dipakai untuk menilai kinerja
tersebut, agar penilaian itu efektif maka standar penilaian
hendaknya berhubungan dengan hasil-hasil yang diinginkan
setiap pekerjaan. Alat ukur yang baik harus memenuhi
sekurang-kurangnya dua kriteria yakni reliabilitas dan validitas, alat yang
validitasnya tinggi apabila alat itu mengukur apa yang harus diukur
sedangkan alat yang realitasnya tinggi apabila alat ukur itu
mempunyai hasil yang konsisten.
Melaksanakan pengukuran atau penilaian terhadap pelaksanaan
kinerja dibutuhkan suatu penilaian yang memenuhi syarat-syarat
tertentu yaitu :
1. Relevance (hubungan), artinya bahwa sesuatu sistem penilaian
digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan yang ada hubungan
antara hal pekerjaan dan tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu.
2. Acceptability (dapat diterima), artinya hasil dari sistem penilaian
tersebut dapat diterima dari kesuksesan pelaksanaan pekerjaan
(44)
3. Relaibility (dapat dipercaya), artinya hasil dari sistem penilaian
tersebut dapat dipercaya. Relibilitas sistem penilaian dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain : waktu dan frekuensi penilaian.
4. Sensitifity (kepekaan), berarti sistem penilaian tersebut cukup peka
menunjukkan kegiatan yang berhasil atau gagal dilakukan oleh
seseorang karyawan. Hal ini sangat penting karena jangan sampai
terjadi suatu sistem tidak memiliki kemampuan membedakan
karyawan yang berhasil dan karyawan yang tidak berhasil.
5. Practicality (dapat dipraktekkan), berarti sistem penilaian dapat
mendukung secara langsung tercapainya tujuan organisasi
perusahaan melalui peningkatan produktivitas para karyawan.
D. Kegunaan Penilaian Kinerja
Anoraga (1995) merinci kegunaan penilaian kinerja sebagai
berikut :
1. Perencanaan dan pengembangan karir.
2. Umpan balik kinerja mengarahkan keputusan-keputusan karir yaitu
tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti.
3. Perbaikan kinerja.
4. Umpan balik pelaksanaan memungkinkan karyawan, manajer, dan
departemen personalia dapat membentukan kegiatan-kegiatan
(45)
6. Evaluasi kinerja membantu para mengambil keputusan dalam
menentukan kenaikan upah, pemberian bonus, dan bentuk
kompensasi lainnya.
7. Keputusan-keputusan penempatan.
8. Promosi, tranfer dan demosi biasanya didasarkan pada kinerja
masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk
penghargaan terhadap kinerja.
9. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan.
10. Kinerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan.
Demikian juga, kinerja yang baik mungkin mencerminkan potensi
yang harus dikembangkan.
11. Penyimpangan-penyimpagan proses staffing.
12. Kinerja yang baik atau yang jelek mencerminkan kekuatan atau
kelemahan prosedur staffing departemen personalia.
13. Ketidak akuratan informasional.
14. Kinerja yang jelek mungkin menujukkan kesalahan-kesalahan
dalam informasi analisa jabatan, rencana-rencana sumber daya
manusia, atau komponen-komponen lain sistem informasi
manajemen personalia. Menggantungkan diri pada informasi yang
tidak akurat dapat menyebabkan keputusan-keputusan personalia
yang diambil tidak tepat.
(46)
16. Kinerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan
dalam desain pekerjaan. Pekerjaan kinerja membantu diagnosa
kesalahan-kesalahan tersebut.
17. Kesempatan kerja yang adil.
18. Penilaian kinerja secara akurat akan menjamin
keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.
19. Tantangan-tantangan eksternal.
20. Kadang-kadang kinerja dipengaruhi oleh financial faktor diluar
lingkungan kerja seperti keluarga, kesehatan, kondisi financial atau
masalah- masalah pribadi lainnya.
E. Hal-hal Yang Dinilai Dalam Penilaian Kinerja
Robbins (2001) menjelaskan tentang tiga perangkat kriteria yang
paling populer dalam evaluasi kinerja yang hasil tugas individual,
perilaku dan ciri, penjelasan ketiga hal tersebut disimpulkan sebagai
berikut :
1. Hasil tugas individual
Tujuan akhir yang diperhitungkan, dan bukanya cara mencapai
hasil, maka manajemen seharusnya mengevaluasikan hasil tugas
dari seseorang karyawan.
2. Perilaku
(47)
karyawan. Ini terutama sesuai untuk personalia dalam posisi staf
dan individu yang tugas kerjanya merupakan bagian dari instrinstik
dari suatu upaya kelompok, dalam kasus ini kinerja kelompok itu
mungkin mudah untuk dievaluasi, tetapi sumbangan dari tiap
anggota kelompok akan satu mustahil untuk dikenali dengan jelas.
3. Ciri
Perangkat kriteria terlemah, namun masih digunakan meluas oleh
organisasi-organisasi adalah ciri individu. Ciri seperti misalnya
mempunyai “sikap yang baik” atau memiliki “banyak sekali
pengalaman” bisa atau sama sekali tidak bisa dikorelasikan dengan
hasil tugas yang positif, tetapi hanya naif akan mengabaikan
kenyataan bahwa ciri-ciri semacam itu sering digunakan dalam
organisasi sebagai kriteria untuk menilai tingkat kerja seorang
karyawan.
F. Ukuran-ukuran Penilaian Kinerja
Menurut Gomes (2000) ada beberapa tipe kriteria kinerja yang
didasarkan atas deskripsi perilaku yang spesifik, diataranya adalah :
1. Quantity of work, yaitu jumlah kerja yang digunakan dalam suatu
periode waktu yang telah ditentukan.
2. Quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan
(48)
3. Job knowledge, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan
dan ketrampilan.
4. Creativeness, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan
dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
yang timbul.
5. Cooperation, yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain
(sesama anggota organisasi).
6. Depandability, yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal
kehadiran dan penyelesaian pekerjaan.
7. Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan
dalam memperbesar tanggung jawab.
8. Personal qualities, meyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan, dan integritas pribadi.
2.3 Hubungan Antara Motivasi Dengan Kinerja Karyawan
Motivasi kerja seseorang karyawan berpengaruh terhadap
kinerja yang dapat dicapai dalam pekerjaannya (Anwari, 2000), perilaku
seseorang karyawan dapat berubah karena perubahan yang dialami
secara pribadi, jalannya perubahan tersebut dapat cepat atau lambat,
bergantung kepada sifat individu yang bersangkutan.
Motivasi individu akan berbeda dengan motivasi kelompok,
(49)
penyebab yang cukup besar untuk bisa terlaksana, dan berlangsung
terhadap anggota-anggota kelompok dalam kadar konstribusi yang
tinggi.
Motivasi kelompok dapat diperoleh dengan jalan harga rata-rata
atau harga dominan dari faktor-faktor motivasinya, hubungan motivasi
dengan kinerja pada tingkat perusahaan tampaknya tergantung kepada
motivasi unsur manajemen dalam segala tingkat hierarki perusahaan
yang berperan didalamnya, oleh karena itu yang perlu mendapat
sorortan adalah bentuk kepemimpinan yang dianut perusahaan yang
bersangkutan, apakah kepemimpinannya bersifat tunggal ataukah
bersifat kelompok.
Motivasi manajer suatu perusahaan akan disesuaikan dengan
kriteria penilaian atas keberhasilan dalam melakukan fungsi
kepemimpinannya, dapat dikatakan pula bahwa motivasi hanyalah
salah satu elemen yang ada pada individu sebagai peserta organisasi
dalam berperilaku dengan tujuan meningkatkan kinerjanya.
2.4 Hubungan Disiplin Dengan Kinerja.
Disiplin adalah ketaatan yang sifatnya impersonal tidak memakai
perasaan dan tidak memakai perhitungan pamrih dan kepentingan
(50)
mempertahankan adanya eksistensi daripada organisasi (Atmosudirjo,
1976).
Ini berarti apabila suatu kerjasama telah ditetapkan dan telah
diikuti dengan pembagian kerja, kewenangan, dan tanggung jawab,
maka kerjasama tersebut haruslah berjalan sesuai dengan pembagian
tugasnya masing-masing tanpa harus disertai dengan campur tangan
kewenangan pihak lain, dengan lain kata masing-masing anggota
memegang teguh peraturan yang telah ditetapkan, telah meninggalkan
kesadaran bahwa masing-masing merupakan komponen atau bagian
dari suatu social yang utuh.
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab
seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadannya, hal ini
mendorong kinerja karyawan demi terwujudnya tujuan organisasi, oleh
karena itu, setiap manajemen berusaha agar karyawan atau
bawahannya mempunyai disiplin yang baik.
Seorang manajer dikatakan efektif dalam kepemimpinannya, jika
pada bawahannya berdisiplin baik. Kedisiplinan adalah kesadaran dan
kesediaan seseorang mentaati semua peraturan organisasi dan normal
social (Malayu, 2002), dengan demikian, maka kedisplinan adalah
kunci suksesnya kinerja demi terwujudnya tujuan organisasi, dengan
disiplin yang baik berarti karyawan sadar dan bersedia mengerjakan
(51)
2.5 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang, penelitian sebelumnya dan
landasan teori sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya,
berikut ini adalah satu kerangka teoritis yang melandasi adanya
pengaruh motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan.
Gambar 2.2 Kerangka Toritis
Dimensi motivasi kerja (ξA) didasarkan apa yang dikemukakkan
As’ad (1999) Tampubalon (2004), Radiq (1998). Martoyo (2000). Sukanto (1996) yang terdiri dari 2 dimensi yaitu : Motivasi internal (ξ1)
dan Motivasi Eksternal (ξ2). Dimensi Disiplin Kerja (ξB) didasarkan apa
yang dikemukakkan oleh Moenir (1987), Nitisemito (1996), Radiq
(1998), Nawawi (2000) yang terdiri dari 3 dimensi yaitu Teladan Pimpinan (ξ3), Pengawasan (ξ4), Sanksi Hukuman (ξ5). Kedua dimensi
motivasi kerja dan ketiga dimensi disiplin kerja tersebut secara konseptual ini digunakan untuk mengarahkan Kinerja Karyawan (η) kerangka konseptual ini digunakan untuk mengarahkan dan sekaligus
mencerminkan, alur berfikir sebagai deskripsi hubungan kausalitas atas
permasalahan utama menyangkut variabel-variabel penelitian dan
sebagai dasar perumusan hipotesis yang akan diuji sesuai metode Motivasi kerja
Disiplin kerja
(52)
penelitian ilmiah. Secara grafis kerangka konseptual ini dimodelkan
seperti berikut :
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual diatas, serta dasar teori dan
penelitian terdahulu yang diungkapkan sebelumnya, hipotesis
penelitian atau dugaan sementara yang dapat dianjurkan untuk diuji
kebenarannya adalah sebagai berikut :
1. Diduga bahwa motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja
karyawan pada PT.Petrokopindo Cipta Selaras.
2. Diduga bahwa disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja
karyawan PT. Petrokopindo Cipta Selaras. Teladan Pimpinan (ξ3)
Pengawasan (ξ4)
Sanksi Hukuman (ξ5)
Motivasi Eksternal (ξ2)
Motivasi Internal (ξ1)
Kinerja Karyawan (η)
Tanggung Jawab (Y3) Penguasaan (Y2) Kemampuan (Y1)
Kreativitas (Y4)
Kerjasama (Y5) Disiplin kerja
(ξB) Motivasi kerja
(53)
Berdasarkan cara pengumpulan data, jenis penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode penelitian survei yaitu metode yang
dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi dengan
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data pokok,
sedangkan menurut tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu
menguji “ Pengaruh Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja
Karyawan “ maka jenis penelitian ini adalah penelitian konfirmatori
yaitu penelitian yang bertujuan atau membuktikan serta menjelaskan
hubungan antara variabel-veriabel melalui pengujian hipotesis.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi adalah generalisasi dari obyek atau subyek yang
mempunyai karateristik tertentu dan kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel (Umar, 1998). Populasi dari pada
penelitian ini adalah karyawan PT. Petrokopindo Cipta Selaras yang
berjumlah 69 orang sebagai nara sumber yang dapat memberikan
informasi mengenai motivasi karyawan dan disiplin karyawan serta
(54)
3.2.2 Sampel
Setelah mengidentifikasi populasinya, selanjutnya ditentukan
pemilihan sample dan jumlah sample tergantung pada jumlah indikator
yang digunakan dalam seluruh variable laten penelitian ini dikalikan
minimum 5 dan maximum 10 (A. Ferdinand, 2002) sedang untuk
mengambil sampel atau responden diilakukan dengan metode simple
random sampling. Simple Random Sampling adalah desain pemilihan
yang paling sederhana dan mudah. Prinsip pemilihan sampel dalam
disain ini adalah setiap elemen dalam populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih dalam hal ini karyawan PT.
Petrokopindo Cipta Selaras.
3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini, dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Variabel laten oksogen, yaitu variabel yang nilainya mempengaruhi nilai variabel lain, variabel ini diberi simbol “ξ” (Ksi) yaitu Motivasi Kerja (ξA) yang terdiri dari 2 dimensi yaitu : Motivasi Internal (ξ1) dan
Motivasi External (ξ2), serta Disiplin Kerja (ξB) yang terdiri dari 3
dimensi yaitu : Teladan Pimpinan (ξ3), Pengawasan (ξ4), Sanksi
(55)
2. Variabel laten endogen, yaitu variabel yang nilainya tergantung dari nilai variabel lain. Variabel ini diberi symbol “η” (Eta) yaitu Kinerja Karyawan.
3.3.2 Definisi Operasional dan Pengukurannya. A Motivasi Kerja (ξA)
Motivasi kerja merupakan hal atau sesuatu yang mendorong
seseorang berbuat sesuatu, motivasi individu dapat timbul dari dalam
individu (motivasi internal) dan dapat timbul pula dari luar individu
(motivasi eksternal), dan keduanya mempunyai pengaruh terhadap
perilaku dan kinerja dari para karyawan.
Dimensi motivasi kerja ini adalah :
1. Motivasi Internal (ξ1)
Dimensi motivasi internal adalah kepuasan pekerjaan yang
apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat
motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi pekerjaan
yang baik, jika kondisi ini tidak ada, maka tidak menimbulkan rasa
ketidakpuasan yang dinamakan pemuas atau motivator. Indikator
dari motivasi internal antara lain :
a. Prestasi
Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai sesuatu
(56)
b. Pengakuan
Pengakuan atas keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang
adalah penghargaan atas pekerjaan yang telah dilakukan oleh
loyalitas terhadap organisasi, dapat dilakukan manajemen melaui
pujian lisan, bonus, pengakuan umum melalui pemberian hadiah
ataupun dalam bentuk penghargaan yang lain.
c. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan kewajiban karyawan untuk melakukan
pekerjaan tertentu yang diberikan oleh manajemen dengan sebaik-
baiknya sesuai kemampuan yang dimiliki. Disamping itu, adanya
rasa ikut memiliki akan menimbulkan motivator untuk ikut
bertanggung jawab akan kelangsungan jalanya organisasi.
Keterlibatan karyawan pada saat proses pengambilan keputusan,
memecahkan suatu permasalahan yang dijadikan masukan bagi
pimpinan merupakan motivator yang kuat bagi karyawan.
d. Kesempatan untuk maju dan berkembang
Kesempatan untuk maju dan berkembang merupakan motivator
yang cukup kuat bagi karyawan, bekerja tanpa harapan atas
kesempatan untuk meraih kemajuan atau perbaikan nasib, tidak
akan memotivasi untuk berprestasi atau bekerja dengan produktif,
begitu pula dengan perkembangan kemampuan seseorang.
(57)
pelatihan dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan
prestasi kerja secara tepat.
e. Pekerjaan itu sendiri
Pelaksanaan pekerjaan yang menyenangkan dan adanya tantangan
yang dihadapi merupakan motivasi kuat bagi seseorang untuk
mengatasinya. Sasaran tidak menantang biasanya tidak mampu
menjadi motivator, bahkan cenderung menjadi kegiatan rutin yang
membosankan. Selain itu, pekerjaan dengan variasi yang sangat
kecil dapat menyebabkan karyawan merasa jenuh dan letih.
Pekerjaan yang memberikan otonomi kepada karyawan akan
menghasilkan kepuasan kerja yang tinggi. Sebaliknya, kontrol yang
berlebihan akan mengarah ketidakpuasan kerja yang tinggi dari
para karyawan.
2. Motivasi Eksternal (ξ2)
Dimensi motivasi eksternal adalah dimana keadaan pekerjaan
dan hygieni yang menyebabkan rasa tidak puas diantara para
karyawan apabila kondisi ini tidak ada, maka hal ini tidak perlu
memotivasi karyawan. Sebaliknya apabila keadaan pekerjaan dan
hygieni cukup baik, keadaan ini dapat membentuk kepuasan bagi
(58)
a. Upah / gaji
Para karyawan membuat penilaian akan gaji yang diterimanya
dengan membuat perbandingan sosial. Semakin tinggi tingkat
pendidikan dan profesional kerja, semakin tinggi tingkat
kemungkinan ia akan melakukan perbandingan sosial dengan
orang-orang lain diluar organisasi. Bila gaji yang diberikan dirasa
terlalu rendah sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik
minimum, merupakan faktor yang menghambat produktivitas.
Demikian pula bila gaji yang diterima orang lain untuk tipe pekerjaan
yang sama, akan menimbulkan rasa tidak puas dari karyawan. Gaji
yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan fisik minimum
merupakan salah satu syarat mutlak untuk mengharapkan adanya
produktivitas tenaga kerja yang baik.
b. Keamanan Kerja
Adanya kepastian dalam menghadapi masa depan dan perasaan
aman dalam bekerja akan sangat berpengaruh terhadap
produktivitas karyawan. Ketidakpastian masa depan perusahaan
akan tidak memungkinkan adanya hubungan kerja sama yang
berjangka panjang atau kerja seumur hidup.
c. Prosedur kerja
Prosedur perusahaan tampak dalam bentuk kebijaksanaan
(59)
adanya kepastian, keterbukaan dalam masalah-masalah yang
dihadapi perusahaan dapat pula mempengaruhi kinerja karyawan.
d. Mutu supervisi
Supervisi yang didasarkan pada pendekatan manusiawi tanpa
memerlukan pemaksaan atau supervisi ketat akan mendorong
kinerja bagi karyawannya.
e. Hubungan Interpersonal antara rekan kerja, atasan, dan bawahan
Hubungan yang terbina dengan menyenangkan, tidak ada konflik
yang berarti serta adanya dorongan semangat dari atasan, teman
kerja serta dari bawahan meruapkan sesuatu yang diharapkan oleh
setiap pekerja.
f. Kondisi kerja
Kondisi kerja adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan para
karyawan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas, seperti temperature ruangan, kelembaban, ventilasi,
penerangan, kebersihan tempat kerja dan lokasi dimana organisasi
berada.
B. Disiplin Kerja (ξB)
Disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai,
patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak
(60)
tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya”. Dimensi disiplin kerja
antara lain :
1. Teladan pimpinan (ξ3)
Adalah bagaimana pimpinan dapat menegakkan disiplin dirinya
dari ucapan, perbuatan, sikap sesuai aturan disiplin yang sudah
ditetapkan. Indikator dari teladan pimpinan antara lain :
a. Pimpinan selalu mematuhi peraturan
Pimpinan selau mematuhi peraturan yang berlaku dan telah
ditetapkan sebagai tata tertib yang beraku bagi semua lapisan
karyawan.
b. Pimpinan selalu memberi contoh yang nyata kepada karyawan
dengan menjaga sikap dan perbuatannya.
Bahwa sikap dan perilaku seorang dalam keseharian mencerminkan
sikap dan perilaku seorang pemimpin sehingga dapat memberikan
contoh yang baik bagi bawahannya.
c. Pimpinan selalu hadir dan meninggalkan tempat kerja tepat waktu
Bahwa pimpinan diharapkan selalu hadir dan meninggalkan tempat
kerja tepat waktu sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Pengawasan (ξ4)
(61)
karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan. Indikator dari pengawasan
antara lain :
a. Sikap dan perilaku pengawas dalam melakukan pengawasan
Bahwa cara penyampaian pengawas atau atasan langsung dalam
mengawasi bawahan menunjukkan sikap dan perilaku yang
membangun demi kelancaran tugas atau pekerjaan.
b. Kecakapan pengawas dalam melakukan pengawasan
Bahwa pengawas dalam melakukan pengawasan memahami aturan
atau tata cara mengawasi yang baik yang disesuai dengan situasi
dan kondisi tugas atau pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan.
c. Objektifitas pengawas dalam melakukan pengawasan
Bahwa pengawas dalam melakukan pengawasan harus objektif
tidak membeda-bedakan antara karyawan satu dengan yang
lainnya dan sesuai keadaan yang ada.
3. Sanksi hukuman (ξ5)
Adalah pemberian hukuman kepada yang melanggar peraturan
yang telah ditetapkan oleh instansi. Indikator dari sanksi hukuman
antara lain :
a. Ketegasan sanksi
Sanksi-sanksi pelanggaran disiplin yang dilakukan karyawan
dijatuhkan secara tegas kepada setiap karyawan sesuai peraturan
(62)
b. Sanksi yang diberikan sesuai dengan tindakan yang dilakukan
Sanksi-sanksi yang diberikan kepada karyawan harus sesuai
dengan pelanggaran disiplin yang dilakukan karyawan berdasarkan
peraturan yang berlaku.
c. Sanksi disiplin dapat diterima oleh rasa keadilan
Sanksi-sanksi yang dijatuhkan atau dibeirkan harus sesuai dan
dapat diterima oleh rasa keadilan artinya bahwa sanksi-sanksi
pelanggaran disiplin tidak membeda-bedakan status pangkat /
golongan dari karyawan yang melakukan pelanggaran disiplin.
A. Kinerja Karyawan (η)
Pada variabel tergantung yaitu kinerja karyawan didefinisikan
sebagai tingkat sejauh mana keberhasilan seorang karyawan di
dalam melakukan pekerjaan (level of job performance). Penilaian
kinerja dilakukan oleh atasan langsung responden yang mengacu
pada kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam menilai kinerja karyawan.
Indikator dari kinerja karyawan antara lain :
1. Quantity of work yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu
periode. Artinya kemampuan karyawan dalam menyelesaikan
tugas / pekerjaan yang dilakukan dalam setiap harinya sesuai
dengan waktu dipergunakan dan sesuai dengan apa yang
(63)
2. Job knowledge yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan
dan ketrampilannya. Artinya memahami tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan tugas-tugasnya seperti undang-undang,
peraturan-peraturan, prosedur kerja, panduan melaksanakan
pekerjaan.
3. Initiative yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru
dan dalam memperbesar tanggungjawab karyawan terhadap
tugas yang diberikan. Artinya pemahaman tentang tugas /
pekerjaan yang diberikan kepada karyawan apakah dilaksanakan
dan dikerjakan dengan penuh rasa tanggung jawab.
4. Creativeness yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan
dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
yang timbul. Artinya bahwa dalam melaksanakan tugas /
pekerjaan karyawan diharapkan mempunyai ide-ide atau
gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan yang
dapat membantu dalam menyelesaikan tugas / pekerjaannya.
5. Cooperative yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang
lain (sesama anggota organisasi). Artinya kesediaan karyawan
untuk bekerja sama dengan orang lain baik dengan teman sekerja
(64)
3.4 Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel-variabel penelitian tersebut di atas diukur dengan skala
Likert dengan lima tingkat / interval. Untuk variabel motivasi kerja dan
disiplin kerja diberikan lima skala penilaian dari sangat baik, baik, cukup
baik, kurang baik, sangat kurang baik dengan bobot sebagai berikut :
a. Jawaban a (kategori sangat baik) diberi bobot 5
b. Jawaban b (kategori baik) diberi bobot 4
c. Jawaban c (kategori cukup baik) diberi bobot 3
d. Jawaban d (kategori kurang baik) diberi bobot 2
e. Jawaban e (kategori sangat kurang baik) diberi bobot 1
3.5 Batasan dan Asumsi Penelitian 3.5.1 Batasan Masalah
Penelitian ini agar dapat mencapai sasaran sesuai dengan
maksud dan tujuan yang ingin dicapai, maka harus untuk diberi batasan
masalah yang diteliti dengan batasan-batasan sebagai berikut :
1. Penelitian dan responden pada karyawan di lingkungan PT.
Petrokopindo Cipta Selaras.
2. Pembahasan pada penelitian ini yaitu tentang pengaruh motivasi
kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan PT. Petrokopindo
(65)
3.5.2 Asumsi Penelitian
Asumsi-asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Opini yang diberikan oleh responden yang tertuang dalam kuesioner
diasumsikan representatif dalam melakukan penilaian dan
keterhubungan antara variabel motivasi kerja meliputi motivasi
internal dan motivasi eksternal dan disiplin kerja meliputi teladan
pimpinan, pengawasan dan sanksi hukuman terhadap kinerja
karyawan PT. Petrokopindo Cipta Selaras.
2. Responden dalam mengisi kuesioner diasumsikan sesuai dengan
pendapat dan pernyataan masing-masing dengan bebas dan
bertanggungjawab.
3.6 Instrument Penelitian Validitas Instrumen
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Instrumen penelitian ini kuesioner yang
nantinya akan diberikan kepada responden yang dituju dan didesain
berdasarkan kondisi serta situasi yang ada dan akan dilakukan uji
untuk mendapatkan jenis instrumen (alat ukur) yang valid dan reliable,
oleh karena itu diperlukan uji validitas dan realiabilitas. Pengujian
validitas dan realibilitas dilakukan terhadap alat ukur menurut Hair, et al
(66)
3.6.1 Uji Validitas Alat Ukur
Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa kuat suatu alat
tes melakukan fungsi ukurnya. Pada metode Structural Equation Mode
(SEM), uji validitas dilakukan dengan melihat loading factor atau construc loading (λ) pada masing-masing indikator. Semakin besar nilai λ maka semakin valid, indikator tersebut dikatakan valid bila uji t-nya signifikan, software AMOS 4.01 memiliki fasilitas uji ini.
3.6.2 Uji Reliabilitas Alat Ukur
Uji keandalan (realibilitas) digunakan untuk menguji keajegan
hasil pengukuran kuesioner yang erat hubungannya dengan masalah
kepercayaannya.
Pada Structural Equation Mode (SEM) ada 3 uji realibilitas yaitu :
1. Indicator reliability (reliabilitas indikator) yaitu uji realibilitas
dilakukan dengan melihat besarnya error pada masing-masing
indikatornya, baik pada indikator variabel eksogen maupun indikator
variabel endogen. Semakin kecil nilai errornya, maka indikator
tersebut reliabel, sehingga alat ukurnya juga dikatakan reliable. Bila
realibilitas indikator diperoleh dengan rumus (1 – error) yang
nilainya harus tidak kurang dari 0,50. Untuk menguji realibilitas
indicator juga digunakan melalui uji reliabilitas konsistensi inetrnal dengan melihat koefisien Cronbach’s Alpha. Koefisien Cronbach’s
(1)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menguji “Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan”, sehubungan dengan hipotesis maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hipotesis Diduga bahwa motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada PT.Petrokopindo Cipta Selaras, maka hipotesis ini tidak dapat diterima karena hasil penelitian faktor Motivasi tidak berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan.
2. Hipotesis Diduga bahwa disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan PT. Petrokopindo Cipta Selaras, maka hipotesis ini dapat diterima karena hasil penelitian terbukti faktor Disiplin Kerja berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan.
6.2 Saran
Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan manajemen PT. Petrokopindo Cipta Selaras, antara lain sebagai berikut :
(2)
93
1. Manajemen PT. Petrokopindo Cipta Selaras perlu mengusahakan bagaimana cara untuk meningkatkan disiplin kerja yang ada selama ini, karena disiplin merupakan unsur pengikat atau unsur yang dapat menggairahkan kerja.
2. Manajemen PT. Petrokopindo Cipta Selaras perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja antara lain Teladan Pimpinan, Pengawasan, Sanksi Hukuman yang selama ini ada apakah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan.
3. Manajemen PT. Petrokopindo Cipta Selaras perlu juga memperhatikan aspek-aspek disiplin kerja antara lain :
Aspek mental yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil daripada “latihan dan pengendalian pikiran dan watak” oleh pemimpin secara tertentu.
Aspek pengetahuan tentang sistem-sistem aturan perilaku serta norma-norma, bahwa ketaatan akan aturan-aturan, norma-norma, kriteria standar-standar, struktur dan sistem organisasi dan sebagainya itu adalah syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan.
Aspek sikap kelakukan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, pengertian dan kesadaran untuk mentaati segala apa yang diketahui itu secara cermat dan tertib.
(3)
94
Karena pelaksanaan disiplin yang baik adalah setiap aturan-aturan disiplin harus diketahui, dipahami, diingat dan ditaati untuk dilaksanakan oleh setiap anggota atau karyawan dalam melangsungkan kehidupannya.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Admosoedirjo, P., 1976. Beberapa Pandangan Umum Tenteng Pengambilan Keputusan (Decision Making), Ghalia Indonesia, Jakarta.
Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988. Structural Equation Modeling in Practice : A Review and Recommended Two-Step Approach,
Psycological Bulletin. 103 (3) : 411-23.
Anoraga, Panji, 1995. Psikologi Kerja, Rineka Cipta, Jakarta.
As’ad, Moh., 1998. Seri Ilmu Sumber Daya : Psikologi Industri, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Bambang Setiaji, Tony Listianto, Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Surakarta, library.ums..ac.id/jurnal/book/export/htm/3-206k-6 Mei 2007. Bentler, P.M. and C.P. Chou, 1987. Practical Issue in Structural Modeling,
Sociological Methods and Research. 16 (1) : 78-117
Dewi Ma’rifah, Jurnal Studi Pengembangan Sumber Daya Alam, Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya, http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=312
Ferdinand, Augusty [2002], Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen, Penerbit BP Undip, Semarang.
Gibson, Ivancevic Donnely, 1996. Organisasi Perilaku, Struktur, Proses (Terjemahan Nunuk Adriarni), Penerbit Binapura Aksara, Jakarta.
Gomes, Faustino Cardoso, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Kedua, Andi Offset, Yogyakarta.
Gomes, Faustino Cardoso, 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Andi Offset, Yogyakarta.
Hair, Joseph F. Jr., Anderson Ralph E., Tathan Ronald L., And Black William C., 1998, Multivariate Data Analysys, 5th Edition, Prentice-Hall, Inc., Upper Saddle River, New Jersey.
Handoko, T.Hani, 1985. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
(5)
Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell [1996], “The Management of Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of Marketing. 60 (4) : 52-70.
H.M. Yani Syafei, Erwin Maulana Pribadi, Jurnal Infomatek Universitas Pasundan, volume 5 nomor 4 Desember 2003.
Malayu, S.P. Hasibuan, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta.
Martoyo, Susilo, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Keempat, Penerbit BPEE, Yogyakarta.
Moenir, A.S., 1987. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Cetakan Pertama, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Moekijat, 1989. Manajemen Kepegawaian, Cetakan Ketujuh, Penerbit Mandar Maju, Bandung.
Nawawi, Hadari, 2000. Administrasi Personil untuk Peningkatan Produktivitas Kerja, CV. Haji Masagung, Jakarta.
Nitisemito, Alex S., 1996. Manajemen Personalia, Cetakan Kelima, Ghalia Indonesia, Jakarta
Purwanto, BM, 2003. Does Gender Moderate the Effect of Role Stress on Salesperson's Internal States and Performance ? An Application of Multigroup Structural Equation Modeling [MSEM], Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan, Buletin Ekonomi FE UPN "Veteran" Yogyakarta. 6 (8) : 1-20
Radiq, 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia, Badan Penerbit IPWI, Jakarta.
Robbins, Stephen P., 2001. Perilaku Organisasi, Edisi Delapan, Penerbit PT. Prehallindo, Jakarta.
Schuller, Randall S., Susan E. Jackson 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia Mengghadapi Abad Ke-21, Edisi Keenam, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Siagian, Sondang P., 1993. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ketiga, Penerbit Bumi Aksara, Lakarta.
Siagian, Dergibson dan Sugiarto, 2000. Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi, Cetakan Ketiga, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
(6)
Siswanto, B. Sastrohadiwiryo. 1987. Manajemen Tenaga Kerja, Ancaman
Dalam Pendayagunaan dan Pengembangan Unsur Tenaga Kerja, Cetakan Pertama, Penerbit Sinar Baru, Bandung.
Siswanto, B. Sastrohadiwiryo. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia : Pendekatan Administrasi dan Operasional, Bumi Aksara Jakarta. Solimun, 2003. Structural Equation Modeling LISREL dan AMOS, Fakultas
MIPA, Universitas Brawijaya Malang.
Sukanto, Reksohadiprojo dan T. Hani Handoko, 1996, Organisasi Perusahaan : Teori, Struktur dan Perilaku, Cetakan Pertama, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta
Syamsudin, Daryatmi, Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Surakarta,
library.ums..ac.id/jurnal/book/export/htm/3-206k-6 Mei 2007.
Tabachnick B.G., 1996, Using Multivariate Statistics, Third Edition, HarperCollins CollegePublisher.
Tampubolon, Manahan P., 2004. Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior), Cetakan Pertama, Edisi Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta. Umar, Husein, 1998. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Cetakan
Kedua, Edisi Pertama, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.