karya peserta didik telah selesai guru memotivasi peserta didik untuk memperbaiki gambar. Pada kegiatan konfirmasi guru telah memaparkan kekurangan dan kelebihan
setiap karya. Semua peserta didik diberi kesempatan yang sama untuk memperbaiki gambar pada pertemuan berikutnya.
Kegiatan selanjutnya peserta didik dan guru bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran pada hari tersebut. Kemudian guru menyampaikan materi yang
akan dipelajaari pada pertemuan selanjutnya. Dengan tujuan agar para peserta didik dapat mempersiapkan diri untuk materi tersebut sehingga peserta didik dapat mencari
referensi terkait dengan materi yang akan dibahas. Dalam hal ini guru meminta peserta didik untuk mempelajari motif-motif ornamen dari berbagai sumber, seperti
buku dan internet untuk menambah wawasan peserta didik tentang ornamen. Dalam pembelajaran menggambar kriya tekstil ini tidak diakhiri dengan doa
dan salam dikarenakan pembelajaran berakhir pada jam ke 3 yaitu pukul 09.15 masih ada pelajaran selanjutnya yaitu tapestri guru yang mengajarnyapun sama dengan
guru yang mengajar menggambar kriya tekstil.
D. Penilaian Pembelajaran Menggambar Kriya Tekstil
Penilaian pembelajaran menggambar kriya tekstil di SMK Negeri 2 Sewon tidak hanya dilakukan saat akhir semester saja namun, evaluasi dilakukan saat
pembelajaran di kelas mulai berakhir. Dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana para peserta didik mampu membuat gambar ornamen dengan benar. Menurut guru
utama wawancara 18 Maret 2015 mengatakan “untuk hasil akhir penilaian didapatkan dari nilai tugas harian, tugas pekerjaan rumah, mid semester, dan ujian
akhir semester. Selain itu juga dengan penilaian sikap, perilaku dan kedisiplinan peserta didik selama mengikuti pembelajaran menggambar kriya tekstil.
Selain itu untuk melakukan penilaian pada pembelajaran menggambar kriya tekstil, guru menitik beratkan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sementara penilaian pada ranah kognitif atau penilaian pengetahuan, intrumen yang tertulis dalam RPP lampiran 4 dalam bentuk uraian. Soal uraian berjumlah 3 soal.
Pada keyataanya guru tidak mengadakan tes tertulis baik pilihan ganda maupun uraian untuk ulangan harian. Namun tes dilakukan pada saat pertengahan semester
dan akhir semester dengan memberikan tes tertulis pada peserta didik. Dalam melakukan penilaian pada ranah afektif, guru melakukanya dengan
memperhatikan sikap peserta didik terhadap pelaksanaan pembelajaran. Untuk itulah sejak awal pembelajaran dimulai guru sudah mengenali para peserta didik, langkah
ini tidak hanya untuk melakukan penilaian semata, akan tetapi agar peserta didik merasa bersahabat dengan guru dengan tujuan pembelajaran terasa menarik dan
kondusif. Sederhananya, penilaian yang dilakukan oleh guru dalam ranah afektif ini dengan cara mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya aspek kepribadian dan
akhlak mulia. Sementara itu, penilaian pada ranah psikomotorik merupakan penilaian
berkaitan dengan pelaksanaan praktek. Hasil penugasan praktek dalam proses pembelajaran menjadi bukti dalam proses pembelajaran setelah dikumpulkan dalam
bentuk portofolio, bentuk inilah yang menjadi bahan dalam menilai ketrampilan. Dalam pembelajaran menggambar kriya tekstil materi pokok ornamen peserta didik
membuat gambar ornamen Kalimantan, ornamen Jepara, dan ornamen Bali.
Serangkaian kegiatan tersebut meliputi kegiatan peserta didik melakukan tahap menggambar dengan pensil serta menebalkan dan menambahkan isen-isen dengan
spidol atau drawing pen. Sampai pada akhirnya guru menilai hasil karya ornamen peserta didik.
Pada lembar Penilaian yang tercantum pada RPP lampiran 4 skala kriteria penilaian skor 76-100 dikategorikan baik, skor 56-73 sedang, dan 0-55
dikategorikan kurang. Selain itu guru menilai dengan meliputi beberapa aspek, diantaranya dilihat dari bentuk, komposisi, finishing atau kerapian dan waktu.
Pembuatan ornamen dengan menggunakan teknik yang baik akan berpengaruh pada motif ornamen yang dikembangkan oleh peserta didik, kerapian hasil karya peserta
didik tercermin dari proses praktik yang rapi pula. Berdasarkan hasil karya peserta didik secara keseluruhan, terlihat bahwa
setiap karya memiliki tingkat kerapian yang beragam, sebagian hasil karya ornamen peserta didik yang sudah baik mencerminkan tingkat penguasaan kompetensi yang
baik, sedangkan sebagian hasil karya peserta didik lainnya terlihat masih kurang rapi mencerminkan tingkat penguasaan kompetensi yang kurang baik. Dari ranah
kognitif, afektif, psikomotorik, dan hasil karya itulah kemudian dijadikan oleh guru sebagai acuan penilaian akhir pembelajaran menggambar kriya tekstil. Setiap ranah
diberi skor sesuai dengan pengamatan guru dan dari skor tersebut baru bisa diketahui apakah peserta didik sudah bisa dikatakan berhasil mengikuti pelajaran mata
pelajaran menggambar kriya tekstil atau tidak. Dari 3 karya yang dihasilkan perolehan nilai peserta didik menggambar
ornamen Kalimantan dengan nilai tertinggi mendapat skor 88 sedangkan nilai
teredah mendapat skor 77. Menggambar ornamen Jepara dengan nilai tertinggi mendapat skor 86 sedangkan nilai teredah mendapat skor 80. Menggambar
ornamen Bali dengan nilai tertinggi mendapat skor 88 sedangkan nilai teredah mendapat skor 75. Setelah itu diadakan tindak lanjut berupa proses pembelajaran
berikutnya, program remidi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensi di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi
ketuntasan. Namun, program remidi dan pengayaan belum terealisasikan sebagaimana mestinya. Nilai kriteria ketuntasan minimal KKM yang harus dicapai
oleh peserta didik untuk bisa dikatakan berhasil adalah 75.
E. Hasil Karya Pembelajaran Menggambar Kriya Tekstil