Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SMA N 1 KASIHAN

BANTUL YOGYAKARTA

Dyah Pertiwi

Universitas Sanata Dharma 2015

Penelitian ini bertujuan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X MIA 5 SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta pada mata pelajaran ekonomi materi koperasi.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIA 5 SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 21 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus meliputi 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara, kuesioner, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas X MIA 5 SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta pada mata pelajaran ekonomi materi koperasi. Hal ini dibuktikan dengan rerata motivasi belajar sebelum penelitian = 91,57 (33,33% target tercapai); siklus pertama = 91,38 (33,33% target tercapai) dan siklus kedua = 98,28 (80,95% target tercapai). Retara hasil belajar siswa sebelum penelitian = 74,4 (38,09% siswa tuntas); siklus pertama = 81,90 (76,19% siswa tuntas) dan siklus kedua = 88,67 (90,48% siswa tuntas).


(2)

ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL GAMES TEAMS TOURNAMENT (TGT) TYPE TO INCREASE MOTIVATION AND STUDENT LEARNING OUTCOMES ON ECONOMICS SUBJECTS

IN SMA N 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA Dyah Pertiwi

Sanata Dharma University 2015

This research aims to implement cooperative learning model Teams Games Tournament (TGT) type to increase motivation and learning outcomes of the tenth grade students of MIA 5 of SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta in learning economics with the topic cooperation.

This research is a classroom action research. The subjects of research were 21 students of the tenth grade of MIA 5 of SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta, 2014/2015 academis year. The research was conducted in two cycles, each cycle included four phases there were planning, action, observation, and reflection. The data were collected by observation, interview, questionnaire, conducting test, and documenting. The tehniques of data analysis were descriptive and comparative analysis.

The result indicates that the application of cooperative learning model Teams Games Tournament (TGT) type can increase motivation and students’ learning outcomes of the tenth grade students of MIA 5 of SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta in learning economics with the topic cooperation. This result can be perceived by the mean of learning motivation before this research = 91,57 (33,33% target has been reached); the first cycle = 91,38 (33,33% target has been reached); and the second cycle = 98,28 (80,95% target has been reached). Mean of students learning outcome before this research = 74,4 (38,09% students passed); the first cycle = 81,90 (76,19% students passed), and the second cycle = 88,67 (90,48% students passed).


(3)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SMA N 1 KASIHAN

BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh: Dyah Pertiwi NIM : 111334052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk: Tuhan Yesus Krtistus Kedua Orang Tuaku Kakak-kakakku Untuk Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta


(7)

v MOTTO

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginannu kepada Allah dalam doa dan permohonan

dengan ucapan syukur (Filipi 4:6)

”Dia Tuhan, tak akan pernah memberi pencobaan dan ujian melebihi

kekuatan yang kau punya. Hendaklah bersyukur, Dia melakukan semua

karna cinta supaya kau beroleh hikmat dan jadi sempurna seperti Dia.”


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Agustus 2015 Penulis


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Dyah Pertiwi

Nomor Mahasiswa : 111334052

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS

GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SMA N 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian penyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 Agustus 2015

Yang menyatakan


(10)

viii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SMA N 1 KASIHAN

BANTUL YOGYAKARTA

Dyah Pertiwi

Universitas Sanata Dharma 2015

Penelitian ini bertujuan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X MIA 5 SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta pada mata pelajaran ekonomi materi koperasi.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIA 5 SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 21 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus meliputi 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara, kuesioner, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas X MIA 5 SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta pada mata pelajaran ekonomi materi koperasi. Hal ini dibuktikan dengan rerata motivasi belajar sebelum penelitian = 91,57 (33,33% target tercapai); siklus pertama = 91,38 (33,33% target tercapai) dan siklus kedua = 98,28 (80,95% target tercapai). Retara hasil belajar siswa sebelum penelitian = 74,4 (38,09% siswa tuntas); siklus pertama = 81,90 (76,19% siswa tuntas) dan siklus kedua = 88,67 (90,48% siswa tuntas).


(11)

ix ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL GAMES TEAMS TOURNAMENT (TGT) TYPE TO INCREASE MOTIVATION AND STUDENT LEARNING OUTCOMES ON ECONOMICS SUBJECTS

IN SMA N 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA Dyah Pertiwi

Sanata Dharma University 2015

This research aims to implement cooperative learning model Teams Games Tournament (TGT) type to increase motivation and learning outcomes of the tenth grade students of MIA 5 of SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta in learning economics with the topic cooperation.

This research is a classroom action research. The subjects of research were 21 students of the tenth grade of MIA 5 of SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta, 2014/2015 academis year. The research was conducted in two cycles, each cycle included four phases there were planning, action, observation, and reflection. The data were collected by observation, interview, questionnaire, conducting test, and documenting. The tehniques of data analysis were descriptive and comparative analysis.

The result indicates that the application of cooperative learning model

Teams Games Tournament (TGT) type can increase motivation and students’

learning outcomes of the tenth grade students of MIA 5 of SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta in learning economics with the topic cooperation. This result can be perceived by the mean of learning motivation before this research = 91,57 (33,33% target has been reached); the first cycle = 91,38 (33,33% target has been reached); and the second cycle = 98,28 (80,95% target has been reached). Mean of students learning outcome before this research = 74,4 (38,09% students passed); the first cycle = 81,90 (76,19% students passed), and the second cycle = 88,67 (90,48% students passed).


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Masa Esa atas berkat dan karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ” Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta.”

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, kerja sama, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan


(13)

xi

bimbingan, masukan, motivasi, kesabaran, dan saran dengan sabar dan kesungguhan hati untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Dosen penguji, terima kasih atas saran dan kritik yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Segenap Bapak – Ibu dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma terima kasih atas ilmu, bimbingan dan pelayanan dalam proses perkuliahan.

7. Bapak Drs. H. Suharja, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Sriyati, S.E., M. Acc selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian penulis.

9. Seluruh siswa kelas X MIA 5 SMA N 1 Kaihan Bantul Yogyakarta, terima kasih untuk kerja sama serta bantuannya selama pelaksanaan penelitian. 10. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sugiyono dan Ibu Nunik Sri Martuti yang

tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, selalu mendoakan penulis dimanapun dan selalu memberikan semangat, memberikan dukungan untuk selalu berusaha dan selalu mengingatkan penulis untuk bersandar kepada Tuhan.

11. Kakakku Sagung Widhiata dan Heratyo yang selalu memberikan semangat dan mendokan penulis untuk kelancaran proses penyusunan skripsi.


(14)

xii

12. Teman-temanku Rahayu, Angela, Junita, Clara, Bono, Aknes yang telah membantu penelitian.

13. Teman-temanku Wilda, Kristin, Resta, dan Jesika yang telah memberikan semangat dalam proses penyelesaian skripsi.

14. Teman-temanku Angel, Bono, Clara Junita, Rahayu, Rere, terima kasih atas keceriaan dan kebersamaan selama ini. Terima kasih atas bantuannya selama kuliah.

15. Seluruh keluarga PAK angkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan, cerita, pengalaman, kebahagiaan karena menjadi salah satu bagian dari kalian.

16. Keluarga besar yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua bantuan, doa dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. 17. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu penulis mengharapkan masukan serta saran dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.

Yogyakarta, 28 Agustus 2015 Penulis


(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6


(16)

xiv

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI………. 9

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 9

1. Pengertian PTK ... 9

2. Prinsip Dasar PTK ... 11

3. Tahap Pelaksanaan PTK ... 11

4. Tujuan PTK dilakukan ... 12

5. Manfaat yang dapat diperoleh dari PTK ... 13

6. Model Penelitian Tindakan Kelas ... 13

B. Belajar ... 15

1. Pengertian Belajar ... 15

2. Prinsip Belajar ... 17

3. Tujuan Belajar ... 18

C. Hasil Belajar ... 20

D. Motivasi ... 22

E. Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 26

F. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament 29 1. Pengertian TGT ... 29

2. Langkah-langkah pembelajaran TGT ... 31

3. Kelebihan dan Kekurangan TGT ... 32

G. Kerangka Berpikir ... 33

BAB III METODE PENELITIAN……… 35


(17)

xv

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

1. Tempat Penelitian... 35

2. Waktu Penelitian ... 35

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 36

1. Subyek Penelitian ... 36

2. Obyek Penelitian ... 36

D. Prosedur Penelitian ... 36

1. Kegiatan Pra Penelitian ... 36

2. Pelaksanaan Penelitian ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 62

1. Instrumen Pra Penelitian ... 62

2. Instrumen Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... 62

3. Instrumen Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 63

F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 65

1. Validitas ... 65

2. Reliabititas ... 68

G. Teknik Pengumpulan Data ... 69

1. Observasi ... 69

2. Wawancara ... 69

3. Dokumentasi ... 70

4. Kuesioner ... 70


(18)

xvi

H. Teknik Analisis Data ... 72

1. Analisis Deskriptif ... 72

2. Analisis Komparasi ... 74

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 75

A. Sejarah SMA Negeri 1 Kasihan Bantul ... 75

B. Visi dan Misi Sekolah ... 77

C. Tujuan Pendidikan Menengah Atas ... 78

D. Sistem Pendidikan SMA Negeri 1 Kasihan ... 79

E. Kurikulum SMA Negeri 1 Kasihan ... 80

F. Sumber Daya Manusia SMA Negeri 1 Kasihan ... 83

G. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah SMA Negeri 1 Kasihan 84

H. Proses Belajar Mengajar SMA Negeri 1 Kasihan ... 86

I. Fasilitas Pendidikan ... 86

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 89

A. Deskripsi Penelitian ... 89

1. Observasi Pendahuluan ... 89

a. Observasi guru ... 90

b. Observasi siswa ... 93

c. Observasi kelas ... 96

d. Wawancara guru ... 99

e. Wawancara siswa ... 100

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 100


(19)

xvii

b. Tindakan ... 105

c. Observasi ... 114

d. Evaluasi dan refleksi ... 124

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 130

a. Perencanaan ... 130

b. Tindakan ... 134

c. Observasi ... 144

d. Evaluasi dan refleksi ... 154

B. Analisis Data ... 159

1. Motivasi belajar ... 159

2. Hasil belajar ... 165

C. Pembahasan ... 174

BAB VI KESIMPULAN KETERBATASAN DAN SARAN ... 179

A. Kesimpulan ... 179

B. Keterbatasan ... 180

C. Saran ... 181

DAFTAR PUSTAKA ... 184


(20)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 67

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 69

Tabel 3.3 Indikator Motivasi Belajar Siswa ... 70

Tabel 3.4 Tabel Kategori Motivasi Belajar Berdasarkan Penilaian Acuhan Patokan Tipe I (PAP I) ... 73

Tabel 3.5 Tabel Kategori Hasil Belajar Berdasarkan Penilaian Acuhan Patokan Tipe I (PAP I) ... 73

Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Pra Penelitian ... 91

Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pra Penelitian ... 94

Tabel 5.3 Analisis Tingkat Motivasi Siswa Pra Implementasi Tindakan ... 96

Tabel 5.4 Hasil Observasi Kegiatan Kelas Dalam Proses Pembelajaran Pra Penelitian ... 97

Tabel 5.5 Pembagian Kelompok Siklus I ... 101

Tabel 5.6 Pembagian Kelompok Siklus I ... 106

Tabel 5.7 Pembagian Juara Siklus I ... 113

Tabel 5.8 Aktivitas Guru Selama Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 115

Tabel 5.9 Aktivitas Siswa Selama Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 118


(21)

xix

Tabel 5.10 Analisis Tingkat Motivasi Siswa Implementasi Tindakan

SiklusI ... 120

Tabel 5.11 Aktivitas Kelas Selama Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 121

Tabel 5.12 Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 126

Tabel 5.13 Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 127

Tabel 5.14 Pembagian Kelompok Siklus I ... 131

Tabel 5.15 Pembagian Kelompok Siklus I ... 136

Tabel 5.16 Pembagian Juara Siklus I ... 143

Tabel 5.17 Aktivitas Guru Selama Menerapkan Model PembelajaranKooperatif Tipe TGT Siklus II ... 145

Tabel 5.18 Aktivitas Siswa Selama Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ... 148

Tabel 5.19 Analisis Tingkat Motivasi Siswa Implementasi Tindakan Siklus II ... 150

Tabel 5.20 Aktivitas Kelas Selama Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ... 151

Tabel 5.21 Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ... 155

Tabel 5.22 Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ... 157


(22)

xx

Tabel 5.23 Analisis Tingkat Motivasi Siswa Setelah Implementasi Tindakan Siklus I ... 160 Tabel 5.24 Analisis Tingkat Motivasi Siswa Setelah Implementasi

Tindakan Siklus II ... 161 Tabel 5.25 Analisis Perbandingan Motivasi Siswa Sebelum dan Setelah

Implementasi Tindakan ... 162 Tabel 5.26 Analisis Komparasi Motivasi Belajar Siswa ... 163 Tabel 5.27 Hasil Belajar Siswa Sebelum Implementasi Tindakan ... 165 Tabel 5.28 Hasil Belajar Siswa Sebelum Implementasi Tindakan ... 166 Tabel 5.29 Hasil Belajar Siswa Setelah Implementasi Tindakan Siklus I ... 167 Tabel 5.30 Hasil Belajar Siswa Setelah Implementasi Tindakan Siklus I ... 169 Tabel 5.31 Hasil Belajar Siswa Setelah Implementasi Tindakan Siklus II ... 170 Tabel 5.32 Hasil Belajar Siswa Setelah Implementasi Tindakan Siklus II ... 171 Tabel 5.33 Analisis Komparasi Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 172


(23)

xxi

DAFTAR GAMBAR


(24)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Pra Penelitian ... 187 Lampiran 2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran

Pra Penelitian ... 189 Lampiran 3 Hasil Observasi Kondisi Kelas Dalam Proses Pembelajaran

Pra Penelitian ... 190 Lampiran 4 Kuesioner Motivasi Belajar ... 191 Lampiran 5 Wawancara Guru ... 194 Lampiran 6 Wawancara Siswa ... 196 Lampiran 7 Hasil Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran

Pra Penelitian ... 198 Lampiran 8 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran

Pra Penelitian ... 200 Lampiran 9 Hasil Observasi Kondisi Kelas Dalam Proses Pembelajaran

Pra Penelitian ... 201 Lampiran 10 Kuesioner Motivasi Belajar Pra Penelitian ... 202 Lampiran 11 Kuesioner Motivasi Belajar Pra Penelitian ... 205 Lampiran 12 Daftar Pembagian Kelompok Siswa Siklus I ... 209 Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 210 Lampiran 14 Handout ... 231 Lampiran 15 Soal Games ... 235


(25)

xxiii

Lampiran 16 Kunci Jawaban Games ... 237 Lampiran 17 Soal Tournament ... 238 Lampiran 18 Soal Diskusi ... 240 Lampiran 19 Skenario Pembelajaran ... 241 Lampiran 20 Soal Posttest ... 242 Lampiran 21 Kunci Jawaban Soal Posttest ... 243 Lampiran 22 Lembar Observasi Aktivitas Guru Selama Menerapkan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 245 Lampiran 23 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Menerapkan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 247 Lampiran 24 Lembar Observasi Aktivitas Kelas Selama Menerapkan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 249 Lampiran 25 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Pembelajaran dan

Model TGT ... 251 Lampiran 26 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran dan Model

TGT ... 252 Lampiran 27 Kuesioner Motivasi Belajar Siklus I ... 254 Lampiran 28 Prosedur Permainan ... 257 Lampiran 29 Prosedur Turnamen ... 258 Lampiran 30 Wawancara Siswa Siklus I ... 259 Lampiran 31 Wawancara Guru Siklus I ... 260 Lampiran 32 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran dan Model


(26)

xxiv

Lampiran 33 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran dan Model TGT Siklus I ... 263 Lampiran 34 Lembar Observasi Aktivitas Guru Selama Menerapkan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 265 Lampiran 35 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Menerapkan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 267 Lampiran 36 Lembar Observasi Aktivitas Kelas Selama Menerapkan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 268 Lampiran 37 Hasil Posttest Siklus I ... 270 Lampiran 38 Hasil Posttest Siklus I ... 271 Lampiran 39 Kuesioner Motivasi Belajar Siklus I ... 273 Lampiran 40 Kuesioner Motivasi Belajar Siklus I ... 276 Lampiran 41 Daftar Pembagian Kelompok Siswa Siklus II ... 280 Lampiran 42 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 281 Lampiran 43 Handout ... 307 Lampiran 44 Soal Games”Make a Match” ... 317 Lampiran 45 Soal dan Kunci Jawaban Tournament ... 319 Lampiran 46 Soal Posttest ... 321 Lampiran 47 Kunci Jawaban Soal Posttest ... 322 Lampiran 48 Soal Diskusi ... 324 Lampiran 49 Prosedur Permainan ”Make a Match” ... 325 Lampiran 50 Prosedur Turnamen ... 326 Lampiran 51 Skenario Pembelajaran ... 327


(27)

xxv

Lampiran 52 Lembar Observasi Aktivitas Guru Selama Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ... 328 Lampiran 53 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Menerapkan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ... 330 Lampiran 54 Lembar Observasi Aktivitas Kelas Selama Menerapkan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ... 332 Lampiran 55 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Pembelajaran dan

Model TGT ... 334 Lampiran 56 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran dan Model

TGT ... 335 Lampiran 57 Kuesioner Motivasi Belajar Siklus II ... 337 Lampiran 58 Wawancara Siswa Siklus II ... 340 Lampiran 59 Wawancara Guru Siklus II ... 341 Lampiran 60 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran dan Model

TGT Siklus II ... 342 Lampiran 61 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran dan Model

TGT Siklus II ... 344 Lampiran 62 Lembar Observasi Aktivitas Guru Selama Menerapkan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ... 346 Lampiran 63 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Menerapkan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ... 348 Lampiran 64 Lembar Observasi Aktivitas Kelas Selama Menerapkan


(28)

xxvi

Lampiran 65 Hasil Posttest Siklus II ... 351 Lampiran 66 Hasil Posttest Siklus II ... 352 Lampiran 67 Kuesioner Motivasi Belajar Siklus II ... 353 Lampiran 68 Kuesioner Motivasi Belajar Siklus II ... 356 Lampiran 69 Perhitungan Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa

Dengan PAP I ... 359 Lampiran 70 Perhitungan Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa

Dengan PAP I ... 360 Lampiran 71 Output Uji Validitas SPSS 16 ... 361 Lampiran 72 Output Reliabilitas SPSS 16 ... 362 Lampiran 73 Hasil Tabulasi Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Pra

Implementasi ... 363 Lampiran 74 Hasil Tabulasi Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 365 Lampiran 75 Hasil Tabulasi Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 367 Lampiran 76 Surat Perijinan ... 369 Lampiran 77 Surat Perijinan ... 370 Lampiran 78 Surat Perijinan ... 371 Lampiran 79 Surat Perijinan ... 372


(29)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga mutu pendidikan dapat diukur dari aspek mutu masukan (input quality), mutu proses (process quality), mutu keluaran (output quality), dan dampak mutu lulusan (outcome quality). Kewajiban pokok seorang siswa adalah belajar, karena belajar merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang siswa. Kegiatan belajar dapat dilakukan baik di luar kelas maupun di dalam kelas. Proses belajar mengajar di sekolah dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal (dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (dari luar diri siswa).

Pendidikan dewasa ini cenderung menekankan aspek kognitif, dan itu pun aspek kognitif tingkat rendah (hafalan). Pengembangan aspek afektif terabaikan. Sekolah-sekolah tampaknya sudah kurang setia pada tujuannya yaitu membantu peserta didik agar semakin berkembang seutuhnya dan seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya masing-masing. Banyak sekolah sudah terkondisi untuk membuat peserta didik unggul dalam menumpuk pengetahuan (hafalan). Selain itu, banyak sekolah-sekolah yang bentuk pengajarannya berfokus pada bahan atau materi pelajaran.


(30)

2

Proses pembelajaran tidak lepas dari kegiatan mengajar. Di sini guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Sebagai guru maupun calon guru kita harus mampu melakukan identifikasi kekuatan dan kelemahan model-model pembelajaran secara tepat, mampu memilihnya secara tepat dan mampu mengembangkan serta menerapkannya dalam proses pembelajaran. Guru pada umumnya cenderung mengajar berdasarkan pengalaman dan kebiasaan. Banyak guru menyampaikan pelajaran menggunakan teknik yang sama walaupun materi yang disampaikan berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya kecenderungan guru mengejar penyelesaian materi pembelajaran daripada menanamkan konsep yang lebih mendalam pada siswa.

Metode ceramah dan diskusi merupakan metode yang paling sering dipakai oleh guru dalam mengajar. Pada saat guru menerapkan metode ceramah ada kecenderungan bahwa siswa tidak mendengarkan, acuh tak acuh dengan materi yang diajarkan, bahkan ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan. Sedangkan pada penerapan metode diskusi, sekilas tampak beberapa siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, tetapi lebih banyak siswa yang tidak aktif karena malu bertanya, kurang percaya diri bahkan bosan dengan metode tersebut. Siswa yang aktif dalam diskusi bisa dihitung dengan jari, sementara yang lainnya malu dan kurang percaya diri dan akhirnya terabaikan atau kurang diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan metode ceramah dan


(31)

diskusi belum sepenuhnya berhasil dan cenderung kurang variatif dalam proses belajar mengajar.

Pada penerapan metode mengajar dengan metode kerja kelompok, hasilnya kurang lebih sama yaitu hanya beberapa siswa yang bekerja dalam kelompok tersebut. Siswa yang dianggap mampu oleh kelompok harus mengerjakan, sementara yang lainnya cenderung pasif, tidak mau membantu bahkan siswa tersebut menggantungkan jawaban pada temannya. Akhirnya nilai hasil kerja kelompok tidak menunjukkan nilai keseluruhan anggota kelompok melainkan hanya beberapa siswa saja yang pantas mendapatkan nilai tersebut. Ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah. Semua model pembelajaran tersebut tidak ada yang paling baik diantara model pembelajaran yang lainnya. Masing-masing model pembelajaran memiliki kelebihan serta kelemahan tersendiri. Oleh karena itu, perlu dilakukan seleksi pada masing-masing model pembelajaran untuk digunakan dalam mengajarkan materi tertentu.

Untuk dapat menghasilkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa diberi kesempatan bekerja dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah secara bersama-sama. Bekerja dalam kelompok akan dapat melatih siswa untuk mendengarkan pendapat-pendapat dalam bentuk tulisan-tulisan. Tugas kelompok akan dapat memacu para siswa


(32)

4

untuk bekerja sama, saling membantu satu sama lain dalam hal pengetahuan-pengetahuan yang baru.

Model pembelajaran kooperatif dalam belajar ekonomi akan dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif dalam hal belajar. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah pada mata pelajaran ekonomi. Model pembelajaran kooperatif juga bermanfaat bagi para siswa yang heterogen. Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok, model belajar ini dapat membantu para siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda.

Salah satu tugas guru yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah ialah memberikan pelayanan kepada para siswa dalam memperoleh pengalaman belajar menarik dan menyenangkan. Pengalaman belajar yang menarik tersebut dapat diberikan oleh guru melalui penggunaan model belajar yang dapat menumbuhkan semangat dan gairah belajar siswa guna mencapai hasil belajar yang optimal. Guru harus mampu menciptakan suatu kondisi belajar dengan sebaik-baiknya.

Sebaiknya hasil belajar siswa selain dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang menarik yang didapat dari model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran (faktor eksternal), juga dipengaruhi oleh perasaan, sikap, minat dan motivasi (faktor internal). Perasaan seorang siswa berpengaruh terhadap semangat atau gairah belajarnya. Apabila seorang siswa bersikap positif terhadap pengalaman


(33)

belajar, maka muncul minat terhadap pengalaman belajar tersebut. Siswa yang menaruh minat yang besar terhadap pangalaman belajar yang diperoleh, akan membentuk motivasi untuk belajar. Model kooperatif menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, guru banyak berperan sebagai fasilitator sehingga dalam penyelesaian tugas siswa diminta untuk mencari jalan penyelesaian dan guru hanya mendampingi.

Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran adalah rendahnya motivasi belajar siswa yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya motivasi belajar dapat terlihat dari keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran rendah, siswa mengobrol dengan teman sebangku, mengantuk, melamun, bermain handphone pada saat pembelajaran berlangsung, sering pergi ke WC. Peneliti menduga, motivasi belajar dan hasil belajar siswa rendah dikarenakan kurangnya variasi model pembelajaran.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti ingin meneliti mengenai motivasi dan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran kooperaif tipe TGT ini selain memberikan pengalaman belajar yang lain bagi siswa juga diharapkan dapat menumbuhkan rasa senang selama kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan dapat lebih menumbuhkan motivasi dan hasil belajar dalam pelajaran ekonomi. Peneliti berkeyakinan bahwa model


(34)

6

pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tindakan kelas dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di

SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta”.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya membatasi pada pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi?

2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran Ekonomi.


(35)

2. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran Ekonomi.

E. Manfaat Penelitan 1. Bagi peneliti

Penelitian ini tentunya akan bermanfaat bagi peneliti, di mana dapat menambah pengetahuan sebagai calon guru dan dapat digunakan pada proses pembelajaran sebagai alternatif penyampaian materi pelajaran sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan terpusat pada siswa.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memotivasi siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.

3. Bagi siswa

Penelitian ini dapat menambah pengalaman baru bagi siswa dalam menerima pembelajaran, berguna untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran Ekonomi.


(36)

8

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya dalam meneliti penerapan metode pembelajaran di sekolah.

5. Bagi sekolah

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memotivasi siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.


(37)

9 BAB II

LANDASAN TEORI A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian adalah kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah, sedangkan tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata berupa siklus melalui proses kemampuan mendeteksi dan memecahkan masalah.

Mills dalam Saur (2014:18) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas (classroom action research) adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik di dalam kelasnya sendiri secara kolaboratif/partisipasif untuk memperbaiki kinerja pendidik menyangkut kualitas proses pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Menurut Mulyasa (2009:10) PTK dapat diartikan sebagai penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.


(38)

10

Arikunto (2006:2) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata yaitu penelitian, tindakan, dan kelas sebagai berikut:

a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data ke informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Sebagaimana dikemukakan oleh Kusumah dan Dedi Dwitagama (2009:9) menjelaskan bahwa;

PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan berpartisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Dari berbagai pengertian PTK di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru, oleh guru bersama-sama dengan peserta didik, atau oleh peserta didik di bawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.


(39)

2. Prinsip Dasar PTK

Menurut Kusumah (2009:17), PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah, diantaranya: a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.

b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.

c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan ikut meyakinkan.

d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.

e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.

f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perpektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).

3. Tahap Pelaksanaan PTK

Dalam praktiknya PTK adalah tindakan yang bermakna melalui prosedur penelitian yang mencakup empat tahapan (Kusumah, 2009;15) yaitu:

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita. Kegiatan perencanaan mencakup identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah dan pengembangan untuk tindakan atau aksi sebagai pemecahan masalah.


(40)

12

b. Tindakan (acting)

Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan atau acting dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya.

c. Pengamatan (observing)

Selanjutnya diadakan pengamatan atau observing yang diteliti terhadap proses pelaksanaanya.

d. Refleksi (reflecting)

Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi atau reflecting dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi di dalam kelasnya.

4. Tujuan PTK dilakukan

Menurut Susilo (2007:17), tujuan PTK dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru kepada peserta didik dan konteks pembelajaran di kelas.

c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru.

d. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan actual yang dihadapi sehari-hari.


(41)

e. Adapun tujuan penyerta PTK yang dapat dicapai adalah terjadinya proses pelatihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.

5. Manfaat yang dapat diperoleh dari PTK

Banyak manfaat yang diperoleh dari dilaksanakanya PTK yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran, antara lain (Susilo, 2007:18):

a. Inovasi pembelajaran.

b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas. c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik.

d. Akan terciptanya peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru.

e. Karya tulis ilmiah semakin diperlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya dan dalam rangka membuat rancangan PTK yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas.

6. Model Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Arikunto (2006:16) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.


(42)

14

Gambar 2.1

Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Keterangan gambar:

Tahap 1 : Menyusun rancangan tindakan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyusun rancangan ini, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu

?

Perencanaan SIKLUS I

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan


(43)

mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak di buat-buat.

Tahap 3 : Pengamatan (observing)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan pengamat. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

Tahap 4 : Refleksi (reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Dalam buku interaksi dan motivasi belajar mengajar (Sardiman, 2008: 3) dijelaskan bahwa belajar adalah sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Dari pengertian tersebut bahwa belajar memiliki beberapa maksud, antara lain yaitu :


(44)

16

a. Mengetahui suatu kepandaian, kecakapan atau konsep yang sebelumnya tidak pernah diketahui.

b. Dapat menjelaskan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat berbuat, baik tingkah laku maupun keterampilan.

c. Mampu mengkombinasikan dua pengetahuan (atau lebih) ke dalam suatu pengertian baru, baik keterampilan, pengetahuan, konsep maupun sikap/tingkah laku.

d. Dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

Dengan melihat beberapa maksud belajar seperti disebut di atas, faktor keaktifan siswa sebagai subjek belajar sangat menentukan. Dalam buku interaksi dan motivasi belajar mengajar (Sardiman, 2008: 20) terdapat 3 definisi tentang belajar , antara lain diuraikan sebagai berikut:

a. Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.

b. Harold Spears memberikan batasan : Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.

c. Geoch, mengatakan : Learning is a change in performance as a result of practice.

Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau


(45)

penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

Di samping definisi-defisini tersebut, belajar dapat dilihat secara mikro dan makro. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagaian kegiatan menuju terbentuknya kepribadiaan seutuhnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2. Prinsip Belajar

Berikut ini beberapa prinsip-prinsip belajar yang berkaitan dengan belajar, antara lain :

a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.

b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para siswa.

c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi.

d. Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.


(46)

18

e. Belajar dapat melakukan tiga cara yaitu : 1) Diajar secara langsung;

2) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung; 3) Pengenalan dan peniruan.

f. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.

g. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.

3. Tujuan Belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang lebih kondusif. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana belajar mengajar yang tersedia. Dengan kata lain, untuk mencapai tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar tertentu pula. Tujuan belajar untuk pengembangan nilai afektif memerlukan penciptaan sistem


(47)

lingkungan yang berbeda dengan sistem yang dibutuhkan untuk tujuan belajar pengembangan gerak.

Dalam buku interaksi dan motivasi belajar mengajar (Sardiman, 2008:26) terdapat tiga tujuan pembelajaran, yaitu:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : keterampilan jasmani dan keterampilan rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat


(48)

20

bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

c. Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan lepas dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu, guru tidak sekedar menjadi pengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai tersebut, anak didik akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.

C. Hasil belajar

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan - perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap (Winkel dalam Purwanto, 2009 : 39). Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan (Purwanto, 2009:54). Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses


(49)

belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan.

Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir, pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan, sedangkan dalam aspek psikomotorik memberikan hasil belajar berupa keterampilan.

Proses belajar merupakan proses yang unik dan komplek. Keunikan tersebut disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Perbedaan penampilan tersebut disebabkan karena setiap individu mempunyai karakteristik invidualnya yang khas, seperti minat, perhatian dan bakat.

Pada umumnya tujuan pendidikan dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (Subino dalam Purwanto, 2009:43). Belajar dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan perilaku yaitu perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan-perubahan dalam aspek itu menjadi hasil dari proses belajar. Perubahan perilaku hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang relevan dengan tujuan pengajaran. Oleh karenanya, hasil belajar dapat berupa perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikomotirk, tergantung dari tujuan pengajarannya.


(50)

22

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Begitu pula dalam hal belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.

D. Motivasi

Motivasi merupakan faktor kunci bagi kesuksesan pembelajaran (Gavin, 2009:19). Idealnya motivasi haruslah intrinsik, yakni pembelajar memiliki motivasi diri. Akan tetapi, untuk meraihnya pembelajar perlu memiliki sasaran dan keinginan kuat untuk sukses. Anak yang mengalami gangguan belajar akan menganggap motivasi sebagai tantangan sama halnya kegagalan akan berakibat pada penurunan motivasi. Diharapkan, pembelajaran jangan sampai berada dalam keadaan di mana anak mengalami gangguan dalam belajar karena alasan ini perlu kesuksesan awal ketika mengerjakan tugas baru. Penting pula bahwa ekstrinsik


(51)

(penghargaan) dan intrinsik (motivasi) dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran.

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku (Hamzah, 2007:1). Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha merubah tingkah laku yang lebih baik dalam kelangsungan hidupnya.

Motivasi dapat dibagi menjadi 5 antara lain (Gavin, 2009:20): 1. Motivasi karena tugas

Bagi banyak orang, pandangan atau pemikiran tentang tipe tugas tertentu sudah cukup mampu mengurangi motivasi, guru bertanggung jawab untuk mengembangkan tugas yang dapat dikerjakan dengan baik. Pada gilirannya keadaan ini merupakan hambatan utama yang harus diatasi agar dapat mempertahankan motivasi. Beberapa pembelajar, jika mereka punya pengalaman kegagalan berulang kali, akan benar-benar berkurang motivasinya dan sama sekali tidak ingin belajar materi baru dengan cara apapun. Penting anak memiliki kesuksesan, jika tidak memiliki mereka menjadi kurang motivasinya.


(52)

24

2. Motivasi karena penghargaan

Meskipun penghargaan bermanfaat, panghargaan ini harus dilihat sebagai strategi jangka pendek menuju motivasi diri. Penghargaan biasanya memberi hasil hanya dalam jangka pendek dan dapat membantu anak-anak yang memerlukan peningkatan kemampuan terutama jika mereka mendapati tugas tertentu sangat menantang. 3. Motivasi sosial-pengaruh kelompok teman sebaya

Banyak hal mengenai gaya belajar menunjukkan beberapa pembelajar lebih menyukai belajar sendiri, sedangkan pembelajar lain memerlukan interaksi sosial. Interaksi sosial sangat menguntungkan karena dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial yang penting, seperti menerima, berbagi dan mendengarkan pendapat orang lain. Proses membantu dan bekerja dengan orang lain itu dapat menjadi motivasi.

4. Motivasi karena umpan balik

Setiap pembelajaran memerlukan umpan balik untuk meyakinkan bahwa ia berada pada jalan yang tepat, namun umpan balik sering digunakan sebagai sarana menilai atau mengoreksi.

5. Motivasi karena pencapaian prestasi

Pencapaian prestasi tidak selalu berupa pencapaian sasaran yang ditetapkan oleh guru. Pencapaian prestasi tergantung pada pembelajaran dan kesiapan mereka mengerjakan tugas. Jika


(53)

seseorang tidak sukses, maka tugas perlu direvisi sampai mereka dapat mengerjakannya.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang sangat mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu (Hamzah, 2007:23).

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat, keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Menurut Uno (2007:10) indikator motivasi belajar dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. 4. Adanya penghargaan dalam belajar.

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6. Adanya lingkungan yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keinginan atau dorongan yang timbul dari dalam maupun luar


(54)

26

dalam diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu.

E. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Di dalam dunia pendidikan ada tiga komponen yang perlu disoroti dalam pembaharuan pendidikan, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas belajar dan efektivitas metode pembelajaran. Kurikulum harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan dan mampu mengakomodasi keberagaman keperluan serta kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran juga harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dengan cara penerapan strategi atau metode pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa (Isjo, 2009:13).

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjo, 2009:14). Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.


(55)

Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut (Slavin dalam Isjo,2009:15), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Menurut (Sunal dan Hans dalan Isjo, 2009:15) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Menurut (Stahl dalam Isjo, 2009:15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapi.

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut (Lungdren dalam Isjo, 2009:16) :

1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka "tenggelam atau berenang bersama".


(56)

28

2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

4. Para siswa membagi tugas dan berbagai tanggung jawab di antara para anggota kelompok.

5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6. Para siswa berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

7. Setiap siswa akan diminta mempertangungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar (Isjo, 2009:18). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut:

1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang.

2. Agar proses pembelajaran berjalan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas.

3. Selama kegiatan diskusi berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas.

4. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.


(57)

Faktor dari luar erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah, yaitu semakin pudarnya kurikulum sejarah, selain itu pelaksanaan tes yang berpusat seperti UAN sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung dipersiapkan untuk keberhasilan perolehan nilai yang maksimal.

Pembelajaran kooperatif dapat membuat kemajuan besar pada siswa kearah pengembangan sikap, nilai, dan tingkah laku yang memungkinkan mereka dapat berpartisipasi dalam komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai karena tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah untuk memperoleh pengetahuan dari sesama temannya.

F. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT)

1. Pengertian TGT

Menurut Saco (Rusman, 2012:242) dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).

Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa,


(58)

30

misalnya akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari siswa semua tingkat kemampuan untuk menyumbangkan point bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk siswa yang pintar dan soal yang mudah untuk siswa yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi pelajaran.

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda.

Menurut (Slavin dalam Rusman, 2012:225) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahapan penyajian kelas, belajar dalam kelompok, permainan, pertandingan, dan penghargaan kelompok. Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil b. Games tournament


(59)

2. Langkah-langkah pembelajaran TGT

Dalam metode TGT, para siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang yang berbeda-beda tingkat kecerdasannya, dan jenis kelamin. Setelah itu guru menjelaskan materi seperti biasa. Kemudian guru akan memberikan sebuah turnamen untuk menguji tingkat pemahaman siswa. Menurut Robert E. Slavin (2008:166) deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut:

a. Presentasi di kelas

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Siswa harus betul-betul memperhatikan presentasi ini karena dalam presentasi terdapat materi yang dapat membantu untuk mengerjakan kuis yang diadakan setelah pembelajaran.

b. Tim

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Jika ada kesulitan siswa yang merasa mampu membantu siswa yang kesulitan.

c. Games

Games terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Games tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan games hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing.

d. Tournament

Turnamen adalah sebuah struktur dimana games berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen – tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada


(60)

32

meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini, seperti halnya sistem skor kemajuan individual dalam STAD, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 6 ke meja 5); skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama; dan skornya

paling rendah ”diturunkan”. Dengan cara ini, jika pada awalnya

siswa sudah salah ditempatkan untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya.

e. Penghargaan Tim

Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan nilai tugas siswa. Selain itu diberikan pula hadiah (reward) sebagai motivasi belajar.

3. Kelebihan dan kekurangan TGT

Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut Harminto (2011:72) kelebihan dari model pembelajaran TGT adalah :

a. Dalam kelas kooperatif mahasiwa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya;

b. Rasa percaya diri mahasiswa menjadi lebih tinggi;

c. Perilaku mengganggu terhadap mahasiwa lain menjadi lebih kecil;

d. Motivasi belajar mahasiswa bertambah;

e. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan pembelaan negara;

f. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara mahasiswa dengan mahasiswa dan antara mahasiswa dengan dosen;

g. Mahasiswa dapat menelaah sebuah mata kuliah atau pokok bahasan bebas mengaktualisasi diri dengan sebuah potensi yang ada dalam diri mahasiswa tersebut dapat keluar, selain itu kerja sama antar mahasiswa juga dengan dosen akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.


(61)

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran TGT ialah:

a. Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya;

b. Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran;

c. Kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau dosen tidak dapat mengelola kelas.

G. Kerangka Berpikir

Winkel (Uno, 2007:3) yang menyatakan bahwa motivasi berasal dari motif yaitu daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya (Uno, 2007:1).

Menurut (Uno, 2007:34), ada beberapa teknik untuk meningkatkan motivasi dalam pembelajaran yaitu menggunakan permainan dan membuat suasana persaingan yang sehat diantara siswa. Salah satu indikator dalam motivasi belajar adalah adanya penghargaan yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran.

Demi mengupayakan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar dengan berinteraksi dengan teman sebaya dibutuhkan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan dan waktu yang cukup bagi siswa untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan interaksi teman sebaya. Hal ini dapat dimengerti bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengupayakan pemberdayaan teman sebaya dalam


(62)

34

pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memberikan waktu dan kesempatan yang sangat luas bagi siswa untuk berinteraksi dengan teman sebaya mereka. Siswa akan mencari dan menggali pengetahuan dari teman mereka dan dari diri mereka sendiri.

Keberhasilan dari metode ini ditentukan oleh tingkat pemahamam siswa terhadap materi yang diberikan, dan juga menjelaskan materi tersebut pada teman. Pembelajaran kooperatif tipe TGT ini melatih siswa untuk berani bertanya, mengajukan pendapat, dan membantu siswa dalam memahami materi maupun mengerjakan soal latihan. Jika kegiatan tersebut tidak dilakukan, maka selama proses pembelajaran belum terjadi interaksi denga teman sebaya. Akibatnya adalah proses belajar ini belum dapat berlangsung secara optimal. Pencapaian yang diharapkan dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif juga belum dapat dikatakan tepat sasaran. Oleh karena itu, penempatan siswa dalam kelompok TGT adalah kelompok heterogen sehingga memungkinkan setiap terlibat aktif dalam diskusi dan saling berkomunikasi.


(63)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Ebbut dalam Wiriaatmadja (2005:15), PTK adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dan tindakan-tindakan tersebut. Sedangkan menurut Wijaya Kusumah (2009:9) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Dalam penelitian PTK ini, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran Ekomoni.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kasihan, Jl. Bugisan Selatan Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian


(64)

36

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 5 SMA Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran Ekonomi.

D. Prosedur Penelitian

Dalam tahap PTK dilakukan kegiatan-kegiatan yang membentuk siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut (Susento, 2007:5).

1. Kegiatan Pra Penelitian

Kegiatan pra penelitian merupakan kegiatan awal sebelum penelitian dilakukan. Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan pra penelitian adalah untuk memperoleh data-data yang mendukung dengan kegiatan penelitian yang akan dilangsungkan, sehingga peneliti dapat mengetahui masalah-masalah yang terjadi di kelas. Kegiatan ini meliputi:

a. Obsevasi terhadap guru mitra

Observasi terhadap perilaku guru dilakukan dengan peneliti mengamati perilaku guru, kemudian peneliti mendeskripsikan perilaku guru selama proses belajar mengajar dengan


(65)

memberikan skor penilaian sikap guru berdasarkan hasil pengamatannya. Cakupan pengamatan meliputi; persiapan dan kesiapan mengajar, kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

b. Observasi terhadap siswa

Observasi terhadap perilaku siswa dilakukan dengan cara peneliti mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan peneliti menuliskan hasil perilaku siswa dengan memberikan checklist pada lembar observasi. Cakupan pengamatan meliputi kesiapan siswa mengikuti pelajaran, kegiatan siswa saat mengikuti pembelajaran, perhatian siswa saat mengikuti pelajaran, dan sikap siswa saat mengikuti pelajaran. c. Observasi terhadap kelas

Observasi terhadap kelas dilakukan dengan cara peneliti mengamati keadaan kelas. Cakupan penelitian meliputi: keadaan fisik kelas, tata letak, fasilitas kelas, dan manajemen kelas. Peneliti akan memberikan checklist pada lembar observasi terhadap kelas.

d. Kuesioner siswa

Sebelum dilakukan penelitian, peneliti membagikan kuesioner dengan tujuan untuk mendukung perolehan informasi mengenai sejauh mana tingkat motivasi belajar siswa. Kuesioner berisi tentang pernyataan yang disusun berdasarkan indikator antara


(66)

38

lain adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan yang kondusif. e. Wawancara pada guru

Wawancara guru dilakukan untuk menunjang data penelitian. Wawancara bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi guru saat proses belajar mengajar berlangsung dan wawancara dilakukan saat jam istirahat sekolah.

f. Wawancara pada siswa

Wawancara siswa dilakukan untuk mengetahui berbagai permasalahan yang dirasakan oleh siswa selama proses pembelajaran ekonomi berlangsung.

2. Pelaksanaan Penelitian

Melaksanakan semua rencana tindakan dalam proses pembelajaran di kelas. Penelitian akan dilaksanakan dalam dua siklus. Satu siklus akan terdiri dari empat langkah, diantaranya: a. Siklus I

1) Perencanaan PTK

a) Peneliti bersama guru mitra mengumpulkan data untuk membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil.

b) Peneliti bekerja sama dengan guru mitra untuk membagi kemampuan siswa berdasarkan kemampuannya dengan


(67)

pedoman nilai ulangan terakhir. Dalam satu kelas akan dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompoknya beranggotakan 4-5 siswa heterogen dengan berbagai macam jenis kelamin, suku, agama dan kemampuan. c) Peneliti bekerja sama dengan guru mitra menyusun

lembar observasi, diantaranya: (1) Lembar observasi guru

Lembar observasi pada guru digunakan untuk melihat apakah selama proses pembelajaran berlangsung guru menggunakan model pembelajaran TGT sesuai dengan perencanaan atau tidak.

(2) Lembar observasi siswa

Lembar observasi pada siswa digunakan untuk mengetahui perilaku siswa selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT.

(3) Lembar observasi kelas

Lembar observasi kelas digunakan untuk mengetahui kondisi kelas selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT.

d) Peneliti bersama guru mitra menyusun lembar evaluasi dan refleksi.


(68)

40

Evaluasi adalah kegiatan untuk menetapkan siswa pada suatu materi agar siswa mampu lebih mengingat dan paham pada materi yang telah diberikan oleh guru. Evaluasi dilakukan secara tertulis dan lisan. Bentuk evaluasi tertulis adalah tes sedangkan evaluasi secara lisan adalah guru mitra mengajak siswa untuk menyimpulkan secara bersama-sama materi yang telah dipelajari.

Refleksi adalah kegiatan untuk memahami apa yang telah dilakukan. Refleksi juga sering disebut sebagai istilah memantul, dalam hal ini peneliti memantulkan pengalamannya ke layar kaca sehingga tampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan kekurangan (Suyadi, 2012:24). Berdasarkan hasil refleksi ini digunakan untuk melakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

e) Perlengkapan pembelajaran (1) Alat dan media pembelajaran

Media-media yang dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode TGT adalah spidol, lembar kerja dan kartu pernyataan, amplop, kotak.


(69)

RPP digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Perangkat RPP terdiri dari kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, serta lembar penilaian.

(3) Materi pembelajaran

Dalam mendukung proses pembelajaran siswa membutuhkan pedoman dalam penyampaian materi, siswa dapat menggunakan buku cetak, modul dan handout dari guru.

(4) Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengetahui apakah dengan penggunaan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.

2) Pelaksanaan PTK

Pada tahap pelaksanaan, peneliti menerapkan semua perencanaan yang telah dibuat sesuai dengan rencana awal. Adapun pelaksanaan PTK meliputi:


(70)

42

a) Kegiatan Pra Pembelajaran

(1) Guru mitra memeriksa kesiapan media dan ruang pembelajaran yang akan digunakan saat proses pembelajaran berlangsung di kelas.

(2) Guru mitra memeriksa kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran. Kesiapan siswa dapat dilihat dari sikap siswa yang duduk tenang dan menyiapkan alat tulis, buku ekonomi yang diperlukan di meja siswa, serta menyingkirkan buku yang tidak terkait dengan pembelajaran ekonomi.

(3) Guru mitra membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan guru mitra melakukan presensi.

(4) Guru mitra melakukan apersepsi pada materi pembelajaran sebelumnya.

(5) Guru mitra menyampaikan kompetensi yang akan dicapai serta memberikan motivasi pada siswa tentang pentingnya materi pembelajaran yang akan dipelajari. (6) Guru mitra memberikan gambaran singkat tentang


(71)

b) Kegiatan Inti Pembelajaran (1) Mengamati

Setelah siswa dibagi ke dalam kelompok, guru mitra membagikan handout kepada siswa untuk dipelajari. Dalam kegiatan ini, guru membuka secara luas kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak dan membaca yang diformulasikan dalam proses pembelajaran. Siswa difasilitasi untuk membaca sumber dari buku atau handout yang telah diberikan (mengamati fakta, mengamati konsep, mengamati prinsip, mengamati proses dan mengamati prosedur). Kompetensi yang dikembangkan dalam kegiatan mengamati adalah melatih kesungguhan dan ketelitian siswa dalam mempelajari suatu materi pembelajaran. Dalam kegiatan mengamati ini, siswa diberi kesempatan untuk saling bertukar pendapat mengenai isi materi. (2) Menanya

Setelah guru memberikan kesempatan untuk mempelajari materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang telah dipelajari. Dalam kegiatan bertanya siswa dituntut untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin


(72)

44

tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis. Aktivitas menanya merupakan keterampilan yang perlu dilatih. Oleh karena itu, guru harus mendorong dan memberikan peluang kepada peserta didik untuk berani bertanya. Keterampilan menyusun pertanyaan ini sangat penting untuk melatih daya pikir kritis dan kepekaan peserta didik.

Dalam kegiatan ini, guru juga memberikan soal untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi nantinya akan dipresentasikan setelah kegiatan games dan tournament selesai. Pada saat kegiatan menanya, peneliti dapat melihat adanya siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran.

(3) Mencoba/mengumpulkan informasi

Dalam kegiatan ini guru meminta siswa untuk berdiskusi mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber yang diperoleh dari berbagai sumber bacaan. Hasil pengumpulan data tersebut dapat menjadi bahan bagi siswa atau kelompok untuk melakukan penalaran antara suatu data atau informasi yang diperoleh dengan fakta yang ada untuk dikaji ada tidaknya hubungan diantara keduanya. Harapan


(1)

Lampiran 75

Hasil Tabulasi Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Siklus II

No Nama

Jawaban kuesioner

Total No item

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

1 Agista 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 97 2 Anisa 4 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 98 3 Anissa 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 5 2 3 3 3 4 4 4 1 4 4 4 1 3 88 4 Arif 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 101 5 Danang 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 101 6 Della 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 3 3 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 111 7 Dhea 5 4 5 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 110 8 Dhinna 3 4 3 5 3 3 3 3 3 4 4 3 5 5 2 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 92 9 Dzikri 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 5 2 5 5 4 4 4 100 10 Eva 4 5 4 4 3 4 4 4 3 2 4 5 3 4 3 4 3 5 5 4 3 4 4 4 4 4 100 11 Faisah 3 3 3 5 3 4 4 4 5 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 4 3 4 91 12 Farah 5 4 3 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 4 4 3 5 4 5 3 4 102 13 Fernanda 3 4 4 5 5 4 3 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 2 3 96 14 Kintan 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 4 3 3 4 95 15 Melati 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 2 3 4 3 3 4 88 16 Mentari S 5 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 5 101 17 M. Barokah 5 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 98


(2)

No Nama

Jawaban Kuesioner

Total No. Item

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

18 M. Shaffanafi 4 4 5 3 3 4 3 5 4 3 4 4 5 3 3 4 4 4 4 3 2 4 4 3 3 5 97 19 M. Syafiq 5 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 2 2 3 4 5 3 2 4 3 4 5 5 95 20 M. Zulfikar 5 4 3 5 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 3 4 3 4 4 3 4 4 101 21 Nabila 4 5 4 4 5 4 4 3 4 2 5 5 5 4 2 4 2 5 4 4 2 5 5 3 4 4 102 Total 87 84 79 86 79 83 78 87 80 68 84 85 87 81 64 73 73 87 82 82 52 85 85 79 73 81 2064


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.

0 2 44

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) guna meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa pada mata pelajaran akuntansi SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta.

0 1 317

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) guna meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa pada mata pelajaran akuntansi SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta

0 8 315

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

0 1 288