Post f249320696c1a499

(1)

SECARA TARTIL MELALUI PENGGUNAAN METODE QIROATI

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN Pandanretno

Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

ZAIRUDDIN

NIM 11408206

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2010


(2)

NOTA PEMBIMBING Lamp : 2 eksemplar H a l : Naskah Skripsi

Sdr. Zairuddin

K e p a da Yth. K e t u a STAIN di –

t e m p a t Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara :

N a m a : Zairuddin

N I M : 11408206

Jurusan/Program : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA

AL-QUR’AN SECARA TARTIL MELALUI

PENGGUNAAN METODE QIROATI. (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010)

Sudah dapat diajukan pada sidang munaqosyah.

Demikian surat ini dibuat, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Salatiga, Juli 2010 Pembimbing

Prof Dr H Mansur NIP. 19680613 1994403 1 004


(3)

(4)

Alhamdulillahi robbil 'alaamin, kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar tanpa halanagan suatu apapun. Shalawat serta salam semoga selelu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Nur Illahi yang menyinari segenap alam dan yang semoga kita tergolong ummatnya yang akan mendapatkan syafaatnya besuk di hari qiyamah. Amin Allahumma Amin.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan pengerahan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih, dan dengan iringan doa semoga amal baik yang telah diberikan, mendapat pahala disisi Allah SWT.

Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Yth: 1. Ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Kepala SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010 yang memberikan waktu kepada penulis, untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Ibu guru SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010 yang telah memberikan semangat dan kerjasamanya.

5. Istri dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(5)

kekurangan. Untuk itu sumbang saran dan kritik untuk terciptanya tulisan yang lebih sempurna sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya dan menjadi amal jariyah bagi penulis. Amiiin..

Salatiga, Juli 2010

Zairuddin Penulis


(6)

Zairuddin, 2010, PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SECARA TARTIL MELALUI PENGGUNAAN METODE QIROATI. (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010) Pembimbing : Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag

Kata kunci: Membaca Al Qur’an secara tartil dan metode Qiroati

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan metode pembelajaran bagi pengajaran pelajaran PAI/BTQ di Sekolah dasar. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah dapatkah penggunaan metode qiroati mampu meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an secara tartil pada siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010?

Penelitian tindak kelas ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu : tes, observasi dan catatan selama penelitian berlangsung, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran membaca Al Qur’an di SDN Pandanretno Kecamatan Kajoran melalui penggunaan metode qiroati.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode qiroati mampu meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an secara tartil pada siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010. hal ini terbukti bahwa tingkat ketuntasan kelas pada siklus I sebesar 75%, siklus II 87,5% dan siklus III 87,5% dengan nilai rata-rata 70.


(7)

1 A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan ke dunia yang harus diyakini oleh setiap orang mukmin. Beriman kepada kitab Allah adalah salah satu rukun iman yang ke tiga. Beriman kepada Al-Qur’an harus dibuktikan dengan mempelajarinya dan mengajarkannya kepada orang lain. Mempelajari Al-Qur’an berarti belajar membunyikan huruf-hurufnya. Dalam hal mempelajari bacaan Al-Qur’an maka penekanan utamanya adalah kefasihan pembacaan secara tartil, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al Muzammil ayat 4-5:

Artinya: “Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat”

Tentunya tingkatan ini adalah tingkatan yang paling awal dan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran Al-Qur’an pada tingkatan selanjutnya. Pada tingkatan lanjutan mungkin seseorang bisa mempelajari Ulumul Qur’an dan tafsir A l-Qur’an.

Di antara tugas yang memerlukan keseriusan dan kepedulian yang ekstra dari setiap pendidik adalah tugas mencari metode terbaik untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak, sebab mengajarkan Al-Qur’an (kepada mereka) merupakan salah


(8)

satu pokok dalam ajaran Islam. Tujuannya adalah agar mereka tumbuh sesuai dengan fitrahnya dan hati mereka pun bisa dikuasai cahaya hikmah, sebelum dikuasai hawa nafsu dengan berbagai nodanya yang terbentuk melalui kemaksiatan dan kesesatan.

Dalam perjalanannya teryata pembelajaran baca tulis Al-Qur’an menghadapi problem yang tidak sedikit dan sederhana. Diantara problem yang dihadapi adalah input siswa beragam, jumlah jam pelajaran, guru, sarana, dan metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an yang terbatas. Mengenai input siswa yang beragam tersebut, bahwasannya ada diantara siswa yang baru yang sudah lancar dalam membaca Al-Qur’an, ada yang belum lancar, dan ada yang buta terhadap huruf Al-Qur’an. Heterogenitas siswa ini menjadi problem ketika mereka berkumpul dalam satu kelas. Problem yang dihadapi guru dalam pengajaran bacaan Al-Qur’an tak lain adalah dalam menentukan metode dan pendekatan yang tepat sehingga para siswa mampu meraih target yang dicanangkan pihak kurikulum.

Sarana prasarana yang menunjang pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pun belum terpenuhi, diantaranya buku prestasi, buku pedoman pembelajaran, alat-alat peraga dan lain-lain, sehingga pembelajaran sangatlah sederhana dan tradisional yang pada akhirnya proses belajar mengajar berjalan sangat lambat. Walaupun belum menemukan metode dan pendekatan yang sesuai, sarana prasarana yang sederhana guru mata pelajaran baca tulis Al-Qur’an tetap melaksanakan kegiatan mengajarnya dengan metode dan pendekatan yang pernah mengantarkannya bisa membaca dan menulis Al-Qur’an.

Setelah pembelajaran yang dilakukan selama satu tahun didapatkan hasil belajar yang kurang memuaskan. Diantara hal yang kurang memuaskan adalah masih banyak ditemui kesalahan siswa dalam membaca Al-Qur’an, misalnya ada beberapa siswa yang masih terbata-bata, belum mampu mempraktekkan bacaan mad dengan benar


(9)

yaitu terkadang bacaan mad tidak dibaca panjang dan yang seharusnya pendek malah dibaca panjang. Siswa juga masih banyak melakukan kesalahan dalam membaca hukum bacaan yang dibaca dengung dan yang tidak dibaca dengung.

Sebagai gambaran bahwa pada kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang di mana penulis mengajar pada akhir tahun ajaran 2009/2010 ini para siswa masih mengalami kesulitan dalam hal membaca Al-Qur’an secara tartil dan lancar. Untuk itu penulis tertarik untuk menerapkan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan cara yang baru yaitu penggunaan metode qiroati yaitu metode yang dapat mempermudah dan mempercepat anak agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Dalam metode ini diawali dengan memperkenalkan huruf-huruf bersyakal tanpa dieja, namun langsung diberikan contoh membaca oleh guru dengan benar dan tartil (Dahlan Salim Zarkasi; 2006).

Untuk itu penulis berkeinginan meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an bagi anak didik dengan memilih metode baru. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas di SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang tempat penulis selama ini bertugas sebagai guru PAI. Adapun judul skripsi ini adalah:

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SECARA

TARTIL MELALUI PENGGUNAAN METODE QIROATI. (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan metode qiroati pada siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010?


(10)

2. Apakah penggunaan metode qiroati mampu meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an secara tartil pada siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010?

Dari rumusan masalah di atas maka penulis menggunakan alternatif penggunaan metode qiroati untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an secara tartil pada siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010. Hal ini mengingat akar masalah yang menjadi kendala dari rendahnya kemampuan membaca al Qur’an secara tartil pada siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010 adalah karena kesalahan metode yang diterapkan selama ini yang kurang memberikan contoh langsung kepada siswa. C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan metode qiroati pada siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010

2. Untuk mengetahui apakah penggunaan metode qiroati mampu meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an secara tartil pada siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto; 1996). Adapun hipotesis dalam penelitian tindakan ini adalah bahwa "Penerapan penggunaan metode qiroati mampu meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an secara tartil pada siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010"


(11)

E. Kegunaan Penelitian

1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang penggunaan metode qiroati.

2. Sebagai salah satu strategi atau upaya meningkatkan kemampuan menbaca Al-Qur’an bagi siswa.

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran Al-Qur’an yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.

4. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis.

5. Sumbangan pemikiran mengembangkan sistem kegiatan belajar mengajar di sekolah.

F. Batasan Operasional

Agar tidak menyimpang dari pokok masalah yang menjadi inti dari judul tersebut peneliti memberi batasan sebagai berikut:

1. Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Secara Tartil

Kata "peningkatan" berasal dari kata "tingkat" yang berarti keadaan atau kwalitas yang lebih tinggi. Sedangkan kata "peningkatan" berarti usaha atau proses meningkatkan. Sedangkan kemampuan berasal dari kata ”mampu” yang berti sanggup melakukan sesuatu.

Kata membaca berasal dari kata ”baca” yaitu melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Sedangkan Al-Qur’an adalah kitab suci agama islam. Adapun tartil berasal dari bahasa arab yang berarti perlahan-lahan. Sehingga

yang penulis maksud di sini adalah usaha secara sungguh sungguh untuk menjadikan siswa lebih berkwalitas. Selain itu kemapuan tersebut dapat


(12)

dipraktekkan secara langsung dengan membaca Al-Qur’an secara perlahan dan jelas.

2. Penggunaan Metode Qiroati

Kata penggunaan berasal dari kata guna yang berarti perbuatan, atau cara untuk mengambil manfaat atau mendatangkan kebaikan. Sedangkan kata metode berarti cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:1994). Adapun qiroati adalah nama dari sebuah metode belajar membaca Al-Qur’an yang ditemukan oleh KH Dachlan Salim Zarkasi. Secara umum ciri dari metode qiroati adalah Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri (CBSA) Siswa membaca tanpa mengeja. Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Sebelum penulis memberikan laporan penelitian maka perlu kiranya penulis memberikan landasan teori tentang jalannya penelitian kali ini. Hal ini dimaksudkan agar penelitian ini berjalan sesuai dengan prosedur penelitian ilmiah yang benar. Ada beberapa jenis penelitian pendidikan yang berbeda. Perbedaan tersebut terkait dengan jenis tindakan, setting, intrumen dan metode penelitian (RC Mishra: 2005). Adapun penilitan yang dilakukan penulis ini adalah sebuah penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan (Rachiyati Wiraatmaja: 2004).


(13)

Penulis melakukan semacam ini karena penelitian yang akan penulis lakukan memenuhi kreteria sebagai berikut:

1. Problem yang dipecahkan merupakan praktis yang dihadapi penulis. 2. Peneliti memberikan perlakuan/treatment yang berupa tindakan terencana 3. Langkah- langkah yang peneliti lakukan berbentuk siklus.

4. Adanya langkah berfikir reflektif (Sukardi: 2008).

Selain itu penelitian ini juga bersifat eksperimental, karena bertujuan mendeskripsikan apa yang akan terjadi bila variabel- variabel tertentu dikontrol secara tertentu (Faisal: 1982). Dalam hal ini veriabel yang dikontrol dan dimanipulatisi adalah metode pengajarannya.

Penelitian ini sangat tepat digunakan untuk meningkatkan praktik mengajar supaya lebih efektif, meningkatkan pemahaman tentang praktik mengajar, dan dapat digunakan untuk meningkatkan situasi belajar mengajar yang lebih baik (Bell: TT).

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu bentuk teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat tercapai.

Menurut Suharsimi Arikunto berdasarkan tujuannya, penelitian tindakan dibagi menjadi 4 yaitu

a. Penelitian tindakan partisapatisi (participatory action research) yang menekankan keterlibatan masyarakat agar merasa memiliki program tersebut. b. Penelitian tindakan kritis (critical action research) yang menekankan adanya


(14)

c. Penelitian tindakan institusi (institutional action research) yaitu yang dilakukan pihak pengelola sekolah.

d. Penelitian tindakan kelas (classroom action research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru baik sendiri maupun bekerjasama dengan peneliti lain (Arikunto, dkk: 2008).

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berpengaruh sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini tujuan utama penelitian kelas ini ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan tindakan dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan. Hal ini bertujuan agar guru dapat: a. Mengkaji/ meneliti sendiri praktek mengajarnya.

b. Melakukan PTK tanpa mengganggu tugasnya. c. Mengkaji pemasalahan yang dialami.

d. Mengembangkan profesionalismenya (Arikunto, dkk: 2008).

Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup

Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Suharsimi Arikunto, dkk: 2008). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan


(15)

adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai sebagai berikut:

a. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan peneliti untuk melakukan perubahan.

b. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

c. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.

d. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dan tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya. e. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu (Arikunto, dkk: 2008).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dan siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflektion (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang


(16)

sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada sikius I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dan tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:

Gambar 1.1

Denah Pelaksanaan Tindakan

Penjelalasan alur di atas adalah:

a. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

b. Kegiatan dan pengamatan meliputi timdakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsepsi siswa serta mengamati hasil atau dampak dan diterapkannya media pembelajaran media elektronik.

c. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dan tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.


(17)

d. Rancangan/rencana yang direvisi berdasarkan hasil refleksi dari pangamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya (Arikunto; 2008)..

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3 dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu bab pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing-masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai:

a. Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas.

b. Alat pelatihan dalam jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran diri, khususnya melalui pengajaran sejawat.

c. Alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif.

d. Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti.

e. Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas (Madya; 2008).

Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung


(18)

diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan (Madya:2008). Sehingga semua aspek yang menjadi ketentuan dalam penelitian tindakan kelas terpenuhi dalam penelitian yang akan penulis lakukan nantinya.

2. Subyek Penelitian a. Waktu Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan pada pertengahan Mei sampai awal Juni. Penelitian ini dilakukan pada akhir semester genap tahun ajaran 2009/2010. Penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 minggu dengan 3 siklus dengan masing- masing siklus selama 2 minggu atau 2 kali pertemuan.

Siklus I hari Sabtu, 30 Mei 2010. Siklus II hari Sabtu, 6 Juni 2010. Siklus III hari Sabtu, 13 Juni 2009. b. Tempat Penelitian

Penilitian ini penulis lakukan di ruang yang biasa untuk melakukan proses belajar-mengajar siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010.

c. Subyek Penelitian

Subyek penelitian kali ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010 yang berjumlah 16 anak yang terdiri dari 12 murid laki- laki dan 4 murid perempuan.

3. Langkah- Langkah a. Perencanaan

1) Menyusun tujuan instruksional.


(19)

3) Menyusun pre tes dan post tes. 4) Memilih materi pembelajaran.

5) Mendesain pedoman observasi sistematis bagi kerja guru selama pelaksanaan tindakan.

b. Tindakan

1) Melaksanakan absesnsi siswa. 2) Melaksanakan pre test kepada siswa.

3) Analisis pre tes terhadap siswa untuk mengukur sejauh mana materi telah dikuasai sebelumnya..

4) Memberikan pengarahan kepada siswa tentang operasional pembelajaran dan tentang metode yang akan digunakan.

5) Guru memberikan contoh membaca.

6) Guru mendengarkan siswa menirukan bacaan guru. 7) Guru mengadakan post tes.

c. Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, didiskusikan, dianalisis, dan dievaluasi oleh peneliti, kemudian guru dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya tindakan yang telah dilakukan, Faktor-faktor pendukung, penghambat, dari aspek internal dan eksternal guru dan siswa. Kemudian untuk siklus berikutnya diadakan perbaikan-perbaikan bilamana perlu secara kualitas dan kuantitas berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi (Madya:2008).

4. Instrumen Penelitian

Adapun instrument/alat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)


(20)

Rencana pembelajaran ini merupakan suatu rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan guru dalam proses belajar mengajar.

b. Materi yang berupa ayat-ayat Al-Qur’an yang dipilih guru sesuai dengan materi pembelajaran.

c. Buku Penunjang Lembar observasi pembelajaran.

Lembar pembelajaran ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an secara tartil bagi siswa setelah menggunakan metode qiroati.

d. Instrumen Manusia 1) Peneliti

Dalam penelitian tidakan kelas sebenarnya peneliti juga masuk sebagai intrumen penelitian. Sebagai instrumen penelitian seorang peneliti haruslah memiliki karakter sebagai berikut:

a) Responsif. b) Adaptif.

c) Menekankan aspek holistik.

d) Pengembangan berbasis pengetahuan. e) Memproses dengan segera.

f) Mampu memberikan klarifikasi dan kesimpulan. g) Kesempatan eksplorasi (Wiriaatmadja:2004). 2. Mitra

Dalam penelitian tindakan kelas diperlukan peran mitra sejawat untuk melakukan observasi terhadap guru sebagai peneliti. Hal ini diperlukan untuk menilai efektifitas jalannya kegiatan belajar-mengajar. Namun demikian keberadaan mitra tidak untuk membantu penulis melaksanakan


(21)

proses tindakan yang berupa kegiatan belajar-mengajar. Dalam penelitian ini penulis menjadikan guru wali kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang sebagai mitra penulis.

5. Pengumpulan Data a. Sumber Data

1) Dokumentasi.

2) Hasil tes membaca al Qur’an siswa sebelum menggunakan metode qiroati. 3) Hasil tes membaca Al Qur’an siswa setelah menggunakan metode qiroati.. 4) Hasil pengamatan teman sejawat yang membantu sebagai mitra.

b. Cara Pengambilan Data 1) Metode dokumentasi

2) Lembar kerja siswa pada siklus I, II dan III. 3) Tes formatif I.

4) Lembar pengamatan dari teman sejawat sebagai kolaborasai dalam penelitian

6. Analisis data

Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif. Pada metode observasi digunakan data kualitatif cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :

a. Merekapitulasi hasil tes .

Dalam penelitian tindakan kelas, peningkatan prestasi belajar siswa sebagai hasil tindakan merupakan aspek paling diharapkan berkaitan erat dengan analisis tentang prestasi belajar siswa seperti: analisis daya serap,


(22)

ketuntasan belajar, dan nilai rata-rata. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :

 Ketuntasan belajar secara individu.

Peserta dikatakan tuntas belajar secara individu bila memperoleh persentase daya serap individu 60%

% daya serap secara klasikal = Skor total seluruh peserta x 100% Skor idealseluruh soal

 Ketuntasan belajar secara klasikal.

% ketuntasan belajar = Jumlah siswa yang tuntas x 100% Jumlah seluruh siswa

Peserta dikatakan tuntas belajar secara klasikal bila memperoleh persentase daya secara klasikal = 85 %

 Rata-rata hasil belajar

Nilai rata rata = Jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa

b. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 60, sedangkan secara klasikal mencapai 75 % yang telah mencapai daya serap lebih dan sama dengan 60 %.

c. Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh mitra sejawat pada kegiatan pengelolaan pembelajaran dan lembar pengamatan perhatian siswa

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab yang tersusun dengan sistematika sebagai berikut :


(23)

1. Bagian Awal

Cakupan bagian awal, meliputi: a. Sampul

b. Lembar Berlogo c. Judul

d. Persetujuan Pembimbing. e. Pengesahan Kelulusan f. Pernyataan Keaslian Tulisan g. Moto dan Persembahan h. Kata Pengantar

i. Abstrak j. Daftar Isi k. Daftar Tabel l. Daftar Gambar m. Daftar Lampiran 2. Bagian Inti

Bab I : Pendahuluan, yang meliputi A. Latar Belakang Masalah, B. Rumusan Masalah, C. Tujuan Penelitian,

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan, E. Kegunaan Penelitian,

F. Definisi Operasional, G. Metode Penelitian, dan H. Sistematika penulisan skripsi.


(24)

Bab II: Merupakan kajian pustaka yang meliputi

A. Kemampuan Membaca Al Qur’an secara Tartil, serta B. Metode Qiroati

Bab III: Merupakan laporan penelitian yang meliputi A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I,

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II dan C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III

Bab IV: Merupakan hasil penelitian meliputi A. Deskripsi per siklus,

B. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan .Bab V : Merupakan bagian penutup yang meliputi A. Kesimpulan,

B. Saran- Saran. 3. Bagian Akhir

Pada bagian akhir termuat: Daftar Pustaka, Lampiran-Lampiran dan Daftar Riwayat Hidup.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Membaca Al Qur’an secara Tartil

1. Keutamaan Membaca Al Qur’an

Fenomena yang terjadi di masyarakat kita, terutama di rumah-rumah keluarga muslim semakin sepi dari bacaan ayat-ayat suci Al Qur'an. Hal ini disebabkan karena terdesak dengan munculnya berbagai produk sain dan tehnologi serta derasnya arus budaya asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al Qur'an sehingga banyak anggota keluarga tidak bisa membaca Al Qur'an. Akhirnya kebiasaan membaca Al Qur'an ini sudah mulai langka. Yang ada adalah suara-suara radio, TV, Tape recorder, karaoke, dan lain-lain.

Keadaan seperti ini adalah keadaan yang sangat memprihatinkan. Belum lagi masalah akhlak, akidah dan pelaksanaan ibadahnya, yang semakin hari semakin jauh dari tuntunan Rasululloh _ . Maka sangat diperlukan kerjasama dari semua fihak untuk mengatasinya. Yaitu mengembalikan kebiasaan membaca Al Qur'an di rumah-rumah kaum muslimin dan membekali kaum muslimin dengan nilai-nilai Islam, sehingga bisa hidup secara Islami demi kebahagiaan dunia dan akhirat.

Membaca Al Qur’an merupakan perintah Allah SWT sebagaimana tersurat dalam Surat Al-Alaq ayat 1-5

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia da ri segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah


(26)

Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan peranta raan kalam. Dia mengajarkan lepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Dalam ayat lain Allah SWT berfiman sebagai mana termaktub dalam Surat Al-Ankabut ayat: 45

م

ن

ن

:

Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Al-Qur’an merupakan wahyu, kalam atau firman Allah yang mengandung ajaran untuk dijadikan pedoman dan tuntunan dalam tata nilai kehidupan umat manusia dan seluruh alam, karena pada dasarnya al-Qur’an diturunkan sebagai rahmat bagi alam semesta. Ajarannya berlaku sepanjang masa, sejak diturunkan hingga hari kiamat. Kebenaran yang terkandung di dalamnya tidak dapat diragukan lagi, karena Allah sendiri yang akan menjaganya. Allah berfirman di dalam al-Qur’an surat al-Hijr ayat 9:

Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-Dzikr (al-Qur’an) dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”


(27)

Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al- Qur’an selama-lamanya. Walaupun demikian umat Islam harus tetap berkewajiban untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an. Di antara upaya untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an adalah dengan cara membaca dan menghafalnya, sebagaimana yang pernah ditempuh oleh para sahabat Nabi. Urusan yang mulia tersebut dilakukan oleh pesantren dan juga lembaga pendidikan Islam, baik yang formal ataupun non-formal. Ini semakin penting, apalagi di masa sekarang di mana kondisi masyarakat yang semakin jarang mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an. Sehingga pesantren dan lembaga pendidikan Islam memegang peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai keislaman kepada pemeluknya.

Sebagai sumber utama dalam Islam, Al-Qur`an memiliki posisi istimewa bagi kaum muslimin baik dalam struktur keimanan (teologis) maupun dalam rumusan kehidupan (sosial) mereka. Secara teologis, ini berkaitan dengan hakikat Al-Qur`an itu sendiri yang merupakan kalam Allah (wahyu) yang disampaikan kepada manusia melalui Nabi-Nya, Muhammad SAW, sebagai pedoman dan petunjuk (hudan) dalam mengarungi kehidupan ini. Implikasinya, secara sosiologis, Al-Qur`an menjadi sumber nilai, norma, hukum, paradigma dan inspirasi bagi seorang Muslim dalam mengkonstruk bangunan hidup dan kehidupannya, kapanpun dan di manapun sebagai wujud dari sifat al-Qur`an yang rahmatan li al-’alamin.

Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur'an merupakan petunjuk kehidupan yang bersifat universal, yang dapat membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk, halal dan haram serta sebagai landasan dan pegangan hidup bagi manusia baik secara pribadi, keluarga, masyarakat ataupun bangsa di dunia bahkan di akhirat.


(28)

Al-Qur'an adalah kitab Allah yang terakhir, sumber esensi bagi Islam yang pertama dan utama serta kitab kumpulan dari firman-firman Allah SWT. Al-Qur'an merupakan petunjuk jalan yang lurus, yang mengikat, sebagai pedoman hidup yang telah diridhoi Allah untuk para hamba-Nya. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Al-Israa’ ayat 9

Artinya: “Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal sholeh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. Al-Quran adalah kitab petunjuk, demikian hasil yang kita peroleh dari mempelajari sejarah turunnya. Ini sesuai pula dengan penegasan Al-Qur’an: Petunjuk bagi manusia, keterangan mengenai petunjuk serta pemisah antara yang hak dan batil. (QS 2:185)

ى

م

ن

.

Artinya: (Beberapa ha ri yang ditentukan itu iala h) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada


(29)

bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesuka ran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur

Pengajaran Al-Qur’an pada anak merupakan dasar pendidikan Islam pertama yang harus diajarkan. Ketika anak masih berjalan pada fitrohnya, yaitu jalan yang terbuka untuk mendapatkan cahaya hikmah yang terpendam didalam Al-Qur’an, itu akan lebih mudah dalam menerima dan memahami isi Al-Qur’an. Karena pada usia ini anak masih dalam masa pertumbuhan baik fisik maupun kecerdasannya.

2. Bacaan Tartil

Kata ' Tartil ' menurut bahasa berarti jelas, racak dan teratur,sedang menurut istilah ahli qiro`at ialah membaca Al Qur`an dengan pelan-pelan dan tenang, beserta dengan memikirkan arti-arti Al Qur`an yang sedang dibaca, semua hukum tajwid dan waqof terjaga dengan baik dan benar / terpelihara dengan sempurna.Menurut Jumhur (mayoritas Ulama`) ialah Fardhu `ain. Hal ini berdasarkan kepada Firman Allah SWT. Allah Swt. menyandarkan kata 'Tartil' kepada dzat-Nya sendiri sebagaimana didalam firman-Nya; Dan kami tartilkan Al Qur`an dengan sunggu-sungguh tartil.

ى

م

Artinya: Dan kami tartilkan Al Qur`an dengan sunggu-sungguh tartil ( QS Al Furqon: 32 )

Selain itu juga perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk membaca Al Qur`an dengan 'Tartil' . Bahkan Allah SWT tidak hanya sekedar


(30)

menyuruh untuk bertaltil didalam membaca Al Qur`an tetapi dengan mempertegas firman-Nya dengan kata " tartiila " yang berarti; dengan sungguh-sungguh tartil sebagaimana tersurat di dalam surat Al Muzammil ayat 4

Artinya: Dan tartil-kanlah ( bacalah dengan tartil ) Al Qur`an itu dengan sungguh-sungguh tartil.

Selain itu juga dalam firman Allah SWT yang lain, Allah SWT melarang membaca Al Qur`an dengan cepat dan tergesa-gesa (tidak artil), sebagaimana didalam firman-Nya

ن

م

:

Artinya: Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan". ( QS Thoha: 114 ).

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman

Artinya: Jangan engkau gerakkan lisanmu ( Muha mmad ) untuk membaca Al Qur`an, hanya karena cepat-cepat/ tergesa-gesa. Sesungguhnya menjadi tanggungan Kami ( Allah ) penghimpunan Al Qur`an didalam dada (hati) dan membacanya dari lisan. Maka jika Kami bacakan melalui Jibril, maka ikutilah bacaannya. ( QS. Al Qiyamah: 16-18 ).


(31)

Menurut qoul sahabat Ali Karomallahu wahjhah dalam Matan Jaza riyah memberikan definisi tartil sebagai bacaan yang sesuai dengan kaidah tajwid dan waqofnya. Tartil di dalam membaca Al Qur`an terbagi menjadi tiga macam yaitu: a. Tahqiq, ialah membaca Al Qur`an dengan pelan-pelan,tenang, perlahan-lahan dan

memikirkan arti-artinya serta semua hukum tajwid terpelihara dengan baik, atau hak ( makhroj dan sifat ) semua huruf terbaca dengan terang dan jelas, bacaan semacam ini adalah bacaan madzhab dari Imam-imam yang membaca mad far`I dan isyba` ( 3 alif ), seperti Imam Khamzah dan Waresy.

b. Hader, ialah Al Qur`an dengan cepat tapi semua hukum tajwid terpelihara dengan baik, seperti Qoshor, ikhtilas, badal, idghom kabir dll, dapat terpelihara dengan benar dan tepat, maksudnya sesuai dengan riwayat yang mutawatir (kondang), bacaan semacam ini, ialah madzhab dari Imam Ibnu Katsir, Abu Amer dan semua Imam / Rowi yang membaca mad munfashil dengan (1 alif).

c. Tadwir, ialah membaca Al Qur`an dengan cara antara tahqiq dan hader, atau antara pelan dan cepat, tapi mujawwid ( semua hukum tajwid terjaga dengan baik dan benar ). Madzhab ini adalah madzhab Imam-imam yang membaca mad munfashil dengan panjang 2 alif atau 2 ½ alif, seperti imam Ibnu Amir, Ali Al Kisa`I, Ashim dan lain-lain (Jazari; tt: 15).

Berdasarkan paparan diatas maka keberhasilan suatu pembelajarana Al Qur’an secara tartil dapat dilihat dari makhorijul khuruf, sifatul khurus, idhar, ikhfa’ iqlab, mad, qolqolahsaktah, waqof dan lain-lainya sesuai kaidah tajwid. Sehingga dalam ketartilan suatu bacaan harus berdasarkan kepada kaidah tajwid tersebut.


(32)

Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan ke dunia yang harus diyakini oleh setiap orang mukmin. Beriman kepada kitab Allah adalah salah satu rukun iman yang ke tiga. Beriman kepada Al-Qur’an harus dibuktikandengan mempelajarinya dan mengajarkannya kepada orang lain. Mempelajari Al-Qur’an adalah kunci sukses hidup dunia dan akhirat. Dengan mempelajari Al-Qur’an maka seseorang akan mempunyai banyak pengetahuan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan oranglain.

Dalam ayat lain Allah SWT Berfiman sebagaimana termaktub dalam al Muzammil ayat 20

ى

ى

م

ى

و

و

م

ى

ى

ى

م

:

Artinya : ” Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdau malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orangorang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu seka li-kali tidak dapat menentukan batas-batas wa ktu-wa ktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antar a kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka


(33)

bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;

sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dari ayat-ayat tersebut diatas, dapat difahami bahwa ajaran Al-Qur’an memberi kelonggaran pada umat manusia untuk belajar sesuai dengan individu. Sehingga bagi tingkat kecerdasan rendah, selayaknya diberikan metode yang mudah untuk dicerna oleh mereka. Begitu sebaliknya bagi yang mempunyai kecerdasan yang tinggi, harus diberikan teknis atau metode yang sama, tetapi dalam porsi yang berbeda, karena teknis atau metode yang sama, tetapi dalam porsi yang berbeda, karena mereka cenderung cepat menguasai materi yang diberikan oleh guru..

Mempelajari al-Qur’an berarti belajar membunyikan huruf-hurufnya dan menulisnya. Tentunya tingkatan ini adalah tingkatan yang paling awal dan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran al-Qur’an pada tingkatan selanjutnya. Pada tingkatan lanjutan mungkin seseorang bisa mempelajari Ulumul Qur’an dan tafsir al -Qur’an. Namun untuk menuju kepada tingkatanini seseorang harus menempuh tingkatan awal yaitu membaca dan menulisal-Qur’an.

Dalam perjalanannya teryata pembelajaran baca tulis Al-Qur’an menghadapi problem yang tidak sedikit dan sederhana. Diantara problem yang dihadapi adalah input siswa beragam, jumlah jam pelajaran, guru, sarana, dan metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an yang terbatas. Mengenai input siswa yang beragam tersebut, bahwasannya ada diantara siswa yang baru yang sudah lancar dalam membaca Al-Qur’an, ada yang belum lancar, dan ada yang buta terhadap huruf Al-Qur’an. Heteogenitas siswa ini menjadi problem ketika mereka berkumpul dalam satu kelas. Problem yang dihadapi guru baca


(34)

tulis Al-Qur’an tak lain adalah dalam menentukan metode dan pendekatan sehingga para siswa mampu meraih target yang dicanangkan pihak kurikulum. Sarana prasarana yang menunjang pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pun belum terpenuhi, diantaranya buku prestasi, buku pedoman pembelajaran, alat-alat peraga dan lain- lain sehingga pembelajaran sangatlah sederhana dan tradisional yang pada akhirnya proses belajar mengajar berjalan sangat lambat. walaupun belum menemukan metode dan pendekatan tany sesuai, sarana prasarana yang sederhana guru mata pelajaran baca tulis Al-Qur’an tetap melaksanakan kegiatan mengajarnya dengan metode dan pendekatan yang pernah mengantarkannya bisa membaca dan menulis Al-Qur’an. Setelah pembelajaran yang dilakukan selama satu tahun didapatkan hasil belajar yang kurang memuaskan. Diantara hal yang kurang memuaskan adalah masih banyak ditemui kesalahan siswa dalam membaca Al-Qur’an, misalnya ada beberapa siswa yang masih terbata-bata, belum mampu mempraktekkan bacaan mad dengan benar yaitu terkadang bacaan mad tidak dibaca panjang dan yang seharusnya pendek malah dibaca panjang. Siswa juga masih banyak melakukan kesalahan dalam membaca hukum bacaan yang dibaca dengung dan yang tidak dibaca dengung. Dalam hal menulis hurufhuruf Al-Qur’an, siswa masih terlalu lambat dan salah dalam menentukan huruf yang harus ditulis ketika didekte oleh guru. Ini disebabkan mereka belum hafal terhadap cara menulis huruf-huruf arab terutama menentukan huruf yang bisa disambung dari depan dan belakang dan huruf yang hanya bisa disambung dari depan saja.

Setelah mengetahui pentingnya mempelajari Al-Quran maka dalam menentukan model dan metode pembelajaran harus tepat karena dengan model dan metode pembelajaran yang baik, siswa akan lebih mudah dalam memahami materi dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, serta karakteristik siswa yang senang terhadap pembelajaran yang menarik, menyenangkan, mengajaknya untuk aktif bergerak baik mental maupun fisik, sehingga pembelajaran tidak membosankan.


(35)

Kemampuan profesional seorang guru teruji oleh kemampuan menguasai berbagai macam model dan metode pembelajaran. Dalam model pembelajaran klasikal guru dapat menggunakan berbagai macam metode pembelajaran. Dengan berbagai macam metode yang digunakan akan mempermudah siswa untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran

B. Metode Qiroati

1. Metode Pembelajaran

Kajian tentang metode pembelajaran secara akademis telah dikembangkan sejak 2500 tahunan yang lalu. Seorang filosof bernama Plato yang hidup sekitar 427-347 sebelum Nabi Isa lahir dengan metode pembelajarannya ”dialougue” atau sekarang dikenal dengan metode diskusi. Perkataan metode pembelajaran atau intructional method berasal dari bahasa Yunani yaitu metha dan hodos. Metha berarti dibalik atau di belakang hodos berarti melalui atau jalan (Rasyad; 2003:100) Plato sendiri memberikan definisi pembelajaran adalah mengasuh jasmani dan rohani supaya sampai kepada keindahan dan kesempurnaan yang telah dicapai (Yunus; 1999: 5).

Di masa lalu pengajaran dipandang sebagai proses mengisi otak dengan pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, metode yang digunakan guru hanya berpusat pada metode ceramah. Lahirnya teori-teori baru yang menjelaskan karakteristik belajar membawa perubahan pada watak pengajaran dan memunculkan berbagai metode mangajar (Suparta, 1998: 159).

Mengajar bukan semata persoalan menceritakan dan belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri, penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal, karenanya diperlukan


(36)

suatu strategi yang dapat mendukung atau meningkatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran.

Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud, cara menyelidiki (Poerwadarminta; 1986: 649). Sedangkan metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kata metode di sini diartikan secara luas. Karena mengajar adalah salah satu bentuk upaya mendidik, maka metode yang dimaksud di sini mencakup juga metode mengajar. Ada banyak metode mengajar dalam literatur pendidikan baik secara umum maupun khusus pendidikan Islam. Disebut metode umum karena metode tersebut digunakan untuk mengajar pada umumnya. Metode-metode pangajaran umum tersebut bisa saja digunakan untuk mengajarkan ilmu pendidikan Islam untuk memperkaya metode pendidikan Islam (Tafsir, 1998: 131).

Kemudian dari dalam Ensiklopedi Pendidikan, metode diartikan sebagai jalan, cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Jadi dari bebrapa pengertian tersebut, dapat di simpulkan bahwa metode adalah cara yang tepat dan terencana untuk melakukan segala aktifitas guna mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.

Seorang guru dalam proses pembelajaran tentu tidak dapat lepas dari penggunaan metode-metode pembelajaran. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara yang digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok agar pelajaran yang disampaikan dapat terserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan. Jadi seorang guru harus pandai memilih metode pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.


(37)

Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat menghambat pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Sedangkan apabila metode yang digunakan guru tepat, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif.

Pada kenyataannya, cara atau metode mengajar yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Begitu juga dengan metode yang digunakan, untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi atau untuk menjawab suatu pertanyaan tertentu, akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri dalam menghadapi berbagai persoalan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran. Hal-hal tersebut adalah (1) metode mengajar harus dapat membangkitkan motivasi, minat, atau gairah belajar siswa, (2) mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya, (3) dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan), (4) harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi, (5) mampu menyajikan materi yang bersifat pengalaman atau situasi nyata dan bertujuan, (6) dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, guru dapat menggunakan metode yang tepat untuk membelajarkan suatu materi kepada siswanya dan dengan metode tersebut tujuan pembelajaran dapat tercapai. Ketika sebuah pembelajaran mengalami hambatan untuk mencapai tujuannya dengan efektif maka sebuah metode memegang


(38)

peranan yang penting. Sebuah metode pembelajaran mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

a. Sebagai alat motivasi ekstrinsik

Metode berfungsi sebagai alat ekstrinsik karena dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran yang lebih hidup di dalam kelas. Motifasi ini terlepas dari unsur utama pembelajaran yaitu guru, peserta didik dan bahan ajar b. Sebagai strategi pembelajaran

Ini terlepas dari unsur utama pembelajaran yaitu guru, peserta didik dan bahan ajar

c. Sebagai alat mencapai tujuan

Pembelajaran selalu mempunyai tujuan yang berbeda. Berdasarkan tujuan tersebut maka guru harus menyesuaikan metode pembelajaran yang akan diterapkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode adalah : anak didik, tujuan sera fasilitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

Seorang guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi, maka diperlukan adanya variasi metode yang dipakai. Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok


(39)

bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.

Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok babasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi. Seorang guru yang pandai berpidato dengan segala humor dan variasinya, mungkin tidak mengalami kesulitan dalam berbicara, ia dapat memukau siswa dan awal sampai akhir pengajaran. Akan tetapi bagi seorang guru bicara, uraiannya akan terasa kering, untuk itu ia dapat mengatasi dengan uraian sedikit saja, diselingi tanya jawab, pemberian tugas, kerja kelompok atau diskusi sehingga kelemahan dalam berbicara dapat ditutup dengan metoda lain. Ketrampilan mengadakan variasi ini bertujuan untuk:

a. Menimbulkan dan membangkitkan perhatian siswa kepada aspek belajar mengajar yang relevan.

b. Membarikan kesempatan bagi perkembangan bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa.

c. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya (Usman; 2003: 84).

Selanjutnya pengertian tentang pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia telah dijelaskan bahwa kata pembelajaran itu sendiribermakna proses, cara


(40)

menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Jadi dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa arti dari metode pembelajaran adalah suatu taktik atau trik yang harus dikuasai dan diterapkan pendidik dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Pada dasarnya proses belajar mengajar mempunyai suatu paradigma. Paradigma lama mengatakan bahwa proses belajar mengajar cenderung di istilahkan sebagai suatu pengajaran, yang mana term ini lebih dikonsentrasikan pada kegiatan pendidik dan tidak pada peserta didik, proses belajar mengajar dapat dikatakan tercapai maksud dan tujuannya bila pendidik telah mnyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Jadi term ini sama sekali tidak dikaitkan dengan proses belajar. Berbeda dengan paradigma baru yang mengatakan bahwa proses belajar cenderung di istilahkan sebagai suatu pembelajaran tidak lagi sebagai pengajaran. Artinya term pembelajaran ini sudah mulai dikaitkan dengan proses belajar peserta didik, sehingga proses belajar mengajar lebih dikhususkan oleh aktifitas siswa, dengan tidak melepas peranan pendidik.

Seorang guru dituntut untuk memiliki keterampilan dalam menentukan atau memilih kegiatan yang tepat dan efektif. Untuk mencapai tujuan dari pengajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain guru dituntut untuk dapat menentukan metode pembeljaran yang tepat dan efektif. Namun tidak ada strategi pembelajaran yang baik untuk semua situasi dan kondisi. Setiap situasi dan kondisi tertentu memiliki metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi tersebut. Oleh karena itu guru harus mengetahui dasar-dasar pemilihan metode pengajaran agar tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai.


(41)

Proses pembelajaran menuntut guru dalam merancang berbagai macam metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dari diri siswa. Rancangan ini merupakan acuan dan panduan, baik bagi guru sendiri maupun pagi siswa. Keaktifan dalam pembelajaran tercermin dari kegiatan baik yang dilakukan guru maupun siswa dengan menggunakan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun perencanaan, proses pembelajaran dan evaluasi.

b. Adanya keterlibatan intelectual-emosional siswa baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat dan pembentukan sikap.

c. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses pembelajaran

d. Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan) dan koordinator kegiatan relajar siswa bukan sebagai pengajar (instruktur) yang mendominasi kegiatan di kelas.

e. Biasakan menggunakan berbagai metode, media dan alat secara bervariasi (Asrori, 2008: 91).

Langkah selanjutnya dalam proses pemilihan strategi pembelajaran adalah penentuan lingkungan belajar. Dalam hal ini ada tiga setting belajar dan studi independen atau kerja praktek. Masing- masing dari ketiga tersebut mempunyai strategi pembelajaran sendiri- sendiri. Untuk ketiga kelas besar lebih cocok di gunakan metode ceramah atau diskusi kelompok, untuk kegiatan laboratorium lebih tepat di gunakan alat- alat, dan kegiatan studi praktek karena dengan praktek akan memungkinkan siswa mendapat pengalaman langsung mengenai tanggungjawab yang akan diembannya kelak.


(42)

Dalam memilih suatu strategi, hendaknya dapat mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima pelajaran dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan pelajaran yang telah diberikan. Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Jika ditelusuri lebih jauh tentang kompetensi profesional, kemudian dibandingkan dengan apa yang harus dilakukan dalam metode pembelajaran, dapat diperoleh kesan bahwa:

a. Dalam metode pembelajaran diperlukan landasan, baik filosofis, psikologis maupun teori-teri dalam belajar.

b. Dalam pengembangan isi atau materi diperlukan kemampuan mengorganisasi materi dalam pembelajaran dan urutan yang rasional.

c. Dalam melaksanakan prses pembelajaran sebagai implementasi metode pembelajaran diperlukan kemampuan mengangani pelajaran, menggunakan alat, metode dan fasilitas belajar.

d. Untuk menilai hasil pencapaian pembelajaran diperlukan kemampuan mengevaluasi.

e. Pada tingkat yang lebih tinggi metode pembelajaran diarahkan untuk menumbuhkan kepribadian siswa sesuai dengan tujuan akhir pendidikan yang hendak dicapai (Asrori; 2008: 97).


(43)

Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.

2. Metode Pembelajaran Membaca Al-Quran

Metodologi Pembelajaran Al-Qur’an dikalangan umat Islam belakangan ini semakin berkembang dan membudaya di masyarakat. Hal ini terjadi karena tidak sedikit jumlah anak-anak dan orang dewasa yang Belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, sehingga prosentasenya dari tahun ke tahun semakin bertambah. Fenemona ini bukan hanya berkembang di kalangan keluarga yang penghayatannya ke-Islamannya mendalam, khususnya para pemuka agama Islam itu sendiri, tetapi juga berpengaruh pada masyarakat awam yang sebagian besar dari mereka belum memahami makna ajaran agama Islam belum sempurna. Sementara di satu sisi mereka sadar bahwa agama bukan sekedar penerapan tetapi memerlukan ajaran-ajaran secara benar

Metode-metode pembelajaran baca tulis Al-Qur'an telah banyak berkembang di Indonesia sudah sejak lama. Tiap-tiap metode membaca Al-Qura’an dikembangkan berdasarkan karakteristiknya. Beberapa contoh metode pembelajaran yang berkembang di Indonesia antara lain adalah sebagai berikut (Komari, 2008):

a. Metode Baghdadiyah.

Metode ini disebut juga dengan metode “ Eja “, berasal dari Baghdad masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan pasti siapa penyusunnya. Dan telah seabad lebih berkembang secara merata di tanah air. Secara dikdatik, materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit ke abstrak, dari


(44)

yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci ( khusus ).

Secara garis besar, koidah baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema central dengan berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak didengar) karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama. Metode ini diajarkan secara klasikal maupun privat. Beberapa kelebihan Qoidah Baghdadiyah antara lain :

1) Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif.

2) 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh sebagai tema sentral.

3) Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.

4) Ketrampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri. 5) Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.

Beberapa kekurangan Qoidah baghdadiyah antara lain :

a) Kaidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui, karena sudah mengalami beberapa modifikasi kecil.

b) Penyajian materi terkesan menjemukan.

c) Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan pengalaman siswa.

d) Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca Al-Qur'an b. Metode Iqro’.

Metode Iqro’ disusun oleh Bapak As'ad Humam dari Kotagede Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM (Angkatan Muda Masjid dan


(45)

Musholla) Yogyakarta dengan membuka TK Al-Qur'an dan TP Al-Qur'an. Metode Iqro’ semakin berkembang dan menyebar merata di Indonesia setelah munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur'an dan metode Iqro’ sebagai sebagai program utama perjuangannya. Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak TK Al-Qur'an. 10 sifat buku Iqro’ adalah :

1) Bacaan langsung. 2) CBSA

3) Privat 4) Modul 5) Asistensi

Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’ antara lain : 1) TK Al-Qur'an

2) TP Al-Qur'an

3) Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla 4) Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur'an

5) Menjadi program ekstra kurikuler sekolah 6) Digunakan di majelis-majelis taklim b. Metode Al Barqy

Metode al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat membaca al-Qur'an yang paling awal. Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir Sulthon pada 1965. Awalnya, al-Barqy diperuntukkan bagi siswa SD Islam at-Tarbiyah, Surabaya. Siswa yang belajar metode ini lebih cepat mampu membaca al-Qur'an. Muhadjir lantas membukukan metodenya pada 1978, dengan judul Cara Cepat Mempelajari Bacaan al-Qur'an al-Barqy. MUHADJIR SULTHON


(46)

MANAJEMEN (MSM) merupakan lembaga yang didirikan untuk membantu program pemerintah dalam hal pemberantasan buta baca tulis Al Qur’an dan praktis. Disusun secara lengkap dan sempurna, variatif, komunikatif, fleksibel dan dilengkapi cara membaca dengan huruf latin. Berpusat di Surabaya, dan telah mempunyai cabang di beberapa kota besar di Indonesia, Singapura & Malaysia. Metode ini disebut anti lupa karena mempunyai struktur yang apabila pada saat siswa lupa dengan huruf-huruf/ suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru. Penyebutan anti lupa itu sendiri adalah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agama RI. Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja mulai anak-anak hingga orang dewasa. Metode ini mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa sehingga secara langsung dapat mempermuda dan mempercepat anak / siswa belajar membaca. Waktu untuk belajar membaca Al Qur’an menjadi semakin singkat.

Keuntungan yang di dapat dengan menggunakan metode ini adalah : 1) Guru mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat mengajar dengan lebih baik,

bisa menambah penghasilan di waktu luang dengan keahlian yang dipelajari), 2) Murid merasa cepat belajar sehingga tidak merasa bosan dan menambah

kepercayaan dirinya karena sudah bisa belajar dan mengusainya dalam waktu singkat, hanya satu level sehingga biayanya lebih murah),

3) Sekolah menjadi lebih terkenal karena murid-muridnya mempunyai kemampuan untuk menguasai pelajaran lebih cepat dibandingkan dengan sekolah lain).

d. Metode Tilawati.

Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul


(47)

Falah Surabaya. Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TK-TPA, antara lain: Mutu Pendidikan Kualitas santri lulusan TK/TP Al Qur’an belum sesuai dengan target. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran masih belum menciptakan suasana belajar yang kondusif. Sehingga proses belajar tidak efektif. Pendanaan Tidak adanya keseimbangan keuangan antara pemasukan dan pengeluaran. Waktu pendidikan Waktu pendidikan masih terlalu lama sehingga banyak santri drop out sebelum khatam Al-Qur'an. Kelas TQA Pasca TPA TQA belum bisa terlaksana. Metode Tilawati memberikan jaminan kualitas bagi santri-santrinya, antara lain :

2) Santri mampu membaca Al-Qur'an dengan tartil.

3) Santri mampu membenarkan bacaan Al-Qur'an yang salah.

4) Ketuntasan belajar santri secara individu 70 % dan secara kelompok 80%. Prinsip-prinsip pembelajaran Tilawati :

a) Disampaikan dengan praktis. b) Menggunakan lagu Rost. e. Dirosa ( Dirasah Orang Dewasa )

Dirosa merupakan sistem pembinaan islam berkelanjutan yang diawali dengan belajar baca Al-Qur’an. Panduan Baca Al-Qur’an pada Dirosa disusun tahun 2006 yang dikembangkan Wahdah Islamiyah Gowa. Panduan ini khusus orang dewasa dengan sistem klasikal 20 kali pertemuan. Buku panduan ini lahir dari sebuah proses yang panjang, dari sebuah perjalanan pengajaran Al Qur'an di kalangan ibu-ibu yang dialami sendiri oleh Pencetus dan Penulis buku ini. Telah terjadi proses pencarian format yang terbaik pada pengajaran Al Qur'an di kalangan ibu-ibu selama kurang lebih 15 tahun dengan berganti ganti metode. Dan akhirnya ditemukanlah satu format yang sementara dianggap paling ideal, paling baik dan efektif yaitu memadukan pembelajaran baca Qur'an dengan pengenalan dasar-dasar keislaman. Buku panduan belajar baca


(48)

Al-Qur'annya disusun tahun 2006. Sedangkan buku-buku penunjangnya juga yang dipakai pada santri TK-TP Al-Qur'an.

Panduan Dirosa sudah mulai berkembang di daerah-daerah, baik Sulawesi, Kalimantan maupun beberapa daerah kepulauan Maluku; yang dibawa oleh para da,i . Secara garis besar metode pengajarannya adalah Baca-Tunjuk-Simak-Ulang, yaitu pembina membacakan, peserta menunjuk tulisan, mendengarkan dengan seksama kemudian mengulangi bacaan tadi. Tehnik ini dilakukan bukan hanya bagi bacaan pembina, tetapi juga bacaan dari sesama peserta. Semakin banyak mendengar dan mengulang, semakin besar kemungkinan untuk bisa baca Al-Qur'an lebih cepat.

Seorang pengajar baca tulis Al-Qur'an , tidak serta merta mengadopsi metode yang baru dikenalnya, apalagi jika hanya mendapatkan informasi saja tentang metode tersebut. Para Pembina harus melakukan kajian yang mendalam, sebelum menetapkan metode apa yang akan dipakai dalam mengajarkan baca tulis Al-Qur'an kepada santri. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan metode pengajaran antara lain :

a. Mudah dan murahnya mendapatkan pelatihan-pelatihan bagi para pembina. b. Mudah dikuasai oleh mayoritas Ustadz/ah

c. Mudah dan murah mendapatkan buku panduan d. Mudah dan sederhana pengelolaan pengajarannya.

e. Jika beberapa metode lolos pertimbangan di atas, maka ditentukan pemilihan berdasarkan skala prioritas.

Metode apapun yang berkembang, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Efektifitas, efisiensi, cepat mudahnya sebuah metode pengajaran berbeda-beda di tiap daerah. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Penggabungan beberapa metode pengajaran belum tentu membuahkan hasil yang baik. Perlu konsistensi bagi pembina dalam menerapkan sebuah metode apabila telah dipilih,


(49)

sebab ganti-ganti metode akan menyebabkan kebingungan bagi pembina, terlebih lagi bagi santri.

3. Metode Qiroati

a. Sejarah Metode Qiroati

Berawal dari ketidakpuasan dan prihatin melihat proses belajar mengajar Al Quran di madrasah, mushala, masjid dan lembaga masyarakat muslim yang pada umumnya belum dapat membaca AI Ouran dengan baik dan benar, Almarhun KH. Dachlan Salim Zarkasyi, tergugah untuk metakukan pengamatan dan mengkaji secara seksama lembaga-lembaga di atas dimana ternyata metode yang dipergunakan oleh para guru dan pembimbing Al Quran dinilai lamban, ditambah sebagian guru ngaji (ustadz) yang masih asal-asalan mengajarkan Al Quran sehingga yang diperoleh kurang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Hal itulah yang mendorong Almarhum K.H. Dachlan Salim Zarkasyi pada tahun 1963 memulai menyusun metode baca tulis Al Quran yang sangat praktis. Berkat Inayah Allah beliau telah menyusun 10 jilid yang dikemas sangat sederhana. Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi dalam perjalanan menyusun metode baca tulis Al Quran sering melakukan studi banding keberbagai pesantren dan madrasah Al Quran hingga beliau sampai ke Pesantren Sedayu Gresik Jawa Timur (tepatnya pada bulan Mei 1986) yang pada saat itu dipimpin oleh Almukarram K.H. Muhammad. Almarhum K.H. Dachlan Salim Zarkasyi tertarik untuk melakukan studi banding sekaligus bersilaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik, karena TK Al Quran balitanya (4-6 tahun), yang dirintis oleh K.H. Muhammad sejak tahun 1965 dengan jumlah muridnya 1300 siswa yang datang dari berbagai kepulauan yang ada di Indonesia. Maka dapat disimpulkan TK Al Quran Sedayu adalah TK Al Quran pertama di Indonesia bahkan di dunia.


(50)

Sebulan setelah silaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik tepatnya pada tanggal 1 Juli 1986 , KH. Dachlan Salim Zarkasyi mencoba membuka TK Al Quran yang sekaligus mempraktekan dan mengujikan metode yang disusunnya sendiri dengan target rancana 4 tahun seluruh muridnya akan khatam Al Quran. Berkat Inayah Allah SWT., diluar dugaan dalam perjalanan 7 bulan ada beberapa siswa yang telah mampu membaca beberapa ayat Al Quran, serta dalam jangka waktu 2 tahun telah menghatamkan Al Quran dan mampu membaca dengan baik dan benar (bertajwid).

TK Al Quran yang dipimpinnya makin dikenal keberbagai pelosok karena keberhasilan mendidik siswa-siswinya. Dari keberhasilan inilah banyak yang melakukan studi banding dan meminta petunjuk cara mengajarkan metode yang diciptakannya. K.H. Dachlan Salim Zarkasyi secara terus-menerus melakukan evaluasi dan meminta penilaian dah para Kyai Al Quran atas motode yang diciptakannya.. Atas usul dari Ustadz A. Djoned dan Ustadz Syukri Taufiq, metode ini diberi istilah dengan nama "QIRAATI" dibaca "QIROATI" yang artinya BACAANKU (pada saat itu ada 10 jilid).

Memperhatikan perjalanan sejarah penyusunan metode Qiroati, tampaknya K.H. Dachlan Salim Zarkasyi sangat didukung oleh para Kyai umul Quran, walaupun menurut penuturannya beliau ini bukanlah santri namun kehidupannya selalu dekat dengan para Kyai sehingga tampak tawadu', mukhtish dan berwibawa. Atas restu para Kyai metode Qiroati selanjutnya menyebar luas dan digunakan sebagai materi dasar dalam pengajaran baca tulis Al Quran di masjid, madrasah, TKA, TPA, TPQ, Pesantren dan Sekolah Umum. Qiroati diminati oteh mayoritas para pendidik Al Quran dikarenakan memiliki beberapa perbedaan dengan metode lain diantaranya : 1) Berkesinambungan antara halaman ke halaman berikutnya.


(51)

3) Disesuaikan dengan usia para pelajar Al Quran

4) Kata dan kalimatnya tidak keluar kaidah ayat-ayat Al Quran tidak kedaerahan 5) Setiap Pokok Bahasan sudah diterapkan ilmu Tajwid

6) Dilengkapi Petunjuk mengajar setiap Pokok Bahasan 7) Dilengkapi Buku Gharib, Musykilat dan Tajwid Praktis 8) Sangat mudah untuk diucapkan

Dari tahun ketahun perkembangan Qiraati makin meluas keseluruh pelosok negeri bahkan di beberapa negara asing tercatat sampai tahun 2000 telah masuk kenegara Australia, Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura. Dari perkembangan tersebut Almarhum K,H. Dachian Salim Zarkasyi tidak terlalu gembira bahkan merasa khawatir karyanya ini disalah gunakan yang berbau bisnis belaka, untuk itu pada tahun 1990 beliau mengundang seluruh kepala TKA/TPA dan Lembaga yang mempergunakan Qiroati pada suatu acara Silatnas Nasional untuk mentashhih ulang para kepala TKA/TPA dan pengelola Qiroati sekaligus menunjuk Koordinator tingkat Propinsi dan Kota Besar yang ada di Indonesia, Dari hasil Silatnas Qiroati tersebut ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi, yang merupakan amanat untuk seluruh pengguna Qiroati, diantaranya :

1) Saya tidak ingin menyebarkan luaskan Qiroati tetapi ingin menyebarkan ilmu Qiroati yang saya ijazahkan.

2) Qiroati tidak untuk diperjualbelikan secara bebas.

3) Siapa saja boleh belajar dan mengaiarkan Qiroati dengan syarat mau ditashhih (Yayasan Pendidikan Al Qur’an Raudlotul Mujawwidin, 2007).

b. Ciri Khas Qiroati

Metode qiroati dalam pengembangannya dan penyebarannya tidak seperti metode lain, sebab netode ini melalui buku tau modul qiroati tidak boleh dijual bebas


(52)

oleh sembarang orang, akan tetapi harus melalui koordinator yang bersedia berpegang teguh pada misi dan amanah tersebut.

Misi qiroati adalah membudayakan membaca Al Qur’an yang benar dan membrantas bacaan Al Qur’an yang salah kaprah. Sedangkan amanah qiro’ati adalah jangan mewariskan kepada anak-anak bacaan Al Qur’an yang salah, jangan asal jual buku, berikan kepada guru yang lulus taskhih saja, guru yang belum lulus taskhih hendaknya dibina sampai lulus dan guru yang sudah lulus hendaknya diberikan petunjuk mengajar/ datatar (Bunyamin Dachlan; 2004:29)

Qiraati adalah suatu metoda dalam mengajarkan membaca al qur-an yang berorientasi kepada hasil bacaan murid secara mujawwad murattal dengan mempertahankan mutu pengajaran dan mutu pengajar melalui mekanisme sertifikasi/ syahadahHanya pengajar yang telah mendapatkan sertifikasi/ syahadah yang diijinkan untuk mengajarkan Qiraati. Hanya lembaga yang memiliki sertifikasi/ syahadah yang diijinkan untuk mengembangkan Qiraati.

c. Teknik Pembelajaran Qiroati

Yang dimaksud teknik pembelajaran disini adalah cara mengajarkan Al Qur’an dengan menggunakan metode qiroati. Adapaun cara-cara yang dipakai dalam membaca Al Qur’an dengan metode qiroati dalam pelaksanaan menggunakan beberapa langkah yaitu:

1) Sejak awal langsung membaca huruf-huruf hijaiyah yang berharakat tanpa mengeja.

2) Langsung praktek secara mudah dan praktis bacaan yang bertajwid, siswa tidak harus belajar ilmu tajwid untuk dapat membaca dengan baik dan benar.

3) Materi pelajaran diberikan secara bertahap dari ayng mudah menuju yang sulit, dari yang umum menuju yang khusus sesuai dengan kaidah.


(53)

4) Materi pelajaran diberikan sesuai dengan sistim modul, tidak diperbolehkan belajar modul diatasnya kalau belum enguasai modul yang dibawahnya.

5) Pelajaran yang diberikan selalu diulang-ulang dengan memperbanyak latihan (drill) menjadikan siswa selalu ingat dan menguasai pelajaran yang diberikan dengan pola sederhana.

6) Belajar sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa. 7) Evalausi dilakukan setiap kali pertemuan.

8) Pemakai metode qiroati harus melalu taskhih bacaan Al Qur’an oleh ahli Al Qur’an(Yayasan Pendidikan Al Qur’an Raudlotul Mujawwidin, 2007)

Adapun hal-hal penting yang mejadi komponen penting dari metode qiroati ini adalah:

1) Ditinjau dari materi

a) Materi qiroati disusun berdasarkan tingkat usia mental dan kematangan peserta didik. Oleh karena itu buku qiroati disusun dalam berbagai tingkatan yaitu untuk usia TK, SD/MI, SMP, SMA, Mahasiswa dan dewasa.

b) Materi qiroati disusun berdasarkan tingkat kesulitan dari yang rendah menuju kepada yang tinggi. Sedangkan ruang lingkup materi pengajaran meliputi;

- Jilid 1 untuk makhorijul khuruf, sifatul khuruf dan harokat. - Jilid 2 untuk ketrampilan mad dan kharokat lengkap

- Jilid 3 untuk ketrampilan Mad Tobi’i, Tanda Sukun, Lam Qomariyah - Jilid 4, 5 untuk ketrampilan Qolqolah, Idzhar Halqi, Idghom, Iqlab, Waqof. - Jilid 6 untuk ketrampilan idzhar Halqi, Wasol,Lat. Al –Qur’an Juz I. 2) Ditinjau dari metode

a) Proses pengajarannya menekankan pada mengulang-ulang bacaan sampai benar (drill)


(54)

b) Sistem yang dipakai adalah sistem modul yang artinya siswa tidak boleh pokok bahasan yang baru sebelum paham betul pokok bahasan yang lama. 3) Ditinjau dari pengajarnya

a) guru qiroati sebelum mengajar metode ini diharuskan tashih dahulu kepada guru ahli yang disebut koordinator metode qiroati. Biasanya seorang koordinator membawahi satu wilayah kabupaten.

b) Guru dianjurkan mengukuti penataran atau pembinaan memahami metode qiroati ini meskipun telah lulus tashih.

d. Contoh Materi Pembelajaran Qiroati

- Jilid 1 untuk makhorijul khuruf, sifatul khuruf dan harokat. Contoh :

d $ \ d å @ h d P $ å , ü lL

h < 8 r D

- Jilid 2 untuk ketrampilan mad dan kharokat lengkap, contoh :

$ ã 8 p 9Ri 8 äçRe äæ P ä&i

Øqæ;a ûZ6} _BY L=i kJY

- Jilid 3 untuk ketrampilan ikhfa’, contoh :

xéE gbæ =} 9] x éE d ?m ü ä} =Ê äj2e

äm äQ 8 =Ne ã r qfbY äBZm


(55)

äje ä] 9Ji ÖçI äm Öfi äQ gjR}ojY uni , =1

kbe =~- gç^} äe p äz~E

- Jilid 6 untuk ketrampilan idzhar, contoh :

ãR5 Õ < : GQ oi Ö~i ä1 ã < äm

#jRmü #m ü obA ã


(1)

Tabel 4.13

Rekap Hasil Pengamatan Mitra terhadap Guru

Item yang diamati Siklus I Siklus II Siklus III

Pendahuluan 3,5 3,6 3,9

Penerapan 3,2 3,7 4,0

Penutup 3,3 3,6 3,8

Rata- rata 3,3 3,6 3,8

Hasil penelitian tersebut maka diperoleh suatu hasil sebagai berikut:

a. Penerapan metode qiroati pada siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010 berjalan dengan baik.

b. Penggunaan metode qiroati mampu meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an secara tartil pada siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010.

Sehingga hipotesis yang dirumuskan sebelumnya yaitu:

"Penerapan penggunaan metode qiroati mampu meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an secara tartil pada siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010” terbukti secara meyakinkan


(2)

79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Sebelum diterapkannya metode qiroati kemampuan membaca Al-qur’an siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang masih rendah. 2. Setelah diterapkannyametode qiroati kemampuan membaca Al-qur’an seca

tertib siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang meningkat.

Hal ini dapat dilihat pada :

a. Rekap hasil membaca pada siklus I, II dan III dari rata – rata 65 menjadi 71.

b. Rekap hasil pengamatan terhadap perhatian siswa pada siklus I, II dan III meningkat dari 12 siswa menjadi 14 siswa.

c. Rekap data ketuntasan belajar siswa pada siklus I, II dan III meningkat dari 14 siswa ( 75 % ) menjadi 14 siswa ( 87,5 % ).

d. Rekap hasil pengamatan mitra terhadap guru pada siklus I, II dan III meningkat dari rata – rata 3,3 menjadi 3,8.

3. Penggunaan metode qiroati mampu meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an secara tartil pada siswa kelas V SDN Pandanretno Kec. Kajoran Kab. Magelang Tahun 2010.


(3)

B. Saran-Saran

1. Kepada para guru sebaiknya lebih variatif dalam menggunakan metode pembelajaran termasuk dengan mencoba teknik baru seperti metode qiroati 2. Kepada para guru sebaiknya tidak takut-takut dalam mencoba metode baru

dalam pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar anak serta meningkatkan hasil pembelajaran.

3. Kepada para guru sebelum melaksanakan metode pembalajaran jenis ini sebaiknya melakukan persiapan sebaik-baiknya dengan mempertimbangkan materi yang sesuai.

4. Kepada pihak sekolah diharapkan memberikan dorongan serta himbauan kepada para guru untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas


(4)

81

C. Penutup

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas petunjuk dan bimbinganNya, penelitan dan skripsi ini akhirnya dapat penulis selesaikan. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian serta penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas budi baik yang telah diberikan dengan yang lebih baik.

Meskipun demikian penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini masih sangat penulis harapkan. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis juga ucapkan banyak terima kasih.

Tidak lupa penulis mohon maaf yang sebasar-besarnya apabila selama penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi ini mengganggu pihak- pihak lain. Penulis berharap penelitian dan skripsi ini apat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun seluruh pembaca guna meningkatkan pemampuan dalam menerapkan metode pembelajaran. Amin …


(5)

Al Qur’an

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Wacana Prima.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek. Jakarta: Reinika Cipta.

_______________. 2008.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Asrori, Muhammad. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima ________________. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima. Bell, Judith. tt. Doing Your Project. Jakarta: Indeks.

Black, James A. 2001. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Jakarta: Refika.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Faisal, Sanipah. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Jazari, Abi Khoiri Syamsudin bin Muhammad. 1987. Matan Jazariyah.

Komari. 23 April 2009. Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an. Disampaikan pada Pelatihan Nasional Guru dan Pengelola TK-TPA. Gedung LAN Makassar 24-26 Oktober 2008; LP3Q DPP Wahdah Islamiyah. Nasrulloh Pengembangan diri menuju eksistensi. (Online). (http://muslimdaily.net diakses 20 Juni 2010) Madya, Suwarsih. 2008. Penelitia n Tindakan Kelas. http:

www.hirteen.org/edonline/consept2class/coopcolab/index.html

Mishra, R,C. 2005. Management of Educational Research. New Delhi: Publishing Coorporation.


(6)

Rosyad, Aminuddin. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UHAMKA Press. Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berba sis

Kompetensi. Jakarta: Kencana

Surakhmad, Winarno. 1980. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito Suparta, Aly. Harry Noer. 1998. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta. Amissco. Tafsir. Ahmad. 1998. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Usman, Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

_____________. 2002. Menjadi guru professional. Bandung. Rosdakarya

Wiraatmaja, Rachiyati. 2004. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya

Yamin, Martinis. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: GP Press. Yayasan Pendidikan Al Qur’an Raudlotul Wuwakhidin. 2006. Empat Langkah Pendirian

TKQ/TPQ Metode Qiroati. Semarang: Yayasan Pendidikan Al Qur’an

Raudlotul Wuwakhidin

Yunus, Muhammad. 2008. Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Hidakarya Agung

http://www.concern.net: Eradicate extreme poverty & hunger Support Concern Worldwide