PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI INTENSIFIKASI PERHATIAN ORANG TUA DI KELAS VI SD MUHAMMADIYAH 2 KOTA MAGELANG.

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI INTENSIFIKASI PERHATIAN ORANG TUA

DI KELAS VI SD MUHAMMADIYAH 2 KOTA MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Rr. Pramesti Vidya Bhakti Eva NIM 11108244050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan diminta pertanggung jawaban mengenai pendidikan dan pegajaran yang telah engkau berikan padanya, dan dia juga akan ditanya megenai kebaikan

dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.” (Tuhfah Al Maudud)

“Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.”


(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak dan Ibu yang selalu mendukungku dan mendoakanku.

2. Almamater tercinta. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa.


(7)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI INTENSIFIKASI PERHATIAN ORANG TUA

DI KELAS VI SD MUHAMMADIYAH 2 KOTA MAGELANG

Oleh

Rr. Pramesti Vidya Bhakti Eva 11108244050

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika melalui intensifikasi perhatian orang tua di kelas VI SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (Action Research). Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI berjumlah 9 anak yang terdiri atas 7 siswa laki-laki dan 2 siswa peremuan. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensifikasi perhatian orang tua dapat meningkatkan prestasi belajar matematika bagi siswa. Tahap pra tindakan, menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran matematika tergolong rendah. Nilai rata-rata kelas mencapai 50,8 sedangkan ketuntasan belajar sebesar 0%. Pada siklus I, ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 44% (kondisi awal 0% meningkat menjadi 44%). Pada siklus II, dengan adanya perbaikan beberapa teknik tindakan, prestasi belajar siswa cenderung tetap atau sama yaitu 44%. Prestasi belajar pada siklus II belum memenuhi indikator keberhasilan karena dari 100% siswa belum mencapai KKM. Penelitian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya karena 4 dari 9 orang siswa merupakan anak berkebutuhan khusus sehingga prestasi belajar siswa akan cenderung sama.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika melalui Intensifikasi Perhatian Orang Tua di Kelas VI SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat pada umumnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dorongan dan dalam proses penyusunan skripsi ini mendapat banyak bimbingan, pengarahan, motivasi, bantuan, dan nasehat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd., MA, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di kampus tercinta ini.

2. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan izin pada penelitian ini.

3. Bapak Suparlan, M. Pd. I, Ketua Jurusan PSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga karya ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Sudarmanto, M. Kes. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.


(9)

5. Bapak Agung Hastomo, M. Pd. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi 2 yang telah memberikan bimbingan, kritik yang mendukung, dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Unik Ambarwati, M. Pd. sebagai Dosen PA yang memberikan dukungan kepada penulis dari awal studi hingga akhir masa studi.

7. Bapak dan ibu dosen PGSD FIP UNY yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

8. Bapak Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan peneltian.

9. Siswa-siswa kelas VI SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang yang telah menerima penulis dengan hangat dan membantu dalam proses pengumpulan data.

10.Guru-Guru SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang yang tidak pernah bosan membantu peneliti dari awal hingga akhir penelitian.

11.Orang tua siswa kelas VI SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang yang telah bersedia membantu dalam proses pengumpulan data.

12.Ayahanda dan Ibunda tercinta, atas dukungan do’a, material, cinta, kasih sayang, dan pelajaran hidup yang berharga.

13.Teman-teman PGSD kelas C angkatan 2011 yang telah memberingan banyak pengalaman berharga kepada penulis.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan skripsi ini.


(10)

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini dan penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat dan inspirasi bagi siapa saja yang membacanya.

Yogyakarta, Desember 2015 Penulis

Rr. Pramesti Vidya Bhakti Eva NIM 11108244050


(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Belajar ... 11


(12)

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Prinsip-prinsip Belajar... 12

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 15

B. Kajian tentang Prestasi Belajar ... 26

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 26

2. Peningkatan Prestasi Belajar ... 27

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 28

C. Kajian tentang Pembelajaran Matematika SD ... 32

1. Pengertian Matematika ... 32

2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 33

D. Kajian tentang Prestasi Belajar Matematika ... 34

E. Kajian tentang Perhatian Orang Tua... 35

1. Pengertian Perhatian Orang Tua ... 35

2. Dasar-dasar Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Pendidikan Anak ... 37

3. Bentuk-bentuk Perhatian Orang Tua ... 39

F. Kajian tentang Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat dalam Manajemen Berbasis Sekolah ... 42

1. Hakikat Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat ... 42

2. Hubungan Keluarga dan Sekolah ... 43

3. Sekolah dan Masyarakat... 45

4. Manfaat Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat ... 49

G. Kajian tentang Siswa Sekolah Dasar ... 50

1. Usia dan Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Dasar ... 50

2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Kelas VI ... 52

H. Kerangka Berfikir ... 53

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 55

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 55


(13)

D. Definisi Operasional ... 56

E. Desain Penelitian ... 57

F. Metode Pengumpulan Data ... 62

G. Instrumen Penelitian ... 64

H. Teknik Analisis Data ... 65

I. Indikator Keberhasilan ... 66

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi ... 67

B. Hasil Penelitian ... 68

C. Pembahasan ... 99

D. Keterbatasan Penelitian ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(14)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Daftar Rata-rata Nilai Ulangan Harian Kelas VI Mapel Matematika ... 6

Tabel 2. Teknik Penelitian ... 60

Tabel 3. Kriteria Ketuntasan Minimal Mapel Matematika ... 66

Tabel 4. Sarana dan Prasarana SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang ... 68

Tabel 5. Jumlah Siswa Kelas VI SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang ... 68

Tabel 6. Prestasi Belajar Tengah Semester Matematika Siswa Kelas VI (Pra Tindakan) ... 70

Tabel 7. Prestasi Belajar Nilai Harian Matematika Siswa Kelas VI (Siklus I) ... 87

Tabel 8. Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VI Pra Tindakan dan Siklus I ... 88

Tabel 9. Hasil Refleksi Siklus I ... 89

Tabel 10. Prestasi Belajar Nilai Harian Matematika Siswa Kelas VI (Siklus II) ... 96

Tabel 11. Perbandingan Prestasi Belajar Matematika, Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II ... 96


(15)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Proses Dasar Penelitian Tindakan oleh Kemmis dkk... 57 Gambar 2. Diagram Batang Nilai Rata-rata Siswa Pra Tindakan dan Siklus I ... 88 Gambar 3. Diagram Batang Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Pra Tindakan

dan Siklus I ... 88 Gambar 4. Diagram Batang Nilai Rata-rata Matematika Siklus I dan Siklus II ... 97 Gambar 5. Diagram Batang Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Instrumen Observasi ... 112

Lampiran 2. Catatan Lapangan Siklus I ... 123

Lampiran 3. Catatan Lapangan Siklus II ... 130

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian ... 132

Lampiran 5. Kalender Akademik ... 138

Lampiran 6. Daftar Nilai Tengah Semester dan Nilai Harian Mapel Matematika Siswa Kelas VI ... 140

Lampiran 7. Hasil Pedoman Observasi ... 141


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Orang tua dan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Hal itu ditegaskan dengan pendapat Muhibbin Syah (2006: 153), lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Lebih lanjut Muhibbin Syah menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan. Menurut Purwanto dalam Muhammad Tobroni (2013: 31), berhasil atau tidaknya perubahan yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang dibedakan menjadi dua golongan; faktor yang ada pada diri organisme tersebut yang disebut faktor individual dan faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial.

Anak memperoleh pendidikan dan dapat belajar ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah. Arif Rohman (2011: 224) mengemukakan bahwa pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui tiga jalur yaitu pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal dilaksanakan pada jenjang dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan informal dilaksanakan di lingkungan keluarga. Pendidikan nonformal dilaksanakan di luar pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang paling dasar yang paling mendasari jenjang pendidikan berikutnya.

Tugas utama seorang siswa adalah belajar. Belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Berhasil atau gagalnya


(18)

pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. (Muhibbin Syah, 2006: 63). Sedangkan Santrock dan Yussen dalam Sugihartono (2007: 74) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Pengalaman tersebut dapat diperoleh dari interaksi dengan keluarga, lingkungan masyarakat, atau sekolah. Pengalaman belajar di lingkungan keluarga dapat diperoleh salah satunya dengan perhatian orang tua itu sendiri.

Perhatian orang tua untuk mendorong anak dalam belajar merupakan tanggung jawab orang tua kepada anak. Benjamin Spock (1982: 121) mengatakan bahwa orang tua harus memberi perhatian, dorongan, dan semangat kepada anak untuk lebih giat dalam belajar. Semakin banyak belajar, anak akan menyadari perihal tanggung jawab serta kekurangan yang masih terdapat pada diri anak tersebut. Hasbulloh (2011: 38) menambahkan lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama, karena keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.

Keluarga memegang peranan penting dalam luar individu untuk dapat belajar dengan baik. Lingkungan yang kondusif akan memberikan kenyamanan belajar untuk anak. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Purwanto dalam Muhammad Thobroni (2013: 33) sebagai berikut.

Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami anak-anak.


(19)

Ada keluarga yang memiliki cita-cita tinggi bagi anak-anak, tetapi ada pula yang biasa-biasa saja. Ada keluarga yang diliputi suasana tentram dan damai, tetapi ada pula yang sebaliknya. Termasuk, dalam faktor keluarga yang juga turut berperan adalah ada tidaknya atau ketersediaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar.

Nana Syaodih (2011: 163) menambahkan keluarga merupakan lingkungan keluarga pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Keberhasilan suatu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara (Dwi Siswoyo dkk, 2007: 139-140), ada tiga lingkungan pendidikan yang memiliki peranan besar terhadap perilaku serta kepribadian anak yang dikenal dengan “Tripusat Pendidikan”. Tripusat pendidikan meliputi: 1) Pendidikan di lingkungan keluarga; 2) Pendidikan di lingkungan sekolah; dan 3) Pendidikan di lingkungan masyarakat.

Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar terwujud masyarakat cerdas intelektual, emosional dan spiritual. Hal tersebut sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan tersebut merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dalam proses pendidikan. Sedangkan untuk mencapai proses pendidikan


(20)

seperti yang diharapkan maka membutuhkan lingkungan belajar yang menyenangkan. Oemar Hamalik (2009: 47) menyebutkan dialog serta komunikasi antara anak dengan orang dewasa merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan lingkungan belajar. Bimbingan orang dewasa merupakan aspek yang sangat penting dalam pendidikan. Bruner dalam Oemar Hamalik (2009: 47) menambahkan, hubungan serta bercengkerama antara orang dewasa dengan anak merupakan stimulus (perangsang) yang utama untuk mempermudah belajar. Oleh karena itu, dalam hal ini bantuan orang dewasa, yaitu guru, dan orang tua mempunyai pengaruh penting dalam peningkatan prestasi belajar anak.

Peningkatan prestasi belajar anak dapat diperoleh salah satunya melalui intensifikasi perhatian orang tua. Pernyataan ini dipertegas oleh Nurul Aeni (2014: 1) dalam penelitiannya terhadap siswa kelas VI SDN 80/VIII Kecamatan Rimbo Ulu Kabupaten Tebo tentang hubungan perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa yang menunjukkan bahwa perhatian orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, semakin tinggi perhatian orang tua semakin meningkat prestasi belajarnya. Oleh karena itu, kurangnya perhatian orang tua akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Hal tersebut ditemukan di SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang, khususnya kelas VI.

Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti dengan wali kelas VI, guru sering menjumpai sikap orang tua yang menyerahkan masalah pendidikan anak sepenuhnya kepada guru atau sekolah. Orang tua memberikan perhatian yang berbeda terhadap pengelolaan dan perkembangan


(21)

serta pendidikan anak-anak. Perhatian yang diberikan terhadap siswa ada yang kurang, ada yang cukup, bahkan ada pula yang berlebihan. Sedangkan menurut hasil wawancara awal siswa-siswi kelas VI, orang tua kurang memfasilitasi sarana prasarana belajar saat di rumah. Siswa tersebut menambahkan, orang tua terlalu sibuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktu untuk memperhatikan masalah pendidikan bagi anak. Orang tua pun jarang menanyai bagaimana proses belajar anak saat di sekolah, kendala-kendala apa saja yang dihadapi atau ditemui.

Latar belakang pendidikan orangtua siswa kelas VI SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang berbeda-beda. Hal tersebut sesuai dengan penyataan wali kelas VI bahwa sebagian besar orang tua siswa yang menjadi subjek penelitian ini memiliki latar belakang pendidikan lulusan SD, mata pencahariannya adalah pedagang, tukang becak, tukang parkir, pekerja buruh pasar dan pabrik, sehingga mayoritas latar belakang ekonomi dari orang tua siswa tersebut rata-rata menengah kebawah.

Wali kelas VI menambahkan sebab kesibukan orang tua untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarga, orang tua tersebut lalai memberi perhatian kepada anak-anak. Bahkan, kegiatan anak usai pulang sekolah tidak terpantau oleh orang tua. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan orang tua akan berpengaruh pada pola asuh anak-anak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Al. Tridhonanto (2014: 24-28) bahwa pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan orang tua dalam peran pengasuhan.


(22)

Kurangnya perhatihan orang tua berpengaruh terhadap kebiasaan siswa di sekolah. Pernyataan tersebut di dukung oleh pernyataan wali kelas VI yang menyebutkan bahwa siswa siswi yang kurang mendapatkan perhatian orangtua tidak mengerjakan PR, tidak membawa buku pelajaran, bahkan membolos. Daftar nilai semester ganjil tahun pelajaran 2014-2015 siswa kelas VI dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Daftar Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Kelas VI Mata Pelajaran Matematika

No. Rentang Nilai Jumlah Siswa

1. <50 7

2. 75 2

Jumlah 9

Keterangan:

Nilai rata-rata : 47 Nilai terendah : 20

Nilai KKM : 75 Nilai tertinggi : 75

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 2 siswa sedangkan yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 7 siswa. Data tersebut menunjukkan siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal lebih banyak dari pada yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Nilai rata-rata mata pelajaran matematika yang ditempuh anak menunjukkan angka sebesar 47 sehingga dapat dikatakan belum mencapai nilai KKM yang diharapkan sebesar 75.

Rendahnya nilai matematika di kelas VI SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang menunjukkan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Pernyataan tersebut juga dipertegas oleh pernyataan wali kelas VI, bahwa


(23)

mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang paling sulit. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut yaitu belum menguasai konsep dasar matematika serta sulitnya menghafal rumus-rumus. Faktor ini membuat siswa-siswa tergolong lambat dalam memahami soal-soal.

Menurut wawancara dengan wali kelas VI, 2 siswa yang dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal mendapatkan perhatian lebih dari orang tua. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap salah satu orang tua siswa yang bernama Ibu Yati. Ibu Yati mengatakan bahwa dahulu Ibu Yati kurang memperhatikan anak karena sibuk bekerja sehingga anak Ibu Yati menjadi tidak semangat sekolah, bahkan tidak ingin masuk sekolah lagi. Oleh karena itu, sekarang Ibu Yati hanya menjadi ibu rumah tangga yang fokus untuk mengasuh anak dan memperhatikan belajar anak. Peneliti menduga keterlibatan perhatian orang tua ini akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengadakan penelitian terhadap perhatian orang tua dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Sebagai calon guru sekolah dasar penting untuk mengetahui upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas. Selain itu, hal utama sebagai guru yakni menjalin kerja sama dengan orang tua untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui intensifikasi perhatian orang tua. Bertolak dari latar belakang tersebut, peneliti akan melaksanakan penelitian dengan memilih judul : “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika melalui Intensifikasi Perhatian Orang Tua di kelas VISD Muhammadiyah 2 Kota Magelang”


(24)

B. Identifikasi Masalah

1. Sikap orang tua yang menyerahkan masalah pendidikan anak sepenuhnya kepada guru/sekolah.

2. Orang tua memberikan perhatian yang berbeda terhadap pengelolaan dan perkembangan serta pendidikan anak-anak.

3. Orang tua kelas VI kurang memfasilitasi sarana dan prasarana belajar saat di rumah.

4. Perhatian orang tua kurang karena sibuk mencari nafkah untuk menghidupi keluarga.

5. Rendahnya nilai matematika siswa kelas VI dengan ditandai 7 dari 9 siswa tidak memenuhi standar KKM.

6. Latar belakang pendidikan dan ekonomi orang tua yang rendah berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa kelas VI.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis bermaksud membatasi permasalahan yang ada. Pembatasan masalah pada penelitian ini yaitu peningkatan prestasi belajar matematika melalui intensifikasi perhatian orang tua.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Dapatkah intensifikasi perhatian orang tua meningkatkan prestasi belajar

matematika siswa kelas VI SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang tahun ajaran 2015/2016?


(25)

2. Bagaimana meningkatkan prestasi belajar matematika melalui intensifikasi perhatian orang tua di kelas VI SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang tahun ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan prestasi belajar matematika melalui intensifikasi perhatian orang tua di kelas VI SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang tahun ajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Meningkatkan prestasi belajar matematika melalui penelitian yang dilakukan.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penelitian yang dilakukan

c. Menambah masukan ataupun memberikan sumbangan pemikiran kepada peneliti lain.

d. Menambah referensi untuk penelitian yang relevan. 2. Bagi Guru

a. Untuk meningkatkan prestasi belajar matematika melalui intensifikasi perhatian orang tua.

b. Sebagai masukan yang dapat digunakan sekolah kepada orang tua untuk mengintensifkan perhatian orang tua dalam rangka peningkatan prestasi belajar matematika siswa.


(26)

a. Dapat meningkatkan prestasi belajar matematika melalui intensifikasi perhatian orang tua.

b. Sebagai masukan untuk mengintensifkan perhatian orang tua kepada anak dalam rangka peningkatan prestasi belajar matematika siswa c. Sebagai informasi pentingnya peran orang tua dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa. 4. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa yang akan bermanfaat untuk kehidupan mendatang.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Belajar

1. Pengertian Belajar

Reber dalam (Agus Suprijono, 2009:17) mengartikan belajar proses mendapatkan pengetahuan (the process of acquiring knowledge). Slameto (2010: 2) mengemukakan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 13) adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Skinner dalam (Dimyati dan Mujiono, 2006: 9) berpendapat bahwa belajar ialah suatu perilaku, dalam arti pada belajar maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar dalam pengertian aktifitas mental siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan.

Muhibbin Syah (2006: 63) menjelaskan bahwa belajar yaitu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil atau


(28)

gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku, perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang berlangsung seumur hidup.

2. PrinsipPrinsip Belajar

Slameto (2010: 27) menjelaskan prinsip–prinsip belajar tersusun sebagai berikut.

a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

1) Belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcementdan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

3) Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. b. Sesuai hakikat belajar

1) Belajar itu proses berkelanjutan, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.


(29)

2) Belajar adalah proses organisai, adaptasi, eksplorasi dandiscovery. 3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian

yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.

c. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkan pengertiannya.

2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

d. Syarat keberhasilan belajar.

1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

Mustaqim (2001: 69) berpendapat bahwa prinsip-prinsip belajar antara lain sebagai berikut.

a. Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu. b. Belajar akan lebih berhasil jika disertai berbuat latihan dan ulangan. c. Belajar lebih berhasil jika memberi sukses yang menyenangkan.

d. Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktivitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya.


(30)

e. Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami, bukan sekedar menghafal fakta.

f. Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain. g. Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si

pelajar.

h. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.

Oemar Hamalik (2009: 54) mengemukakan prinsip belajar dan mengajar sebagai berikut.

a. Belajar senantiasa bertujuan yang berkenaan dengan pengembangan perilaku siswa.

b. Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu.

c. Belajar dilaksanakan dengan latihan daya–daya, membentuk hubungan asosiasi dan melalui penguatan.

d. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman berpikir kritis dan reorganisasi pengalaman.

e. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tidak langsung melalui bantuan pengalaman pengganti. f. Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari

luar diri individu.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar yaitu belajar memerlukan tujuan, motivasi, kemauan atau keinginan, latihan atau pengulangan, lingkungan dari luar individu serta bimbingan atau bantuan dari orang lain.


(31)

3. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Belajar

Slameto (2010: 54-72) mengemukakan faktor–faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu sebagai berikut :

a. Faktor–Faktor Intern

Faktor-faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, faktor-faktor tersebut yaitu.

1) Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah atau faktor yang berhubungan dengan fisik, faktor tersebut antara lain.

a) Faktor Kesehatan

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan–gangguan kelainan– kelainan alat inderanya serta tubuhnya.

b) Cacat tubuh

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

2) Faktor Psikologis


(32)

a) Inteligensi

Inteligensi berpengaruh besar terhadap kemajuan belajar. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai inteligensi yang rendah dalam situasi yang sama.

b) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata–mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya agar dapat hasil belajar yang baik. c) Minat

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.

d) Bakat

Bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.

e) Motif

Motif yang kuat diperlukan dalam belajar dan untuk membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan–latihan/kebiasaan– kebiasaan dan pengaruh


(33)

lingkungan yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat–alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru. Anak akan lebih berhasil dalam belajar sudah siap (matang).

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respone atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Faktor Kelelahan

Faktor kelelahan ini bisa terjadi akibat terlalu banyak aktivitas yang dilakukan seseorang.

b. Faktor–Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, faktor tersebut antara lain.

1) Faktor Keluarga

Faktor keluarga atau faktor yang berhubungan dengan keluarga, antara lain.

a) Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. Bimbingan dan penyuluhan memegang


(34)

peranan yang penting. Keterlibatan orang tua akan mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.

b) Relasi Antaranggota Keluarga

Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Seluruh anggota keluarga membina hubungan baik yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman–hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.

c) Suasana Rumah

Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Anak dapat belajar dengan baik apabila diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. d) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain–lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku–buku dan lain–lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

e) Pengertian Orang Tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas–tugas di rumah. Kadang–kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua


(35)

wajib memberi pengertian dan mendoronnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah.

f) Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Anak perlu ditanamkan kebiasaan–kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah atau faktor yang berhubungan dengan sekolah antara lain.

a) Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Cara–cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat–tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin.

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

c) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.


(36)

d) Relasi Siswa dengan Siswa

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Oleh karena itu guru seharusnya menciptakan relasi yang baik antar siswa agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

e) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Seluruh staf sekolah yang megikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.

f) Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu.

g) Waktu Sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah.

h) Standar Pelajaran di Atas Ukuran

Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Guru seharusnya dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan


(37)

kemampuan siswa masing–masing dan tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.

i) Keadaan Gedung

Jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing- masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas.

j) Metode Belajar

Cara belajar dan pembagian waktu belajar akan efektif pada hasil belajar siswa. Maka, siswa perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

k) Tugas Rumah

Waktu belajar utama siswa adalah di sekolah, maka diharapkan guru tidak terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah.

3) Faktor Masyarakat

Faktor masyarakat atau faktor yang berhubungan dengan masyarakat, antara lain.

a) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa mengambil bagian terlalu banyak dalam masyarakat maka akan mengganggu belajarnya, lebih–lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.


(38)

b) Mass Media

Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka, siswa perlu mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak sekolah dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

c) Teman Bergaul

Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang buruk pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.

d) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Masyarakat yang terdiri dari orang–orang yang tidak terpelajar, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada siswa. Sebaiknya, jika lingkungan anak adalah orang–orang terpelajar yang baik–baik, maka pengaruh itu akan mendorong semangat siswa untuk belajar lebih giat lagi.

Purwanto dalam Muhammad Thobari & Arif Mustofa (2013: 32) berpendapat berhasil atau tidaknya perubahan dalam belajar dipengaruhi oleh berbagai macam faktor sebagai berikut.

1. Faktor individual

Faktor individual adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, antara lain.


(39)

a. Faktor kematangan atau pertumbuhan

Kegiatan mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan serta potensi–potensi jasmani dan ruhaninya telah matang.

b. Faktor kecerdasan atau inteligensi

Berhasil atau tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dipengaruhi oleh faktor kecerdasan, misalnya anak umur empat belas tahun ke atas umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti.

c. Faktor latihan dan ulangan

Seseorang yang rajin berlatih, sering melakukan hal yang berulang–ulang, kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki menjadi semakin dikuasai dan makin mendalam.

d. Faktor motivasi

Seseorang tidak akan mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik–baiknya jika ia tidak mengetahui pentingnya dan faedahnya dari hasil yang akan dicapai dari belajar.

e. Faktor pribadi

Sifat–sifat kepribadian seseorang turut berpengaruh dengan hasil belajar yang dicapai, contohnya faktor fisik kesehatan dan kondisi badan.

2. Faktor di luar individual, antara lain.

a. Faktor keluarga dan keadaan rumah tangga. b. Suasana dan keadaan keluarga.


(40)

Ada keluarga yang memiliki cita–cita tinggi bagi anak-anaknya, tetapi ada pula yang biasa–biasa saja. Ada keluarga yang diliputi suasana tentram dan damai, tetapi ada pula yang sebaliknya. Faktor keluarga yang juga turut berperan adalah ada tidaknya atau ketersediaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar. c. Faktor guru dan cara mengajarnya.

Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan tersebut kepada peserta didik turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai.

d. Faktor alat–alat yang digunakan dalam belajar mengajar

Sekolah yang memiliki peralatan dan perlengkapan yang diperlukan dalam belajar ditambah dengan guru yang berkualitas akan mempermudah dan mempercepat belajar anak–anak.

e. Faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia

Ada faktor yang mempengaruhi hasil belajar, seperti kelelahan karena jarak rumah dan sekolah cukup jauh, tidak ada kesempatan karena sibuk bekerja serta pengaruh lingkungan yang buruk yang terjadi di luar kemampuannya.

f. Faktor motivasi sosial

Motivasi sosial bisa berasal dari orang tua yang selalu mendorong anak untuk belajar, motivasi dari orang lain, seperti dari tetangga, sanak saudara, teman–teman sekolah, dan teman sepermainan.


(41)

Muhibbin Syah (2006: 129) mengatakan faktor–faktor yang mempengaruhi belajar siswa diantaranya:

1. Faktor internal siswa

Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu, antara lain.

a. Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ–organ tubuh dan sendi–sendinya, dapat memengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

b. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun, diantara faktor–faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasan/inteligensi siswa; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi siswa.

2. Faktor eksternal siswa

Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu, antara lain. a. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan dan teman–teman sekelas dapat memengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya lingkungan sosial masyarakat dan tetangga juga teman–teman sepermainan di sekitar


(42)

perkampungan siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak memengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

b. Lingkungan Nonsosial

Faktor–faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat–alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa menentukan keberhasilan belajar siswa.

3. Faktor Pendekatan siswa

Pendekatan belajar berpengaruh pada hasil belajar siswa, semakin mendalam cara belajar siswa semakin baik hasilnya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi belajar diantaranya faktor interen/dalam diri siswa dan faktor ekstern/luar diri siswa.

B. Kajian tentang Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar

M. Fathurrohman (2002: 117) mengemukakan prestasi belajar merupakan hasil yang ditunjukkan siswa setelah melakukan proses belajar mengajar. Abu Ahmadi (2013: 138) menambahkan prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari luar individu. Sedangkan Oemar Hamalik (2009: 68) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan sesuatu yang dibutuhkan seseorang untuk mengetahui kemampuan setelah melakukan kegiatan yang bersifat belajar, karena


(43)

prestasi adalah hasil belajar yang mengandung unsur penilaian, hasil usaha kerja dan ukuran kecakapan yang dicapai suatu saat.

Istilah “prestasi belajar”(achievement) berbeda dengan “hasil belajar”

(learning outcome). Zainal Arifin (2009: 11) mengartikan prestasi belajar

umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa. Mohamad Surya (2004: 57) mengemukakan prestasi belajar adalah seluruh kecakapan hasil yang dicapai (achivement) yang diperoleh melalui proses belajar berdasarkan test belajar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai yang berkenaan dengan pengetahuan berdasarkan tes belajar.

2. Peningkatan Prestasi Belajar

Muhammad Fathurrohman & Sulistyorini (2002: 137) berpendapat agar dapat meningkatkan prestasi belajar, seorang siswa harus

me-manage faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya. Faktor yang

mempengaruhi tersebut meliputi faktor intern, misalnya motivasi belajar, dan lain sebagainya maupun faktor ekstern, misalnya lingkungan kehidupan sehari–hari. Seorang siswa juga perlu memperhatikan aspek psikologisnya, yang salah satunya adalah konsep diri. Martinis Yamin (2008: 162-163) mengemukakan bahwa peningkatan prestasi belajar didukung sikap pribadinya, dalam mengolah pelajaran yang didapat di sekolah, keseriusan dalam belajar, membagi waktu bermain dan belajar.


(44)

Berdasarkan pengertian tersebut, apabila individu memiliki prestasi belajar yang tinggi, dia harus bekerja keras untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan serta dapat membagi waktu bermain dan belajar saat di sekolah.

Ungkapan di atas berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar yang juga diungkapkan oleh Thursan Hakim (2005: 46-47) bahwa untuk meningkatkan prestasi yang maksimal perlu fasilitas belajar yang lengkap. Fasilitas belajar yang lengkap pada hakikatnya akan mempermudah, mempercepat dan memperdalam pengertian siswa dalam proses belajar. Peningkatan prestasi belajar juga diperlukan adanya guru yang berkompeten. Guru tersebut harus merupakan lulusan lembaga tinggi pendidikan yang benar-benar relevan dengan bidang studi yang diajarkannya. Oleh karena itu, guru tersebut diharapkan dapat menguasai materi pelajaran dan mampu menyampaikan materi pelajaran tersebut dengan berbagai metode dan penggunaan media yang relevan dengan baik kepada siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa harus memiliki motivasi belajar, konsep diri, keseriusan dalam belajar, membagi waktu antara belajar dan bermain serta fasilitas belajar yang lengkap.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 162-165) mengatakan faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau diluar dirinya atau lingkungannya.


(45)

a. Faktor-faktor dalam diri individu

Banyak faktor yang ada dalam diri individu atau si pelajar yang mempengaruhi usaha dan keberhasilan belajarnya. Faktor-faktor tersebut diantaranya.

1) Aspek jamaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu.

2) Aspek psikis atau rohaniah individu. 3) Kondisi intelektual individu.

4) Kondisi sosial menyangkut hubungan dengan orang lain. 5) Motivasi belajar yang kuat.

6) Keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, seperti keterampilan membaca, berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugas dll.

b. Faktor-faktor lingkungan

Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial-psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Suharsimi Arikunto (1990: 21) berpendapat faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain.

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu.


(46)

Contoh yang dapat dikategorikan sebagai faktor biologis diantaranya: a) usia; b) kematangan; c) kesehatan.

2) Psikologis

Contoh yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis diantaranya: a) minat; b) motivasi; c) suasana hati.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar diri manusia dan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu.

1) Manusia

Contoh yang dapat diklasifikasikan sebagai faktor manusia diantaranya: a) di keluarga; b) di sekolah; c) di masyarakat.

2) Non manusia

Contoh yang dapat diklasifikasikan sebagai faktor non manusia diantaranya: a) udara; b) suara; c) bau-bauan.

Abu Ahmadi (2013: 138) mengemukakan faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain.

a. Faktor Internal

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri dari.

a) Faktor intelektif


(47)

i. Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

ii. Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki

b) Faktor non–intelektif

Yaitu unsur–unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu, antara lain.

1) Faktor sosial yang terdiri atas: a) lingkungan keluarga; b) lingkungan sekolah; c) lingkungan masyarakat; d) lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal, faktor eksternal, dan faktor lingkungan.


(48)

C. Kajian tentang Pembelajaran Matematika SD 1. Pengertian Matematika

Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari (Sri Subarinah, 2006: 1). Ebbutt dan Straker dalam Marsigit (2003: 2-3) memberikan definisi Matematika sekolah yang selanjutnya disebut Matematika sebagai berikut:

a. matematika merupakan kegiatan penelusuran pola dan hubungan; b. matematika merupakan kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi,

dan penemuan;

c. matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving); d. matematika sebagai alat berkomunikasi.

Abdul Halim Fathani (2012: 23) mengemukakan definisi matematika sebagai berikut:

a. matematika sebagai struktur yang terorganisasi; b. matematika sebagai alat (tool);

c. matematika sebagai pola pikir deduktif; d. matematika sebagai cara bernalar; e. matematika sebagai bahasa artificial; f. matematika sebagai seni yang kreatif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah aktifitas atau kegiatan penelusuran pola dan hubungan yang memerlukan imajinasi, intuisi, penemuan, cara bernalar, seni kreatif, bahasa artificial sebagai alat komunikasi dan pemecahan masalah.


(49)

2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Ahmad Susanto (2013: 189) mengungkapkan tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Pembelajaran matematika di jenjang sekolah dasar memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika. Lebih lanjut Ahmad Susanto menjelaskan pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.

Konsep matematika yang diberikan kepada siswa sekolah dasar (SD) sangatlah sederhana dan mudah, tetapi sebenarnya materi matematika SD memuat konsep-konsep yang mendasar dan penting serta tidak boleh dipandang sepele (Antonius Cahya Prihandoko, 2006: 1). Lebih lanjut Antonius Cahya menjelaskan siswa memerlukan kecermatan dalam menyajikan konsep-konsep matematika tersebut, agar siswa mampu memahaminya secara benar, sebab kesan dan pandangan yang diterima siswa terhadap suatu konsep di sekolah dasar dapat terus terbawa pada masa-masa selanjutnya.

Proses pembelajaran matematika di SD harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik matematika dan anak. Hammil & Bavel dalam J. Tombokan Runtukahu & Selpius Kandou (2014: 226) menyebutkan proses pembelajaran matematika sebagai berikut.


(50)

1) Tahap penanaman konsep

Dalam tahapan penanaman, kaitkan materi yang akan diajarkan dengan materi yang telah diajarkan dan dalam kehidupan anak.

2) Tahap pemahaman

Dalam tahap pemahaman, anak memperluas konsep matematika yang telah dipelajari pada penanaman konsep seta menerapkannya untuk memecahkan masalah.

3) Tahap ketrampilan

Dalam tahap ketrampilan, anak dilatih menggunakan konsep-konsep matematika yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika SD adalah proses belajar yang dibangun guru sebagai tahap penanaman konsep, pemahaman, ketrampilan untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru.

D. Kajian tentang Prestasi Belajar Matematika

Gagne dalam Winkel (2012: 111) mengemukakan bahwa proses belajar menghasilkan perubahan pada siswa berupa kemampuan di berbagai bidang yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. Gagne menambahkan, kemampuan– kemampuan itu digolongkan atas kemampuan dalam hal informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik, dan sikap. Kemampuan–kemampuan tersebut merupakan kemampuan internal yang harus dinyatakan dalam suatu prestasi. Prestasi belajar yang


(51)

diberikan oleh siswa, berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya sesuai dengan tujuan instruksional dan menampakkan hasil belajar. Tardif dalam Muhibbin Syah (2008: 195) mengungkapkan padanan kata evaluasi adalah assessment yang berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai dalam proses belajar atau penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan angka atau nilai tes yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dalam penelitian ini yang diperoleh siswa dinyatakan dalam bentuk angka.

E. Kajian tentang Perhatian Orang Tua 1. Pengertian Perhatian Orang Tua

Perhatian orang tua merupakan hal yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Abu Ahmadi (2009: 151) mengatakan bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang diarahkan pada suatu obyek tertentu. Selanjutnya, Gazali dalam (Slameto, 2010: 56) mengatakan bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi dan semata-mata tertuju pada suatu hal tertentu. Lebih lanjut Ghazali mengemukakan bahwa perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam kaitannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya.

Orang tua merupakan seseorang yang bertanggung jawab untuk membimbing dan memenuhi kebutuhan anak. Siti Meichati dalam (Bagus


(52)

Santoso, 2010: 10) mengatakan bahwa orang tua adalah individu yang memegang peran sebagai ayah dan ibu bagi anaknya. Orang tua adalah ayah dan ibu yang melahirkan anaknya serta mempunyai kewajiban untuk mengasuh, merawat, dan mendidik anak sehingga diharapkan mampu menjadi orang yang berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Khususnya yang dimaksud dalam penelitian ini orang tua adalah ayah, ibu atau wali yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mendidik, memperhatikan serta memenuhi kebutuhan anak, khususnya dalam bidang pendidikan.

Arif Rohman (2011: 198) menegaskan setiap manusia mempunyai dasar kecakapan dan keinginan untuk mendidik anak-anaknya sehingga hakikat keluarga itu adalah semata–mata pusat pendidikan, meskipun terkadang berlangsung secara amat sederhana dan tanpa disadari, tetapi jelas bahwa keluarga memiliki andil yang terlibat dalam pendidikan anak. Binti Maunah (2009: 97) mengemukakan bahwa orang tua harus memperhatikan dan membimbing anaknya. Sebagai manusia yang belum sempurna perkembangannya, anak perlu mendapatkan pengarahan dari orang tua agar dapat mencapai kedewasaan. Adapun yang dimaksud kedewasaan yakni kedewasaan secara jasmani dan rohani.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas yang dimaksud perhatian orang tua dalam penelitian ini adalah upaya sadar yang dilakukan orang tua kepada anaknya berupa tenaga, pikiran dan perasaan dengan melakukan suatu aktivitas tertentu. Perhatian orang tua terhadap anaknya dapat diwujudkan dengan memberikan bimbingan pada anak,


(53)

memberikan dorongan untuk belajar, memenuhi kebutuhan belajar anak, dan sebagainya, agar anak memperoleh minat belajar yang tinggi dan hasil belajar yang optimal.

2. Dasar-Dasar Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Pendidikan Anak

Orang tua merupakan orang pertama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya. Binti Maunah (2009: 98-100) mengatakan bahwa dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi:

a. Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak.

b. Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi nilai-nilai spiritual.

c. Tanggung jawab sosial adalah sebagian dari keluarga yang pada saatnya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara.

d. Memelihara dan membesarkan anak, memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan.

Fuad Ihsan (2013: 63) mengungkapkan tanggung jawab pendidikan yang perlu didasarkan dan dibina kedua orang tua terhadap anak antara lain sebagai berikut.

a. Memelihara dan membesarkan anak. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan. b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah


(54)

maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.

c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain serta melaksanakan kekhalifannya.

d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim.

Wiji Suwarno (2006: 40) mengatakan tanggung jawab yang harus dilakukan orang tua terhadap anaknya antara lain.

a. Memelihara dan membesarkannya

Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami yang harus dilaksanakan karena anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.

b. Melindungi dan menjamin kesehatannya

Orang tua bertanggung jawab terhadap perlindungan anak termasuk menjamin kesehatan anak, baik secara jasmani ataupun ruhani dari berbagai penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.

c. Mendidik dengan berbagai ilmu

Orang tua memiliki tanggung jawab besar terhadap pendidikan anak. Orang tua juga perlu membekali anaknya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anaknya kelak.


(55)

d. Membahagiakan kehidupan anak

Orang tua harus senantiasa mengupayakan kebahagiaan anak dalam kapasitas pemenuhan kebutuhan sesuai dengan perkembangan usianya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar tanggung jawab dalam pendidikan orang tua terhadap anak diantaranya memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan menjamin kesehatan anak, mendidik anak dengan ilmu pengetahuan, memotivasi dan memberikan cinta kasih, serta tanggung jawab sosial.

3. Bentuk-bentuk Perhatian Orang Tua

Orang tua harus memperhatikan dan memenuhi kebutuhan anaknya, baik kebutuhan jasmani ataupun kebutuhan rohani. Perhatian orang tua terhadap anaknya dapat terlihat dari banyak hal. Bagus Santoso (2010: 17-27) membagi perhatian orang tua terhadap anaknya dalam beberapa hal yaitu.

a. Pemenuhan kebutuhan anak

Sebagaimana manusia lainnya, anak memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Katz dalam (Abu Huraerah, 2007: 38-39) menyatakan bahwa kebutuhan dasar yang sangat penting bagi anak adalah adanya hubungan yang sehat antara orang tua dan anak, sehingga kebutuhan anak seperti: perhatian dan kasih sayang secara berkelanjutan, perlindungan, dorongan dan pemeliharaan dapat dipenuhi oleh orang tua. Senada dengan hal tersebut, Suharto dalam (Abu Huraerah, 2007: 39) menyatakan bahwa untuk menjamin


(56)

pertumbuhan fisiknya, anak membutuhkan makanan bergizi, pakaian, dan perawatan kesehatan.

Musthafa Kamal Pasha, dkk. (2009: 314-315) mengemukakan bahwa sebagai konsekuensi yang pertama bagi seseorang yang telah berani berkeluarga adalah bertanggung jawab atas kesejahteraan keluarga yang berada di bawah tanggung jawabnya. Tanggung jawab orang tua yang pertama adalah mengayomi dan melindungi keluarga sehingga kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan akan tercukupi.

b. Pemenuhan fasilitas belajar anak

Tatang M. Amirin, dkk. (2011: 76) mengemukakan bahwa fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan atau untuk memperlancar suatu kegiatan. Fasilitas belajar merupakan alat atau benda yang dapat mendukung kegiatan belajar anak, dengan adanya fasilitas belajar anak akan lebih bersemangat dalam belajar, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.

c. Pemberian motivasi belajar

Sugihartono, dkk (2000: 20) mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu kondisi yang menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah serta ketahanan pada perilaku tersebut. Motivasi belajar yang tinggi dapat terlihat dari ketekunan untuk mencapai kesuksesan walaupun dihadang oleh berbagai hambatan. Motivasi belajar yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa. Syaiful Bahri Djamarah (2011: 148) juga mengemukakan bahwa motivasi sangat


(57)

diperlukan dalam kegiatan belajar, jika tidak ada motivasi belajar seseorang tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

d. Pemberian bimbingan pada anak

Bimbingan orang tua akan berpengaruh pada perkembangan anaknya. Reni Akbar (2004: 94) mengatakan bahwa keterlibatan langsung orang tua dalam membimbing kegiatan belajar anak dapat mempengaruhi keberhasilan anak. Bimbingan orang tua dalam kegiatan belajar anak akan membuat anak lebih bersemangat untuk terus belajar sehingga hasil belajar akan menjadi optimal. Bentuk perhatian orang tua tersebut akan memberikan pengaruh pada perkembangan anak. Apabila orang tua memberikan perhatian pada anak, maka anak akan berkembang dengan baik.

Muniarti Sulastri dalam (Ida Susanti, 1996: 19) menjelaskan perhatian orang tua adalah sebagai berikut.

Orang tua yang menaruh perhatian besar pada belajar anak-anaknya dapat dilihat misalnya adanya peringatan-peringatan, teguran-teguran, memperhatikan penyediaan sarana studi dan sebagainya. Lebih lanjut dikatakan bahwa orang tua yang memperhatikan anaknya terutama dalam belajar dapat dilihat dari usaha orang tua untuk memenuhi kebutuhan belajar anak. Banyak anak yang lemah semangat belajarnya karena orang tua kurang memperhatikan kebutuhan fasilitas belajar anak.

Sependapat dengan pernyataan di atas Sutratinah Tirtonegoro dalam (Ida Susanti, 1996:20) memberikan gambaran mengenai perhatian orang tua adalah “Kemajuan belajar anak tidak lepas dari bantuan dan perhatian dari guru-guru dan sekolahnya. Tetapi tidak kurang pentingnya dan bahkan ikut ambil peranan yaitu adanya perhatian orang tua (ayah dan ibu), perhatian itu antara lain diberinya fasilitas belajar secukupnya.”


(58)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk perhatian orang tua diantaranya, pemenuhan fasilitas belajar anak, pemberian motivasi belajar, pemberian bimbingan pada anak, adanya peringatan-peringatan atau teguran dalam kemajuan belajar anak.

F. Kajian tentang Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat dalam Manajemen Berbasis Sekolah

1. Hakikat Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat

Mohamad Mustari (2014: 151) mengemukakan keluarga sebagai satuan organisasi terkecil di masyarakat mendapat peranan sangat penting karena membentuk kepribadian karakter dan watak anggota keluarganya, sedangkan masyarakat terdiri dari keluarga–keluarga. Mohamad Mustari menambahkan dari satuan kecil itu terbentuklah gagasan untuk terus mewariskan standar watak dan kepribadian karakter baik yang diakui oleh semua golongan masyarakat, salah satu institusi yang mewariskan kepribadian dan watak kepada masyarakat adalah sekolah.

Rizal Panggabean (2015: 103) mengartikan sekolah yang baik adalah sekolah yang senantiasa membuka dirinya terhadap proses belajar yang melampaui dinding pembatas sekolah. Dalam pengertian ini, orang tua / wali murid dan masyarakat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar, termasuk belajar memahami dan menangani konflik tanpa kekerasan. Rizal panggabean menambahkan selain sekolah, keluarga dan masyarakat adalah bagian penting dari proses belajar mengajar. Ini dapat digambarkan sebagai segitiga emas pendidikan, yang terdiri dari sekolah, keluarga, dan masyarakat.


(59)

Mohamad Mustari (2014: 152) berpendapat keluarga merupakan lingkungan pendidikan informal yang pertama dan yang paling utama dalam proses sosialisasi anak. Mohamad Mustari menambahkan selain itu juga sekolah yang merupakan lingkungan pendidikan formal, memegang peranan penting dalam proses sosialisasi anak. Untuk itu kedua lingkungan pendidikan ini, baik formal maupun informal tidak dapat berdiri sendiri dan harus terintegrasi dengan melakukan kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua. Arita Marini (2014:76-77) juga mengemukakan keterlibatan orang tua dan dukungan masyarakat merupakan aspek sekolah dasar yang efektif. Arita marini menambahkan karakteristik aspek dari efektivitas sekolah dasar berkaitan dengan keterlibatan orang tua dan dukungan masyarakat adalah keberadaan mekanisme spesifik untuk komunikasi, partisipasi, dan konsultasi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat keterlibatan orang tua dan masyarakat yaitu bagian penting dari proses belajar mengajar dimana keluarga sebagai satuan organisasi terkecil di masyarakat mendapat peranan sangat penting karena membentuk kepribadian karakter dan watak anggota keluarganya. Kerja sama yang baik antara sekolah, orang tua dan masyarakat memegang peranan penting dalam sosialisasi anak. Selain itu, keterlibatan orang tua dan masyarakat merupakan salah satu aspek karakteristik sekolah dasar yang efektif.

2. Hubungan Keluarga dan Sekolah

Mohamad Mustari (2014: 153) mengemukakan di dalam pendidikan, seorang anak tidak akan pernah terlepas dari tiga jalur pendidikan


(60)

informal, formal, nonformal. Untuk itu, dalam mewujudkan suatu pendidikan yang berkualitas harus bisa mengintegrasikan ketiga jalur ini. Terutama hubungan yang baik antara sekolah dan keluarga. Orang tua perlu melakukan hubungan dan komunikasi yang baik terhadap sekolah agar anak mereka bisa melakukan pendidikan dan proses sosialisasi secara sempurna.

Arikunto dan Yuliana dalam (Mohamad Mustari, 2014:154) menjelaskan dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 10 ayat 4 dinyatakan bahwa:

Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah hanyalah membantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur pendidikan sekolah memerlukan kerja sama antara orang tua dan sekolah.

Mengenai tujuan hubungan sekolah dan pihak keluarga (orang tua murid), Leslie dalam (Mohamad Mustari, 2014: 154-155) merumuskan tujuan organisasi perkumpulan antara guru dan orang tua murid adalah sebagai berikut.

a. Untuk mengembangkan pengertian masyarakat (orang tua murid tentang tujuan dan kegiatan pendidikan di sekolah).

b. Untuk memperlihatkan bahwa rumah dan sekolah bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan anak di sekolah.

c. Untuk memberi fasilitas pertukaran informasi antara orang tua dan guru yang kemudian mempunyai dampak terhadap pendidikan anak.


(61)

d. Perolehan opini masyarakat tentang sekolah dijadikan perencanaan untuk pertemuan dengan orang tua dalam rangka untuk kebutuhan murid–murid.

e. Untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak (Indrafachrudi dalam Mohamad Mustari, 2014: 154).

Wiji Suwarno (2006: 144) mengatakan melalui dewan sekolah, orang tua dan masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembuatan berbagai keputusan. Selanjutnya masyarakat dapat memahami, mengawasi, dan membantu sekolah dalam pengelolaan termasuk kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, orang tua dan masyarakat ikut andil dalam segala pengelolaan pendidikan, tidak hanya pihak sekolah.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara keluarga dan sekolah diantaranya a) agar proses pendidikan dan sosialisasi dapat berjalan secara sempurna, b) mengembangkan pengertian masyarakat, c) bentuk kerja sama rumah dan sekolah, d) pertukaran informasi antara guru dan orang tua, e)perolehan opini masyarakat, f) membantu pertymbuhan dan perkembangan anak, g) partisipasi orang tua dan masyarakat dalam berbagai keputusan di sekolah.

3. Sekolah dan Masyarakat

Mohamad Mustari (2014: 156-161) mengemukakan sekolah adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Program sekolah hanya dapat berjalan lancar apabila mendapat dukungan dari masyarakat. Sekolah harus dapat memberdayakan semua komponen di dalam maupun di luar sekolah agar


(62)

berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan. Komponen-komponen tersebut antara lain.

a. Sekolah Masyarakat

Sebagai salah satu wujud sekolah sebagai bagian dari masyarakat maka terbentuklah sekolah masyarakat (community school). Sekolah ini bersifat life centered. Yang menjadi pokok pelajaran adalah kebutuhan manusia, masalah–masalah dan proses-proses sosial dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan dalam masyarakat. b. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Tugas pokok hubungan sekolah dengan masyarakat dalam pendidikan antara lain.

1) Memberikan informasi dan menyampaikan ide atau gagasan kepada masyarakat atau pihak–pihak lain yang membutuhkannya. 2) Membantu pemimpin yang karena tugas-tugasnya tidak dapat

langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak– pihak yang memerlukannya.

3) Membantu pemimpin mempersiapkan bahan–bahan tentang permasalahan dan informasi yang akan disampaikan atau yang menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu.

4) Melaporkan tentang pikiran–pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang masalah pendidikan.

5) Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh bantuan atau kerja sama.


(63)

6) Menyusun rencana bagaimana cara cara memperoleh bantuan untuk kemajuan pelaksanaan pendidikan (Suryosubroto dalam Mohamad Mustari, 2014: 158)

c. Komunikasi Sekolah dengan Masyarakat

Ada sejumlah teknik yang kiranya dapat diterapkan lembaga pendidikan dalam komunikasinya dengan masyarakat. Teknik–teknik tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1) Teknik Tertulis,antara lain.

a) Buku kecil pada permulaan tahun ajaran. b) Pamflet.

c) Berita kegiatan murid.

d) Catatan berita gembira untuk orang tua. e) Buku kecil tentang cara membimbing anak. 2) Teknik Lisan, antara lain.

a) Kunjungan rumah. b) Panggilan orang tua. c) Pertemuan.

3) Teknik Peragaan

Yaitu hubungan sekolah dengan masyarakat dapat dilakukan dengan cara mengundang masyarakat melihat peragaan yang diselenggarakan sekolah. Peragaan yang diselenggarakan bisa berupa pameran keberhasilan murid.


(64)

4) Teknik Elektronik

Seiring dengan perkembangan teknologi elektronik maka dalam mengakrabkan sekolah dengan orang tua murid dan masyarakat pihak sekolah dapat menggunakan sarana elektronik, misalnya telepon, televisi, ataupun radio, sekaligus sebagai sarana untuk promosi pendidikan.

Burhanuddin (2002: 135) berpendapat hubungan antara sekolah dengan masyarakat bisa dilihat dari dua segi antara lain.

1) Sekolah sebagai mitra dari masyarakat di dalam melakukan fungsi pendidikan.

2) Sekolah sebagai produser yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat lingkungannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa hubungan orang tua dan masyarakat yaitu a) memperbaiki kehidupan dalam masyarakat, b) menyampaikan informasi dan ide atau gagasan kepada masyarakat, c) membantu pemimpin yang karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung memberikan informasi kepada masyarakat, d) membantu pemimpin mempersiapkan bahan–bahan tentang permasalahan dan informasi yang akan disampaikan, e) melaporkan tentang pikiran–pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang masalah pendidikan, f) membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh bantuan atau kerja sama, g) menyusun rencana bagaimana cara cara memperoleh bantuan untuk


(65)

kemajuan pelaksanaan pendidikan, h) sekolah sebagai mitra dan produser dari masyarakat.

4. Manfaat Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat

Arita Marini (2014: 101-104) mengemukakan keterlibatan orang tua dan masyarakat di sekolah memberikan manfaat secara signifikan bagi siswa yaitu sebagai berikut.

a. Prestasi akademik meningkat b. Sikap belajarnya meningkat c. Tingkat drop–out yang menurun

d. Keamanan dan stabilitas emosi yang meningkat

e. Perilaku yang meningkat dan kehadiran di sekolah dasar yang lebih baik

Penelitian Benjamin Bloom dalam Raymond dan Judith (2004: 27) bahwa ada pengaruh orang tua terhadap motivasi belajar anak. Keterlibatan dan dukungan langsung dari orang tuanya memberikan dampak yang sangat kuat terhadap prestasi anak. Melalui peran orang tua inilah motivasi belajar anak dapat meningkat sehingga prestasi belajarnya pun juga meningkat.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat keterlibatan orang tua dan masyarakat antara lain. Manfaat bagi anak: a) prestasi meningkat; b) sikap belajarnya meningkat; c) tingkat drop out yang menurun; d) keamanan dan stabilitas ekonomi yang meningkat; e) perilaku yang lebih baik; f) motivasi belajar meningkat. Manfaat bagi guru: a) hubungan orang tua dan guru


(66)

meningkat; b) ada dampak positif dari pengetahuan situasi rumah; c) komitmen belajar meningkat; d) mengurangi muatan kerja guru. Manfaat bagi orang tua: a) harga diri yang meningkat; b) ketrampilan mengajar anak meningkat; c) perasaan terisolasi menurun.

G. Kajian tentang Siswa Sekolah Dasar

1. Usia dan Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Dasar

Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun (Desmita, 2012: 35). Lebih lanjut Desmita menjelaskan jika mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, anak usia sekolah berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun).

Secara umum tugas perkembangan siswa sekolah dasar memiliki ciri khas yang berbeda. Rita Eka Izzaty (2008: 103) menyebutkan tugas-tugas perkembangan siswa SD adalah: a) Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain; b) Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri; c) Belajar bergaul dengan teman sebaya; d) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita; e) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung; f) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari; g) Mengembangkan kata batin, moral, dan skala nilai; h) Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga; dan i) Mencapai kebebasan pribadi. Sedangkan Havinghurst dalam Desmita (2012: 35-36)


(67)

menambahkan tugas perkembangan anak usia sekolah dasar yaitu mencapai kemandirian pribadi.

Teori perkembangan berpikir individu menurut Jean Piaget dalam Sugihartono (2007: 109) menjelaskan siswa sekolah dasar termasuk dalam tahap operasional konkret (7-11 tahun). Pada tahap operasi konkret, yang dapat dipikirkan anak masih terbatas pada benda-benda konkret yang dapat dilihat dan diraba. Pada tahap operasi formal anak telah mampu berpikir abstrak, menggunakan berbagai teori, dan menggunakan berbagai hubungan logis tanpa harus menunjuk pada hal-hal konkret. Pada siswa sekolah dasar, tahap operasi formal ini terjadi mulai tingkat kelas VI.

Syamsu Yusuf LN (2011: 178) menyebutkan anak usia sekolah dasar sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung). Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan, kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka), seperti menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di samping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah

(problem solving) yang sederhana.

Berdasarkan tugas perkembangan siswa sekolah dasar yang telah diuraikan di atas, dapat di lihat bahwa tahap sekolah dasar merupakan


(68)

tahap penting yang membutuhkan arahan dan bimbingan supaya dapat berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Kelas VI

Siswa kelas 6 SD termasuk dalam masa kanak-kanak akhir. Desmita (2012: 35) menyebutkan karakteristik anak SD yaitu senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Selanjutnya Syaiful Bahri Djamarah (2002: 91) menyebutkan sifat khas anak-anak kelas tinggi sekolah dasar sebagai berikut: a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menumbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis; b) Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar; c) Menjelang masa akhir ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus; d) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya; dan e) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.

Tidak jauh berbeda, Rita Eka Izzaty (2008: 116) menyebutkan ciri-ciri khas anak masa kelas-kelas tinggi (4-6) Sekolah Dasar adalah: a) Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari; b) Ingin tahu, ingin belajar dan realistis; c) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus; d) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah; dan e) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.


(69)

Berdasarkan beberapa sumber di atas, maka dapat disimpulkan karakteristik siswa sekolah dasar kelas tinggi adalah.

a. Minat terhadap kehidupan praktis. b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistic.

c. Timbul minat terhadap mata pelajaran khusus. d. Membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya. e. Gemar membentuk kelompok.

Karakteristik yang dimiliki siswa kelas tinggi tersebut sangat berpegaruh terhadap kehidupan siswa, khususnya dalam kegiatan belajar.

H. Kerangka Berfikir

Tugas utama seorang siswa adalah belajar. Belajar merupakan suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku, perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang berlangsung seumur hidup. Belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Seorang guru sering menemukan siswa yang prestasi belajarnya rendah dalam proses pembelajaran di kelas.

Rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi Faktor-faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa atau peserta didik. Faktor internal tersebut yaitu: fisiologi (bawaan), kecerdasan dan bakat, kecakapan yang dimiliki, minat, sikap, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri, kematangan fisik maupun psikis, lingkungan spiritual atau keamanan. Faktor eksternal adalah faktor


(70)

yang berasal dari luar diri siswa atau peserta didik. Faktor eksternal tersebut yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok, adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

Berdasarkan observasi, faktor yang paling paling mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu lingkungan keluarga. Dukungan adanya dukungan orang tua diduga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sedangkan mata pelajaran yang dianggap sulit menurut siswa yaitu matematika. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa kelas VI ditandai dengan hasil belajar siswa ketika ulangan-ulangan harian yang tidak memenuhi standar KKM. Selain itu, siswa-siswi kelas VI juga mengaku orang tua mereka sibuk bekerja, oleh karena itu tidak sempat mengajari mereka atau bahkan jarang bertanya tentang proses pembelajaran di sekolah.

Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karena itu, untuk meningkatkan prestasi belajar matematika diduga memerlukan intensifikasi perhatian orang tua. Bentuk-bentuk perhatian orang tua diantaranya pemenuhan kebutuhan anak baik jasmani atau rohani, pemenuhan fasilitas belajar anak, pemberian motivasi belajar, pemberian bimbingan pada anak, adanya peringatan-peringatan atau teguran dalam kemajuan belajar anak.Jadi, dengan mengintensifkan perhatian orang tua diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


(71)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini mengunakan jenis penelitian kuantitatif. Sugiyono (2007: 13) berpendapat bahwa jenis data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistika. Suharisimi Arikunto (2010: 27) juga berpendapat bahwa penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Kesimpulan dari penelitian tersebut lebih baik jika disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar, atau tampilan lainnya.

Jenis penelitian kuantitatif ini didesain dengan menggunakan jenis pendekatan penelitian tindakan. Andi Prastowo (2011: 226) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan pada dasarnya merupakan metode penelitian yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok pada ranah praktis yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas kinerjanya. Penelitian ini pada umumnya juga melibatkan seluruh partisipan secara aktif dalam proses penelitian tersebut.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 sampai bulan November 2015.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang, Jln. beringin IV No. 1A Magelang. Tempat penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.


(1)

170 Lampiran 8. Surat Izin Penelitian


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Perhatian Orangtua Dengan Prestasi Belajar Siswa

1 6 100

Hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar anak : studi kasus di smpi al-khasyi'un ciputat

0 9 0

EFEKTIVITAS PERHATIAN ORANG TUA DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI EFEKTIVITAS PERHATIAN ORANG TUA DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD MUHAMMADIYAH 15 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 2 14

EFEKTIVITAS PERHATIAN ORANG TUA DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI EFEKTIVITAS PERHATIAN ORANG TUA DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD MUHAMMADIYAH 15 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 3 17

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI Pengaruh Lingkungan Belajar Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Tinggi SD Muhammadiyah Baturan Colomadu Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 9

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI Pengaruh Lingkungan Belajar Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Tinggi SD Muhammadiyah Baturan Colomadu Tahun Ajaran 2015/2016.

0 5 15

KONTRIBUSI PERHATIAN ORANG TUA DAN INTENSITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP Kontribusi Perhatian Orang Tua Dan Intensitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Banyudono Boyolali Ta

0 2 10

PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS ATAS SD NEGERI NGEPRINGAN 2 KEC JENAR KAB SRAGEN TAHUN

1 1 14

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 2 REJOSARI TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

0 0 6