belajar siswa sangat kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan guru-guru IPA di Nias Barat sangat responsif terhadap budaya siswa tetapi
tidak menerapkannya dalam proses pembelajaran. Apabila guru sudah responsif terhadap budaya siswa sangat bagus untuk diterapkan pada
proses pembelajaran
sehingga seharusnya
lebih meningkatkan
keberhasilan belajar siswa. Salah satu contoh penerapannya yaitu memanfaatkan lingkungan sekitar siswa yang kemudian akan dijadikan
sebagai sumber belajar siswa, karena kalau mengaitkan materi dengan lingkungan sekitar siswa, pemahaman siswa pasti akan meningkat.
Pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar
mengajar, melainkan juga oleh interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang dihadapinya di dalam maupun
di luar sekolah. Siswa itu berbeda-beda bukan hanya karena berbeda bakat atau pembawaannya akan tetapi terutama karena pengaruh lingkungan
sosial yang berbeda-beda. Siswa datang ke sekolah dengan membawa kebudayaan rumah tangganya, yang mempunyai corak tertentu, tergantung
pada golongan atau status sosial, kesukuan, agama, nilai-nilai dan aspirasi orang tuanya. Di sekolah ia akan memilih teman, kelompok, yang pada
suatu saat sangat mempengaruhi tingkah lakunya. Selanjutnya siswa dipengaruhi oleh guru-guru yang mempunyai kepribadian masing-masing.
Pendidikan itu sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka karena itu sudah sewajarnya seorang
pendidik harus berusaha menganalisa lapangan pendidikan dari segi sosial, mengenai hubungan antara siswa di sekolah, di luar sekolah, dalam
masyarakat dan sistem-sistem sosialnya.
E. Implikasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang responsifitas guru IPA Sekolah Menengah terhadap budaya siswa beberapa SMP dan
SMA di Kabupaten Nias Barat. Berdasarkan hasil analisa jawaban guru menunjukkan bahwa guru IPA Sekolah Menengah tergolong responsif
terhadap budaya siswa. Perbandingan antara responsifitas guru IPA SMA dan SMP, guru Fisika, Biologi, Kimia terhadap budaya siswa juga
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaannya. Jika dilihat pada setiap aspek responsif, dapat diketahui bahwa pada aspek kedua yaitu mengamati
tingkah laku siswa yang memerlukan bantuan khusus, guru IPA Sekolah Menengah tergolong sangat responsif, sedangkan pada aspek pertama
yaitu mengumpulkan data tentang siswa masih perlu ditingkatkan. Guru bisa memperbanyak cara memperoleh data informasi tentang siswa seperti
sering berinteraksi dengan orang tua siswa. Pendidikan multibudaya merupakan strategi pendidikan yang
memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multikultural.
Strategi ini sangat bermanfaat, sekurang-kurangnya bagi sekolah sebagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lembaga pendidikan dapat membentuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya, keseimbangan, dan demokrasi dalam arti
yang luas. Secara keseluruhan guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten
Nias Barat tergolong responsif terhadap budaya siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa guru sangat responsif terhadap akademikpengetahuan
atau yang berkaitan dengan perkembangan siswa di sekolah. Dalam hal ini guru dengan serius melaksanakan tugasnya untuk menyampaikan materi
pelajaran di kelas dan juga tentang situasi siswa di lingkungan sekolah. Perlu diperhatikan bahwa guru selain melaksanakan tugasnya
mengajar di dalam kelas, juga sangat penting mengetahui perkembangan siswa di luar kelas atau di rumah dan lingkungan sosialnya. Pendidikan di
sekolah tidak hanya ditentukan oleh interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, melainkan juga oleh interaksi siswa dengan lingkungan
sosialnya. Siswa datang ke sekolah dengan membawa kebiasaan keluarganya dan lingkungan sosialnya, tergantung pada golongan, suku,
agama dan aspirasi orang tuanya. Di sekolah siswa memilih teman, kelompok, yang pada suatu saat mempengaruhi perilakunya. Sehingga
sudah sewajarnya jika seorang guru harus berusaha menganalisa lapangan pendidikan dari segi sosial, mengenai hubungan antara siswa di sekolah, di
luar sekolah, dalam masyarakat dan sistem-sistem sosialnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1.
Guru IPA Sekolah Menengah secara keseluruhan di Kabupaten Nias Barat tergolong responsif terhadap budaya siswa dengan rata-rata skor
80.27. 2.
Guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat tergolong sangat responsif pada aspek mengamati tingkah laku siswa dalam
situasi sehari-hari, atau dapat dikatakan bahwa guru sangat responsif terhadap perkembangan-perkembangan siswa di lingkungan sekolah.
3. Tingkat responsif guru IPA Sekolah menengah di Kabupaten Nias
Barat pada penerapan aspek pengumpulan data informasi tentang siswa masih tergolong rendah dibandingkan dengan aspek-aspek responsif
yang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran, yaitu:
1. Bagi guru
Para guru selain melaksanakan tugasnya mengajar di kelas, juga sangat penting mengetahui perkembangan siswa di luar kelas atau di
rumah dan lingkungan sosialnya supaya mutu pendidikan lebih meningkat.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian tidak hanya menggunakan kuesioner saja, ditambah dengan wawancara dan observasi kepada guru yang bersangkutan
supaya data lebih lengkap. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin. 2005. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta : Pilar Media. Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alvabeta.
Darmodjo, Hendro., Jenny, R.E. Kaligis. Pendidikan IPA II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Gie, The Liang. 1992. Pendidikan Sains Bagi Pembangunan Nasional Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi.
Habiburrahman. 1981. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedi dalam Pendidikan IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hamalik, Oemar. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Jensen, Eric. 2010. Guru Super Super Teaching. Jakarta: PT. Indeks. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika
Aditama. Madya, Suwarsih. 2007. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung :
Alvabeta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI