Perkembangan Kurs Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika di

Berbeda dengan tahun 2005, di tahun 2006 suku bunga deposito mengalami penurunan hingga mencapai 9,71 pada triwulan IV dari 12,19 di triwulan I. penurunan ini disebabkan penurunan suku bunga SBI karena perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan surplusnya transaksi berjalan Indonesia. Masih berlanjut ketahun 2007, penurunan suku bunga SBI juga terjadi. Suku bunga deposito kembali menurun hingga 7,31 pada triwulan IV. Tahun 2008 terjadi krisis global tepatnya terjadi di triwulan III dan IV. Krisis ini menyebabkan suku bunga deposito meningkat hingga 11,30 di triwulan IV, tetapi hal ini tidak berlangsung lama karna di tahun 2009 triwulan suku bunga deposito sudah kembali menurun hingga 9,84 di triwulan I tahun 2009 dan terus berlangsung turun hingga 7,02 pada triwulan IV tahun 2009. . Hal ini dikarenakan pengalaman Indonesia pada krisis keuangan di tahun 1997 dan 1998 yang mendorong otoritas dan pelaku di sektor keuangan Indonesia berbenah diri, meningkatkan disiplin dan selalu berhati hati.

4.3 Perkembangan Kurs Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika di

Indonesia Perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika selama 9 tahun dari tahun 2001-2009 data triwulanan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11 Nilai Kurs Rupiah Terhadap Dolar Amerika Periode 2001 -2009 Periode Kurs Ribuan Rupiah 2001 Triwulan I 10.400 Triwulan II 11.440 Triwulan III 96.75 Triwulan IV 10.400 2002 Triwulan I 9.655 Triwulan II 8.730 Triwulan III 9.015 Triwulan IV 8.940 2003 Triwulan I 8.908 Triwulan II 8.285 Triwulan III 8.389 Triwulan IV 8.467 2004 Triwulan I 8.587 Triwulan II 9.415 Triwulan III 9.170 Triwulan IV 9.290 2005 Triwulan I 9.480 Triwulan II 9.713 Triwulan III 10.310 Triwulan IV 9.830 2006 Triwulan I 9.075 Triwulan II 9.300 Triwulan III 9.235 Triwulan IV 9.020 2007 Triwulan I 9.118 Triwulan II 9.054 Triwulan III 9.137 Triwulan IV 9.419 2008 Triwulan I 9.217 Triwulan II 9.225 Triwulan III 9.378 Triwulan IV 10.950 2009 Triwulan I 11.575 Triwulan II 10.225 Triwulan III 9.681 Triwulan IV 9.400 Sumber : Statistik Keuangan Bank Indonesia Medan 2001-2009 Selama tahun 2001 nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami depresiasi walaupun sempat menguat pada triwulan III yaitu Rp 9.675 tetapi pada triwulan IV kembali melemah menjadi Rp 10.400. Hal ini disebabkan memburuknya kinerja perekonomian dunia yang secara umum berdampak negatif pada ekspor Indonesia sehingga terbatasnya pasokan valuta asing di dalam negeri sementara di saat yang sama terjadi peningkatan permintaan terhadap valuta asing untuk pembayaran utang luar negeri dan kebutuhan impor. Setelah mengalami depresiasi pada tahun 2001, di tahun 2002 nilai tukar rupiah mengalami apresiasi. Dengan apresiasi tersebut, rupiah mencatat sebagai mata uang yang mengalami apresiasi tertinggi di Asia selama 2002 Laporan perekonomian Indonesia : 2002 : 48 . Apresiasi ini disebabkan oleh melemahnya bursa Amerika yang berimbas pada melemahnya nilai tukar US dolar terhadap berbagai mata uang termasuk rupiah. Pada tahun 2003 nilai tukar rupiah mengalami apresiasi di triwulan II dari Rp 8.908 triwulan I menjadi Rp 8.285 di triwulan II dan bersifat konstan pada triwulan III dan IV. Penguatan ini masih disebabkan kecukupan pasokan valuta asing di dalam negeri. Tahun 2004 nilai tukar rupiah mengalami depresiasi pada triwulan II dan III yaitu dari Rp 8.587 triwulan I menjadi Rp 9.170 triwulan III tetapi kembali mengalami apresiasi di triwulan IV menjadi Rp 9.290. Hal ini disebabkan pada triwulan II dan III keluarnya modal asing yang berjangka pendek dari dalam negeri ke luar negeri sehingga mengurangi pasokan valuta asing semakin berkurang sedangkan permintaan valuta asing untuk pembayaran utang dan kebutuhan impor tetap berlangsung. Tetapi pada triwulan IV, modal asing berjangka pendek tersebut kembali ke dalam negeri diakibatkan kondisi perekonomian global yang kembali membaik sehingga pasokan valuta asing kembali bertambah yang mengakibatkan nilai tukar rupiah kembali menguat. Nilai tukar rupiah terhadap US dolar di tahun 2005 secara umum terdepresiasi. Kondisi ini terutama terkait dengan melemahnya kinerja neraca pembayaran akibat pengaruh kondisi melambungnya harga minyak dunia dan kebijakan moneter ketat di Amerika Serikat, beruntung di triwulan IV rupiah terapresiasi ke level Rp 9.830 dari Rp 10.310 di triwulan III yang disebabkan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan pemerintah yang berhasil memulihkan kepercayaan pasar sehingga aliran modal asing semakin bertambah ke pasar modal dan pasar keuangan domestik. Sepanjang Tahun 2006 nilai tukar rupiah secara umum mengalami penguatan terhadap dolar disertai pergerakan yang lebih stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan defisitnya transaksi berjalan Amerika Serikat dan surplusnya transaksi berjalan Indonesia yang mengakibatkan melemahnya dolar AS terhadap rupiah. Momentum ini berhasil dimanfaatkan Indonesia dikarenakan mulai siapnya Indonesia dalam mencari keuntungan pada waktu harga minyak dunia yang melambung tinggi pada saat itu dan tidak seperti tahun sebelumnya. Sama halnya dengan tahun 2006, di tahun 2007 nilai tukar rupiah juga mengalami depresiasi di triwulan I yaitu menjadi Rp 9.118 dari Rp 9.020 triwulan IV 2006, tetapi kembali mengalami apresiasi di triwulan II menjadi Rp 9.054 dan kembali terdepresiasi di triwulan III yaitu menjadi Rp 9.137. Hal ini masih disebabkan perekonomian global yang masih belum menentu. Nilai tukar rupiah pada triwulan I tahun 2008 mencapai Rp 9.217 dan tetap terjaga sampai triwulan III Rp 9.378. Hingga pada triwulan IV rupiah mengalami depresiasi menjadi Rp 10.950 dan tetap berlangsung sampai triwulan I tahun 2009 sebagai akibat pada Oktober 2008 terjadi krisis global yang melanda negara negara khususnya, tetapi krisis tersebut dengan cermat diantisipasi oleh Bank Indonesia yang menunjukkan sistim keuangan Indonesia mempunyai daya tahan yang cukup kuat. Hal ini dikarenakan pengalaman Indonesia pada krisis keuangan di tahun 1997 dan 1998 yang mendorong otoritas dan pelaku di sector keuangan Indonesia berbenah diri, meningkatkan disiplin dan selalu berhati hati. Kemudian senantisa mengalami apresiasi selama tahun 2009 hingga mencapai Rp 9.400 di triwulan IV sebagai akibat dari kesuksesan perbankan Indonesia dalam menghadapi krisis global.

4.4 Perkembangan PDB Produk Domestik Bruto di Indonesia