2. Penggunaan Metode dalam Penyampaian Tafsir
Berdasarkan penjelasan metode dakwah pada bab sebelumnya bahwa metode adalah suatu cara atau jalan dalam menyampaikan materi dakwah.
Adapun metode dakwah yang digunakan oleh ustadz Mufakhir adalah sebagaimana pada keterangan dibawah. Akan tetapi penyampaian keseluruhan
materi disampaikan melalui keterangan-keterangan yang sudah dibahasakan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh jamaah. Sikap tersebut menurut
hasil wawancara dengan beliau diambil karena menyesuaikan dengan jamaah. Baik dilihat dari usia jamaah yang rata-rata diatas 40 tahun, atau tingkat
pemahaman jamaah. Sehingga penyampaiannya tentunya disampaikan sesuai dengan kemampuan para jamaah dalam menangkap atau memahami materi-
materi yang telah disampaikan. Merupakan tujuan utamanya dalam menyampaikan materi adalah memberikan penjelasan mengenai materi, bukan
sekedar menyampaikan materi tanpa melihat kondisi jamaah atau pemahaman jamaah. Hal ini dapat dilihat dari materi yang disampaikan setiap pertemuan
tidak sama. Artinya bukan berarti melenceng dari urutan materi, tapi perbedaannya dilihat beliau dari kerumitan materi yang berujung pada
sulitnya jamaah memahaminya. Misalnya berdasarkan pada beberapa observasi penulis ketika pengajian tafsir Al-Qur’an sedang berlangsung.
Adapun hasilnya adalah :
1. Pembukaan waktu 2 – 3 Menit
a. Sebelum penyampaian materi ustadz Mufakhir mengucapkan salam
dan muqoddimah. b.
Kemudian ustadz memberitahukan ayat-ayat yang akan dikaji dengan tujuan agar para jamaah dapat menyimak secara seksama ayat yang
akan dipelajariditafsirkan. 2.
Penyampaian Materi waktu 25 – 35 menit a.
Ustadz membacakan ayat-ayat yang akan ditafsirkan kedalam bahasa yang mudah dipaham bahasa Indonesia, dengan memperjelas bacaan
sesuai dengan makhorijul huruf dan tajwid secara benar. b.
Ayat yang telah dibaca diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. c.
Kemudian ustadz Mufakhir mulai memberikan penjelasan mengenai asbabun nuzul
dan jika ada munasabahnya dengan ayat lain, maka ayat tersebut juga ikut dibacakan dan diterjemahkan. Adapun
penjelasan atau keterangan ayat yang disampaikan kepada para jamaah adalah maksud yang terkandung dalam ayat tersebut. Untuk
mempermudah penjelasan maka diperlukan juga ceritakisah-kisah umat terdahulu yang berkaitan dengan keterangan ayat tersebut.
Sehingga penjelasan yang disampaikan melalui metode dapat diterima oleh jamaah dengan jamaah.
3. Sesi Tanya-jawab Waktu 10 – 15 menit
a. Sebagai penunjang pemahaman yang lebih matang, setelah keterangan
dan berbagai penjelasan dirasa cukup maka dibuka sesi tanya jawab. b.
Tanya jawab yang dilakukan adalah dengan tujuan menghilangkan keraguan bagi para jamaah yang masih janggal atau belum bisa
memahami secara akal tentang kandungan ayat tersebut. Kadang juga ada jamaah yang mengkaitkan keterangan ayat dengan kenyataan yang
ada sekarang ini. c.
Kemudian ustadz Mufakhir menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari pemikiran atau pemahaman jamaah mengenai persoalan
yang berkaitan dengan ayat tersebut. Selain itu sebagai penguat penjelasan kadang juga disampaikan berdasarkan hadits-hadits yang
berkaitan dengan keterangan materi. 4.
Penutup waktu 2 – 3. a.
Sebagai penutup ustadz Mufakhir mengulang kembali penjelasan ayat dengan cara menyimpulkan secara singkat.
b. Penutupan pengajian.
5. Diskusi tidak tentu
Jika ada jamaah yang masih belum puas mengenai beberapa keterangan pada sesi tanya jawab maka dibantu dengan diskusi singkat untuk
membantu jamaah yang masih belum memahami secara matang
2
.
Beberapa uraian diatas menunjukkan bahwa pemahaman jamaah itu lebih penting dari pada materi yang disampaikan. Dengan kata lain lebih
berguna sediki-demi sedikit dari pada tidak sama sekali. Hal ini dilakukan dengan dasar tujuan, antara lain adalah :
a. Jamaah dapat menyimak dengat seksama pada materi yang sedang
disampaikan. b.
Jamaah secara mudah menerima materi yang sedang disampaikan c.
Jamaah dapat menerima beberapa materi yang sulit dipahami secara mufrodatnya ataupun siyakul kalamnya.
d. Jamaah dapat meresapi materi secara mendalam sehingga apa yang
diterima dapat dipahami secara mendalam e.
Jamaah dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bahkan memberikan penjelasan kepada orang lain tentang materi yang telah
dipahami.
2
Hasil Observasi 8 Mei-12 Juni 2010 Pengajian Tafsir Al-Quran Masjid Baiturrahmah.
Adapun ayat-ayat yang disampaikan dimulai dari surat al Fatihah dan kemudian dilanjutkan pada surat Al-Baqoroh ayat 1 dan seterusnya. menurut
pendapat ustadz Mufakhir yang telah ditemui dan diwawancarai oleh penulis, berpendapat bahwa dengan adanya pembahasan materi atau penyampaian
materi yang sangat berurutan dapat menarik jamaah untuk selalu mengikuti pengajian tersebut. Karena dalam benak jamaah akan terlintas kalau tidak
mengikuti akan ketinggalan materi atau ada ayat-ayat yang sudah disampaikan tetapi terlewatkan. Selain itu rasa penasaran jamaah akan timbul ketika pada
akhir suatu pertemuan, misalnya penasaran bagaimana kandungan ayat yang seterusnya. Metode ini dilakukan oleh ustadz Mufakhir dengan tujuan
membangkitkan semangat jamaah dari dalam jiwa jamaah itu sendiri. Karena pada hakikatnya setiap orang itu mempunyai rasa keingintahuan atau
penasaran terhadap sesuatu yang belum terungkap, termasuk juga jamaah pada pengajian tafsir. Ibarat sebuah sinetron yang selalu membuat penasaran
para penonton mengenai episode yang selanjutnya
3
. Salah satu tujuan penyampaian beliau adalah untuk memberikan
penjelasan yang sejelas jelasnya hingga jamaah dapat menerima dan memahami secara naqli atau aqli. Karena menurut ustadz Mufakhir jangan
sampai dalam menyampaikan hanya da’i, atau guru saja yang puas tapi dalam benak jamaah belum menemukan kepuasan sebab apa yang disampaikan
3
Hasil Wawancara dengan Ustadz Mufakhir 20 Juni 2010
belum bisa dipaham. Penyampaian akan menjadi sia-sia jika seorang penceramah atau seorang guru yang hanya menonjolkan retorikanya yang
bagus akan tetapi mad’u atau jamaah belum bisa menerima apa yang telah disampaikan. Beliau mengatakan “ada dua belah pihak yang harus dipenuhi
kepuasannya. Yaitu pertama kita sebagai da’i atau guru dengan keyakinan bahwa kita benar-benar paham dan yakin atas beberapa materi yang telah
disampaikan, jangan sampai dalam menyampaikan kita masih ragu dan menimbulkan kegundahan bagi kita. Karena bila yang kita sampaikan salah
maka sangat sulit sekali kita untuk menarik kembali. Kemudian yang kedua adalah jamaah atau mad’u. sebagai seorang da’i atau guru kita harus bisa
memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya dan memudahkan para jamaah dengan semudah-mudahnya. Agar jamaah tidak kesualitan dalam menangkap
materi yang disajikan dan yang paling utama adalah tablig yang kita sampaikan sampai kepada jamaah. Selain itu jangan sampai kita seperti yang
dikatakan orang munafik kepada nabi terdahulu “Ma Nafqohu Katsiron” artinya yang kamu sampaikan itu banyak tapi kami tidak paham sedikitpun
apa yang telah kamu sampaikan. Jadi yang terpenting adalah apa yang telah kita sampaikan itu “dalla qolla” singkat padat tapi sampai pada jamaah.
4
” Memahami Al Qur’an memang tak semudah memahami bahasa arab
biasa, karena didalamnya banyak yang mengandung pengertian atau maksud
4
Hasil Wawancara dengan Ustadz Mufakhir 20 Juni 2010
yang tersembunyi bagi orang yang belum belajar tafsir. Dengan demikian sangat penting kita belajar memahmi maksud yang terkandung dalam Al
Qur’an yaiitu melalui belajar tafsir. Sebagimana hasil observasi yang menunjukkan bahwa ustadz Mufakhir merupakan sesosok guru yang tepat
untuk para jama’ah yang pengetahuan agama kurang. Karena beliau dapat menyesuaikan porsi baik dalam bahasa maupun penjelelasan materi. Sehingga
apa yang telah disampiakan tidak terlalu sulit untuk diterima oleh berbagai tabakat masyarakat.
Selain membahas kandungan ayat-ayat dan maksudnya sebagai pendukung atau untuk mempermudah ustadz Mufakhir juga menceritakan
Asbabun Nuzul yang berkaitan dengan ayat yang dibahas. Dengan tujuan agar
jamaah mengetahui sebab diturunkannya ayat tersebut, serta agar lebih memudahkan jamaah dalam memahami ayat atau materi yang disampaikan.
Karena menurut ustadz Mufakhir Al qur’an itu sangat membutuhkan sejarah agar umat Islam atau jamaah pada khususnya dapat menerima secara akal atau
nalar. Tanpa menjelaskan Asbabun nuzul jamaah akan kesulitan dalam memahami kandungan ayat. Terutama pada ayat-ayat yang mengandung
maksud yang tersembunyi. Ayat ini akan sulit dipahami bagi orang yang belum menguasai tafsir. Salah satu missal kata
ﻻا
pada ayat 94 surat Al A’raaf :
Artinya : Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, melainkan kami timpakan kepada penduduknya
kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. Q.S. Al A’raaf : 94.
Maksud dari kandungan ayat diatas adalah pada kata Illa yang berarti kecuali atau melainkan mengandung cerita berbalik kesejarah nabi-nabi
terdahulu. Secara keseluruhan maksudnya adalah “Allah telah mengutus nabi nabi turun dulu tapi mereka malah menghina,mencaci maki, tidak
menghormati nabi bahkan menganiyaya nabi, kemudian Allah murka dan memberikan hukuman kepada kaum itu”. Ayat semacam ini jamaah akan
merasa kesulitan dalam memahaminya kecuali setelah diceritakan sejarahnya. Selain itu hasil wawancara dengan beliau, beliau menyatakan dengan
menjelaskan asbabun nuzul dan menceritakan kisah-kisah nabi terdahulu itu supaya bagi orang yang berilmu pendidikannya tinggi itu dapat menyadari
bahwa Al Qur’an itu diturunkan bukan hanya kepada kaum yang bodoh saja akan tetapi juga diperuntukkan kepada kaum yang sudah pandai. Bahkan juga
banyak bahasa-bahasa Al Qur’an yang lebih bagus daripada penyair-penyair Arab yang pandai membuat syair dengan bahasa yang bagus. Termasuk juga
agar mereka para penyair terpesona dengan bahasa Al Qur’an yang jauh lebih indah.
Kemudian apabila ayat yang disajikan kepada jamaah ada kaitannya dengan ayat lain, beliau juga menyampaikan serta ayat tersebut. Dengan
tujuan untuk memperjelas penjelasan ayat yang disampaikan. Karena pada dasarnya ada beberapa ayat yang sulit untuk memahaminya kecuali
menghubungkan dengan ayat lain yang berkaitan dengan ayat tersebut. Istilah keterkaitan atau korelasi dalam ayat menurut ilmu tafsir dinamakan dengan
Munasabah . Munasabah artinya adalah hubungan, keterkaitan atau korelasi
yang pada dasarnya adalah sebuah penjelasan ayat satu dengan yang lain, atau lanjutan sebuah kandungan ayat dengan ayat yang lain. Biasanya
munasabah disampaikan oleh beliau dengan tujuan untuk melengkapi penjelasan ayat yang disampaikan. Karena menurut beliau tafsir adalah
sebuah uangkapan, penjelasan dan keterangan menurut bahasa kita supaya mudah dipaham, dan apabila ditemukan ayat yang mempunyai munasabah
dengan ayat lain, maka mau tidak mau harus ikut serta disampaikan, dengan tanda kutip jika ingin memberikan pemahaman kepada jamaah.
B. Materi
1. Materi Pengajian Tafsir Al-Qur’an Masjid Baiturrahmah
Sebagaimana yang telah diuraikan penjelasan materi pada bab sebelumnya. Bahwa secara singkat materi adalah bahan utama dalam
berdakwah, inti dari penyampaian dakwah, atau bisa disebut isi dakwah yang berupa ajakan, himbauan, kabar gembira, ancaman dan lain sebaginya. Pada
penelitian ini yang dikaji adalah materi dakwah ustadz Mufakhir dalam pengajian tafsir masjid Baiturrahmah. Salah satu contoh materi yang
disampaikan oleh ustadz Mufakhir pada ayat 30 surat Al Baqoroh yang membahas mengenai kisah nabi Adam as :
⌧
Artinya : Dan Ingatlah ketika kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, Maka sujudlah mereka kecuali Iblis;
ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang- orang yang kafir.
Q.S. Al Baqoroh : 34
Dalam ayat ini Allah memerintahkan sujud kepada nabi Adam as. sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud
memperhambakan diri, Karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah. Kemudian ayat ini berkaitan dengan ayat 30 - 40
surat al Hijr: