Hipotesis penelitian Latar belakang

22 Berikut ini skema kerangka pemikiran penelitian: Keterangan: : Komponen : Perbedaan : Alur Gambar 1. Kerangka Pemikiran Perbandingan Dinamika Organisasi Berbadan Hukum Dan Belum Berbadan Hukum

2.4 Hipotesis penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka hipotesis penelitian yang dapat dibuat adalah sebagai berikut: 1. Perkembangan di daerah penelitian selama 5 tahun terakhir adalah ada peningkatan jumlah P3A di Kabupaten Simalugun, dan peningkatan jumlah produksi tanaman padi sawah. Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A Belum Berbadan Hukum Berbadan Hukum Anggota Anggota Unsur-unsur dinamika organisasi 1. Tujuan organisasi 2. Struktur organisasi 3. Fungsi tugas 4. Pemeliharaan organisasi 5. Kekompakan organisasi 6. Suasana organisasi 7. Tekanan organisasi 8. Keefektivan organisasi Karakteristik Sosial Ekonomi: 1. Umur tahun 2. Tingkat pendidikan tahun 3. Luas lahan Ha 4. Pengalaman Bertani tahun 5. Frekuensi pembayaran iuran P3A kali Dinamika Dinamika Universitas Sumatera Utara 23 2. Ada perbedaan karakteristik umur, luas lahan, pendidikan, pengalaman bertani dan frekuensi pembayaran iuran petani anggota organisasi P3A Berbadan Hukum Dan Belum Berbadan Hukum di daerah penelitian. 3. Ada perbedaan dinamika organisasi P3A Berbadan Hukum dan Belum Berbadan Hukum di daerah penelitian. 4. Ada hubungan yang nyata signifikan karakteristik umur, luas lahan, pendidikan, pengalaman bertani dan frekuensi Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan di Negara Indonesia, karena mampu memberikan solusi terhadap krisis pangan yang terjadi. Keadaan inilah yang menempatkan pertanian mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional. Saat ini pertumbuhan penduduk lebih pesat dari pada pertumbuhan disektor pangan. Dengan tingkat pertumbuhan 1,4 per tahun, diperkirakan pada tahun 2050 penduduk indonesia mencapai 400 juta jiwa. Dilain pihak, luas lahan panen padi tahun 2010 adalah 11,61 juta hektar dengan laju penurunan luas panen padi sebesar 3-25 per tahun yang berarti pada tahun 2050 menjadi sekitar 2,15 juta hektar Nasution, 2004. Tabel 1. Perkembangan Penduduk Dan Perkembangan Luas Panen Di Indonesia 2010-2014 Tahun Perkembangan Penduduk juta jiwa Perkembangan luas panen tanaman padi ha 2010 238,5 14.115.475 2011 242,0 13.797.307 2012 245,0 13.835.252 2013 248,3 13.203.643 2014 255,2 13.253.450 Sumber: Badan Pusat Statistika, 2015 Berdasarkan data di atas bahwa pertumbuhan penduduk tidak sebanding dengan pertumbuhan luas panen tanaman pangan khususnya padi sawah. Melihat kondisi tersebut, diperlukan suatu tindakan yang tepat dalam meningkatkan produktivitas luas lahan, khususnya tanaman padi. Tanaman padi merupakan tanaman yang Universitas Sumatera Utara 2 banyak membutuhkan air,khususnya pada saat tumbuh mereka harus selalu tergenangi air. Agar produktivitas padi dapat efektif dalam satu satuan luas lahan, maka dibutuhkan suplay air yang cukup melalui irigasi. Irigasi merupakan prasarana untuk meningkatkan produktifitas lahan dan meningkatkan intensitas panen pertahun. Tersedianya air irigasi yang cukup terkontrol merupakan input untuk meningkatkan produksi padi. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 20 Tahun 2006 untuk mewujudkan tertib pengelolaan jaringan irigasi yang dibangun pemerintah dibentuk kelembagaan pengelolaan irigasi yaitu Perkumpulan Petani Pemakai Air. Berdasarkan Undang-Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bahwa kebijakan pengelolaan irigasi akan dilakukan melalui pendekatan pengelolaan irigasi partisipatif, dengan kebijakan tersebut, pengembangan pembangunan rehabilitasi terhadap irigasi tidak hanya menjadi wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, tetapi juga merupakan tanggung jawab petani. Mengingat begitu pentingnya irigasi maka kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan pengairan harus diikuti dengan perluasan jaringan irigasi. Pembangunan dan rehabilitas jaringan irigasi perlu ditingkatkan untuk memelihara tetap berfungsinya sumber air dan jaringan irigasi bagi pertanian. Dalam rangka usaha meningkatkan pembangunan di sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan khususnya beras, salah satu upaya pemerintah Indonesia adalah menempatkan pembangunan di sektor irigasi. Universitas Sumatera Utara 3 Irigasi merupakan prasarana untuk meningkatkan produktifitas persatuan lahan dan persatuan waktu hatahun. Mengingat begitu pentingnya irigasi bagi tanaman padi maka perlu peranan kerjasama dalam organisasi P3A untuk memelihara jaringan irigasi, yang menggambarkan kedinamikaan organisasi tersebut. Dinamika organisasi merupakan sebuah konsep yang menggambarkan proses sebuah organisasi yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan perkembangan zaman yang selalu berubah khususnya kearah yang lebih baik. Menurut Jenkins dalam Ginting 2013 dinamika organisasi adalah kekuatan- kekuatan atau tenaga dalam kelompok yang menentukan perilaku kelompok serta anggotanya untuk mencapai tujuan organisasi. Santosa 2009 mengatakan dinamika organisasi juga dapat diartikan sebagai suatu organisasi yang terdiri dari dua atau lebih individu memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan lainnya yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama dan organisasi yang maju adalah apabila memiliki anggota yang aktif dan memiliki kedinamisan yang baik. Selain memiliki kedinamikaan yang baik, sebuah organisasi juga perlu dilindungi dengan badan hukum untuk menghindari gangguan pihak luar dan dalam organisasi, menghindari konflik yang terjadi antar anggota dan pengurus serta keberadaan organisasi yang berbadan hukum akan lebih sah dan diberikan kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan oleh pemerintah khususnya untuk organisasi P3A. Universitas Sumatera Utara 4 P3A merupakan organisasi sosial yang memiliki anggota terdiri dari petani-petani yang berada di sekitar wilayah pertanian sawah setempat dan organisasi ini memiliki kegiatan mengelola air agar tersedia untuk lahan persawahan petani Mosher, 1983. Organisasi ini mempunyai tanggung jawab mengelola jaringan irigasi tersier dan berperan penting dalam pembangunan pertanian sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan dalam pengelolaan irigasi. Oleh karena itu, diperlukan adanya partispasi dari petani atau anggota organisasi untuk mewujudkan dinamika organisasi yang baik. Sebuah organisasi tidak terlepas dari orang-orang yang berada di dalamnya. Partisipasi dari setiap anggota tentu berbeda-beda, dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain tentu menggambarkan keberagaman dan warna-warni organisasi tersebut. P3A yang dikelolah oleh petani pemakai air petani padi sawah yang memiliki karakteristik berbeda seperti tingkat umur, luas lahan sawah yang di garapnya, jenjang pendidikan, pengalaman bertani dan kerajinan membayar iuran atau frekuensi pembayaran iuran P3A setiap anggota tentu berbeda pula. Dengan keberagaman karakter tentu membuat organisasi yang satu dengan yang lain memiliki dinamika yang berbeda, apalagi organisasi P3A yang memiliki legalitas berbadan hukum dan Belum Berbadan Hukum, tentu anggotanya memiliki karakteristik pengurus dan anggota yang berbeda. Kabupaten Simalungun secara administrasi memiliki luas wilayah 4.386, 6 Km 2 Universitas Sumatera Utara 5 atau 6,12 dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara, yang terdiri dari 31 kecamatan, 22 kelurahan, dan 345 nagoridesa. Secara geografis Kabupaten Simalungun terletak antara 02 o 36 ’-03 o 18 ’ LU dan 98 o 32 ’-99 o 35 ’ BT, dan berbatasan dengan 8 kabupaten tetangga yaitu: Kabupaten Serdang Berdagai, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Karo, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, dan Kota Pematangsiantar Anonimous, 2015. Kabupaten Simalungun merupakan salah satu wilayah lumbung padi di Sumatera Utara, karena merupakan wilayah penghasil beras terbesar. Kecamatan Bandar yang merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Simalungun yang memproduksi padi dan memiliki organisasi P3A. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran karakteristik anggota P3A, pengaruh karakteristik petani anggota dan perbedaan dinamika organisasi P3A Berbadan Hukum dan Belum Berbadan Hukum studi kasus di Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun.

1.2 Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Perbandingan Karakteristik Sosial Ekonomi Anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum di Kabupaten Serdang Bedagai. Studi kasus Desa Makmur dan Desa Sentang Kecamatan Teluk Mengkudu

2 41 100

Perbedaan Dinamika Organisasi P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum (Studi Kasus: Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 2 117

SISTEM INFORMASI PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A).

1 14 7

BELUM BERBADAN HUKUM SMA DAN SMK

0 1 1

Perbedaan Dinamika Organisasi P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum (Studi Kasus: Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 0 12

Perbedaan Dinamika Organisasi P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum (Studi Kasus: Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 0 1

Perbedaan Dinamika Organisasi P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum (Studi Kasus: Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 0 7

Perbedaan Dinamika Organisasi P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum (Studi Kasus: Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 0 16

Perbedaan Dinamika Organisasi P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum (Studi Kasus: Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 0 3

Perbedaan Dinamika Organisasi P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum (Studi Kasus: Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 0 25